Tri Wahyudi
Pascasarjana Ilmu Sastra Fakultas Ilmu Budaya UGM
Jln. Sosiohumaniora, Bulaksumur, Yogyakarta
Email: yudicilik.30@gmail.com
Abstrak
Tulisan ini merupakan pembacaan terhadap buku The Sociology of Literature yang ditulis oleh
Alan Swingewood dan sejarah singkat pemikiran-pemikiran yang mempengaruhinya. Pandangan
bahwa karya sastra adalah dokumen sosiobudaya diformulasikan oleh Swingewood ke dalam suatu
kerangka pemikiran yang dapat dipahami secara runut dan terperinci.
Kata kunci: Swingewood, karya sastra, sosiologi sastra.
Abstract
This writing is a reading of the book The Sociology of Literature, written by Alan Swingewood and a brief
history of influenced ideas. The view that literature is a sociocultural document formulated by Swingewood into an
understood and detailed framework.
Keywords: Swingewood, literature, sociology of literature.
55
Jurnal Poetika Vol. 1 No. 1, Juli 2013
tokoh tokoh sisologi sastra, di antaranya karya sastra selalu merefleksikan kesadaran
George Lukacs, Louis De Bonald, Madame de dan ketidaksadaran psikologi kelas yang
Stael, Robert Escarpit, Taine, Diana Laurenson diekspresikan melalui pengarang. Hal ini
dan Alan Swingewood. menunjukkan bahwa karya sastra mampu
Sebelum kemunculan tokoh-tokoh menampilkan kenyataan yang tersembunyi
tersebut, Karl Marx dan Frederick Engels dan selanjutnya menjadi ilustrasi adanya kajian
mengulas kehidupan manusia dari basis sastra dan masyarakat yang oleh kritikus
material. Communist Manifesto (1820) adalah kekinian diistilahkan sebagai ‘dogmatic theory of
buku yang menjabarkan tentang sejarah social criticism’.
manusia dan perjuangan kelas yang diawali dari Dalam pandangan ini karya sastra seolah-
terjadinya pembagian kelas masyarakat karena olah diposisikan sebagai cerminan langsung
perbedaan kapital. Kapitalisme dianggap dari pelbagai struktur sosial, hubungan
sebagai faktor utama yang menyebabkan kekeluargaan, konflik kelas, budaya, dan lain-lain.
terjadinya perburuhan dan perbudakan antara Alan Swingewood, sebagai tokoh yang muncul
kelas pemodal dan proletar. Dalam revolusi pasca era Marx dan Engels berpendapat bahwa
alat produksi, yang mana menghancurkan relasi karya sastra merupakan penghubung karakter
sosial feodal statis dan stagnasi sistem produksi, imajiner dalam sebuah novel terhadap suatu
kapitalisme mencerminkan suatu formasi keadaan yang diciptakan oleh pengarangnya
sosial progresif. Pada kasus ini kapitalisme berdasarkan asal penciptaannya. Senada dengan
berkebalikan dengan karya sastra; sementara Swingewood, Lowhental mengatakan bahwa
kapitalisme menciptakan kelas dan konflik karya sastra merupakan persoalan masyarakat
kelas, keberadaan karya sastra justru melampaui yang ditulis untuk kemudian dibaca oleh
keberadaan kelas, agama, negara, dan mampu masyarakat. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
berdialog dengan manusia di mana saja. gerakan-gerakan yang mendorong kemunculan
Melalui kritiknya terhadap karya karya sastra, proses penerimaan karya sastra
Shakespeare, Timon of Athens, Marx mengatakan dalam masyarakat, dan pola budaya yang dipilih
naskah tersebut adalah refleksi uang dalam agar mempengaruhi minat masyarakat untuk
fungsi sosial dalam kehidupan yang mampu membaca karya sastra tersebut (Swingewood,
mengontrol manusia, esensi sosial, dan karakter 1972: 43).
sosial. Pada diskusi lain, Marx mengatakan Taine, dalam Swingewood, juga
bahwa uang bukan hanya mengontrol manusia, membicarakan tentang posisi karya sastra
namun mengalienasi menjadi ‘sosok terasing’ melalui tiga konsepnya; race, moment, dan milieu.
yang memisahkan dari dirinya sendiri dan sosial, Taine berpendapat bahwa karya sastra berkaitan
yang seolah mencerminkan ‘alienated ability of erat dengan sikap bawaan, intelektualitas dan
mankind’. Hal ini menunjukkan bahwa, menurut semangat jama, serta kondisi cuaca dan geografi
Marx, konsepsi sastra agak deterministik; karya sastra diciptakan. Interaksi ketiga hal ini
ekonomi memaksa struktur ide dalam melahirkan ‘struktur mental’, dan menjelaskan
masyarakat dan menyatu dalam satu ideologi perkembangan ‘germinal ideas’ (awal mula ide)
yang merefleksikan ‘kesalahan’ kesadaran kelas suatu abad atau era tertentu yang terekspresikan
sosial. Sehingga dalam buku The German Ideology dalam seni atau sastra agung (Swingewood,
(1846), dikatakan bahwa hubungan antara karya 1972: 30).
sastra dan struktur ekonomi sosial adalah; ‘art Swingewood berpendapat bahwa, pada
as ideology has no autonomy’. tahapan dasar, sosiologi dan karya sastra
Lunacharsky, Menteri Kebudayaan mengemukakan ikhtisar yang sama. Sosiologi
Soviet pada masa Lenin, mengatakan bahwa adalah studi obyektif manusia dalam masyarakat,
kritik Marxist menyediakan gambaran utuh institusi, dan proses sosial yang dilakukan untuk
perkembangan sosial suatu jaman, di mana mengetahui keberadaan dan pola kerjanya.
