Anda di halaman 1dari 7

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal POETIKA

Jurnal Poetika Vol. 1 No. 1, Juli 2013

SOSIOLOGI SASTRA ALAN SWINGEWOOD


SEBUAH TEORI

Tri Wahyudi
Pascasarjana Ilmu Sastra Fakultas Ilmu Budaya UGM
Jln. Sosiohumaniora, Bulaksumur, Yogyakarta
Email: yudicilik.30@gmail.com

Abstrak
Tulisan ini merupakan pembacaan terhadap buku The Sociology of Literature yang ditulis oleh
Alan Swingewood dan sejarah singkat pemikiran-pemikiran yang mempengaruhinya. Pandangan
bahwa karya sastra adalah dokumen sosiobudaya diformulasikan oleh Swingewood ke dalam suatu
kerangka pemikiran yang dapat dipahami secara runut dan terperinci.
Kata kunci: Swingewood, karya sastra, sosiologi sastra.
Abstract
This writing is a reading of the book The Sociology of Literature, written by Alan Swingewood and a brief
history of influenced ideas. The view that literature is a sociocultural document formulated by Swingewood into an
understood and detailed framework.
Keywords: Swingewood, literature, sociology of literature.

Pendahuluan 12). Lebih lanjut Damono mengatakan


Secara umum sosiologi dapat dikatakan bahwa genre sastra, khususnya novel dapat
sebagai telaah obyektif tentang manusia dan mengetengahkan satu persoalan yang turut
masyarakat yang mencakup proses-proses sosial dibicarakan oleh sosiologi yaitu masyarakat dan
yang ada di dalamnya. Disiplin ini tentu saja segala aktivitas di sekitar mereka (Damono,
menempatkan segala fenomena sosial sebagai 1979: 68).
bahan kajian yang harus diurai secara ilmiah, Persamaan ini kemudian disikapi oleh
meliputi; pola kebudayaan, ekonomi, bahasa, sekelompok pemikir untuk meletakkan sastra
sastra, dan lain-lain. Dari proses ini maka akan sebagai sesuatu yang terpisah dari sosiologi
dapat diketahui bagaimana suatu individu mengingat sastra dapat berdiri sendiri sebagai
dapat berinteraksi terhadap komunitasnya serta sebuah kajian yang dapat didekati melalui
mekanisme sosialnya sehingga ia dapat diterima elemen-elemen yang ada di dalamnya. Bahkan,
dalam suatu perlikau tertentu. Sehingga, sebagai seni karya sastra dianggap melampaui
sosiologi secara ringkas dapat dipahami sebagai sekedar deskripsi dan analisis ilmiah obyektif,
disiplin yang bertujuan untuk mengkaji perilaku menembus permukaan sosial, dan menjelaskan
manusia, pembentukan satu struktur sosial dan perasaan manusia terhadap apa yang telah
kesepakatan bersama dalam ekonomi, politik, dialaminya (Swingewood, 1972: 12). Hal ini
budaya, dan lain-lainnya (Durkheim, 1958: 24) semakin mengukuhkan bahwa karya sastra
Sedemikian halnya dengan sosiologi, mampu merangkum sekian peristiwa yang dapat
karya sastra dianggap sebagai sebuah usaha dijelaskan dengan sistematis dan terperinci
untuk menciptakan kembali hubungan manusia melalui metode sosiologi, yang kemudian
dengan kekeluargaan, masyarakat, politik, disebut sebagai sosiologi sastra.
agama, dan lain-lain, karena memungkinkannya Dalam kedudukannya sebagai susuatu
untuk menjadi satu alternatif aspek estetis untuk yang berdialog dengan dunia di luar dirinya,
menyesuaikan diri serta melakukan perubahan karya sastra dianggap sebagai sosiokritik sastra.
dalam suatu masyarakat (Swingewood, 1972: Dengan pelbagai sudut pandang, bermunculan

