Anda di halaman 1dari 4

Nama : Warda Sari M.

Jabura
Nim : 202101177
Kelas : R2D Keperawatan

Rangkuman materi mengenai stres adaptasi dan konsep kehilangan, kematian dan
berduka

A. Definisi stres adaptasi


Setiap orang mengalami stress dari waktu ke waktu, dan umumnya seseorang
dapat mengadaptasi stress jangka panjang atau menghadapi stress jangka pendek
sampai stress tersebut berlalu.Stress dapat menimbulkan tuntutan yang besar pada
seseorang, dan jika seseorang tersebut tidak dapat mengadaptasi, maka dapat tejadi
penyakit. Stress adalah segala situasi dimana tuntutan nin spresifik mengharuskan
seseorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan. Respon atau tindakan
ini termasuk respon fisiologis dan fsikologis .

Stress dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang
diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat mengganggu cara
seorang dalam mencerap realitas, menyelesaikan masalah, berpikir secara umum; dan
hubungan seseorang rasa memiliki. Selain itu, stress dapat mengganggu pandangan
umum seseorang terhadap hidup, sikap yang ditujukan pada orang yang disayangi,
dan status kesehatan.

Persepsi atau pengalaman individu terhadap perubahan besar menimbulkan stres.


Stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan disebut stresor .Stresor
menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja
kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan,perkembangan,spiritual,atau
kebutuhan kultural. Stresor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai internal atau
eksternal. Stresor internal berasal dari dalam diri seorang(mis.demam,kondisi seperti
kehamilan atau menopause. Atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah).Stresor
eksternal berasal dari luar diri seseorang(mis.perubahan bermakna dalam suhu
lingkungan, perubahan dalam peran keluarga, atau sosial, atau tekanan dari pasangan).

B. Kehilangan
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan adalah penarikan sesuatu atau seseorang atau situasi yang berharga atau
bernilai, baik sebagai pemisahan yang nyata maupun yang diantisipasi.

Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan signifikan yang membutuhkan


adaptasi melalui berduka kehilangan terjadi ketika sesuatu seseorang tidak dapat lagi
ditemui, diraba, didengar,diketahui,atau dialami. Tipe dari kehilangan mempengaruhi
tingkat stres. Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak menimbulkan distres yang
sama ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita. Namun demikian, setiap
individu merespons terhadap kehilangan secara berbeda. Kematian seorang anggota
keluarga menyebabkan distres lebih besar dibandingkan kehilangan hewan peliharaan.
tetapi bagi seseorang yang hidup sendiri kematian hewan-hewan peliharaan
menyebabkan distres emosional yang lebih besar dibanding dengan saudaranya yang
tidak pernah hidup selama bertahun - tahun.

Tipe kehilangan penting artinya untuk proses terbuka: namun perawat harus
mengenali bahwa setiap interpretasi seseorang tentang kehilangan sangat bersifat
individualistis . Kehilangan dapat bersifat aktual atau dirasakan kehilangan yang
bersifat aktual dapat dengan mudah diidentifikasi, misalnya seorang anak yang teman
bermain pindah rumah atau orang dewasa yang kehilangan pasangan akibat bercerai.
Kehilangan yang dirasakan kurang nyata dan dapat disalahartikan. Seperti kehilangan
kepercayaan diri atau prestise. Makin dalam makna dari apa yang hilang, maka makin
besar perasaan kehilangan tersebut .

C. Kematian
Secara etimologi yaitu keadaan mati atau kematian. Sementara secara definitif.
Kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara menetap, atau
terhentinya kerja otak secara permanen. Kematian merupakan peristiwa alamiah yang
dihadapi oleh manusia. Pemahaman akan kematian memengaruhi sikap dan tingkah
laku seorang terhadap kematian. Beberapa konsep tentang kematian sebagai berikut :
a. Mati sebagai terhentinya darah yang mengalir. Konsep ini bertolak dari
kriteria mati berupa terhentinya jantung. Dalam PP Nomor 18 tahun 1981
dinyatakan bahwa mati adalah berhentinya fungsi jantung dan paru-paru.
Namun kriteria ini sudah ketinggalan zaman. Dalam pengalaman kedokteran,
teknologi resitasi telah memungkinkan jantung dan paru-paru yang semula
terhenti dapat dipulihkan kembali.
b. Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dari tubuh. Konsep ini menimbulkan
keraguan karena, misalnya pada tindakan resitasi yang berhasil, keadaan
demikian menimbulkan kesan seakan-akan dapat ditarik kembali.
c. Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen. Konsep ini pun dipertanyakan
karena organ-organ berfungsi sendiri-sendiri sendiri tanpa terkendali karena
otak telah mati. Untuk kepentingan transplantasi . konsep ini menguntungkan.
Namun, secara moral tidak dapat diterima karena kenyataannya organ-organ
masih berfungsi meskipun tidak terpadu lagi.
d. Hilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar dan melakukan
interaksi sosial. Bila dibandingkan dengan manusia sebagai makhluk sosial
yaitu individu yang mempunyai kepribadian, menyadari kehidupannya,
kemampuan mengingat , mengambil keputusan dan sebagainya, maka
penggerak dari otak, baik secara fisik maupun sosial, makin banyak
dipergunakan. Pusat pengendali ini terletak dalam bidang otak. Oleh karena
itu, jika batang otak telah mati, dapat diyakini bahwa manusia itu secara fisik
dan sosial telah mati. Dalam keadaan seperti ini, kalangan medis sering
menempuh pilihan tidak meneruskan resusitasi . DNR ( do not resusciation ).

1) Perkembangan persepsi tentang kematian


Sikap menghadapi kematian adalah kecenderungan perbuatan manusia dan
menghadapi kematian yang diyakininya bakal terjadi. Sikapnya bermacam-macam
sesuai dengan keyakinannya dan kesadaran nya.
a) Orang yang menyiapkan dirinya dengan amal perbuatan yang baik karena
menyadari bahwa kematian bakal datang dan mempunyai makna rohaniah.
b) Orang yang mengabaikan peristiwa kematian , yang menganggap kematian
sebagai peristiwa alamiah yang tidak ada makna rohaniahnya.
c) Orang yang merasa takut atau keberatan untuk mati karena terpukau oleh
dunia materi.
d) Orang yang ingin melarikan diri dari kematian karena menganggap bahwa
kematian itu merupakan bencana yang merugikan , mungkin karena banyak
dosa , hidup tanpa norma . atau beratnya menghadapi keharusan menyiapkan
diri untuk mati.

D. Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih,gelisah,cemas,sesak nafas, susah tidur,dan
lain-ain. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.

NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional .
a) Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum
terjadinya kehilangan . Tipe ini masih dalam batas normal.
b) Berduka difungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara
aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional .
Tipe ini kadang – kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.

1. Jenis – Jenis Berduka Ada 4 Jenis Berduka :


a. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal
terhadap kehilangan. Misalnya, kesedihan, kemarahan. Menangis, kesepian,
dan menari diri dari aktivitas untuk sementara.
b. Berduka antisipatif, yaitu proses melepaskan diri yang muncul sebelum
kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika
menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan dan
menyesuaikan berbagai urusan didunia sebelum ajalnya tiba .
c. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap
berikutnya. Yaitu tahap kedukaan normal.
d. Berduka tertutup , yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui
secara terbuka. Contohnya : Kehilangan pasangan karena AIDS,anak
mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di
kandungan atau ketika bersalin. Teori dari Proses Berduka Tidak ada cara
yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka .
Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana
intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan
mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan
dukungan dalam bentuk empati.

Anda mungkin juga menyukai