Setiap karya sastra adalah hasil dari pengaruh timbal balik yang rumit dari
faktor – faktor sosial dan cultural, serta karya sastra itu sendiri merupakan objek
cultural yang rumit. Karya sastra bukanlah suatu karya yang berarti sendiri
(Damono, 1978 :4). Pada hakikatnya karya sastra itu diciptakan oleh sastrawan
(sebagai pencipta) itu sendiri adalah anggota masyarakat; ia terikat oleh status
sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai
gambaran kehidupan; dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.
orang – seorang, antar manusia, dan antar peristiwa yang terjadi dalam bathin
seseorang. Peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering
menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau
utama dalam telaah sosiolohi sastra. Pertama sosiologi sastra yang pendekatannya
dimulai dari lingkungan sosial untuk masuk kepada hubungan sastra dengan
faktor – faktor di luar sastra, seperti yang terbayang dalam karya sastra.
Pendekatan ini melihat faktor sosial yang menghasilkan karya sastra pada suatu
masa tertentu dan pada masyarakat tertentu. Pendekatan ini bergerak dari
sosiologi untuk lebih memahami faktor – faktor sosial yang terdapat di dalam
karya sastra. Kedua sosiologi sastra yang pendekatannya dimulai dari teks sastra
untuk menungkapkan faktor – faktor sosial yang ada di dalamnya. Pendekatan ini
karya sastra itu sendiri. Hal tersebut membahas hal yang menjadi pokok
pengaruh sosial karya sastra. Analisis sosiologi dalam penelitian ini adalah
analisis aspek – aspek sosial dalam teks dan kaitannya dengan kenyataan –
kenyataan di luar karya sastra itu sendiri. Pada novel Sunari ini terkandung
berbagai aspek sosial yang meliputi : (1) Aspek Sosiologis Pengarang; (2) Aspek
dan tersurat dalam teks dengan tidak melupakan pengarang sebagai kreator serta
masyarakat sebagai penikmat sastra. Sosiologi sastra adalah yaitu sebuah kajian
dalam sastra untuk menganalisis sebuah karya sastra untuk mngetahui unsur -
unsur sosial yang ada pada sebuah karya seorang pengarang karena karya sastra
menampilkan wajah kultur zamannya, tetapi lebih dari itu sifat - sifat sastra juga
– aspek sosial yang terkandung pada novel Sunari. Aspek – aspek sosial yang
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari situasi sosial masyarakat yang
Berpijak dari teori yang dijabarkan oleh Wellek dan Warren (1990: 111)
yang membuat tiga klasifikasi mengenai sosiologi sastra yaitu (1) sosiologi
pengarang yang mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial dan lain - lain
yang menyangkut pengarang sebagai penghasil karya sastra, (2) sosiologi sastra
yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri, yang menjadi pokok penelaahan
adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya, dan
(3) sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya
sastra. Novel Sunari karya I Ketut Rida akan diulas dengan menggunakan kajian
sosiologi sastra.
Karya sastra lahir dari kemajukan dan kompleksitas unsur budaya dalam
suatu masyarakat. Untuk itulah sosiologi hadir sebagai ilmu yang mempelajari
hubungan karya sastra dan masyarakatnya. Pengarang adalah masyarakat.
tempat tinggal, atau yang mempunyai kepentingan sosial yang sama (Chaer,
2007 : 59) pengarang sebagai mahluk sosial tentu merupakan bagian dari
semesta tidak mungkin bersikap apatis. Manusia senantiasa menilai segala sesuatu
berdasarkan faktor dalam atas dasar norma – norma normatif yang merupakan
berinteraksi dengan sesamanya dapat diketahui melalui social science atau ilmu –
penghasil karya sastra. Pengarang sebagai individu yang memilki ideologi, status
sosial, dan latar belakang sosial yang turut serta mempengaruhi hasil karyanya.
Ideologi, status sosial, dan latar belakang sosial pengarang berpengaruh besar
terhadap hasil karyanya karena secara manusiawi ideologi, status sosial, dan latar
belakang sosial akan mempengaruhi setiap tindakan manusia. Ketiga hal inilah
yang sering kali menjadikan setiap pengarang memiliki ciri khas pada hasil
karyanya.