55
Jurnal Poetika Vol. 1 No. 1, Juli 2013

tokoh tokoh sisologi sastra, di antaranya karya sastra selalu merefleksikan kesadaran
George Lukacs, Louis De Bonald, Madame de dan ketidaksadaran psikologi kelas yang
Stael, Robert Escarpit, Taine, Diana Laurenson diekspresikan melalui pengarang. Hal ini
dan Alan Swingewood. menunjukkan bahwa karya sastra mampu
Sebelum kemunculan tokoh-tokoh menampilkan kenyataan yang tersembunyi
tersebut, Karl Marx dan Frederick Engels dan selanjutnya menjadi ilustrasi adanya kajian
mengulas kehidupan manusia dari basis sastra dan masyarakat yang oleh kritikus
material. Communist Manifesto (1820) adalah kekinian diistilahkan sebagai ‘dogmatic theory of
buku yang menjabarkan tentang sejarah social criticism’.
manusia dan perjuangan kelas yang diawali dari Dalam pandangan ini karya sastra seolah-
terjadinya pembagian kelas masyarakat karena olah diposisikan sebagai cerminan langsung
perbedaan kapital. Kapitalisme dianggap dari pelbagai struktur sosial, hubungan
sebagai faktor utama yang menyebabkan kekeluargaan, konflik kelas, budaya, dan lain-lain.
terjadinya perburuhan dan perbudakan antara Alan Swingewood, sebagai tokoh yang muncul
kelas pemodal dan proletar. Dalam revolusi pasca era Marx dan Engels berpendapat bahwa
alat produksi, yang mana menghancurkan relasi karya sastra merupakan penghubung karakter
sosial feodal statis dan stagnasi sistem produksi, imajiner dalam sebuah novel terhadap suatu
kapitalisme mencerminkan suatu formasi keadaan yang diciptakan oleh pengarangnya
sosial progresif. Pada kasus ini kapitalisme berdasarkan asal penciptaannya. Senada dengan
berkebalikan dengan karya sastra; sementara Swingewood, Lowhental mengatakan bahwa
kapitalisme menciptakan kelas dan konflik karya sastra merupakan persoalan masyarakat
kelas, keberadaan karya sastra justru melampaui yang ditulis untuk kemudian dibaca oleh
keberadaan kelas, agama, negara, dan mampu masyarakat. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
berdialog dengan manusia di mana saja. gerakan-gerakan yang mendorong kemunculan
Melalui kritiknya terhadap karya karya sastra, proses penerimaan karya sastra
Shakespeare, Timon of Athens, Marx mengatakan dalam masyarakat, dan pola budaya yang dipilih
naskah tersebut adalah refleksi uang dalam agar mempengaruhi minat masyarakat untuk
fungsi sosial dalam kehidupan yang mampu membaca karya sastra tersebut (Swingewood,
mengontrol manusia, esensi sosial, dan karakter 1972: 43).
sosial. Pada diskusi lain, Marx mengatakan Taine, dalam Swingewood, juga
bahwa uang bukan hanya mengontrol manusia, membicarakan tentang posisi karya sastra
namun mengalienasi menjadi ‘sosok terasing’ melalui tiga konsepnya; race, moment, dan milieu.
yang memisahkan dari dirinya sendiri dan sosial, Taine berpendapat bahwa karya sastra berkaitan
yang seolah mencerminkan ‘alienated ability of erat dengan sikap bawaan, intelektualitas dan
mankind’. Hal ini menunjukkan bahwa, menurut semangat jama, serta kondisi cuaca dan geografi
Marx, konsepsi sastra agak deterministik; karya sastra diciptakan. Interaksi ketiga hal ini
ekonomi memaksa struktur ide dalam melahirkan ‘struktur mental’, dan menjelaskan
masyarakat dan menyatu dalam satu ideologi perkembangan ‘germinal ideas’ (awal mula ide)
yang merefleksikan ‘kesalahan’ kesadaran kelas suatu abad atau era tertentu yang terekspresikan
sosial. Sehingga dalam buku The German Ideology dalam seni atau sastra agung (Swingewood,
(1846), dikatakan bahwa hubungan antara karya 1972: 30).
sastra dan struktur ekonomi sosial adalah; ‘art Swingewood berpendapat bahwa, pada
as ideology has no autonomy’. tahapan dasar, sosiologi dan karya sastra
Lunacharsky, Menteri Kebudayaan mengemukakan ikhtisar yang sama. Sosiologi
Soviet pada masa Lenin, mengatakan bahwa adalah studi obyektif manusia dalam masyarakat,
kritik Marxist menyediakan gambaran utuh institusi, dan proses sosial yang dilakukan untuk
perkembangan sosial suatu jaman, di mana mengetahui keberadaan dan pola kerjanya.

