Anda di halaman 1dari 44

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan bab yang memaparkan mengenai teori-teori


penunjang yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan Game Edukasi Dewata
Nawa Sanga Berbasis Android

2.1 State of the Art Review


Ni Kadek Yuliastin dalam penelitian yang berjudul “Aplikasi Game Edukasi
Busana Tari Bali pada Smartphone Berbasis Android” pada tahun 2014 membuat
sebuah game edukasi mengenai budaya yang terdapat di daerah Bali yaitu membuat
busana tari bali yang bisa menjadi suatu pembelajaran yang efektif untuk semua
kalangan dan dapat memanfaatkan game tersebut menjadi sebuah media
pembelajaran. Game Busana Tari Bali berbasis Android merupakan sebuah game
yang mengacu pada urutan penggunaan setiap atribut busana tari yang benar pada
posisi yang tepat. Selain dapat memberi informasi tentang tari-tarian Bali, game ini
juga menampilkan info nama-nama atribut busana tari, dan posisi penggunaan
masing-masing atribut tari tersebut. Pada game ini menggunakan metode drag and
drop dimana user hanya perlu memindahkan suruhan yang diperintahkan oleh system.
Ade Ibijola,Abejide Olu (2012) dengan judul “A Simulated Enchancement of
Fisher-Yates Algorithm for Shuffling in Virtual Card Games using Domain-Specific
Data Structures. Permainan ini menggunakan algoritma Fisher Yates Shuffle untuk
mengacak kartu yang di sempurnakan dengan struktur data. Implementasi algoritma
menghasilkan permutasian yang memuaskan dan kecepatan yang bagus.
Game Edukasi Dewata Nawa Sanga pada sistem operasi Android ini
merupakan perkembangan game yang telah dibuat sebelumnya. Pada game ini akan
menggunakan metode drag and drop dimana user akan mengacak sembilan dewa
yang ada pada Dewata Nawa Sanga yang akan muncul secara acak, muncul 2 macam
dewa dengan berbeda-beda tiap levelnya. Setelah itu di game ini akan menggunakan

6
7

warna, aksara, urip, bhuta, senjata, wahana dan shakti yang akan muncul secara acak
pada jawaban setiap levelnya.

2.2 Dewata Nawa Sanga


Dewata Nawa Sanga merupakan Sembilan dewa utama agama Hindu. Mereka
memiliki peran yang sangat penting didunia ini seperti, menjadi guru dewa yang telah
menurunkan berbagai ilmu pengetahuan kepada manusia, serta akan menuntun kita
mencapai moksa. Dewata Nawa Sanga merupakan penguasa di Sembilan penjuru
mata angin, dan menjadi pelindung serta memberikan vibrasi kesucian disetiap hari.
Dewata Nawa Sanga terdiri dari tiga kata yaitu, Dewa yang berarti sinar suci Tuhan,
Nawa yang berarti sembilan dan Sanga yang berarti kumpulan. Jadi Dewata Nawa
Sanga adalah kumpulan Sembilan dewa utama dalam agama Hindu (Yendra, 2010).
Dewata Nawa Sanga adalah sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang
Widhi Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan penjuru mata angin. Sembilan
dewa itu adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra,
Mahadewa, Sangkara, dan Siwa. Dewata Nawa Sanga artinya sembilan Dewa Utama
yang menyangga kehidupan di dunia (sesuai arah mata angin purwa daksina
(melingkar sejalan dengan arah jarum jam). Konsep ini berkembang sebagai Ilmu
Tantrayana, di mana ajarannya disebut Tantrisme.
Tantrisme berkembang menjadi suatu mashab yang maju pesat seiring dengan
perkembangan sekte Siwaisme di India. Tantra yakni suatu paham mistik yang dasar-
dasarnya ada dalam Rgveda. Aspek yang menonjol adalah konsep teologinya yang
melihat dari peran sakti. Di Indonesia Tantrisme dikenalkan oleh Maharaja Airlangga
(ketika menjadi pendeta bergelar Rsi Jatayu). Pemuja pengikut Tantrisme mengelu-
elukan Sang Hyang Widhi dalam manifestasi sebagai Dewata Nawa Sanga dengan
harapan diberi kekuatan dan kesempurnaan hidup serta mendapat vibrasi dari
kesaktian para dewa yang menguasai delapan penjuru mata angin (horizontal) dan
satu vertikal, lengkap dengan senjata, warna, dan aksaranya (Pande, 2012).
8

Gambar 2.1 Dewata Nawa Sanga


(Sumber: http://www.wartahindu.com/2014/11/nawa-dewata-hindu_2.html)

Untuk mewujudkan keberadaan beliau secara sekala, dan demi menjaga


keamanan serta kesucian Bali, maka para leluhur terutama para Maharsi, para Mpu,
Dewata Nawa Sanga kemudian diistanakan di Sembilan pura, yang dibangun
berdasarkan 8 arah mata angin dan satu berada di tengah (Yendra, 2010)..
Berdasarkan hasil “Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Aspek-Aspek Agama
Hindu”, yang berlangsung bulan maret 1981, dihubungkan dengan konsepsi Padma
Bhuwana, maka terdapat Sembilan Kahyangan Jagat (Pura) di Bali, yang kemudian
menjadi stana Dewata Nawa Sanga yaitu :
1. Pura Ulun Danu Batur di Utara sebagai sthana Dewa Wisnu.
2. Pura Besakih di Timur Laut sebagai sthana Dewa Shambu.
3. Pura Lempuyang di Timur sebagai sthana Dewa Iswara.
4. Pura Goa Lawah di Tenggara sebagai sthana Dewa Maheswara.
9

5. Pura Andakasa di Selatan sebagai sthana Dewa Brahma.


6. Pura Uluwatu di Barat Daya sebagai sthana Dewa Rudra.
7. Pura Batukaru di Barat sebagai sthana Dewa Mahadewa.
8. Pura Pucak Mangu di Barat Laut sebagai sthana Dewa Sangkara.
9. Pura Pusering Jagat di Tengah sebagai sthana Dewa Siwa.

Tabel 2.1 Bagian-Bagian Dewata Nawa Sanga


(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Nawa_Dewata)

Penjelasan dari masing – masing Dewa yang ada pada Dewata Nawa Sanga
beserta gambarnya, sebagai berikut :

2.2.1 Dewa Wisnu


Dewa Wisnu merupakan salah satu dari tiga dewa utama (Trimurti) dalam
agama Hindu. Kedua dewa lainnya adalah Dewa Brahma dan Dewa Siwa. Dalam
10

ajaran agama Hindu, Dewa Wisnu merupakan dewa yang memelihara atau
memperbaiki yang ada di alam semesta ini.
Dewa Wisnu merupakan penguasa arah utara (uttara), shaktinya (pasangan)
Dewi Sri, wahananya (kendaraan) garuda, senjatannya chakra, warnanya hitam,
bhutanya taruna, aksara sucinya "A", uripnya 4, di Bali dipuja di Pura Batur.

Gambar 2.2 Dewa Wisnu


(Sumber: http://www.wartahindu.com/2014/11/nawa-dewata-hindu_2.html)

Pura Batur, Dewa Wisnu dipuja untuk menguatkan spiritual umat dalam
membangun kemakmuran ekonomi. Tenang secara rohani dan makmur secara
ekonomi merupakan dambaan universal setiap umat manusia di dunia ini. Mengapa
disebut Pura Purusa dan Predana. Hal ini diceritakan dalam Lontar Usana Bali.
Dalam Lontar Usana Bali itu diceritakan secara mitologis bahwa Gunung Mahameru
di India sangat tinggi hampir menyentuh langit. Kalau langit sampai tersentuh maka
hancurlah alam ini. Karena itu Sang Hyang Pasupati mengambil puncak Gunung
Mahameru di India dengan kedua tangannya. Bongkahan Gunung Mahameru itu
diterbangkan ke Bali.
11

Bongkahan yang digenggam dengan tangan kanan beliau menjadi Gunung


Agung. Sedangkan bongkahan pada tangan kiri beliau menjadi Gunung Batur. Di
Gunung Agung distanakan Sang Hyang Putra Jaya (Sang Hyang Maha Dewa).
Sedangkan di Gunung Batur distanakan Dewi Danuh. Dewi Danuh itu tidak lain
adalah saktinya Dewa Wisnu. Dewa Wisnu adalah Tuhan sebagai dewanya air untuk
kemakmuran makhluk hidup.Lontar yang menyebutkan keberadaan Pura Batur ini
antara lain Lontar Usana Bali, Lontar Kusuma Dewa, Lontar Raja Purana Batur.
Menurut lontar tersebut Pura Batur adalah Pura Sad Kahyangan yang tergolong
Kahyangan Jagat untuk memuja Tuhan sebagai Dewa Kemakmuran. Kahyangan
Jagat adalah tempat pemujaan Tuhan bagi semua umat Hindu.
Dasar membangun kemakmuran dinyatakan dalam Bhagawad Gita adalah
kris, goraksya dan vanjyam yang artinya pertanian, peternakan dan perdagangan.
Kemakmuran tersebut tidak mungkin terwujud tanpa ada air. Dari airlah stavira
(tumbuh-tumbuhan), janggama (hewan) dan manusia mengembangkan kehidupannya.
Salah satu tujuan pendirian Sad Kahyangan itu untuk memotivasi umat manusia
melestarikan Sad Kerti membangun kesejahteraan lahir batin. Danu Kerti dan Wana
Kerti adalah dua dari enam unsur Sad Kerti. Air samudera menguap menjadi
mendung. Mendung jatuh menjadi hujan. Air hujan yang turun tanpa ada tumbuh-
tumbuhan akan bablas langsung ke laut. Kalau ada tumbuh-tumbuhan sebagai hutan
di lahan yang tinggi seperti bukit dan gunung maka air tersebut akan teresap dengan
baik. Air yang diresap oleh hutan itu akan menjadi danau dan sungai yang terus
mengalir tak henti-hentinya. Demikianlah hukum alam ciptaan Tuhan.
Proses alam seperti itu harus dipelihara dan dijaga dengan baik oleh umat
manusia dengan arif dan bijak. Air, tumbuh-tumbuhan bahan makanan dan kata-kata
bijak adalah tiga ratna permata di bumi menurut Canakya Nitisastra. Kalau air dan
tumtuh-tumbuhan tanpa dikelola dengan kata-kata bijak maka semuanya itu akan
membawa bencana bagi umat manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi ini.
Memuja Tuhan sebagai Dewi Danuh, saktinya Dewa Wisnu untuk memelihara
tegaknya eksistensi kata-kata bijak mengelola proses alam itu. Kalau proses alam
12

tersebut dikelola dengan nafsu keserakahan justru akan membawa bencana bagi
manusia. Perpaduan Pura Ulun Danu Batur, Gunung Batur, Danau Batur dan hutan di
kawasan Kintamani merupakan keindahan yang amat memukau. Upacara keagamaan
Hindu dan sembahyang di Pura Ulun Danu Batur itu hendaknya diarahkan untuk
mencerahkan umat agar menjaga keindahan tersebut. Keberadaan Pura Ulun Danu
Batur di kawasan Kintamani itu harusnya dijadikan pusat penguatan jiwa untuk
memotivasi umat dalam memelihara lestarinya perpaduan proses alam yang indah
memukau (Gobyah, 2014).