Pengarang dalam hal ini dipandang sebagai bagian dari masyarakat, lebih
tepatnya unsur pembangun masyarakat. Berpijak pada hal itu, tentunya terjadi
masyarakat yang lainnya. Interaksi sosial para pengarang ini memiliki tendensi
mampu menuangkan hasil dari pikirannya menjadi sebuah karya seni yang sangat
luar biasa mampu memberikan makna dan nasehat – nasehat bagi kepentingan
masyarakat secara umum. Berdasarkan biografi pengarang, dalam karya sastra ini
berbeda dengan karya sastra yang dibuatnya. Bahkan yang terjadi saat ini jauh
Wilayah yang menjadi kajian sosiologi pengarang antara lain adalah; (1)
status sosial pengarang, (2) ideologi sosial pengarang, (3) latar belakang sosial
budaya pengarang, (4) posisi sosial pengarang dalam masyarakat, (5) masyarakat
pembaca yang dituju, (6) mata pencaharian sastrawan (dasar ekonomi produksi
1. Status sosial
Status sosial sering kali disebut sebagai kedudukan atau posisi, peringkat
dalam suatu kelompok sosial. Status sosial adalah tempat seseorang secara umum
Pengarang novel Sunari yaitu I Ketut Rida adalah seorang guru SD. I
Ketut Rida kecil sangat senang mendengarkan satua – satua Bali yang diceritakan
oleh dadong (nenek). Ketika terciptanya novel – novel ataupun cerita – cerita
berbahasa Bali ini muncul karena beliau merasa sedih melihat kemampuan
berbahasa Bali anak – anak yang sudah sangat kurang sekali. Banyak cerita
berbahasa Bali yang sudah ditulis oleh beliau. Sehingga pemerintah mengapresiasi
Arti penting hadiah sastra Rancage terhadap kehidupan sastra Bali modern
bisa dirumuskan Dalam beberapa point. Pertama, hadiah sastra Rancage ini
memberikan motivasi penulis untuk berkarya, baik bagi penulis ‘tua’ maupun
‘pendatang baru’. Motivasi menulis untuk mendapat hadiah sastra tidak harus
dilihat secara negatif apalagi sastra Bali modern memiliki predikat masa lalu
merupakan hal positif bagi penulis untuk menghasilkan karya terbaiknya. Bagi
kepercayaan, dan keyakinan yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang
yang menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap kejadian atau problem yang
mereka hadapi. Dalam kaitannya dengan kajian sastra, pengertian ideologi ini
seringkali disamakan dengan pandangan dunia (world view) yaitu kompleks yang
1977:17). Karena ideologi ini dimiliki oleh suatu kelompok sosial, maka sering
ideologi sosial yang dianut seorang pengarang akan mempengaruhi bagaimana dia
sosial budaya dari mana pengarang dilahirkan, tinggal, dan berkarya. Latar
hubungan dengan karya sastra yang dihasilkannya. Sebagai manusia dan makhuk
sosial, pengarang akan dibentuk oleh masyarakatnya. Dia akan belajar dari apa
seorang sastrawan itu, orang yang memiliki kedudukan dan peran sosial cukup
penting.
tidak dapat mengabaikan masyarakat pembaca yang dituju. Agar karyanya dapat
atau menuruti secara pasif selera pelindung (patron) atau publiknya, tetapi ada
mempengaruhi masyarakatnya. Seni (sastra) dalam hal ini tidak hanya meniru
Jawa, misalnya banyak mengambil inspirasi dari nama tokoh-tokoh wayang atau
mata. Dalam hubungannya dengan hal ini, Watt (dalam Damono, 1979:3)
Novel bahasa Bali yang berjudul Sunari dikarang oleh sastrawan Bali
yang bernama I Ketut Rida. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
menceritakan bahwa dirinya mengarang novel yang berjudul Sunari ini merasa
miris melihat keberadaan bahasa Bali yang sangat kurang diminati oleh kalangan
remaja pada masa itu, itulah sebabnya ia terketuk untuk menulis cerita berbahasa
Bali dengan isi cerita yang dekat dengan kegiatan sehari – hari yang dilakukan
oleh anak – anak remaja dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti. Tujuannya
menggunakan bahasa yang ringan dang dengan kisah yang menarik yaitu tentang
“Saya merasa miris melihat anak – anak Bali yang tidak bisa berbahasa
Bali. Bahasa Bali pada tahun 80 sudah mulai ditinggalkan. Maka dari itu
saya merasa tertantang untuk menulis novel berbahasa Bali dengan gaya
bahasa yang menarik dan menggunakan bahasa Bali yang mudah
dimengerti. Selain itu juga karena dorongan dari teman – teman yang ingin
agar saya menulis lagi. Padahal saya tidak punya mesin tik. Saya sampai
meminjam mesin tik di kantor untuk menulis. Sebelumnya saya tulis dulu
di kertas dobel folio sebelum saya ketik menggunakan mesin tik”.