56
Jurnal Poetika Vol. 1 No. 1, Juli 2013

Karya sastra, seperti halnya sosiologi, juga jauh, Swingewood menempatkan karya sastra
membicarakan tentang kehidupan manusia, sebagai refleksi langsung (cerminan) berbagai
cara beradaptasi, dan keinginannya untuk aspek struktur sosial, hubungan kekeluargaan,
berubah. Akan tetapi, sebagai produk estetis, konflik kelas, trend lain yang mungkin muncul,
karya sastra tidak dapat dimaknai an sich sebagai dan komposisi populasi.
fakta sosiologis semata. Karya sastra melampaui Selanjutnya, karya sastra diposisikan
sekedar deskripsi analisis ilmiah obyektif. Ia sebagai sentral diskusi yang menitikberatkan
mampu menembus permukaan sosial, bahkan pada pembahasan intrinsik teks dengan
menunjukkan pengalaman hidup individu menghubungkannya terhadap fenomena yang
diekspresikan di suatu kelompok. terjadi pada saat karya tersebut diciptakan.
Kajian sosiologi abad ke-19 dan ke- Mengutip Lowenthal, Literature and The Image of
20 ,yang diantaranya dilakukan oleh Comte, Man (1957), Swingewood menjelaskan bahwa
Spencer, Durkheim, dan Weber mulai bergulir menghubungkan pengalaman tokoh imajiner
pada persinggungan intrinsik karya sastra dengan sejarah, tema, dan gaya adalah cara yang
dengan ekstrinsiknya. Meskipun hal tersebut paling relevan untuk mengetahui keterkaitan
masih dikatakan banal, dangkal, diragukan, dan karya sastra dengan pola-pola kemasyarakatan
kurang berwawasan sosiologis sebagaimana yang terletak di luar teks;
yang dikemukakan oleh Swingewood;
“it is the task of sociologist of literature
“it is also unfortunate that a small acount to relate the experience of the writer’s imaginary
of knowledge and research which does exist on characters and situations to the historical climate
the whole exceedingly dubious in quality, lacking from which they derive. He has to transform the
in scientifict rigour, banal in quality of its private equation of theme and stylistic means
sociological ‘insights’, and frequently consisting into social equations” (Swingewood, 1972:
of the crudest correlations between literary text 14).
and social history” (Swingewood, 1992: 18).
Transformasi dari pemaknaan kedirian
Berkaitan dengan sastra dan masyarakat, sastra menuju pemaknaan sosiologis—
Swingewood menyajikan tiga konsep dalam pendekatan esktrinsik, menuai beberapa
pendekatan karya sastranya, yaitu; sastra sebagai kritik, diantaranya; metode ini semata-mata
refleksi/cerminan jaman, sasstra dilihat dari menjadikan karya sastra sebagai sumber
proses produksi kepengarangannya, dan sastra penggalian informasi sosiologis, dan bahwa
dalam hubungannya dengan kesejarahan. karya sastra dipindahkan dari luar dirinya karena
kurangnya aparatus kritik untuk memahami
Karya sebagai Refleksi Sosial dan mengevaluasi. Metode ini juga dianggap
Karya sastra menurut Swingewood adalah ‘berbahaya’ untuk diterapkan ketika seorang
dokumen sosiobudaya yang dapat digunakan sosiolog (peneliti) tidak memiliki kemampuan
untuk melihat suatu fenomena dalam masyarakat cukup yang cukup untuk mengurai partikular
pada masa tersebut. Inilah yang kemudian historisnya. Oleh karenanya, hanya seorang
diistilahkan sebagai dokumentasi sastra yang orang yang memiliki pengetahuan cukup
merujuk pada cerminan jaman. Swingewood tentang struktur sosial dari sumber lain di luar
mengutip pernyataan Luis De Bonald yang karya sastra lah yang mampu menemukan,
beranggapan bahwa dengan melakukan close bagaimana dan sejauh mana tipe sosial dan
reading terhadap suatu karya sastra ‘nasional’, perilaku tertentu direproduksi ke dalam sebuah
akan diketahui pula apa yang berlaku pada novel baik memadai maupun tidak.
masyarakat tersebut. Demikian juga pernyataan Dengan memahami bahwa karya sastra
Stendhal bahwa novel adalah “mirror journeying adalah hasil kreasi bebas, tidak menutup
down the high road (Swingewood, 1972: 13). Lebih kemungkinan muncul karya sastra yang