2.2.2 Dewa Sambhu


Dewa Sambhu merupakan penguasa arah timur laut (ersanya), shaktinya
(pasangan) Dewi Mahadewi, wahananya (kendaraan) wilmana, senjatanya trisula,
warnanya biru/abu-abu, bhutanya pelung, aksara sucinya "Wa", uripnya 6, di Bali
dipuja di Pura Besakih.

Gambar 2.3 Dewa Sambhu


(Sumber: http://www.wartahindu.com/2014/11/nawa-dewata-hindu_2.html)
13

Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18
Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura Basukian, di areal
inilah pertama kalinya tempat diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya,
cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai pusatnya.
Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di
antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran
Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya,
terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di
komplek Pura Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca atau candi utama
simbol stana dari sifat Tuhan Tri Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan
Dewa Siwa. Pura Besakih masuk dalam daftar pengusulan Situs Warisan Dunia
UNESCO sejak tahun 1995.
Asal mulanya ada Pura Besakih, konon sebelum ada apa-apa hanya terdapat
kayu-kayuan serta hutan belantara di tempat itu, demikian pula sebelum ada Segara
Rupek (Selat Bali). Pulau Bali dan pulau Jawa dahulu masih menjadi satu dan belum
dipisahkan oleh laut. Pulau itu panjang dan bernama Pulau Dawa. Di Jawa Timur
yaitu di Gunung Rawang (sekarang dikenal dengan nama Gunung Raung) ada
seorang Yogi atau pertapa yang bernama Resi Markandeya.
Beliau berasal dan Hindustan (India), oleh para pengiring-pengiringnya
disebut Batara Giri Rawang karena kesucian rohani, kecakapan dan kebijaksanaannya
(sakti sidhi ngucap). Pada mulanya Sang Yogi Markandeya bertapa di
gunung Demulung, kemudian pindah ke gunung Hyang (konon gunung Hyang itu
adalah “DIYENG” di Jawa Tengah yang berasal dan kata “DI HYANG”). Sekian
lamanya beliau bertapa di sana, mendapat titah dari Hyang Widhi Wasa agar beliau
dan para pengikutnya merabas hutan di pulau Dawa setelah selesai, agar tanah itu
dibagi-bagikan kepada para pengikutnya.
Sang Yogi Markandeya melaksanakan titah itu dan segera berangkat ke arah
timur bersama para pengiring-pengiringnya kurang lebih sejumlah 8000 orang.
Setelah tiba di tempat yang dituju Sang Yogi Markandeya menyuruh semua para
14

pengiringnya bekerja merabas hutan belantara, dilaksanakan sebagai mana mestinya.


Saat merabas hutan, banyak para pengiring Sang Yogi Markandeya yang sakit, lalu
mati dan ada juga yang mati dimakan binatang buas, karena tidak didahului dengan
upacara yadnya (bebanten / sesaji).
Perabasan hutan dihentikan dan Sang Yogi Markandeya kembali lagi ke
tempat pertapaannya semula (Konon ke gunung Raung di Jawa Timur. Selama
beberapa waktuSang Yogi Markandeya tinggal di gunung Raung. Pada suatu hari
yang dipandang baik (Dewasa Ayu) beliau kembali ingin melanjutkan perabasan
hutan itu untuk pembukaan daerah baru, disertai oleh para resi dan pertapa yang akan
diajak bersama-sama memohon wara nugraha kehadapan Hyang Widhi Wasa bagi
keberhasilan pekerjaan ini. Kali ini para pengiringnya berjumlah 4000 orang yang
berasal dan Desa Age (penduduk di kaki gunung Raung) dengan membawa alat-alat
pertanian selengkapnya termasuk bibit-bibit yang akan ditanam di hutan yang akan
dirabas itu. Setelah tiba di tempat yang dituju, Sang Yogi Markandeya segera
melakukan tapa yoga semadi bersama-sama para yogi lainnya dan mempersembahkan
upakara yadnya, yaitu Dewa Yadnya dan Buta Yadnya. Setelah upacara itu selesai,
para pengikutnya disuruh bekerja melanjutkan perabasan hutan tersebut, menebang
pohon-pohonan dan lain-lainnya mulai dan selatan ke utara. Karena dipandang sudah
cukup banyak hutan yang dirabas, maka berkat asung wara nugraha Hyang Widhi
Wasa, Sang Yogi Markandeya memerintahkan agar perabasan hutan, itu dihentikan
dan beliau mulai mengadakan pembagian-pembagian tanah untuk para pengikut-
pengikutnya masing-masing dijadikan sawah, tegal dan perumahan. Di tempat di
mana dimulai perabasan hutan itu Sang Yogi Markandeya menanam kendi (payuk)
berisi air, juga Pancadatu yaitu berupa logam emas, perak, tembaga, besi dan
perunggu disertai permata Mirah Adi (permata utama) dan upakara (bebanten /
sesajen) selengkapnya diperciki tirta Pangentas (air suci).
Sarana-sarana itu ditanam diberi nama “BASUKI”. Sejak saat itu para
pengikut Sang Yogi Markandeya yang datang pada waktu-waktu berikutnya serta
merabas hutan untuk pembukaan wilayah baru, tidak lagi ditimpa bencana sebagai
15

mana yang pernah dialami dahulu. Demikianlah sedikit kutipan dari lontar
Markandeya Purana tentang asal mula adanya desa dan pura Besakih yang seperti
disebutkan terdahulu bernama Basuki dan dalam perkembangannya kemudian sampai
hari ini bernama Besakih.
Pengalaman tersebut, dan juga berdasarkan apa yang tercantum dalam ajaran-
ajaran agama Hindu tentang Panca Yadnya, sampai saat ini setiap kali umat Hindu
akan membangun sesuatu bangunan baik rumah, warung, kantor-kantor sampai
kepada pembangunan Pura, demikian pula memulai bekerja di sawah ataupun di
perusahaan-perusahaan, terlebih dahulu mereka mengadakan
upakara yadnya seperti “Nasarin atau Mendem Dasar Bangunan”. Setelah itu barulah
pekerjaan dimulai, dengan pengharapan agar mendapatkan keberhasilan secara
spiritual keagamaan Hindu di samping usaha-usaha yang dikerjakan dengan tenaga-
tenaga fisik serta kecakapan atau keahlian yang mereka miliki. Selanjutnya
memperhatikan isi lontar Markandeya Purana itu tadi dan dihubungkan pula dengan
kenyataan-kenyataan yang dapat kita saksikan sehari-hari sampai saat ini tentang tata
kehidupan masyarakat khususnya dalam hal pengaturan desa adat dan subak di
persawahan. Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa Besakih adalah tempat
pertama para leluhur kita yang pindah dari gunung Raung di Jawa Timur mula-mula
membangun suatu desa dan lapangan pekerjaan khususnya dalam bidang pertanian
dan peternakan. Demikian pula mengembangkan ajaran-ajaran agama Hindu.
Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat
pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, menurut kepercayaan Agama Hindu
Dharma, yang terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan latar
belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang
dipercaya sebagai pusat Pemerintahan Alam Arwah, Alam Para Dewata, yang
menjadi utusan Tuhan untuk wilayah pulau Bali dan sekitar. Sehingga tepatlah kalau
di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat manusia,
Pura Besakih yang bermakna filosofis (Galang, 2000).
16

2.2.3 Dewa Iswara


Dewa Iswara merupakan penguasa arah timur (purwa), shaktinya (pasangan)
Dewi Uma, wahananya (kendaraan) gajah, senjatanya bajra, warnanya putih,
bhutanya jangkitan, aksara sucinya “Sa”, uripnya 5, di Bali dipuja di Pura
Lempuyang.

Gambar 2.4 Dewa Iswara


(Sumber: http://www.wartahindu.com/2014/11/nawa-dewata-hindu_2.html)

Memuja Tuhan sebagai Sang Hyang Iswara sebagai pelindung arah timur arah
terbitnya matahari. Dewa sinar matahari itu disebut juga Dewi Savita atau Dewi
Savitri. Pemujaan pada Sang Hyang Iswara untuk mengarahkan diri agar
mendapatkan sinar pencerahan hidup.
Pura Lempuyang Luhur dan Pura Sad Kahyangan lainnya didirikan pada abad
ke-11 Masehi saat Mpu Kuturan mendampingi Raja Udayana memerintah Bali
bersama permaisurinya. Pura Sad Kahyangan didirikan untuk melindungi Bali agar
masyarakatnya tetap melakukan hal-hal yang dibenarkan menurut ajaran agama.
Lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul dinyatakan Sang Hyang
Parameswara membawa gunung-gunung yang ada di Bali dari Jambhudwipa (India),
dari Gunung Mahameru. Potongan Gunung Mahameru itu dibawa ke Bali dan
17

dipecah menjadi tiga bagian besar dan juga bagian-bagian kecil. Bagian tengahnya
dijadikan Gunung Batur dan Gunung Rinjani, sedangkan puncaknya menjadi Gunung
Agung. Pecahannya yang lebih kecil menjadi leretan gunung-gunung di Bali yang
berhubungan satu sama lainnya. Gunung-gunung tersebut antara lain Gunung
Tapsahi, Pengelengan, Siladnyana, Beratan, Batukaru, Nagaloka, Pulaki, Puncak
Sangkur, Bukit Rangda, Trate Bang, Padang Dawa, Andhakasa, Uluwatu, Sraya dan
Gunung Lempuhyang. Dalam bahasa Jawa Kuno Lempuhyang artinya ''gamongan''.
Dibawanya leretan gunung-gunung yang mengelilingi Pulau Bali ini oleh Sang
Hyang Parameswara sebagai stana para dewa manifestasi Tuhan untuk menjaga Bali.
Lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul itu juga dinyatakan bahwa Sang
Parameswara menugaskan putranya Sang Hyang Agnijayasakti turun ke Bali dan
menjaga kesejahteraan Bali dan berstana di Gunung Lempuyang atau Gunung
Gamorangan bersama dengan dewa-dewa lainnya.
Prasasti Sading C tahun 1072 Saka dinyatakan bahwa Gunung Lempuyang
juga bernama Gunung Adri Karang. Di Gunung Adri Karang inilah Raja Jayasakti
bersemadi, karena itulah gunung itu juga bernama Karangsemadi. Raja Jayasakti
diperintahkan oleh ayah beliau Sang Hyang Guru untuk turun ke Bali membangun
pura agar menjadi daerah yang aman dan sejahtera. Raja Jayasakti mengajak para
pandita dan para pembantunya serta rakyat untuk mewujudkan perintah Sang Hyang
Guru membangun Bali dengan diawali pembangunan pura di Gunung Lempuhyang
sebagai stana pemujaan Tuhan sebagai Sang Hyang Iswara. Sebelumnya Raja
Jayasakti melakukan semadi sebagai langkah awal membangun kehidupan yang aman
sejahtra di Bali.
Wrehaspati Tattwa dinyatakan bahwa citta atau alam pikiran itu memiliki
empat kekuatan yaitu dharma, jnyana, variragia dan aiswaria. Jadi, aiswaria itu adalah
salah satu kekuatan untuk terus mendorong hati nurani umat manusia agar terus
meningkatkan pencerahan diri sebagai sinar suci menuntun hidup menuju yang
semakin suci untuk mewujudkan kebenaran dan keharmonisan. Karena itulah Iswara
sering juga diartikan pemimpin. Idealnya pikiran yang cerah itulah ibarat sinar yang
18

menerangi hidup manusia sehingga bisa hidup mengatasi kegelapan hati. Karena itu
di Pura Besakih ada Pura Gelap untuk memuja Sang Hyang Iswara di arah timur Pura
Penataran Agung Besakih. Kata ''gelap'' atau ''kilap'' dalam bahasa Jawa Kuno artinya
sinar. Bukan berarti gelap seperti dalam bahasa Indonesia. Karena itulah dari Pura
Lempuyang inilah Raja Jayasakti mendapatkan sinar terang kerohanian untuk
memimpin di Bali bersama dengan para pembantu dan rakyatnya dengan
waranugeraha Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Iswara, pemelihara
dan pelindung arah timur alam semesta (Gobyah, 2014).

