Jabura
Nim : 202101177
Kelas : R2D Keperawatan
Rangkuman materi mengenai stres adaptasi dan konsep kehilangan, kematian dan
berduka
Stress dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang
diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat mengganggu cara
seorang dalam mencerap realitas, menyelesaikan masalah, berpikir secara umum; dan
hubungan seseorang rasa memiliki. Selain itu, stress dapat mengganggu pandangan
umum seseorang terhadap hidup, sikap yang ditujukan pada orang yang disayangi,
dan status kesehatan.
B. Kehilangan
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan adalah penarikan sesuatu atau seseorang atau situasi yang berharga atau
bernilai, baik sebagai pemisahan yang nyata maupun yang diantisipasi.
Tipe kehilangan penting artinya untuk proses terbuka: namun perawat harus
mengenali bahwa setiap interpretasi seseorang tentang kehilangan sangat bersifat
individualistis . Kehilangan dapat bersifat aktual atau dirasakan kehilangan yang
bersifat aktual dapat dengan mudah diidentifikasi, misalnya seorang anak yang teman
bermain pindah rumah atau orang dewasa yang kehilangan pasangan akibat bercerai.
Kehilangan yang dirasakan kurang nyata dan dapat disalahartikan. Seperti kehilangan
kepercayaan diri atau prestise. Makin dalam makna dari apa yang hilang, maka makin
besar perasaan kehilangan tersebut .
C. Kematian
Secara etimologi yaitu keadaan mati atau kematian. Sementara secara definitif.
Kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara menetap, atau
terhentinya kerja otak secara permanen. Kematian merupakan peristiwa alamiah yang
dihadapi oleh manusia. Pemahaman akan kematian memengaruhi sikap dan tingkah
laku seorang terhadap kematian. Beberapa konsep tentang kematian sebagai berikut :
a. Mati sebagai terhentinya darah yang mengalir. Konsep ini bertolak dari
kriteria mati berupa terhentinya jantung. Dalam PP Nomor 18 tahun 1981
dinyatakan bahwa mati adalah berhentinya fungsi jantung dan paru-paru.
Namun kriteria ini sudah ketinggalan zaman. Dalam pengalaman kedokteran,
teknologi resitasi telah memungkinkan jantung dan paru-paru yang semula
terhenti dapat dipulihkan kembali.
b. Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dari tubuh. Konsep ini menimbulkan
keraguan karena, misalnya pada tindakan resitasi yang berhasil, keadaan
demikian menimbulkan kesan seakan-akan dapat ditarik kembali.
c. Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen. Konsep ini pun dipertanyakan
karena organ-organ berfungsi sendiri-sendiri sendiri tanpa terkendali karena
otak telah mati. Untuk kepentingan transplantasi . konsep ini menguntungkan.
Namun, secara moral tidak dapat diterima karena kenyataannya organ-organ
masih berfungsi meskipun tidak terpadu lagi.
d. Hilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar dan melakukan
interaksi sosial. Bila dibandingkan dengan manusia sebagai makhluk sosial
yaitu individu yang mempunyai kepribadian, menyadari kehidupannya,
kemampuan mengingat , mengambil keputusan dan sebagainya, maka
penggerak dari otak, baik secara fisik maupun sosial, makin banyak
dipergunakan. Pusat pengendali ini terletak dalam bidang otak. Oleh karena
itu, jika batang otak telah mati, dapat diyakini bahwa manusia itu secara fisik
dan sosial telah mati. Dalam keadaan seperti ini, kalangan medis sering
menempuh pilihan tidak meneruskan resusitasi . DNR ( do not resusciation ).
D. Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih,gelisah,cemas,sesak nafas, susah tidur,dan
lain-ain. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional .
a) Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum
terjadinya kehilangan . Tipe ini masih dalam batas normal.
b) Berduka difungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara
aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional .
Tipe ini kadang – kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.