57
Jurnal Poetika Vol. 1 No. 1, Juli 2013

‘mengingkari’ semangat jamannya, atau pemikiran dan perasaan yang terekspresikan


setidaknya berbeda dari apa yang sedang melalui kelas sosial, pekerjaan, cinta, alam,
berlangsung secara khusus pada masa tersebut. dan seni. Lowenthal menyimpulkan bahwa
Sehingga, permasalahan sebenarnya adalah apa pemaknaan sosial kedirian tokoh berhubungan
yang akan terjadi apabila ada karya sastra –yang dengan masalah perubahan sosial. Dengan
dianggap sebagai cerminan jaman –tidak ‘setia’, demikian, karya sastra sebagai refleksi nilai
dan atau tidak menggambarkan kebenaran dan perasaan, menunjukkan derajat perubahan
historis seperti yang telah diasumsikan? Sejauh masyarakat dan respon mereka terhadap
mana karakter fiktif dan tipikal situasi mewakili pengalaman tersebut;
suatu sejarah tertentu?
Untuk menjawab persoalan tersebut, “Thus literature, as reflection of
konsep refleksi/cermin harus mengabaikan values and feeling, points both to the degree
of change occuring in different societies as well
proses produksi dan kepengarangannya. as to the manner in which individuals become
Para pengarang besar, menurut Swingewood, socialized into the social structure and their
tidak menyederhanakan semesta sosial ke response to this experience” (Swingewood,
dalam terma deskripsi yang luas, melainkan 1986: 16).
lebih pada tugasnya untuk melakukan kritik
dan menciptakan ‘takdirnya’ sendiri dalam Akan tetapi, Swingewood mengkritik
menemukan makna dan nilai sosial. Masyarakat pernyataan tersebut dengan mengatakan
dapat diibaratkan sebagai ensemble institusi bahwa seiring berkembangnya kompleklsitas
sosial yang mengontruksi suatu struktur sosial, perubahan dan struktur sosial, akan sangat
meliputi; norma, standar tingkah laku agar sulit untuk meneliti karya sastra sebagai
seseorang dapat diterima oleh orang lain, dan cerminan langsung dari suatu keadaan. Pada
nilai yang secara sadar diformulasikan dan abad ke-18, mungkin masih ada peluang untuk
disadari untuk dipatuhi secara sosial. Karya menganalisis karya Filding, Tom Johns, sebagai
sastra berfungsi merefleksikan konstruksi sebuah potret sosial suatu masyarakat. Namun,
tersebut melalui intrinsik imajinernya, misalkan sejalan dengan dimulainya era industrialisasi
merefleksikan dan memperkuat serta nilai-nilai dan berkembangnya suatu komplesitas trsuktur
material sosiologis. sosial yang meliputi keberagaman kelas dan
Menyinggung karya Balzac dan Gissing status sosial, bersamaan dengan maraknya
yang mengusung tema devaluasi nilai pada abad budaya massa, tidak menutup kemungkinan
ke-19, Swingewood mengatakan bahwa arti karya sastra tidak menutup kemungkinan karya
‘kebenaran’ dari sastra agung dan kelompok sastra sebagai hasil ciptaan manusia dipengaruhi
sosial bersandar pada ‘nilai-nilai otentik’ oleh kep[entingan-kepentingan tersebut.
kemanusiaan, yaitu; kebutuhan, aspirasi, dan
hasrat yang termediasi melalui interaksi sosial. Kepengarangan dan Produksi
Sehingga, tugas seorang sosiolog bukan sekedar Pendekatan ini oleh Swingewood
menemukan refleksi sosial dan historis karya dipindahkan dari pembahasan karya sastra
sastra, melainkan juga mengartikulasikan nilai- ke pembahasan situasi produksi karya sastra,
nilai yang yang tertanam di dalamnya, yang oleh khususnya situasi sosial pengarang. Robert
Raymond William disebut dengan structure of Escarpit (Sociology de la Litterature, 1958), yang
feelings. lebih dahulu mencermati kajian ini, mengatakan
Lowenthal, setelah melakukan penelitian bahwa patronase dan biaya produksi memiliki
terhadap hero Cervantes—Don Quixote, signifikansi yang sama dengan teks sastra sebagai.
mengatakan bahwa sosiologi sastra seyogyanya Menurut penelusurannya, pada era aristokrasi
menemukan core of meaning dari karya sastra abad ke-18, hubungan antara pengarang
yang berbeda-beda dan berisi berbagai aspek dengan patronnya sering terlihat ‘miring dan