2.2.4 Dewa Maheswara


Dewa Maheswara merupakan penguasa arah tenggara (gneyan), shaktinya
(pasangan) Dewi Lakshmi, wahananya (kendaraan) merak, senjatanya dupa,
warnanya dadu, bhutanya dadu, aksara sucinya “Na”, uripnya 8, di Bali dipuja di Pura
Goa Lawah.

Gambar 2.5 Dewa Maheswara


(Sumber: http://www.wartahindu.com/2014/11/nawa-dewata-hindu_2.html)

Sinar matahari dengan panasnya menyinari bumi termasuk air laut dengan
sangat teratur. Itulah hukum alam ciptaan Tuhan. Air laut yang terkena sinar matahari
19

menguap ke langit biru. Air laut yang kena sinar matahari itu menguap menjadi
mendung. Karena hukum alam itu juga mendung menjadi hujan. Air hujan yang jatuh
di gunung akan tersimpan dengan baik kalau hutannya lebat. Dari proses ala ciptaan
Tuhan inilah ada kesuburan di bumi. Bumi yang subur itulah sumber kehidupan
semua makhluk hidup di bumi. Semuanya itu terjadi karena rta yaitu hukum alam
ciptaan Tuhan. Alangkah besarnya karunia Tuhan kepada umat manusia. Itulah
hutang manusia kepada Tuhan. Manusia akan sengsara kalau proses alam berdasarkan
rta itu diganggu.
Untuk menanamkan sikap hidup tidak merusak proses alam itulah Tuhan
dipuja sebagai Dewa Laut. Dalam tradisi Hindu di Bali Tuhan sebagai Dewa Laut itu
disebut ''Bhatara Tengahing Segara''. Di Bali Pura Goa Lawah merupakan Pura untuk
memuja Tuhan sebagai Dewa Laut. Pura Goa Lawah di Desa Pesinggahan
Kecamatan Dawan, Klungkung inilah sebagai pusat Pura Segara di Bali untuk
memuja Tuhan sebagai Dewa Laut.
Lontar Prekempa Gunung Agung diceritakan Dewa Siwa mengutus Sang
Hyang Tri Murti untuk menyelamatkan bumi. Dewa Brahma turun menjelma menjadi
Naga Ananta Bhoga. Dewa Wisnu menjelma sebagai Naga Basuki. Dewa Iswara
menjadi Naga Taksaka. Naga Basuki penjelmaan Dewa Wisnu itu kepalanya ke laut
menggerakan samudara agar menguap menjadi mendung. Ekornya menjadi gunung
dan sisik ekornya menjadi pohon-pohonan yang lebat di hutan. Kepala Naga Basuki
itulah yang disimbolkan dengan Pura Goa Lawah dan ekornya menjulang tinggi
sebagai Gunung Agung. Pusat ekornya itu di Pura Goa Raja, salah satu pura di
kompleks Pura Besakih. Karena itu pada zaman dahulu goa di Pura Goa Raja itu
konon tembus sampai ke Pura Goa Lawah. Karena ada gempa tahun 1917, goa itu
menjadi tertutup.
Keberadaan Pura Goa Lawah ini dinyatakan dalam beberapa lontar seperti
Lontar Usana Bali dan juga Lontar Babad Pasek. Dalam Lontar tersebut dinyatakan
Pura Goa Lawah itu dibangun atas inisiatif Mpu Kuturan pada abad ke XI Masehi dan
kembali dipugar untuk diperluas pada abad ke XV Masehi. Dalam Lontar Usana Bali
20

dinyatakan bahwa Mpu Kuturan memiliki karya yang bernama ''Babading Dharma
Wawu Anyeneng' yang isinya menyatakan tentang pendirian beberapa Pura di Bali
termasuk Pura Goa Lawah dan juga memuat tahun saka 929 atau tahun 107 Masehi.
Umat Hindu di Bali umumnya melakukan Upacara Nyegara Gunung sebagai penutup
upacara Atma Wedana atau disebut juga Nyekah, Memukur atau Maligia.
Upacara ini berfungsi sebagai pemakluman secara ritual sakral bahwa atman
keluarga yang diupacarai itu telah mencapai Dewa Pitara. Upacara Nyegara Gunung
itu umumnya di lakukan di Pura Goa Lawah dan Pura Besakih salah satunya ke Pura
Goa Raja.
Pura Besakih di lereng Gunung Agung dan Pura Goa Lawah di tepi laut
adalah simbol lingga yoni dalam wujud alam. Lingga yoni ini adalah sebagai simbol
untuk memuja Tuhan yang salah satu kemahakuasaannya mempertemukan unsur
purusa dengan predana. Bertemunya purusa sebagai unsur spirit dengan predana
sebagai unsur meteri menyebabkan terjadinya penciptaan. Demikiankah Gunung
Agung sebagai simbol purusa dan Goa Lawah sebagai simbol pradana. Hal ini untuk
melukiskan proses alam di mana air laut menguap menjadi mendung dan mendung
menjadi hujan. Hujan ditampung oleh gunung dengan hutannya yang lebat. Itulah
proses alam yang dilukiskan oleh dua alam itu. Proses alam itu terjadi atas hukm
Tuhan. Karena itulah di tepi laut di Desa Pesinggahan dirikan Pura Goa Lawah dan di
Gunung Agung dirikan Pura Besakih dengan 18 kompleksnya yang utama. Di Pura
itulah Tuhan dipuja guna memohon agar proses alam tersebut tetap dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Karena dengan berjalannya proses itu alam ini tetap akan
subur memberi kehidupan pada umat manusia.
Pujawali atau piodalan di Pura Goa Lawah ini untuk memuja Bhatara
Tengahing Segara dan Sang Hyang Basuki dilakukan setiap Anggara Kasih
Medangsia. Di jeroan Pura, tepatnya di mulut goa terdapat pelinggih Sanggar Agung
sebagai pemujaan Sang Hyang Tunggal. Ada Meru Tumpang Tiga sebagai
pesimpangan Bhatara Andakasa. Ada Gedong Limasari sebagai Pelinggih Dewi Sri
dan Gedong Limascatu sebagai Pelinggih Bhatara Wisnu. Dua pelinggih inilah
21

sebagai pemujaan Tuhan sebagai Sang Hyang Basuki dan Bhatara Tengahing Segara
(Gobyah, 2014).

2.2.5 Dewa Brahma


Dewa Brahma merupakan salah satu dari tiga dewa utama (Trimurti) dalam
agama Hindu. Kedua dewa lainnya adalah Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Dalam
ajaran agama Hindu, Dewa Brahma merupakan dewa yang menciptakan seluruh
makhluk yang ada di alam semesta ini.
Dewa Brahma merupakan penguasa arah selatan (daksina), shaktinya
(pasangan) Dewi Saraswati, wahananya (kendaraan) angsa, senjatanya gada,
warnanya merah, bhutanya langkir, aksara sucinya “Ba”, uripnya 9, di Bali dipuja di
Pura Andakasa.

Gambar 2.6 Dewa Brahma


(Sumber: http://www.wartahindu.com/2014/11/nawa-dewata-hindu_2.html)

Pura Andakasa adalah pura kahyangan jagat yang terletak di Banjar Pakel
Desa Gegelang Kecamatan Manggis, Karangasem. Pura ini didirikan atas konsepsi
Catur Loka Pala dan Sad Winayaka. Pura yang didirikan berdasarkan konsepsi Catur
22

Loka Pala adalah empat pura sebagai media pemujaan empat manifestasi Tuhan
untuk memotivasi umat mendapatkan rasa aman atau perlindungan atas
kemahakuasaan Tuhan. Keempat pura itu dinyatakan dalam kutipan Lontar Usana
Bali di atas. Mendapatkan rasa aman (raksanam) dan mendapatkan kehidupan yang
sejahtera (danam) sebagai kebutuhan dasar masyarakat yang wajib diupayakan oleh
para pemimpin atau kesatria. Demikian dinyatakan dalam Manawa Dharmasastra
I.89.
Usaha manusia itu tidak akan mantap tanpa disertai dengan doa pada Tuhan.
Memanjatkan doa pada Tuhan untuk mendapatkan rasa aman (raksanan) di segala
penjuru bumi itulah sebagai latar belakang didirikannya Pura Catur Loka Pala di
empat penjuru Bali. Di arah selatan didirikan Pura Andakasa sebagai tempat
pemujaan Batara Hyanging Tugu. Hal ini juga dinyatakan dalam Lontar Babad Kayu
Selem. Sedangkan dalam Lontar Padma Bhuwana menyatakan: ''Brahma pwa sira
pernahing daksina, pratistheng kahyangan Gunung Andakasa.'' Artinya Dewa Brahma
menguasai arah selatan (daksina) yang dipuja di Pura Kahyangan Gunung Andakasa.
Yang dimaksud Hyanging Tugu dalam Lontar Usana Bali dan Babad Kayu Selem itu
adalah Dewa Brahma sebagai manifestasi Tuhan dalam fungsinya sebagai pencipta.
Pura Andakasa juga salah satu pura yang didirikan atas dasar konsepsi Sad
Winayaka untuk memuja enam manifestasi Tuhan di Pura Sad Kahyangan. Memuja
Tuhan di Pura Sad Kahyangan untuk memohon bimbingan Tuhan dalam melestarikan
sad kertih membangun Bali agar tetap ajeg -- umatnya sejahtera sekala-niskala.
Membina tegaknya Sad Kertih itu menyangkut aspek spiritual yaitu atma Kertih.
Yang menyangkut pelestarian alam ada tiga yaitu samudra kertih, wana kertih dan
danu kertih yaitu pelestarian laut, hutan dan sumber-sumber mata air. Sedangkan
untuk manusianya meliputi jagat kertih membangun sistem sosial yang tangguh dan
jana kertih menyangkut pembangunan manusia individu yang utuh lahir batin.
Tuhan Yang Mahaesa dengan media pemujaan dalam wujud Pura Catur Loka
Pala dan Sad Winayaka untuk membangun sistem religi yang aplikatif. Sistem religi
23