Ketut Rida berharap novel karyanya akan diminati oleh anak – anak.
Dalam novelnya, Ketut Rida menceritakan tentang kebiasaan anak remaja pada
masa itu. Dipilihnya tema tentang pergaulan remaja karena tema tersebut yang
kalau di desanya sering ditemukan mayat bayi, mungkin karena banyak yang
diharapkan, maka untuk menutupi aibnya dibuanglah anak yang tidak berdosa
berikut.
ibu dan anak perempuannya yang bersama – sama mejejaitan, lalu yang laki – laki
I Ketut Rida juga merasa sedih melihat anak – anak remaja yang tidak bisa
atau membantu memasak, hal – hal yang mudah dan bisa meringankan beban
“Anak – anak yang rajin dan membantu orang tua sudah jarang sekali
ditemukan. Kebanyakan yang hanya menyenangkan diri sendiri. Keluar
masuk rumah seenaknya. Terkadang rumah hanya dijadikan tempat untuk
beristirahat saja. Tempat persinggahan untuk makan, mandi dan melepas
lelah. Orang tua sudah sering menasehati tapi hanya sekali di dengar,
setelah itu dilupakan lagi”.
proses sosial. Diungkapkan lebih lanjut bahwa dalam ilmu sastra apabila sastra
dikaitkan dengan struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan
pengajiannya.
samping itu, dicari juga hubungan karya sastra dengan masyarakat yang
masyarakat. Kenyataan sosial yang ada dalam karya sastra dengan masyarakat.
Kenyataan sosial yang ada dalam karya sastra merupakan olahan pengarang.
Adapun kenyataan sosial dapat berupa problem – problem sosial yang dihadapi
terjadi dalam masyarakat tergantug dari sistem nilai sosial tersebut. Itu semua
sebab membutuhkan citraan dan rekaan yang bisa mencerminkan hal yang tidak
diketahui di dunia nyata. Sebagai hasil imajinatif, selain sebagai hiburan yang
bagi pembacanya.
dalam masyarakat, studi mengenai lembaga sosial dan proses – proses sosial.
Sosiologi berusaha menjawab pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat
hidup. Lewat penelitian yang ketat mengenai lembaga – lembaga sosial, agama,
ekonomi, politik, dan keluarga yang secara bersama – sama membentuk apa yang
dan menerima peranan – peranan tertentu dalam struktur sosial itu (Swingewood
dalam Faruk, 2015 : 1). Aspek sosiologi dalam karya sastra tentunya juga
sastra sebagai produk sosial. Analisis ini turut mendukung pandangan tersebut
sehingga dalam proses pembacaan, didapat beberapa aspek sosiologi dalam karya
sastra terutama novel Sunari. Adapun beberapa aspek sosiologi karya sastra dalam
novel Sunari.
cermin dari kehidupan manusia dan masyarakat yang dituangkan melalui bahasa
yang indah yang mempunyai nilai positif terhadap kehidupan manusia. Persoalan
– persoalan sosial yang seringkali tersirat dalam berbagai karya sastra merupakan
tanggapan sastrawan terhadap fenomena sosial beserta kompleksitas permasalahan
pengarang. Adapun kenyataan sosial dapat berupa problem – problem sosial yang
dihadapi oleh manusia. Semua hal tersebut disajikan oleh pegarang melalui tokoh
keserasian yang melahirkan nilai – nilai yang bermakna. Makna – makna tersebut
Realitas sastra adalah kenyataan imajinatif. Oleh sebab itu, peneliti akan
memasuki lewat kesadaran sosial. Getaran sosial dianggap memiliki realitas yang
tidak mungkin tercabut dari akar sosial. Semua sastra yang baik adalah sangat
relevan bagi masyarakat beserta masalahnya, tetapi relevansi ini hanya dapat
dipahami lewat cara – cara tak langsung. Pendapat ini mengajak kita agar hati –
hati memahami sastra. Sastra ada kalanya menyampaikan sikap moral dan
ideologi sosial secara halus. Moralitas sosial dan ideologi tak terpisahkan dari
hidup manusia.
