Adyana Sunanda
Universitas Muhammadiyah Surakarta
adya_s@yahoo.com
Abstrak
Kata kunci: sudut pandang sosial, cerita pendek, makna kohesif, rezim Orde Baru
Abstract
The present research investigated the public’s world views regarding the
style of Soeharto’s leadership during the era of Orde Baru regime reflected in
literary works, in particular short stories. There are two questions raised by this
research: how do authors reflect their social world views in their short stories and
how do they express the esthetical aspects of their works. To answer the problems,
genetic structuralism, introduced by Lucien Goldmann, was used. The technique
of analysing the data of the present research was dialectic method concentrating
on cohesive meaning that was developed by Goldmann. The research found three
important findings. First, there is an influence of authors’ social world view and the
public toward the social world view of their literary works. Second, the authority
relationship of the political system followed by Orde Baru regime tended to be
feudalistic. Third, the social world view of the public could be understood through
the authors as reflected in their literary works of showing society’s attitude such
as apathetic, submissive and accepted as ‘given’.
Keywords: public’s world views, short stories, cohesive meaning, Orde Baru
Regime
114
Pandangan Masyarakat Tentang Sistem Kekuasaan ... (Adyana Sunanda)
(bersastra) tidak dapat dipahami di luar yang melahirkannya. Hal ini karena faktor-
totalitas kehidupan masyarakat yang faktor tersebut memberi kepaduan pada
melahirkannya. Hal ini disebabkan oleh struktur karya sastra. Dalam hal ini, karya
pendapat bahwa karya sastra tidak lahir sastra dikatakan mewakili kehidupan dan
dari kekosongan budaya dan vakum sosial. kehidupan dalam tataran yang lebihn luas
Pandangan Goldmann ini kemudian lebih adalah realitas sosial. Pandangan dunia
dikenal dengan nama Genetic Structuralism ini, sebagai kesadaran kolektif, dipandang
atau strukturalisme-genetik. Pendekatan sebagai produk hubungan antara kelompok
ini berusaha untuk memberikan jawaban sosial yang mewakilinya dengan situasi
atas kebuntuan yang dihadapi oleh teori sosial dan ekonomi tertentu yang dihadapi
struktural otonom, sedangkan dalam kaitan oleh subjek kolektif yang memilikinya
dengan teori sosial sastra, pendekatan ini (Goldmann, 1977: 18: 1981: 112).
menutupi kurangnya perhatian teori sosial Adapun yang menjadi dasar dari
terhadap teks sastra (Faruk, 2010: 21). pendekatan strukturalisme-genetik ini
Selanjutnya, strukturalisme-genetik adalah tiga ciri fundamental perilaku
ini melihat hubungan genetik antara manusia yang merupakan hakikat hubungan
pandangan dunia (world view) pengarang manusia dengan lingkungannya. Ketiga ciri
pengarang dengan pandangan dunia tersebut, yaitu: (1) kecenderungan manusia
(world view) pada ruang tertentu dalam untuk menyesuaikan diri dengan realitas
masa tertentu (Junus, 1986: 16). Hal ini lingkungannya sehingga sifat hubungan
sejalan dengan pandangan Goldmann tersebut menjadi rasional dan bermakna;
yang menyatakan bahwa seseorang (2) kecenderungan terhadap konsistensi
tidak mungkin mempunyai pandangan menyeluruh dan penciptaan bentuk-
dunianya sendiri. Dia menyuarakan bentuk struktural, dan (3) munculnya
pandangan dunia suatu kelompok sosial. sifat dinamik yang cenderung mengubah
Pandangan dunia ini dapat dipahami dan mengembangkan struktur tersebut
sebagai istilah yang cocok bagi kompleks (Goldmann, 1973: 110).
yantg menyeluruh dari gagasan-gagasan, Kehadiran unsur fiksionalitas di
inspirasi-inspirasi, dan perasaan-perasaan dalam karya sastra, termasuk cerita pendek
yang menghubungkan secara bersama- (cerpen), dibingkai oleh jalinan unsur-unsur
sama anggota suatu kelompok sosial yang membangunnya. Dalam konteks
tertentu dan mempertentangkan dengan inilah, karya sastra dianggap sebagai
kelompok sosial yang lain dalam bingkai sebuah struktur: ia hadir dan dibangun
struktur karya sastra (1977: 9 &17). oleh sejumlah unsur yang berperan secara
Berkaitan dengan pandangan fungsional (Mahayana, 2006: 244). Oleh
dunia tersebut, Rene Wellek dan Austin karena itu, dalam upaya memahami unsur
Warren (1989: 90) mengatakan bahwa fiksionalitas karya sastra, termasuk cerpen,
sastra dapat memperlihatkan world view peneliti harus bekerja dalam kerangka
suatu masyarakat. Atau dapat diartikan analisis struktural. Analisis struktural
bahwa pandangan dunia merupakan suatu mencoba menguraikan keterkaitan dan
pemahaman total terhadap dunia dengan fungsi masing-masing unsur tersebut
segala kerumitan dan keutuhannya sehingga sebagai kesatuan struktural. Adapun yang
pemahaman terhadap karya sastra yang menjadi pusat perhatian di dalam analisis
didasarkan pada pendekatan strukturalisme- struktural adalah hubungan fungsional
genetik tidak mungkin dilakukan tanpa antarunsur tersebut sebagai suatu keutuhan.
mempertimbangkan faktor-faktor sosial
117
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol 27, No 2, Desember 2015, 114-125
118
Pandangan Masyarakat Tentang Sistem Kekuasaan ... (Adyana Sunanda)
hakikat kehidupan dengan segala macam kepada sosok Presiden Indonesia sekaligus
misterinya merupakan sumber dari segala pucuk pimpinan Orde Baru, yakni Soeharto
sumber kreativitas pengarang. Hal yang (Anwar, 2006: 20). Hal ini dapat kita simak
perlu diingat bahwa bagaimanapun juga dari cuplikan-cuplikan berikut.
karya sastra selalu mengedepankan aspek
fiksionalitas. Karya sastra sebagai hasil Maklumlah sebagai generasi
rekaan memperlihatkan kemampuannya tua di Kota Bebek, umurnya cukup
dalam membingkai dunia nyata ke dalam uzur. Untuk kuburannya sendiri ia
dunia fiksi. Keduanya, dunia nyata dan telah membeli sebuah bukit, dan
fiksi, menyatu dalam balutan fiksionalitas membangun mausoleum di tempat
dan disajikan secara estetis. itu. (Hal. 62)
Oleh karena itu, sebelum melakukan
kajian lebih lanjut terhadap karya sastra, Kalimat semacam itu masuk
kita terlebih dahulu harus memahami dalam buku autobiografinya,
unsur fiksionalitas karya sastra yang Pergulatan Batin Gober Bebek, yang
tersaji secara estetis. Upaya pemahaman menjadi bacaan wajib bebek-bebek
terhadap unsur fiksionalitas berarti harus yang ingin sukses, hampir semua
memahami keseluruhan struktur karya bab dalam buku ini mengisahkan
sastra yang membingkai unsur fiksionalitas bagaimana Paman Gober memburu
tersebut. Bagaimanapun juga seperti kekayaan. (Hal. 62)
yang dikatakan oleh A. Teeuw (1984)
bahwa analisis struktural itu merupakan
... Entah mengapa ia selalu
langkah awal sebelum peneliti mengkaji
terpilih kembali, meski pemilihan
lebih lanjut sebuah karya sastra, termasuk
selalu berlangsung seolah-olah
cerpen. Analisis struktural memusatkan
demokratis. Begitu seringnya ia
perhatiannya pada hubungan fungsional
terpilih, sampai-sampai seperti
antarunsur yang membangun karya sastra
tidak ada calon yang lain lagi.
sebagai suatu kesatuan (unity).
“Terlalu, masak tidak ada
Cerita pendek “Paman Gober” karya
bebek lain?” Paman Gober selalu
Seno Gumira Ajidarma ini sangat kuat
berbasa-basi. Namun, entah kenapa
menyaran kepada gaya simbolik. Gaya
kini bebek-bebek menjadi takut.
simbolisme ini di dalam sejarah sastra
(Hal. 63)
Indonesia tercatat menjadi pilihan para
“Kamu bebek tidak tahu diri,
pengarang untuk menuangkan idenya
sudah dibantu masih meleter pula.”
namun terbelenggu oleh aturan dan
“Apakah saya tidak punya
sensor yang sangat ketat dari penguasa
hak bicara?”
(pemerintah). Periode simbolik dua kali
“Punya, tapi asal jangan
tercatat dalam sejarah sastra Indonesia
meleter, nanti kamu kusembelih.”
modern sebelum era Orde Baru, yakni
(Hal. 63)
periode Balai Pustaka dan periode Jaman
Jepang.
Tokoh cerita di dalam cerpen ini Paman Gober sering muncul
adalah Paman Gober yang sekaligus di televisi. Kalau Paman Gober
menjadi judul cerpen. Tokoh Paman Gober sudah bicara, karena tidak berani
diadaptasi dari tokoh komik serial Donal putus, meskipun kalimat-kalimatnya
Bebek. Tokoh Paman Gober di dalam membuat bebek tertidur. (Hal. 64)
cerpen ini secara asosiatif jelas menunjuk
119
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol 27, No 2, Desember 2015, 114-125
120
Pandangan Masyarakat Tentang Sistem Kekuasaan ... (Adyana Sunanda)
bahwa rakyat dalam hidup kesehariannya Rezim Orde Lama di bawah kepemimpinan
akan mampu mandiri menjaga keamanan Soekarno yang selalu disibukkan dengan
dan membuat konsensus jika ada masalah urusan pemberontakan di berbagai daerah
yang harus dipecahkan. Ketidakpercayaan dan pergantian pemerintahan. Oleh karena
tersebut terlihat dari munculnya pernyataan- itulah, stabilitas politik menjadi salah satu
pernyataan pihak aparat militer seperti: prioritas utama untuk menjaga stabilitas
“Sebagian masyarakat masih mudah nasional.
dihasut!”. Oleh karena itu, segala gerak-
gerik masyarakat harus selalu dicurigai,
diwaspadai, dicermati oleh aparat terkait, 4. Kesimpulan
dalam hal ini adalah militer. Seno Gumira Sebagaimana sudah dikemukakan,
Ajidarma secara tersirat mengungkapkan kajian dalam penelitian ini memfokuskan
ini di dalam cerpennya yang berjudul diri pada dua permasalahan yang harus
“Paman Gober”. dijawab. Dari fokus permasalahan pertama
diperoleh tiga temuan penting.
Sudah berkali-kali Gerombo- Pertama, cerpen yang berjudul
lan Siberat, tiga serangkai penjahat “Paman Gober” karya Seno Gumira
kelas kakap, menggarap gudang Adjidarma ini bergaya simbolisme. Gaya
uang Paman Gober, namun simbolisme ini di dalam sejarah sastra
keberuntungan selalu berada di Indonesia modern selalu dipilih oleh
pihak Paman Gober. Paman Gober para pengarang ketika kebebasan untuk
tak terkalahkan, bahkan juga oleh berekspresi sangat dibatasi oleh penguasa.