berupaya agar pemujaan pada Tuhan Yang Maha Esa itu dapat berdaya guna untuk
memberikan landasan moral dan mental.
Pura Andakasa dalam kesehariannya didukung oleh dua desa pakraman yaitu
Desa Pakraman Antiga dan Gegelang. Menurut cerita rakyat di Antiga didapatkan
penjelasan bahwa pada zaman dahulu di Desa Antiga ada tiga butir telur jatuh dari
angkasa. Tiga telur tersebut didekati oleh masyarakat. Tiba-tiba telur itu meledak dan
mengeluarkan asap. Asap itu berembus dari Desa Antiga menuju tiga arah. Ada yang
ke barat daya, ke barat laut dan ke utara. Masyarakat Desa Antiga mendengar adanya
sabda atau suara dari alam niskala. Sabda itu menyatakan bahwa asap yang mengarah
ke barat daya desa adalah Batara Brahma. Sejak itu bukit itu bernama Andakasa
sebagai tempat pemujaan Batara Brahma. Asap yang ke barat laut desa adalah Batara
Wisnu menuju Bukit Cemeng didirikan Pura Puncaksari. Asap yang menuju ke utara
desa adalah perwujudan Batara Siwa dipuja di Pura Jati. Tiga pura di tiga bukit itulah
sebagai arah pemujaan umat di Desa Antiga dan Desa Gegelang.
Pemujaan Batara Brahma di Pura Andakasa ini dibangun di jejeran pelinggih
di bagian timur dalam bentuk Padmasana. Di bagian jeroan atau pada areal bagian
dalam Pura Andakasa di jejer timur ada empat padma. Yang paling utara adalah
disebut Sanggar Agung, di sebelah selatannya ada pelinggih Meru Tumpang Telu. Di
selatan meru tersebut ada padmasana sebagai pelinggih untuk memuja Dewa Brahma
atau Hyanging Tugu. Di sebelah selatan pelinggih Batara Brahma ada juga dua
padmasana untuk pelinggih Sapta Petala dan Anglurah Agung.
Upacara pujawali atau juga disebut piodalan di Pura Andakasa
diselenggarakan dengan menggunakan sistem tahun wuku. Hari yang ditetapkan sejak
zaman dahulu sebagai hari pujawali di Pura Andakasa adalah setiap hari Anggara
Kliwon Wuku Medangsia. Di samping ada pujawali setiap 210 hari, juga
diselenggarakan upacara pecaruan setiap Anggara Kliwon pada wuku Perangbakat,
wuku Dukut dan wuku Kulantir.
Pujawali di Pura Andakasa pada umumnya diadakan upacara melasti ke
Segara Toya Betel di Desa Pengalon. Tujuan melasti ini adalah untuk lebih
24

menguatkan dan memantapkan umat dalam menyerap vibrasi kesucian Ida Batara di
Pura Andakasa. Tujuan utama melasti menurut Sundarigama adalah anganyutaken
laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana. Artinya mengatasi penderitaan rakyat,
menghilangkan kekotoran (klesa) diri dan untuk menyucikan alam lingkungan dari
pencemaran (Gobyah, 2014).

2.2.6 Dewa Rudra


Dewa Rudra merupakan penguasa arah barat daya (nairiti), shaktinya
(pasangan) Dewi Samodhi, wahananya (kendaraan) kerbau, senjatanya moksala,
warnanya jingga, bhutanya jingga, aksara sucinya “Ma”, uripnya 3, di Bali dipuja di
Pura Uluwatu.

Gambar 2.7 Dewa Rudra


(Sumber: http://www.wartahindu.com/2014/11/nawa-dewata-hindu_2.html)

Pura Sad Kahyangan yang dinyatakan dalam Lontar Kusuma Dewa itu adalah
Sad Kahyangan saat Bali masih satu kerajaan. Pura Luhur Uluwatu adalah salah satu
pura yang dinyatakan sebagai Pura Sad Kahyangan dalam Lontar Kusuma Dewa dan
juga beberapa lontar lainnya. Pura Luhur Uluwatu itu juga dinyatakan sebagai Pura
Padma Bhuwana yang berada di arah barat daya Pulau Bali.
25

Arah barat daya itu dalam sistem pengider-ider Hindu Sekte Siwa Sidhanta
adalah Dewa Siwa Rudra. Dalam konsep Siwa Sidhanta, Dewa Tri Murti itu adalah
manifestasi Siwa sebagai sebutan Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi dalam konsep
Waisnawa, Tri Murti itu adalah perwujudan Maha Wisnu.
Rgveda I, 164. 46 dinyatakan bahwa Tuhan itu mahaesa para Wipra atau
orang-orang suci menyebutnya dengan banyak nama. Jadinya Pura Luhur Uluwatu itu
adalah Pura Kahyangan Jagat yang didirikan berdasarkan konsepsi Sad Winayaka dan
konsepsi Padma Bhuwana. Sebagai Siwa Rudra berkedudukan untuk membumikan
purusa wisesa dari Dewa Tri Murti agar umat tertuntun melakukan dinamika
hidupnya berdasarkan Tri Kona yaitu kreatif menciptakan sesuatu yang sepatutnya
diciptakan.
Kreatif memelihara dan melindungi sesuatu yang seyogianya dipelihara dan
dilindungi. Demikian juga melakukan upaya pralina pada sesuatu yang seyogianya
dipralina. Siapa pun yang dapat hidup seimbang berbuat berdasarkan konsep Tri
Kona itu dialah orang yang hebat karena sukses dalam hidupnya. Karena itulah Tuhan
di Pura Luhur Uluwatu dipuja sebagai Dewa Siwa Rudra. Kata Rudra dalam bahasa
Sansekerta artinya hebat atau bergairah.
Keberadaan Pura Luhur Uluwatu ini sejak abad XVI Masehi ada terkait
dengan tirthayatra Dang Hyang Dwijendra. Setelah itu didirikanlah Meru Tumpang
Tiga di Pura Luhur Uluwatu sebagai pemujaan Dewa Siwa Rudra di mana aspek
Brahma dan Wisnu juga terkait menjadi energi magis religius dalam pemujaan Siwa
Rudra di Meru Tumpang Tiga. Meskipun kedatangan Dang Hyang Dwijendra
memperluas tempat pemujaan di Pura Luhur Uluwatu bukan berarti apa yang telah
ada harus ditinggalkan begitu saja.
Sebelah kiri sebelum masuk pintu Candi Bentar tersebut terdapat kompleks
pelinggih yang disebut Dalem Jurit. Di Pura Dalem Jurit inilah terdapat tiga patung
Tri Murti yang merupakan tempat pemujaan Siwa Rudra ketika Mpu Kuturan
mendirikan pura tersebut abad ke-11 Masehi. Dari Dalem Jurit kita terus masuk
melalui Candi Bentar.
26

Jaba tengah ini kita menoleh ke kiri lagi ada sebuah bak air yang selalu berisi
air meskipun musim kering sekalipun. Hal ini dianggap suatu keajaiban dari Pura
Luhur Uluwatu. Sebab, di wilayah Desa Pecatu adalah daerah perbukitan batu karang
berkapur yang mengandalkan air hujan. Bak air itu dikeramatkan karena keajaibannya
itu. Keperluan air untuk bahan tirtha cukup diambil dari bak air tersebut. Dari jaba
tengah ini kita terus masuk melalui Candi Kurung Padu Raksa bersayap. Candi ini
ada yang menduga dibuat pada abad ke-11 Masehi karena dihubungkan dengan Candi
Kurung bersayap yang ada di Pura Sakenan. Namun ada juga yang berpendapat
bahwa Candi Kurung bersayap seperti ini ada di Jawa Timur peninggalan purbakala
di Sendang Duwur dengan Candra Sengkala yaitu tanda tahun Saka dengan kalimat
dalam bahasa Jawa Kuna “Gunaning salira tirtha bayu”, artinya menunjukkan angka
tahun Saka 1483 atau tahun 1561 Masehi.
Candi Kurung Padu Raksa bersayap di Sendang Duwur sama dengan Candi
Kurung Padu Raksa di Pura Luhur Uluwatu. Dengan demikian nampaknya lebih tepat
kalau dikatakan bahwa Candi Kurung Padu Raksa di Pura Luhur Uluwatu dibuat pada
zaman Dang Hyang Dwijendra yaitu abad XVI. Karena Dang Hyang Dwijendra-lah
yang memperluas Pura Luhur Uluwatu. Setelah kita masuk ke jeroan (bagian dalam
pura) kita menjumpai bangunan yang paling pokok yaitu Meru Tumpang Tiga tempat
pemujaan Dewa Siwa Rudra. Bangunan yang lainnya adalah bangunan pelengkap
saja seperti Tajuk tempat meletakkan upacara dan Balai Pawedaan tempat pandita
memuja memimpin upacara. Upacara piodalan atau sejenis hari besarnya Pura Luhur
Uluwatu pada hari Selasa Kliwon Wuku Medangsia atau setiap 210 hari berdasarkan
perhitungan kalender Wuku.
Pura Luhur Uluwatu memiliki wilayah suci dalam radius kurang lebih lima
kilometer. Wilayah ini disebut wilayah Kekeran, artinya wilayah yang suci. Yang
patut kita perhatikan adalah melindungi wilayah yang disebut sebagai wilayah
kekeran. Hendaknya semua pihak menghormati wilayah kekeran tersebut untuk
menjaga agar jangan ada bangunan yang tidak terkait dengan keberadaan Pura Luhur
Uluwatu itu.
27

Wilayah kekeran itu hendaknya dijaga agar tetap hijau dengan tumbuh-
tumbuhan yang khas Bali. Boleh dikreasi sepanjang untuk mengembangkan tumbuh-
tumbuhan hutan dengan tanem tuwuh-nya, sehingga wilayah kekeran itu benar-benar
asri dan juga suci tidak dijadikan pengembangan pasilitas yang lainnya. Lebih-lebih
berdasarkan Bhisama Kesucian Pura di Pura Kahyangan Jagat seperti Pura Luhur
Uluwatu ini harus dijaga tidak boleh ada bangunan di luar fasilitas pura dengan radius
sekitar lima kilometer harus steril dari bangunan yang tidak ada hubungannya dengan
keberadaan Pura Luhur Uluwatu (Wiana, 2014).

2.2.7 Dewa Mahadewa


Dewa Mahadewa merupakan penguasa arah barat (pascima), shaktinya
(pasangan) Dewi Sachi, wahananya (kendaraan) naga, senjatanya nagapasa, warnanya
kuning, bhutanya lembu kanya, aksara sucinya “Ta”, uripnya 7, di Bali dipuja di Pura
Batukaru.