pendapat informan. Informan dalam hal ini memegang peranan penting, karena
melahirkan konsep – konsep teoretis tentang sastra yang baik, sastra yang bernilai,
atau sastra yang historis. Estetika tidak boleh lepas dalam pemahaman sosiologi
upaya tiap – tiap konsep sosial sastra memposisikan sastra sebagai realitas, baik
1. Pembaca
atau publiknya, seorang sastrawan tidak hanya mengikuti selera publiknya atau
Setelah sampai kepada pembaca, karya sastra akan dibaca, dihayati, dan
tugas dan fungsi seorang penyair dalam masyarakat, yaitu dulce et utile (berguna
dan memberi nikmat atau sekaligus mengatakan hal - hal yang enak dan berfaedah
sastra.
Kekinian
Di era globalisasi saat ini, semua sudah semakin canggih. Dimulai dari
Akan tetapi dengan berkembangnya semua hal tersebut, tidak diiringi juga dengan
moral yang baik dari para masyarakat khususnya para remaja. Para orang tua
sendiri, dalam artian bisa menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Orang tua masa kini sudah tidak lagi mengekang anaknya dalam pergaulan.
Sebagian besar orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya, terlebih lagi
jika anak mengatasnamakan kegiatan sekolah untuk mendapat izin keluar dari
membantu orang tua. Seperti yang diceritakan pada novel Sunari yaitu ketika Luh
Sunari akan pergi dari rumah dengan alasan ada kegiatan di sekolahnya sehingga
“Ngudiang ento, tulungin meme ngalih bunga, apang dadi canange
tanding malu. Mani bakalan repot pesan”.
“I Ketut tunden, tiang tusing nyidaang. Sing nawang ujian suba paek
lakar mlajah kumah timpale”, pasaut pianake saking kamar.
Terjemahan :
“Sedang apa itu, tolong bantu Ibu mencari bunga, supaya bisa
membuat canang. Besok pasti akan repot sekali”.
“Suruh Ketut saja, saya tidak bisa. Tidak tahu ujian sudah dekat, saya
akan belajar ke rumah teman”, jawab Luh Sunari dari kamar.
“Men, ngudiang bakal tunden nyai”, Pan Sunari masaur. “yadiapin
tusing ngudiang ngudiang, apang danan tuara inget tekenin gaginan
jumah apa buin madewek luh, peragat selar – seler cara anak truna”.
Terjemahan :
Jika berbicara dengan orang tua, tidak ada rasa sopan sedikitpun.
Menjawab dengan nada yang sinis, tidak menjelaskan dengan baik sehingga
terlihat tidak menghormati orang tua. Begitu juga dengan adiknya Ketut Jagra
yang juga tidak memperdulikan ibunya yang meminta tolong dan nasehat yang
“I Ketut tusing jumah, kija kaden lakuna. Kene repot, tusing dadi
suud rainan buin ka umah timpale?”
“Bah meme, sajaan tusing nawang anak lakar mauji”.
Terjemahan :
“Si Ketut tidak ada di rumah, entah pergi kemana dia. Saat ini repot
sekali, apa tidak bisa setelah hari raya ke rumah teman?”
“Duh Ibu, tidak tahu orang mau ujian”.
“Tut tulungun malu meme ngalih bunga!”.
Ketut Jagra tan masaur saantukan ipun sampun rauh ring rurunge
malaib makta layangan sareng timpal timpalnyane.
“Ne mara ya, ngelah panak tusing andelang ngudiang. Pragat melali
teken melayangan”, Men Sunari ngremon tan wenten nulungin.
Terjemahan :
“Tut, tolong bantu ibu mencari bunga!”
