DENIAL ( PENOLAKAN ).
Klien mencoba untuk melupakan atau
menutupi kenyataan.
Pengalaman yang diterima berdampak shock
dan tidakpercaya.
Secara intelektual seseorang dapat menerima
hal-hal yang berkaitan dengan kematian, tetapi
berbeda dengan tingkat emosi.
Denial merupakan defense mekanisme
pertahanan diri terhadap rasa cemas.
ANGER ( BERONTAK DAN MARAH ).
Berontak ,merasa Tuhan ‘ tidak adil ‘ atau tidak
berperasaan terhadap kenyataan harus dihadapi.
Marah kepada Sang Pencipta.
Merupakan tahap tersulit yang dilalui keluarga.
Kadang- kadang pasien rewel,mengkritik
orangyang berhubungan
Timbul berbagai pertanyaan : “ mengapa harus
saya ? apa dosa saya ? “.
BERGAINING ( TAWAR MENAWAR ).
Menuju tahap menerima. Pasien tawar
menawar untuk berbuat baik jika
diperpanjang hidupnya.
Pasien menangis dan menyesal.( perawat
perawat : diam,mendengarkan dan
memberikan sentuhan terapeutik.)
DEPRESI
Pasien sadar bahwa kematian tidak dapat ditolak.
Bila depresi meningkat, pasien menjadi semakin
lemah, kurus atau terjadi gangguan tanda-tanda vital.
Pasien merasa sepi ,merasa bahwa semua orang
meninggalkannya.
Merasa tidak berguna.
Tidak menolak faktor yang harus dihadapi.
Fokus pikiran pada orang yang dicintai.”Apa yang
akan terjadi dengan istri dan anak saya., bila saya
sudah tiada…?
Peran Perawat :
Pasien jangan ditinggal sendiri.
Pintu kamar dibiarkan terbuka.
ACCEPTANCE ( MENERIMA)
Masa depresi sudah berlalu.
Takut ditinggal sendiri.
Kadang ingin ditemani.
Peran Perawat :
menemani pasien
bila mungkin bicara dengan pasien.
Tanyakan apa yang dibutuhkan.
Apakah butuh pertolongan perawat.
Pintu kamar jangan ditutup
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEHILANGAN.
Perkembangan .
◦ Anak- anak.
Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan.
◦ Belum menghambat perkembangan.
◦ Bisa mengalami regresi
Orang Dewasa
◦ Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang
hidup,tujuan hidup,
◦ Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa
dihindari.
Keluarga.
Keluarga mempengaruhi respon dan
ekspresi kesedihan. Anak terbesar
biasanya menunjukan sikap kuat, tidak
menunjukan sikap sedih secara terbuka.
Faktor Sosial Ekonomi.
Apabila yang meninggal merupakan
penanggung jawab ekonomi keluarga,
beraati kehilangan orang yang dicintai
sekaligus kehilangan secara ekonomi.Dan
hal ini bisa mengganggu kelangsungan
hidup.
Pengaruh Kultural.
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik
dan emosi. Kultur ‘barat’ menganggap
kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya
pribadi sehingga hanya diutarakan pada
keluarga, kesedihan tidak ditunjukan pada
orang lain. Kultur lain menggagap bahwa
mengekspresikan kesedihan harus dengan
berteriak dan menangis keras-keras.
Agama.
Dengan agama bisa menghibur dan
menimbulkan rasa aman. Menyadarkan
bahwa kematian sudah ada dikonsep dasar
agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan
Tuhan akan kematian.
Penyebab Kematian .
Seseorang yang ditinggal anggota
keluarga dengan tiba-tiba akan
menyebabkan shock dan tahapan
kehilangan yang lebih lama. Ada yang
menganggap bahwa kematian akibat
kecelakaan diasosiasikan dengan kesialan.
Kebutuhan Keluarga yang Berduka.
1. Harapan
Perawatan yang terbaik sudah diberikan.
Keyakinan bahwa mati adalah akhir
penderitaan dan kesakitan.
2. Berpartisipasi.
Memberi perawatan
Sharing dengan staf perawatan.
3. Support
Dengan support klien bisa melewati
kemarahan, kesedihan, denial.
Support bisa digunakan sebagai koping
dengan perubahan yang terjadi.
4. Kebutuhan spiritual.
Berdoa sesuai kepercayaan.
Mendapatkan kekuatan dari Tuhan.
Terimakasih