Gambar 2.8 Dewa Mahadewa


(Sumber: http://www.wartahindu.com/2014/11/nawa-dewata-hindu_2.html)

Pura Luhur Batukaru adalah pura sebagai tempat memuja Tuhan sebagai
Dewa Mahadewa. Karena fungsinya untuk memuja Tuhan sebagai Dewa yang
28

menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dengan mempergunakan air secara benar, maka di


Pura Luhur Batukaru ini disebut sebagai pemujaan Tuhan sebagai “Ratu Hyang
Tumuwuh” sebutan Tuhan sebagai yang menumbuhkan.
Tuhan sebagai sumber yang mempertemukan air dengan tanah sehingga
muncullah kekuatan untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan itu
akan tumbuh subur dengan daunnya yang hijau mengandung klorofil sebagai zat yang
menyelamatkan hidup. Pemujaan Tuhan di Pura Luhur Batukaru hendaknya dijadikan
media untuk membangun daya spiritual membangun semangat hidup untuk secara
sungguh-sungguh menjaga kesuburan tanah dan sumber-sumber air. Dengan tanah
yang terjaga kesuburannya dan sumber-sumber air terlindungi, maka tumbuh-
tumbuhan akan subur. Tumbuh-tumbuhan yang subur akan berlanjut terus apabila
udara tidak tercemar oleh emisi CO2. Udara yang tercemar akan dapat menimbulkan
hujan asam yang merusak pucuk tumbuhan-tumbuhan. Jadi pemujaan Tuhan sebagai
Sang Hyang Tumuwuh memiliki makna yang dalam bagi kehidupan umat manusia di
bumi ini. Adanya konferensi tentang merubahan cuaca yang diikuti oleh 187 negara
di Nusa Dua patut dijadikan momentum untuk mengingatkan diri kita tentang nilai
yang terkandung di balik Pemujaan Sang Hyang Tumuwuh di Pura Luhur Batukaru.
Pura Luhur Batukaru terletak di Desa Wongaya Gede Kecamatan Penebel
Kabupaten Tabanan. Lokasi pura ini terletak di bagian barat Pulau Bali di lereng
selatan Gunung Batukaru. Kemungkinan besar nama pura ini diambil dari nama
Gunung Batukaru ini. Bagi mereka yang ingin sembahyang ke Pura Luhur Batukaru
sangat diharapkan terlebih dahulu sembahyang di Pura Jero Taksu. Pura Jero Taksu
ini memang letaknya agak jauh dari Pura Luhur Batukaru.
Persembahyangan di Pura Jero Taksu itu adalah sebagai permakluman agar
sembahyang di Pura Luhur Batukaru mendapatkan keberhasilan. Pura Taksu ini
merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Pura Luhur Batukaru. Setelah itu
barulah menuju pancuran yang letaknya di bagian tenggara dari pura utama namun
tetap berada dalam areal Pura Luhur Batukaru.
29

Air pancuran ini adalah untuk menyucikan diri dengan jalan berkumur, cuci
muka dan cuci kaki di pancuran tersebut terus dilanjutkan sembahyang di Pelinggih
Pura Pancuran tersebut sebagai tanda penyucian sakala dan niskala atau lahir batin
sebagai syarat utama agar pemujaan dapat dilakukan dengan kesucian jasmani dan
rohani.
Pura Luhur Batukaru ini juga termasuk Pura Sad Kahyangan yang disebut
dalam Lontar Kusuma Dewa. Pura Luhur Batukaru sudah ada pada abad ke-11
Masehi. Sezaman denganPura Besakih, Pura Lempuyang Luhur, Pura Guwa Lawah,
Pura Luhur Uluwatu, dan Pura Pusering Jagat. Sebagai penggagas berdirinya Sad
Kahyangan adalah Mpu Kuturan. Banyak pandangan para ahli bahwa Mpu Kuturan
mendirikan Sad Kahyangan Jagat untuk memotivasi umat menjaga keseimbangan
eksistensi Sad Kerti yaitu Atma Kerti, Samudra Kerti, Wana Kerti, Danu Kerti, Jagat
Kerti dan Jana Kerti.
Pura Luhur Batukaru kemungkinan sebelumnya sudah dijadikan tempat
pemujaan dan tempat bertapa sebagai media Atma Kerti oleh tokoh-tokoh spiritual di
daerah Tabanan dan Bali pada umumnya. Pandangan tersebut didasarkan pada adanya
penemuan sumber-sumber air dan dengan berbagai jenis arca Pancuran. Dari adanya
sumber-sumber mata air ini dapat disimpulkan bahwa daerah ini pernah dijadikan
tempat untuk bertapa bagi para Wanaprastin untuk menguatkan hidupnya menjaga
Sad Kerti tersebut.
Pendirian Pura Luhur Batukaru pada abad ke-11 tersebut kita tidak mendapat
keterangan dengan jelas bagaimana keberadaan pura tersebut. Baru pada tahun 1605
Masehi ada keterangan dari kitab Babad Buleleng. Dalam kitab tersebut dijelaskan
bahwa Pura Luhur Batukaru pada tahun tersebut di atas dirusak oleh Raja Buleleng
yang bernama Ki Gusti Ngurah Panji Sakti.
Kitab babad tersebut diceritakan bahwa Kerajaan Buleleng sudah sangat aman
tidak ada lagi musuh yang berani menyerangnya. Sang Raja ingin memperluas
kerajaan lalu mengadakan perluasan ke Tabanan. Raja Ki Gusti Ngurah Panji Sakti
dalam perjalanan bertemu dengan daerah Batukaru yang merupakan daerah Kerajaan
30

Tabanan. Ki Gusti Ngurah Panji Sakti bersama prajuritnya lalu merusak Pura Luhur
Batukaru. Pura tersebut diobrak-abriknya.
Perhitungan Ki Panji Sakti tiba-tiba datang tawon banyak sekali galak
menyengat entah dari mana asalnya. Ki Panji Sakti beserta prajuritnya diserang habis-
habisan oleh tawon yang galak dan berbisa itu. Ki Panji Sakti lari terbirit-birit dan
mundur teratur dan membatalkan niatnya untuk menyerang kerajaan Tabanan. Karena
pura tersebut dirusak oleh Ki Panji Sakti maka bangunan pelinggih rusak total.
Tinggal onggokan berupa puing-puing saja.
Pada tahun 1959 Pura Luhur Batukaru mendapat perbaikan sehingga
bentuknya seperti sekarang ini. Pada tahun 1977 secara bertahap barulah ada
perhatian dari pemerintah daerah berupa bantuan. Sampai sekarang Pura Luhur
Batukaru sudah semakin baik keadaannya (Gobyah, 2014).

2.2.8 Dewa Sangkara


Dewa Sangkara merupakan penguasa arah barat laut (wayabhya), shaktinya
(pasangan) Dewi Rodri, wahananya (kendaraan) singa, senjatanya angkus, warnanya
hijau, bhutanya gadang, aksara sucinya “Si”, uripnya 1, di Bali dipuja di Pura Pucak
Mangu.
31

Gambar 2.9 Dewa Sangkara


(Sumber: http://www.wartahindu.com/2014/11/nawa-dewata-hindu_2.html)

Puncak Gunung Mangu ini memang sangat hening untuk melakukan tapa
brata untuk perenungkan diri seperti yang pernah dilakukan oleh I Gst. Agung Putu.
Menurutnya, kegagalan bukan untuk disesalkan dan berputus asa, tetapi untuk
dijadikan pengalaman serta diambil hikmahnya untuk pelajaran diri selanjutnya.
Dengan cara itulah kegagalan dapat diubah menjadi awal kesuksesan.
Peta Pulau Bali nama Gunung Mangu hampir tidak dikenal. Mungkin karena
Gunung Mangu ini tidak begitu tinggi. Namun kalau kita baca lontar tentang Pura
Kahyangan Jagat nama Gunung Mangu ini akan mudah diketemukan. Nama Gunung
Mangu ini disebutkan dalam Lontar Babad Mengwi. Leluhur Raja Mengwi yang
bernama I Gusti Agung Putu kalah secara kesatria dalam pertempuran melawan I
Gusti Ngurah Batu Tumpeng dari Puri Kekeran. Karena kalah I Gusti Agung Putu
ditawan dan diserahkan kepada I Gst. Ngurah Tabanan sebagai tawanan perang. Oleh
seorang patih dari Marga bernama I Gusti Bebalang meminta kepada I Gusti Ngurah
Tabanan agar dibolehkan mengajak I Gusti Agung Putu ke Marga. Setelah di Marga
inilah timbul niatnya I Gusti Agung Putu ingin membalas kekalahannya dengan cara-
cara kestria kepada I Gusti Ngurah Batu Tumpeng. I Gusti Agung Putu terlebih
32

dahulu bertapa di puncak Gunung Mangu tempat Pura Pucak Mangu sekarang. Di
puncak Gunung Mangu inilah I Gusti Agung Putu mendapat pawisik keagamaan
dengan kekuatan magis religius. Setelah itu I Gusti Agung Putu kembali menantang I
Gusti Ngurah Batu Tumpeng bertempur.
Berkah hasil tapanya di Gunung Mangu itulah I Gusti Agung Putu meraih
kemenangan melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan musuh-musuhnya yang
lain. Gunung Mangu ini terletak di sebelah timur laut Danau Beratan. Gunung ini
juga bernama Pucak Beratan, Pucak Pengelengan, dan Pucak Tinggan. Orang dari
Desa Beratan menyebut gunung tersebut Pucak Beratan. Sedangkan orang yang dari
Desa Tinggan menyebutnya Pucak Tinggan. Karena umat di Desa Tinggan-lah yang
ngempon aci-aci di Pura Pucak Mangu tersebut.
Pucak Pengelengan menurut penuturan keluarga Raja Mengwi bahwa saat I
Gusti Agung Putu bertapa di Pucak Mangu, Batara Pucak Mangu menulis (ngerajah)
lidahnya. Setelah itu I Gusti Agung Putu disuruh ngelengan (melihat keseliling).
Mana daerah yang dilihat dengan terang itulah nanti daerah kekuasaannya. Karena
itulah Pucak Mangu ini juga disebut Pucak Pengelengan. Pura Pucak Mangu
memiliki dua Pura Penataran yaitu Pura Ulun Danu Beratan didirikan oleh I Gusti
Agung Putu yang berada di sebelah barat Gunung Mangu dan Pura Penataran Agung
Tinggan di sebelah timur Gunung Mangu didirikan oleh keturunannya yaitu Cokorda
Nyoman Mayun.
Pucak Mangu ini terdapat sebuah pura dengan ukuran 14 x 24 meter. Di
dalamnya ada beberapa pelinggih dan bangunan yang bernilai sejarah kepurbakalaan.
Yaitu sebuah Lingga, dengan ukuran tinggi 60 cm dan garis tengahnya 30 cm.
Bahannya dari batu alam lengkap dengan bentuk segi 4 (Brahma Bhaga), segi delapan
(Wisnu Bhaga) dan bulat panjang (Siwa Bhaga). Menurut para ahli purba kala,
Lingga ini sezaman dengan dengan Lingga di Pura Candi Kuning. Para ahli
memperkirakan penggunaan Linga dan Candi sebagai media pemujaan di Bali
berlangsung dari abad X - XIV. Setelah abad itu pemujaan di Bali menggunakan
33