Ketut Jagra tidak menyahut karena dia sudah menuju ke jalan raya
membawa layang – layang bersama teman – temannya.
“Beginilah, punya anak tidak bisa diandalkan. Kerjanya hanya
bermain dan bermain layang – layang”, Ibu Sunari menggerutu tidak
ada yang membantu.
“Yening malayangan eda anake ka likad likade. Pamula mulaan
liu di umane, buina sungga liu makacakan sedeng tangarin.
Katungkul nengeng beten tuara bakat ajinang. Dokter nongos
nongos bakat abaang pipis”. Pitutur reramane nenten seleg kapiragi,
santukan I Ketut laju ka kamar magentos panganggo.
Terjemahan :
“Kalau bermain layang – layang jangan di tempat yang berbahaya.
Banyak tanaman di sawah, apalagi banyak duri di sana yang harus
diwaspadai. Terlalu asik bermain, tidak memperhatikan keadaan di
bawah. Nanti doter yang sedang bersantai kita beri uang”. Kata orang
tuanya tidak didengar dengan baik, karena Ketut sudah pergi menuju
kamar untuk berganti pakaian.
Dalam novel Sunari juga diceritakan bahwa Luh Sunari selalu keluar
bersama teman laki – lakinya, jarang sekali keluar bersama teman perempuannya.
tuanya. Kutipannya sebagai berikut.
“Suba orain tiang tusing runguange. Buina pagedinne setata ngajak anak
muani muani dogen. Kapah ngajak timpal timpalne peturu luh”.
Terjemahan :
“Sudah saya beritahu tetapi tidak dihiraukan. Apalagi keluarnya selalu
mengajak teman laki – laki saja. Jarang sekali mengajak teman sesama
perempuannya”.
Pada novel Sunari juga diceritakan bahwa Sunari dan adiknya tidak saling
membantu. Kutipannya sebagai berikut.
“Mbok, tindesang dadua, Mbok!”
“Da ngulgul. Mbok imang latihan drama. Neh, iba – iba plajahin. Suba
kelih nu matindesang”, tumuli panindesane kagenahang. Raris ipun
gegeson makta panganggo ngranjing ka kamar.
“Beh, Mbok dadua dogen, sing kasep sing” I Ketut Jagra ngidih olas.
“Orahin repot, Mbok lakar luas jani”.
“Buin pidan Mbok nunden iang tusing nyak apa”, I Ketut ngremon tur
ngambil panindesan, tumuli nindes padewekan.
Terjemahan :
“Kak, tolong seterikakan dua!”
“Jangan mengganggu. Kakak mau latihan drama. Nih, belajar sendiri.
Sudah besar masih minta diseterikakan”, sambil meletakkan seterikanya.
Lalu ia bergegas membawa pakaiannya ke dalam kamar.
“Ya, dua saja kak, tidak akan terlambat kok”, Ketut Jagra memohon.
“Sudah dibilang repot, kakak akan pergi sekarang”.
“Kalau nanti kakak menyuruh saya, saya tidak akan mau”, Ketut
menggerutu sambil mengambil seterikaan, dan menyeterika sendiri.
Pada saat ini, kebebasan bergaul pada remaja sudah sampai pada tingkat
yang sangat menghawatirkan. Para remaja dengan bebas bergaul dengan lawan
jenis. Sering kali di jumpai di tempat umum, mereka berangkulan mesra tanpa
menyadari masyarakat sekitarnya. Mereka yang sudah mengenal istilah pacar dari
awal masa remaja. Pacar, bagi mereka adalah bentuk gengsi yang membanggakan.
pacar.