Mimi Hitam, tukang tenung yang Bahkan ada kecenderungan penguasa
suka terbang naik sapu. Sudah mendiktekan kehendaknya atas tema-
beberapa kali Mimi Hitam berhasil tema sastranya. Kondisi yang demikian
merebut keping keberuntungan, dapat dilihat pada periode Balai Pustaka
jimat Paman Gober. Namun keping dan Zaman Jepang. Kedua, cerpen yang
uang logam kumuh itu selalu berjudul “Paman Gober” tersebut secara
berhasil direbut kembali. (Hal. 60) langsung merujuk pada tokoh penguasa
Orde Baru, yakni Soeharto. Ketiga, gaya
Bukan saja terhadap kelompok- penulisan yang konvensional yang dipilih
kelompok yang diberi stigma subversif oleh para pengarang dalam menulis
tindakan represif dilakukan, tetapi juga cerpennya tersebut.
terhadap lawan-lawan politik yang Dari fokus permasalahan kedua
dianggap dapat mengganggu kedudukan diperoleh beberapa temuan penting.
pemerintahan. Dalam konteks ini, stabilitas Pertama, terdapat keterpengaruhan dunia
nasional tidak hanya terkait dengan sosial pengarang dan masyarakatnya
stabilitas keamanan saja, tetapi juga terkait terhadap dunia sosial karya sastra. Sistem
dengan stabilitas politik. sosial-politik yang mengitari pengarang
Dalam pemahaman para teknokrat sebagai realitas dunia sosial-politik yang
dan birokrat Orde Baru, pembangunan dialaminya sangat menentukan nilai-
tidak akan berhasil manakala banyak nilai dunia sosial-politik di dalam dunia
terjadi gangguan keamanan di dalam cerpen-cerpenya sebagai dunia karya
masyarakat dan ketidakstabilan politik sastra. Kedua, relasi kekuasaan dalam
yang ditandai dengan sering bergantinya sistem politik yang dianut oleh rezim
pemerintahan. Hal ini yang terjadi pada Orde Baru cenderung bersifat feodalistik.
123
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol 27, No 2, Desember 2015, 114-125
Sistem kekuasaan yang feodalistik ini view masyarakat yang dapat dipahami
mensyaratkan kepatuhan rakyat kepada melalui world view pengarang seperti
penguasa, sebagaimana kepatuhan rakyat yang tercermin di dalam karya-karya
kepada rajanya. Dalam kehidupan sosial- yang dihasilkan memperlihatkan sikap-
politik yang cenderung otoriter, kepatuhan sikap masyarakat yang apatis, pasrah, dan
yang muncul merupakan kepatuhan yang menerima sebagai ‘given’. Di samping
semu. Munculnya kepatuhan semu tersebut tentu saja, ada bentuk-bentuk perlawanan
lebih disebabkan karena adanya intimidasi terhadap sistem kekuasaan sosial-politik
dan tindakan represif. Ketiga, world yang ada pada saat itu.
DAFTAR PUSTAKA
124
Pandangan Masyarakat Tentang Sistem Kekuasaan ... (Adyana Sunanda)
Mahayana, Maman S.. 2006. Bermain dengan Cerpen: Apresiasi dan Kritik Cerpen
Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Martin, Roderick. 1990. Sosiologi Kekuasaan. Jakarta: CV Rajawali.
Sunanda, Adyana. 2000. “Sastra, Negara, dan Politik” dalam Sastra: Ideologi, Politik, dan
Kekuasaan. Soediro Satoto dan Zainuddin Fananie (Ed.). Surakarta: Muhammadiyah
University Press dan HISKI Komisariat Surakarta.
Suparno, Basuki Agus. 2012. Reformasi dan Jatuhnya Soeharto. Jakarta: Penerbit Buku
KOMPAS.
Susanto SJ, Budi dan A. Made Tony Supriatma. 1995. ABRI: Siasat Kebudayaan 1945 –
1995. Yogyakarta: Penerbit Kanisius dan Lembaga Studi Realino.
Swingewood, Alan. 1972. “Theory”. Dalam Diana Laurenson and Alan Swingewood.
The Sociology of Literature. London: Paladin.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusasteraan. Penerjemah: Melanie
Budianta. Jakarta: PT Gramedia.
125