bentuk Meru dan Gedong. Kapan tepatnya Pura Pucak Mangu ini didirikan belum ada
prasasti atau sumber lainnya dengan tegas menyatakannya.
Cerita keluarga Raja Mengwi konon ketika I Gusti Agung Putu akan
bersemadi di gunung ini menjumpai kesulitan karena hutannya sangat lebat. Setelah
beliau berusaha ke sana-ke mari lalu beliau mendengar suara tawon. I Gusti Agung
Putu pun menuju suara tawon itu. Ternyata di tempat suara tawon itu dijumpai
reruntuhan pelinggih termasuk Lingga tersebut. Setelah itu kemungkinan pura ini
dipugar oleh I Gusti Agung Putu setelah beliau berhasil menjadi Raja Mengwi serta
mendirikan Pura Penataran-nya di tepi Danau Beratan. Nampaknya sampai abad
XVIII pelinggih utama di Pura Pucak Mangu adalah Lingga Yoni saja dan bangunan
pelengkap lainnya. Setelah pemerintahan I Gst. Agung Nyoman Mayun yang bergelar
Cokorda Nyoman Mayun melengkapinya dengan pendirian Meru Tumpang Lima
linggih Batara Pucak Mangu.
Meru Tumpang Tiga linggih Batara Teratai Bang dan Tepasana tempat
Lingga. Ada juga dibangun Padma Capah sebagai Pengubengan, Pelinggih Panca
Resi yang mempunyai lima ruangan yang menghadap ke empat penjuru dan sebuah
ruangan berada di tengah, dan bangunan lainnya. Menurut Babad Mengwi, atas
perintah Cokorda Nyoman Mayun-lah Pura Penataran Tinggan didirikan tahun Saka
1752 atau 1830 Masehi. Mungkin zaman dahulu menuju ke Pura Penataran Ulun
Danu Beratan masih sulit karena keadaan alamnya. Hal itulah barang kali
menyebabkan Pura Pucak Tinggan memiliki dua Pura Penataran.
Sampai tahun 1896 saat runtuhnya Kerajaan Mengwi tidak ada tercatat dalam
sejarah bahwa Pura Pucak Mangu direstorasi. Tahun 1927 akibat gempa yang dhasyat
Pura Pucak Mangu ikut runtuh. Pura tersebut baru direstorasi tahun 1934 - 1935.
Tahun 1978 terjadi angin kencang lagi yang merusak pelinggih dan bangunan
lainnya. Pada tahun itu juga pura tersebut direstorasi kembali (Gobyah, 2014).
34

2.2.9 Dewa Siwa


Dewa Siwa adalah salah satu dari tiga dewa utama (Trimurti) dalam agama
Hindu. Kedua dewa lainnya adalah Dewa Brahma dan Dewa Wisnu. Dalam ajaran
agama Hindu, Dewa Siwa adalah dewa pelebur, bertugas melebur segala sesuatu yang
sudah tidak layak berada di alam semesta lagi sehingga harus dikembalikan kepada
asalnya.
Dewa Siwa merupakan penguasa arah tengah (madhya), shaktinya
(pasangan) Dewi Durga, wahananya (kendaraan) lembu, senjatanya padma, warnanya
panca warna, bhutanya tiga sakti, aksara sucinya “I/Ya”, uripnya 8, di Bali dipuja di
Pura Pusering Jagat.

Gambar 2.10 Dewa Siwa


(Sumber: http://www.wartahindu.com/2014/11/nawa-dewata-hindu_2.html)

Desa Pejeng, Gianyar, maka dengan cekatan mereka akan mengatakan bahwa
di Pura Pusering Jagatlah tempatnya. Bagi mereka di Pura Pusering Jagatlah awal
mula kehidupan dan peradaban dunia. Keyakinan itu kemungkinan besar karena
Pusering Jagat memang berarti pusat semesta.
35

Pura Pusering Jagat memang merupakan pura penting di Bali. Pura ini
termasuk satu dari enam pura kahyangan jagat yang berposisi di tengah-tengah.
Dalam kosmologi Hindu, tengah adalah sthana (tempat bersemayam) Dewa Siwa.
Pura Pusering Jagat terletak di desa Pejeng yang di masa lampau merupakan
pusat Kerajaan Bali Kuna. Banyak yang menduga bahwa kata pejeng berasal dari kata
pajeng yang berarti payung. Dari desa inilah raja-raja Bali Kuna memayungi
rakyatnya. Namun, ada juga yang menduga kata pejeng berasal dari kata pajang
(bahasa Jawa Kuna) yang berarti sinar. Diyakini, dari sinilah sinar kecemerlangan
dipancarkan ke seluruh jagat.
Lontar-lontar kuna, Pura Pusering Jagat juga dikenal sebagai Pura Pusering
Tasik atau pusatnya lautan. Penamaan itu akan mengingatkan masyarakat Hindu
kepada cerita Adi Parwa yang mengisahkan perjuangan para dewa dalam mencari
tirtha amertha (air kehidupan) di tengah lautan Ksirarnawa.
Pura Pusering Jagat ini terdapat arca-arca yang menunjukkan bahwa pura ini
adalah tempat pemujaan Siwa seperti arca Ganesha (putra Siwa), Durga (sakti Siwa),
juga arca-arca Bhairawa. Ada juga arca berbentuk kelamin laki-laki (purusa) dan
perempuan (pradana). Dalam ajaran Hindu, Purusa dan Pradana ini adalah ciptaan
Tuhan yang pertama. Purusa adalah benih-benih kejiwaan, sedangkan Pradana benih-
benih kebendaan. Pertemuan Purusa dan Pradana inilah melahirkan kehidupan dan
harmoni.
Pura Pusering Jagat ini juga terdapat peninggalan kuno berbentuk bejana yang
disebut sangku sudamala yang melambangkan limpahan air suci untuk kehidupan. Di
dalam sangku sudamala ini terdapat gambar yang menandakan angka tahun Saka
1251 (Galang, 2000).

2.3 Smartphone
Smartphone adalah telepon genggam yang memiliki sistem operasi untuk
masyarakat luas, dimana pengguna dapat dengan bebas menambahkan aplikasi,
menambah fungsi-fungsi atau mengubah sesuai keinginan pengguna. Dengan kata
36

lain, telepon cerdas merupakan komputer mini yang mempunyai kapabilitas sebuah
telepon. Sejak akhir 1990an, penggunaan telepon genggam diantara remaja terus
meningkat. Pada tahun 2005, sebuah penelitian menemukan kurang lebih 33% remaja
memiliki telepon genggam. Dari 33% remaja yang melaporkan memiliki telepon
genggam tersebut, kurang lebih 64% mengatakan mereka secara rutin mengirimkan
pesan singkat. Saat ini pemakaian telepon seluler di Indonesia mengalami kemajuan
yang sangat pesat, terutama telepon seluler yang memiliki fasilitas chatting/instant
messaging yang terintegrasi.
Data statistik ITU (International Telecommunication Union, 2009), pada
tahun 2002 pengguna telepon seluler di Indonesia mencapai 11,7 juta orang, lima
tahun kemudian pengguna telepon seluler di Indonesia mencapai 93 juta orang, dan
pada tahun 2009 mencapai 159 juta orang. Beberapa penelitian mendapatkan bukti
penggunaan teknologi tertentu mempengaruhi prestasi akademis. Di China,
penggunaan fasilitas chatting/instant messaging pada remaja mengakibatkan
turunnya prestasi akademis remaja tersebut. Sebuah penelitian di Taiwan
mendapatkan penggunaan telpon seluler yang sering mengganggu performa akademis
dan kemampuan belajar mereka sehingga mengakibatkan turunnya prestasi sekolah.
Smartphone memiliki ciri utama yaitu memiliki sistem operasi di dalamnya
yang memungkinkan dijalankan berbagai aplikasi, misalnya Windows Mobile,
Android, Symbian, ataupun Sistem Operasi Blackberry. Sebuah Smartphone selalu
dilengkapi berbagai aplikasi/software yang ditujukan untuk meningkatkan
produktivitas dan mendukung kegiatan sehari-hari. Misalnya Doc To Go, untuk
membuat dan mengedit dokumen word di Smartphone. Kemampuan lain yang
dimiliki oleh sebuah Smartphone adalah dapat digunakan mengakses web/internet
dan konten yang disajikan di browser-nya, sudah hampir mendekati seperti layaknya
mengakses web lewat komputer. Opera Mobile, SkyFire Mobile, IE Mobile adalah
contoh beberapa browser di sebuah Smartphone.
37

2.4 Android
Android adalah sistem operasi seluler yang berbasis Linux dirancang untuk
perangkat seluler layar sentuh seperti telepon pintar dan computer tablet. Android
bisa disebut sistem operasi seluler yang open source karena Android merupakan
sistem operasi yang terbuka bagi pengembang untuk menciptakan aplikasinya sendiri
secara bebas. . Perusahaan search engine terbesar saat ini, yaitu Google Inc. membeli
Android Inc., pendatang baru yang membuat peranti lunak untuk ponsel. Android,
Inc. didirikan oleh Andy Rubin, Rich Milner, Nick Sears dan Chris White pada tahun
2003. Kemudian dibeli dengan Android, Inc., dengan dukungan finansial
dari Google, yang kemudian membelinya pada tahun 2005. Sistem operasi ini dirilis
secara resmi pada tahun 2007, bersamaan dengan didirikannya Open Handset
Alliance, konsorsium dari perusahaan-perusahaan perangkat keras, perangkat lunak,
dan telekomunikasi yang bertujuan untuk memajukan standar terbuka perangkat
seluler.