58
Jurnal Poetika Vol. 1 No. 1, Juli 2013

menjijikkan’. Kebangkitan penerbitan murah kelompok-kelompok intelektual. Titik awal


dan produksi massa telah menggeser kedudukan yang menyebabkan keterpisahan ini adalah masa
para penulis dari kemerdekaannya menjadi ketika pengarang masih memungkinkan untuk
sebuah profesi. Tahapan demokratisasi budaya mengidentifikasi masyarakat kelas menengah
–istilah Karl Mannheim (sosiolog Jerman), dan mengekspresikan nilai-nilainya melalui
sangat signifikan bagi kemunculan novel dan karya sastra, yang sosial dan rasional, dari
genre kelas menengah yang kemudian dibayang- masa ketidakpastian dan keragu-raguan yang
bayangi oleh budaya massa dan komersialisasi didasarkan pada psikologis dan subyektivitas.
sastra. Tahun ini sering dicatat sebagai tahun revolusi
Perbincangan utama kemudian cenderung (1948), ketika Eropa sedang mengalami
pada meningkatnya gejala alienasi pengarang ketegangan konflik. Setelah peristiwa ini,
dari masyarakat diikuti oleh konsekuensinya hampir sebagian besar kelas menengah di
terhadap karya sastra dan isinya. Fragmentasi negara Eropa Barat mengalami pencapaian
sosial ini seringkali dihubungkan dengan kekuatan politisnya.
runtuhnya patronase di akhir abad ke-18 dan Dua orientasi berbeda tentang studi
tampilnya pengarang sebagai anggota dari ‘free sosiologis sastra yang saling bertentangan ini
floating intelegentsia”. Pada masyarakat pra-industri cenderung memisahkan tujuan penelitian,
dikatakan bahwa harmoni antara pengarang yaitu pada konteks sosial penulisan atau teks
dan pembaca sangat dipentingkan, misalkan sastra dan pemaknaan sosialnya. Para sosiolog
dalam; Periclean Athens, Aescyhlus, Sopochles, dan yang penelitiannya berangkat dari teks sering
Euripidis, yang kurang lebih berintegrasi dengan beranggapan bahwa adanya prasyarat sosial
masyarakat dan tidak menempatkannya sebagai dalam menulis tidak relevan untuk sosiologi
kelas yang terpisah. sastra. Lucien Goldmann berpendapat bahwa
Setelah memasuki era industri, bagi para penulis besar, kondisi sosial saat
fenomena pasar yang memudahkan pengarang proses penciptaan dapat diatasi dan dilampaui,
mendapatkan royalti kemudian melemahkan sehingga makna yang terdapat dalam teks
tematik sastra yang sebelumnya menjadi bahan tidak ada hubungannya dengan kondisi pasar
penilaian suatu karya. Masih dibayangi oleh kepengarangan. Ia menunjukkan bahwa
budaya massa, selera pasar dan permainan penulis tingkat kedua adalah mereka yang gagal
kapital menciptakan keberjarakan dan alienasi membebaskan diri dari konteks sosial-ekonomi,
antara konten sastra dengan gejala yang ada di sehingga hal tersebut terbawa ke dalam karya,
masyarakat; mendominasi struktur dan isinya murni
sangat temporal. Goldmann juga menegaskan
“but with the rise of a specially middle- bahwa pada abad ke-18 dan ke-19 pengarang
class reading public, lending libraries, and cheap menciptakan karya untuk pembaca khusus,
publishing, writers were forced more and more
to depend on the system of royalties for their menciptakan tokoh dan peristiwa yang sesuai
living: literary, as already observed, turned into dengan nilai-nilainya, terutama keterkaitan
a trade.” karya terhadap jenis kelamin pembacanya. Baik
“a persistent theme of this particular karya Dickens maupun Balzac, struktur novel
sociological approach is the emphasize on the
increasing alienation of the writer from his mereka bergantung pada kebutuhan publikasi
society and the consequent impact on literary style serial, dan elemen aneh pada drama karya
and content” (Swingewood,1972: 18). Balzac (tokoh kriminal, peleraian dan kekerasan
yang tiba-tiba) jelas berhubungan dengan
Pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke- penerbitan majalah Perancis pada tahun 1930-
19, para pengarang yang memiliki kreativitas an dan 1940-an. Pengarang besar, lanjutnya,
benar-benar mengalienasi diri dari masyarakat tidak menulis dalam bentuk serial. Yang lebih
dan memperkuat dirinya dengan menciptakan signifikan adalah bahwa saat ini sangat sulit