kalangan masyarakat, karena generasi muda adalah generasi penerus bangsa yang
nantinya sebagai pemegang nasib bangsa ini, maka generasi mudalah yang
menentukan semua apa yang dicita-citakan bangsa dan Negara ini. Generasi muda
adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu
batas dari kewajiban, tuntutan, aturan, syarat, dan perasaan malu. atau pergaulan
bebas dapat diartikan sebagai perilaku menyimpang yang melanggar norma agama
maupun norma kesusilaan. Pengertian Pergaulan Bebas diambil karna arti dari
antara individu atau individu dengan kelompok. Sedangkan bebas adalah terlepas
dari kewajiban, aturan, tuntutan, norma agama dan norma kesusilaan. Pergaulan
remaja mungkin berbeda tetapi semuanya berakar dari penyebab utama yaitu
Sikap mental yang tidak sehat membuat banyaknya remaja merasa bangga
anak, yang nantinya akan membuat mereka merasa tidak nyaman dengan
hidup yangmereka biasa jalani sehingga pelarian dari hal tersebut adalah
labil dalam mengatur emosi, dan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif
Hal ini disebabkan karena norma-norma yang ada sudah tergeser oleh
Masa remaja adalah masa dimana suatu anak masih mencari jati diri
mereka yang sebenarnya, masa ini masa yang sangat rentan dan harus
terus di control oleh para orang tua kepada anak mereka. Remaja yang
tidak dapat memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua yang
tidak memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus
tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan
sang anak untuk berpacaran dan ditambah tanpa adanya pengawasan yang
perkembangan psikil remaja yang mana keadaan orang tua yang tidak
bebas.
sehingga anak kurang mendapat perhatian sehingga sang anak bebas dalam
beraktivitas.
maka sang anak akan terjerumus ke dalam pergaulan bebas dimana kitak
Teman dapat menuntun kita ke arah yang positif dan negatif dimana
Keluarga ekonomi yang rendah, membuat anak tidak dapat bersekolah dan
biasanya banyak pula yang putus sekolah yang membuat pergaulan anak tersebut
dengan remaja yang senasip yang membuat perilaku sang anak menjadi tambah
parah.
Dari adanya internet memudahkan untuk mengakses jenis macam budaya yang
Terjadinya pergaulan bebas memberikan pengaruh besar baik bagi diri sendiri,
orang tua, masyarakat dan juga negara, pengaruh-pengaruh tersebut dari dampak
1.Bahaya dari pergaulan bebas adalah seks bebas. Seks bebas adalah dua orang
yang berhubungan suami istri tanpa ikatan pernikahan sampai dengan kehamilan
diluar nikah yang tentu saja memalukan diri sendiri, orang tua, masyarakat, dan
2.Ketergantungan Obat. Dari ajakan teman karena pikiran yang masih labil
penyakit seperti HIV AIDS dan banyaknya yang menggugurkan kandungan yang
3.Meningkatkan Kriminalitas. Bahaya pergaulan bebas yang satu ini dapat terjadi
karena jika pencadu narkoba tidak lagi memiliki uang untuk membeli maka jalan
hubungan antara keluarga karena beberapa penyebab yang biasanya karena emosi
meledak-ledak dan bahkan sampai rasa hormat kepada orang tua akan dapat
hilang.
Menyebarkan Penyakit. Pergaulan bebas yang akrap dengan seks bebas, dan
tidak bersalah.
6.Berdosa. Pergaulan bebas sudah tentu akan mendapat dosa yang belum rasakan
selagi masih hidup, namun saat kematian menjemput yang dihantarkan kepada
Masalah apapun dapat diatasi, baik itu pergaulan bebas hal ini dapat diatasi, dan
Bersikap optimis dan hidup dalam kenyataan untuk mendidik anak-anak untuk
berusaha dan menerima hasil usaha walaupun tak sesuai dengan apa yang
positif.
Menyadari dan mengetahui apa yang terbaik untuk dirinya sehingga tidak
Maksudnya adalah dengan manajemen waktu, emosi dan energi agar selalu
Dengan banyak aktivitas positif maka tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal
negatif.
menggapai masa depan yang ia cita-citakan yang dia impikan agar tidak menjadi
Membaca buku memberikan kita wawasan luas baik itu wawasan dalam pelajaran
di sekolah maupun wawasan akan kehidupan yang baik dan mengetahui lebih
masyarakat dan membuat masyarakat tahu akan diri dan tidak mengajak kepada
hal yang negatif karena lingkungan atau masyarakat tidak akan mengganggu.
para remaja mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari pergaulan bebas sebagai
langkah pencegahan.
Dengan penegakan aturan hukum memberikan efek jera kepada pergaulan bebas
dan sebagai benteng terakhir untuk menyelamatkan generasi muda anak bangsa
Indonesia.