Gambar 2.11 Logo Android


(Sumber: http://nuiteq.com/2014/05/multitouch-software-snowflake-entertainment-compatible-with-
android/)

Ponsel Android pertama mulai dijual pada bulan Oktober 2008. Antarmuka
pengguna Android didasarkan pada manipulasi langsung, menggunakan masukan
sentuh yang serupa dengan tindakan di dunia nyata, seperti menggesek, mengetuk,
mencubit, dan membalikkan cubitan untuk memanipulasi obyek di layar. Android
adalah sistem operasi dengan sumber terbuka, dan Google merilis kodenya di
bawah Lisensi Apache. Kode dengan sumber terbuka dan lisensi perizinan pada
Android memungkinkan perangkat lunak untuk dimodifikasi secara bebas dan
didistribusikan oleh para pembuat perangkat, operator nirkabel, dan pengembang
aplikasi.
38

Faktor-faktor di atas telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan


Android, menjadikannya sebagai sistem operasi telepon pintar yang paling banyak
digunakan di dunia, mengalahkan Symbian pada tahun 2010. Android juga menjadi
pilihan bagi perusahaan teknologi yang menginginkan sistem operasi berbiaya
rendah, bisa dikustomisasi, dan ringan untuk perangkat berteknologi tinggi tanpa
harus mengembangkannya dari awal. Akibatnya, meskipun pada awalnya sistem
operasi ini dirancang khusus untuk telepon pintar dan tablet, Android juga
dikembangkan menjadi aplikasi tambahan di televisi, konsol permainan, kamera
digital, dan perangkat elektronik lainnya. Sifat Android yang terbuka telah
mendorong munculnya sejumlah besar komunitas pengembang aplikasi untuk
menggunakan kode sumber terbuka sebagai dasar proyek pembuatan aplikasi, dengan
menambahkan fitur-fitur baru bagi pengguna tingkat lanjut atau mengoperasikan
Android pada perangkat yang secara resmi dirilis dengan menggunakan sistem
operasi lain (Satria dan Paryono, 2012).

2.5 Game
Game (permainan) merupakan aktifitas terstruktur yang biasanya dilakukan
untuk bersenang-senang untuk menghilangkan stress. Game juga dapat dimanfaatkan
sebagai media menarik untuk belajar tanpa menghilangkan aspek-aspek bermain.
Dunia modern ini, game dapat diartikan sebagai sebuah permainan komputer
interaktif yang di kendalikan oleh mikroprosesor. Komputer dapat menciptakan
bahan-bahan maya untuk digunakan dalam sebuah permainan seperti kartu dan dadu.
Permainan komputer atau video game menggunakan satu atau lebih alat input, seperti
sebuah tombol atau kombinasi dari joystick, sebuah keyboard, mouse dan trackball
atau sebuah controller ataupun sebuah alat yang mempunyai sensor gerak.
Penerapan education game bermula dari perkembangan video game yang
sangat pesat dan menjadikannya sebagai media efektif yang interaktif dan banyak
dikembangkan di perindustrian. Melihat kepopuleran game tersebut, para pendidik
berpikir bahwa mereka mempunyai kesempatan yang baik untuk menggunakan
39

komponen rancangan game dan menerapkannya pada kurikulum dengan penggunaan


industri berbasis game. Game harus memiliki desain antarmuka yang interaktif dan
mengandung unsur menyenangkan (Hurd dan Jenuings, 2009).
Game atau permainan biasanya dilakukan untuk kesenangan dan kadang
kadang digunakan sebagai alat pendidikan. Untuk membuat sebuah game terlebih
dahulu pembuat Game harus membuat deskripsi yang menceritakan game yang akan
dibuat. Selain itu dibutuhkan juga design game yang sederhana untuk mempermudah
pembuatan game. Melalui desain yang telah dibuat dapat diketahui semua elemen-
elemen yang dibutuhkan dalam pembuatan game, misalnya karakter user, karakter
musuh, animasi serangan dan sebagainya. Membuat game akan membutuhkan
gambar dari tiap elemen-elemen yang ada.
Video game adalah permainan yang biasanya melibatkan player atau pemain
berinteraksi dengan alat pengendali atau controller untuk menghasilkan umpan balik
secara visual dalam sebuah layar video. Video game biasanya juga mempunyai sistem
pemberian hadiah yang diberikan kepada pemain apabila menyelesaikan tugas-tugas
tertentu yang berada didalam aturan atau rule set game tersebut. Tipe-tipe peralatan
elektronik dimana video game dapat dimainkan disebut dengan platform dan contoh
dari platform adalah PC (personal komputer) dan mesin video game (video game
console). Video game juga hadir dalam semua tingkatan teknologi mulai dari
komputer sampai dengan peralatan genggam seperti Handphone dan PDA.

2.5.1 Jenis-Jenis Game


Game terdapat banyak macam jenisnya, secara umum dikategorikan kedalam
genre. Berikut ini merupakan daftar genre-genre yang sering dimainkan pada
umumnya.
2.5.1.1 Aksi
Genre ini merupakan macam game yang paling popular. Game jenis ini
membutuhkan kelincahan pemain. Salah satu subgenre action yang popular adalah
40

First Person Shooter (FPS). Game FPS memerlukan kecepatan berfikir. Game ini
dibuat seolah-olah pemain yang berada dalam suasana tersebut.

2.5.1.2 Aksi Petualangan


Memadukan dua genre yaitu game play aksi dan petualangan. pemain diajak
untuk menelusuri gua bawah tanah sambil mengalahkan musuh, dan mencari artefak
kuno, atau menyeberangi sungai.

2.5.1.3 Simulasi, Konstruksi,dan Manajemen


Pemain dalam game ini diberi keleluasaan untuk membangun suatu proyek
tertentu dengan bahan baku yang terbatas.

2.5.1.4 Role Playing Games (RPG)


Game RPG memberi pemain pilihan untuk dapat memilih satu karakter yang
dapat dimainkan. Seiring dengan bertambahnya level game, karakter tersebut dapat
berubah, bertambah kemampuannya, bertambah senjatanya, atau bertambah hewan
peliharaannya.

2.5.1.5 Balapan
Pemain dapat memilih kendaraan, lalu melaju di arena balap. Tujuannya yaitu
mencapai garis finish tercepat.

2.5.1.6 Strategi
Strategi menitikberatkan kemampuan pemain pada kemampuan berpikir dan
organisasi. Game strategi dibedakan menjadi dua, yaitu Turn Based Strategy dan Real
Time Strategy. Real time strategy mengharuskan pemain membuat keputusan dan
secara bersamaan pihak lawan juga beraksi hingga menimbulkan serangkaian
kejadian dalam waktu yang sebenarnya, sedangkan turn based strategy pemain
41

bergantian menjalankan taktiknya. Saat pemain mengambil langkah, pihak lawan


menunggu, begitu juga sebaliknya.

2.5.1.7 Puzzle
Puzzle menyajikan teka-teki, menyamakan warna bola, perhitungan
matematika, menyusun balok, atau mengenal huruf dan gambar.

2.5.1.8 Olahraga
Gameplay ini umumnya dibuat semirip mungkin dengan kondisi olahraga
yang sebenarnya.

2.5.1.9 Edugames
Game jenis ini dibuat dengan tujuan spesifik sebagai alat pendidikan atau
pembelajaran, mengenal huruf dan angka, matematika, sampai belajar bahasa asing.
Developer yang membuat edugame, harus memperhitungkan berbagai hal agar game
ini benar-benar dapat mendidik, menambah pengetahuan dan meningkatkan
keterampilan yang memainkannya.

2.5.2 Pengertian Edukasi


Edukasi adalah sebuah proses pembelajaran yang didapat oleh setiap manusia,
dalam hal ini adalah peserta didik, tujuannya adalah untuk membuat peserta didik itu
paham, mengerti serta mampu berpikir lebih kritis. Pendidikan dapat dirumuskan
sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai kedewasaan
jasmani dan rohani, dalam interaksi alam dan lingkungan masyarakatnya. Pendidikan
merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Pendidikan dapat didapat
secara formal maupun non-formal. Pendidikan formal diperoleh dari suatu
pembelajaran yang terstruktur yang telah dirancang oleh suatu institusi sedangkan
pendidikan non formal adalah pengetahuan yang didapat manusia dalam kehidupan
sehari-hari baik yang dialami atau yang dipelajari dari orang lain.
42

Uraian di atas maka dapat menyimpulkan bahwa edukasi adalah suatu usaha
sadar dan secara terus menerus yang dilakukan pemerintah, keluarga, dan masyarakat
untuk tujuan mengubah suatu individu menjadi berarah dan lebih baik, dalam segala
aspek kehidupannya berbangsa dan bernegara.
Pendidikan adalah sebuah proses pembelajaran yang didapat oleh setiap
manusia, dalam hal ini adalah peserta didik, tujuannya adalah untuk membuat peserta
didik paham, mengerti serta mampu berpikir lebih kritis. Pendidikan dapat
dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai
kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam dan lingkungan
Masyarakatnya. Pendidikan merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti.
Pendidikan bisa didapatkan secara formal maupun non formal. Pendidikan
formal diperoleh dari suatu pembelajaran yang terstruktur yang telah dirancang oleh
suatu institusi. Pendidikan non formal adalah pengetahuan yang didapat manusia
dalam kehidupan sehari-hari baik yang dialami atau yang dipelajari dari orang lain.

2.5.3 Pengertian Game Edukasi


Game edukasi adalah permaian yang dirancang atau dibuat untuk merangsang
daya pikir termasuk meningkatkan konsentrasi dan memecahkan masalah
(Handriyantini, 2009).
Penerapan education game bermula dari perkembangan video game yang
sangat pesat dan menjadikannya sebagai media efektif yang interaktif dan banyak
dikembangkan di perindustrian. Melihat kepopuleran game tersebut, para pendidik
berpikir bahwa mereka mempunyai kesempatan yang baik untuk menggunakan
komponen rancangan game dan menerapkannya pada kurikulum dengan penggunaan
industri berbasis game. Game harus memiliki desain antarmuka yang interaktif dan
mengandung unsur menyenangkan (Hurd dan Jenuings, 2009).
Game Edukasi adalah salah satu jenis media yang digunakan untuk
memberikan pengajaran, menambah pengetahuan penggunanya melalui suatu media
43

unik dan menarik. Jenis ini biasanya ditujukan untuk anak- anak, maka permainan
warna sangat diperlukan disini bukan tingkat kesulitan yang dipentingkan.
Uraian di atas maka dapat menyimpulkan bahwa game edukasi adalah salah
satu bentuk game yang dapat berguna untuk menunjang proses belajar-mengajar
secara lebih menyenangkan dan lebih kreatif, dan digunakan untuk memberikan
pengajaran atau menambah pengetahuan penggunanya melalui suatu media yang
menarik.

2.5.4 Komponen-Komponen Game


Game memiliki beberapa komponen yang penting yaitu sebagai berikut:
1. Fitur
Fitur merupakan hal yang digunakan untuk membedakan setiap game
yang ada. Fitur juga dapat menggambarkan jalan cerita game kedalam
bentuk-bentuk yang dapat dilihat maupun dirasakan.
2. Game Play
Gameplay membantu pengembang game untuk mengetahui cara kerja
suatu game, dimana fitur-fitur yang ada akan membentuk suatu gameplay.
3. Interface
Interface merupakan semua tampilan yang ada dalam suatu game. Sebuah
interface yang baik adalah interface yang tidak membosankan dan
memudahkan pemain game.
4. Aturan atau Rule
Merupakan kumpulan aturan-aturan dalam sebuah game. Aturan disini
berfungsi untuk membatasi gameplay yang ada pada game dan juga
bertujuan untuk membuat tantangan pada game.
5. Desain Level
Desain level mencakup style, background, dan jalan cerita dari sebuah
game. Desain yang menarik sangat berpengaruh terhadap daya tarik
pemain terhadap suatu game.
44

6. Score atau nilai


Merupakan hasil dari permainan yang dimainkan dengan pengguna yaitu
mencari nilai tertinggi di permainan tersebut.