56
Jurnal Poetika Vol. 1 No. 1, Juli 2013
Karya sastra, seperti halnya sosiologi, juga jauh, Swingewood menempatkan karya sastra
membicarakan tentang kehidupan manusia, sebagai refleksi langsung (cerminan) berbagai
cara beradaptasi, dan keinginannya untuk aspek struktur sosial, hubungan kekeluargaan,
berubah. Akan tetapi, sebagai produk estetis, konflik kelas, trend lain yang mungkin muncul,
karya sastra tidak dapat dimaknai an sich sebagai dan komposisi populasi.
fakta sosiologis semata. Karya sastra melampaui Selanjutnya, karya sastra diposisikan
sekedar deskripsi analisis ilmiah obyektif. Ia sebagai sentral diskusi yang menitikberatkan
mampu menembus permukaan sosial, bahkan pada pembahasan intrinsik teks dengan
menunjukkan pengalaman hidup individu menghubungkannya terhadap fenomena yang
diekspresikan di suatu kelompok. terjadi pada saat karya tersebut diciptakan.
Kajian sosiologi abad ke-19 dan ke- Mengutip Lowenthal, Literature and The Image of
20 ,yang diantaranya dilakukan oleh Comte, Man (1957), Swingewood menjelaskan bahwa
Spencer, Durkheim, dan Weber mulai bergulir menghubungkan pengalaman tokoh imajiner
pada persinggungan intrinsik karya sastra dengan sejarah, tema, dan gaya adalah cara yang
dengan ekstrinsiknya. Meskipun hal tersebut paling relevan untuk mengetahui keterkaitan
masih dikatakan banal, dangkal, diragukan, dan karya sastra dengan pola-pola kemasyarakatan
kurang berwawasan sosiologis sebagaimana yang terletak di luar teks;
yang dikemukakan oleh Swingewood;
“it is the task of sociologist of literature
“it is also unfortunate that a small acount to relate the experience of the writer’s imaginary
of knowledge and research which does exist on characters and situations to the historical climate
the whole exceedingly dubious in quality, lacking from which they derive. He has to transform the
in scientifict rigour, banal in quality of its private equation of theme and stylistic means
sociological ‘insights’, and frequently consisting into social equations” (Swingewood, 1972:
of the crudest correlations between literary text 14).
and social history” (Swingewood, 1992: 18).
Transformasi dari pemaknaan kedirian
Berkaitan dengan sastra dan masyarakat, sastra menuju pemaknaan sosiologis—
Swingewood menyajikan tiga konsep dalam pendekatan esktrinsik, menuai beberapa
pendekatan karya sastranya, yaitu; sastra sebagai kritik, diantaranya; metode ini semata-mata
refleksi/cerminan jaman, sasstra dilihat dari menjadikan karya sastra sebagai sumber
proses produksi kepengarangannya, dan sastra penggalian informasi sosiologis, dan bahwa
dalam hubungannya dengan kesejarahan. karya sastra dipindahkan dari luar dirinya karena
kurangnya aparatus kritik untuk memahami
Karya sebagai Refleksi Sosial dan mengevaluasi. Metode ini juga dianggap
Karya sastra menurut Swingewood adalah ‘berbahaya’ untuk diterapkan ketika seorang
dokumen sosiobudaya yang dapat digunakan sosiolog (peneliti) tidak memiliki kemampuan
untuk melihat suatu fenomena dalam masyarakat cukup yang cukup untuk mengurai partikular
pada masa tersebut. Inilah yang kemudian historisnya. Oleh karenanya, hanya seorang
diistilahkan sebagai dokumentasi sastra yang orang yang memiliki pengetahuan cukup
merujuk pada cerminan jaman. Swingewood tentang struktur sosial dari sumber lain di luar
mengutip pernyataan Luis De Bonald yang karya sastra lah yang mampu menemukan,
beranggapan bahwa dengan melakukan close bagaimana dan sejauh mana tipe sosial dan
reading terhadap suatu karya sastra ‘nasional’, perilaku tertentu direproduksi ke dalam sebuah
akan diketahui pula apa yang berlaku pada novel baik memadai maupun tidak.
masyarakat tersebut. Demikian juga pernyataan Dengan memahami bahwa karya sastra
Stendhal bahwa novel adalah “mirror journeying adalah hasil kreasi bebas, tidak menutup
down the high road (Swingewood, 1972: 13). Lebih kemungkinan muncul karya sastra yang
57
Jurnal Poetika Vol. 1 No. 1, Juli 2013
58
Jurnal Poetika Vol. 1 No. 1, Juli 2013
59
Jurnal Poetika Vol. 1 No. 1, Juli 2013
60
Jurnal Poetika Vol. 1 No. 1, Juli 2013
Daftar Pustaka
Swingewood, Alan. 1986. Sociological Poetics and
Aesthetic Theory. London: Macmillan
Press.
_____.1992. A Short History of Sociological
Thought. London: Macmillan Press.
Swingewood, Alan and Diana Laurenson. 1972.
The Sociology of Literature. Paladine.
Durkheim, Emile. 1958. The Rules of Sociological
Method. Glencoe: Fress Press.
Damono, Sapardi Djoko, dan S. Effendy.
1979. Sosiologi sastra: Sebuah Pengantar
Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
61