59
Jurnal Poetika Vol. 1 No. 1, Juli 2013

untuk menghubungkan antara pembaca, sendiri. Sedangkan menurut Richard Hoggart,


penerbit, hubungan kelompok sosial dengan Literature and Society (1966), sastra agung
sastra agung melalui cara pemaknaan apapun. menembus lebih dalam pengalaman manusia
karena kapasitas sastra itu tidak hanya melihat
Sejarah dan Karya Sastra pergerakan individu, akan tetapi jauh lebih
Swingewood mengawali pembahasannya dalam melihat gerakan-gerakan di bawah yang
dengan pentingnya keterampilan dan usaha tertampak. Dan sastra juga mampu menyatukan
keras untuk melacak bagaimana kerja sastra ketidaksamaan pola sebuah masyarakat ibarat
dapat diterima oleh masyarakat tertentu menempatkan magnet di antara serpihan besi.
pada peristiwa sejarah tertentu. Berikutnya ia Dari abstraksi di atas, Swingewood
mengilustrasikan perjalanan kesastraan Guy menyatakan bahwa pengarang dan kekaryaannya
de Mappasant hingga diterima di Inggris pada memiliki implikasi yang dalam terhadap manusia
tahun 1980-an dan 1990-an, dengan efek transisi dan kondisi sosialnya;
yang dibumbui seksualitas dan kenaifan sebagai
satu bentuk modernitas kekaryaan. Seksualitas “it is interesting to note that on this point
dalam novel Thomas Hardy dan George Mcore most sociologists of literature and literary critics
are agreed: one studies great writers and their
dipandang lebih terbuka dibandingkan dengan text precisely because their greatness implies deep
karya Dickens dan Eliot. Hal ini kemudian insight into human and the social condition”
dianggap mengilustrasikan konflik nilai antara (Swingewood, 1972: 22).
praktisi sastra tradisional dengan ‘inovator’
pada akhir era Inggris Victoria. Melengkapi Pada bahasan terakhirnya Swingewood
penjelasannya, Swingewood mengungkapkan menyinggung kriteria tentang ‘greatness’ yang
fakta Lowenthal yang membeberkan diselesaikan dengan great literature survives,
keberhasilan Doestoevsky (1880-1920) serta tujuan dasar sosiologi yang dimaksudkan
mengasimilasi kelas atas dan kelas menengah untuk memahami ciri-ciri kerja masyarakat
Jerman ke dalam ideologi ‘aneh’. Menurut secara keseluruhan dan posisi manusia dalam
Lowenthal, tema yang mendominasi kesastraan masyarakat. Pernyataan tersebut ditegaskannya
Jerman adalah irasionalitas Doestoevsky yang dengan meminjam pendapat Lowenthal
berkembang ke arah bisnis dan masyarakat bahwa karya sastra mencakup nilai dan
kapitalistik. Apabila ekonomi dan struktur simbol fundamental yang menyediakan kohesi
politik telah diterima oleh masyarakat, kelompok-kelompok yang berbeda.
maka kompetisi ideal antarmanusia, melalui
berkembangnya pemikiran dan kemauan, Sosiologi Sastra Alan Swingewood dalam
harus digantikan dengan pemujaan terhadap Studi Sastra
ideologi non-rasional yang keluar dari forum Pada dasarnya karya sastra merupakan
verifikasi kritik. Bagi para kritikus Jerman, ilmu yang menenempatkan karya sastra
Dostoevsky dianggap sebagai anti-intelektual, terhadap aspek-aspek di luar dirinya, yakni
mistis, dunia yang lain, dan berlawanan dengan masyarakat. Hal ini tentu saja akan memberikan
ide sosialisme, di mana novelnya digunakan kontribusi yang besar terntang fungsi-fungsi
untuk melawan usaha ‘reorganize society’ yang sastra sebagai produk masyarakat sekaligus
diagungkan oleh para sosialis Jerman. Gejala menemukan manfaatnya terhadap struktur
ini, menurut Lowenthal, menunjukkan adanya sosial yang menghasilkannya.
krisis kesadaran yang melanda Jerman selama 40 Tepatan keilmuan sosiologi sastra
tahun dan berujung pada irasionalisme ekstrim, yang memindahkannya dari wilayah otonom
anti-intelektualisme, dan anti-sosialisme Nazi. kekaryaan sangat relevan mengingat karya
Lowenthal menyimpulkan bahwa para sastra tidak lahir dari kekosongan budaya.
seniman memotret realitas lebih dari realitas itu Karya sastra dapat dikatakan sebagai

60
Jurnal Poetika Vol. 1 No. 1, Juli 2013

representasi suatu kebudayaan tertentu.


Merunut pada yang telah diungkapkan di atas,
Swingewood memiliki ‘koleksi’ pendapat yang
lengkap bahwa karya sastra buklanlah artefak,
melainkan hasil proses dialektika pemikiran.
Sehingga, pengarang memiliki ruang yang
luas untuk memainkan kepekaannya terhadap
perasaan dan pengalamannya melalui karya-
karyanya. Hanya saja, karya sastra dlam teori ini
bukan semata-mata cerminan langsung realitas
masyarakat secara keseluruhan. Dalam artian,
pengarang sah-sah saja memberikan sentuhan
yang sama sekali berbeda dengan catatan masih
berdasarkan kebenaran.
Dengan tiga konsep sosiologi sastra
Swingewood, seorang peneliti sastra dapat
memetakan fenomena masyarakat dalam
linearitas genetisnya sekaligus menemukan
keberpihakan karya sastra tersebut. Ketiga
konsep ini juga sangat mungkin digunakan
bersama-sama terhadap satu obyek material
yang sama untuk menemukan apakah karya
sastra tersebut adalah refleksi kondisi sosial suatu
masyarakat ataukah sudah dipengaruhi oleh
kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi
proses produksinya.

Daftar Pustaka
Swingewood, Alan. 1986. Sociological Poetics and
Aesthetic Theory. London: Macmillan
Press.
_____.1992. A Short History of Sociological
Thought. London: Macmillan Press.
Swingewood, Alan and Diana Laurenson. 1972.
The Sociology of Literature. Paladine.
Durkheim, Emile. 1958. The Rules of Sociological
Method. Glencoe: Fress Press.
Damono, Sapardi Djoko, dan S. Effendy.
1979. Sosiologi sastra: Sebuah Pengantar
Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

61

Anda mungkin juga menyukai