2.6 Software yang digunakan


Berikut ini merupakan software yang dibutuuhkan untuk membangun aplikasi
game Dewata Nawa Sanga berbasis Android.
2.6.1 Android Development Tools (ADT)
Android Development Tools (ADT) adalah plugin yang didesain untuk IDE
Eclipse yang memberikan kita kemudahan dalam mengembangkan aplikasi Android
dengan menggunakan IDE Eclipse. Dengan menggunakan ADT untuk Eclipse akan
memudahkan kita dalam membuat aplikasi project Android, membuat GUI aplikasi,
dan menambakan komponen-kompenen yang lainnya, begitu juga kita dapat
melakukan running aplikasi menggunakan Android SDK melalui Eclipse. Dengan
ADT juga kita dapat melakukan pembuatan package Android (.apk) yang digunakan
untuk distribusi aplikasi Android yang kita rancang.

2.6.2 Corona SDK (Software Development Kit)


Corona SDK (Software Development Kit) merupakan aplikasi yang digunakan
untuk membuat aplikasi mobile pada platform iOS dan Android. Corona SDK
menggunakan bahasa pemrograman Lua yang dapat kita manfaatkan untuk
menghasilkan aplikasi yang komplit dengan memanfaatkan API (Application
Programming Interface) yang dimiliki oleh Corona. Corona dibuat oleh Ansca
(http://www.anscamobile.com), sebuah perusahaan kecil di Palo Alto, California.
Corona Labs diciptakan pada tahun 2008 sebagai usaha yang didukung perusahaan di
Palo Alto, California. Sebelum Corona, tim Labs Corona bertanggung jawab untuk
menciptakan banyak alat-alat standar (Burton, 2013).
45

Gambar 2.12 Logo Corona SDK


(Sumber: http://coronalabs.com/products/corona-sdk /)

Corona SDK berbeda dari bahasa pemrograman lainnya, di dalam Corona


SDK sendiri telah tertanam worksheet dan sistem debugging. Corona SDK
menggunakan editor teks dasar untuk menulis kode, dan editor grafis untuk membuat
gambar. Corona sendiri hanya akan bertugas menyusun dan running program.
Memulai perihal tersebut, kita akan membutuhkan API Corona dan editor teks yang
layak (Domenech. 2013).
Corona merupakan suatu software engine yang cocok untuk pengembangan
aplikasi berbasis game. Corona memiliki ekstensi data berbasis .Lua. Lua merupakan
ekstensi data yang cocok untuk game karena ringan dan mudah untuk dioperasikan,
keuntungan dalam penggunaan software engine ini dalam pengembangan aplikasi
game, salah satunya yang paling menakjubkan adalah, Cross Platform Development.
Cross Platform Development berarti Corona mendukung pengembangan aplikasi
pada operating system iOS & Android, sehingga dengan sekali kerja kita bisa
menghasilkan sebuah software yang dapat berjalan di dalam dua platform. Aplikasi
pada dasarnya terdapat beberapa kelebihan dan juga kekurangan yang terdapat
didalam aplikasi tersebut, begitu juga dengan Corona SDK. Berikut ini adalah
kelebihan dan kekurangan pada Corona SDK.

2.6.3 Animasi
Animasi merupakan penciptaan objek gerak atau efek perubahan bentuk yang
terjadi selama beberapa waktu. Melihat dari penjelasan diatas mengenai animasi, jadi
animasi adalah suatu paparan visual yang berbentuk dinamik. (Sudirman, 2008)
Animasi berperan besar dalam membuat suatu projek menjadi lebih menarik.
Corona yang merupakan software enginnering yang sangat baik untuk membuat
46

game, memerlukan adanya tampilan animasi ini. Pengaplikasian animasi ini sendiri
dalam corona memerlukan beberapa software bantuan, diantaranya Adobe Flash, dan
Spriteloq.

2.6.4 Adobe Illustrator


Adobe Illustrator adalah program editor grafis vektor terkemuka,
dikembangkan dan dipasarkan oleh Adobe Systems. Illustrator CS6 merupakan versi
terkini program ini, generasi keenam belas untuk produk Illustrator.

Gambar 2.13 Logo Adobe Illustrator


(Sumber: http://logos.wikia.com/wiki/Adobe_Illustrator/)

Dimulai dengan versi 1.0, Adobe memilih untuk lisensi gambar Sandro
Botticelli '"s Birth of Venus The "dari Arsip Bettmann dan menggunakan bagian yang
mengandung Venus 'wajah sebagai citra merek Illustrator. Warnock diinginkan
gambar Renaissance membangkitkan visinya tentang Postscript sebagai Renaisans
baru dalam penerbitan, dan Adobe karyawan Luanne Seymour Cohen, yang
bertanggung jawab atas materi pemasaran awal, ditemukan Venus 'mengalir rambut
kendaraan yang sempurna untuk menunjukkan kekuatan Illustrator dalam menelusuri
kurva halus atas gambar bitmap sumber. Selama bertahun-tahun rendisi gambar ini di
layar splash Illustrator dan kemasan menjadi lebih bergaya untuk mencerminkan fitur
yang ditambahkan dalam versi masing-masing.
Citra Venus digantikan (meskipun masih dapat diakses melalui easter egg ) di
Illustrator CS (11,0) dan CS2 (12,0) dengan bunga bergaya agar sesuai dengan Suite
alam citra Kreatif. Dalam CS3, Adobe mengubah suite branding sekali lagi, untuk
blok warna sederhana dengan singkatan dua huruf, yang menyerupai tabel periodik
unsur. Illustrator diwakili oleh huruf Ai dalam putih terhadap latar belakang oranye
(jeruk dan kuning adalah skema warna yang menonjol dalam branding Illustrator
47

akan kembali sejauh sebagai versi 4.0). Ikon CS4 hampir identik, kecuali sedikit
perubahan pada font dan warna yang abu-abu gelap. Ikon CS5 juga hampir sama,
kecuali bahwa kali ini logo seperti kotak, bersama dengan semua CS5 logo produk
lain, dengan kuning "Ai" terang. CS6 mengubahnya sedikit untuk sebuah persegi
coklat dengan perbatasan kuning dan huruf kuning.

2.7 Bahasa Pemrograman Lua


Lua merupakan bahasa pemrograman multi paradigma yang dirancang
sebagai scripting language dengan extendsible semantic sebagai tujuan utama. Lua
diciptakan pada 1993 oleh Roberto Ierusalimschy, Luiz Henrique de Figueiredo, dan
Waldemar Celes, anggota Kelompok Teknologi Komputer Grafis (Tecgraf) di
Universitas Katolik Kepausan Rio de Janeiro , di Brasil.

Gambar 2.14 Logo Lua


(Sumber: http://www.lua.org/images/)

Lua merupakan turunan dari data description atau configuration language


yaitu SOL (Simple Object Language) dan DEL (Data Entry Language). SOL dan
DEL telah dikembangkan secara independen oleh Tecgraf untuk menambahkan
fleksibilitas 2 projek yang berbeda (keduanya merupakan interactive graphical
programs untuk Graphical Engineering di perusahaan Petrobas (Risnotes, 2011).
Lua dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara oleh tim di PUC-Rio,
Universitas Katolik Kepausan Rio de Janeiro di Brasil. Lua lahir dan dibesarkan di
Tecgraf, Komputer Grafis Technology Group dari PUC-Rio, dan sekarang bertempat
di Lablua. Kedua Tecgraf dan Lablua adalah laboratorium Departemen Ilmu
Komputer PUC-Rio (Burton. 2013).
Bahasa pemrograman Lua merupakan bahasa pemprograman cepat dan ringan
dalam menjalankan bahasa scripting. Lua menggabungkan sintaks prosedural
48

sederhana dengan deskripsi data, yang di dasari oleh array asosiatif dan semantik
extensible. Lua dinamis diketik, berjalan dengan menginterpretasikan bytecode untuk
mesin virtual berbasis mendaftar, dan memiliki manajemen memori otomatis dengan
pengumpulan sampah tambahan, sehingga ideal untuk konfigurasi, scripting, dan
prototyping cepat.

2.8 Perangkat Perancangan Game


Perangkat perancangan game merupakan bahasa terjemahan dari awalan game
atau konsep dari perangkat apa yang akan digunakan dalam pembuatan game.
Perangkat perancangan game secara garis besar definisinya adalah suatu proses
pengembangan atau perancangan dalam membangun sebuah skenario gameplay,
karakter atau tokoh, lingkungan selama tahap produksi game tersebut. Perangkat
perancangan game bisa disebut juga sebagai sutradara pada sebuah film, karena tanpa
sutradara, skenario dan adegan yang dibintangi oleh masing-masing pemain tidak
akan bisa berjalan dengan baik. Begitu juga game dalam pembuatan alur sebuah game
harus mempunyai awalan atau design dan perangkat yang digunakan untuk
merancang game.

2.8.1 Use Case Diagram


Use case adalah rangkaian/uraian sekelompok yang saling terkait dan
membentuk sistem secara teratur yang dilakukan atau diawasi oleh sebuah aktor. Use
case digunakan untuk membentuk tingkah-laku benda/ things dalam sebuah model
serta di Realisasikan oleh sebuah collaboration. Umumnya use case digambarkan
dengan sebuah elips dengan garis yang solid, biasanya mengandung nama. Use case
menggambarkan proses sistem (kebutuhan system dari sudut pandang user).
Use case Diagram adalah gambaran fungsionalitas dari suatu sistem, sehingga
customer atau pengguna sistem paham dan mengerti mengenai kegunaan sistem yang
akan dibangun. Use case diagram adalah penggambaran sistem dari sudut pandang
pengguna sistem tersebut (user), sehingga pembuatan use case lebih dititikberatkan
49

pada fungsionalitas yang ada pada sistem, bukan berdasarkan alur atau urutan
kejadian.

2.8.2 Diagram Aktivitas (Activity Diagram)


Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang
sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin
terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan
proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi. Activity diagram
merupakan state diagram khusus, di mana sebagian besar state adalah action dan
sebagian besar transisi di-trigger oleh selesainya state sebelumnya (internal
processing). Activity diagram tidak menggambarkan behaviour internal sebuah
sistem (dan interaksi antar subsistem) secara eksak, tetapi lebih menggambarkan
proses-proses dan jalur-jalur aktivitas dari level atas secara umum. Menggambarkan
proses bisnis dan urutan aktivitas dalam sebuah proses. Activity diagram dipakai pada
business modeling untuk memperlihatkan urutan aktifitas proses bisnis. Struktur
diagram ini mirip flowchart atau Data Flow Diagram pada perancangan terstruktur.
Activity diagram sangat bermanfaat apabila membuat diagram ini terlebih dahulu
dalam memodelkan sebuah proses untuk membantu memahami proses secara
keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai