Inilah Kala Tattwa yaitu riwayat Bhatāra Kala dari sejak beliau lahir.
Diceritakan Sang Hyang Brahma dan Sang Hyang Wisnu melihat air
mani itu, dan laut tampak goncang, lalu beliau berdua beryoga. Maka
menyatulah air mani itu menjadi berwujud raksasa besar dan luar
biasa. Tidak ada yang menyamai rupanya. Saat itu lahirlah Bhatāra
Brahma dan Bhatāra Wisnu.
Raksasa itu berkata : “Tidak ada keinginan aku untuk berperang, aku
hanya ingin bertanya padanya. Betul paduka karena aku tidak
mengetahui siapa ayah ibuku”.
“Nah kalau demikian potonglah terlebih dahulu taringmu yang di
kanan, baru kutemu ayah ibumu. Aku tidak berbohong padamu,
sekarang ada anugrahku kepadamu, smoga engkau memperoleh
keberhasilan (kasidian), engkau berwujudkan semua yang bernafas,
terserahlah kamu sekarang. Bila engkau ingin membunugnya, boleh,
bilai kau ingin menghidupkan juga boleh, sebab engkau anakku, ini
ibumu Bhatari Uma Dwi”. Demikianlah sabda Bhatara Siwa.
“Nah ini sebagai makananmu yaitu, kalau ada orang yang tidur
dampai sore dan tidak pada waktunya yaitu setelah matahari
terbenam, dan anak kecil menangis pada waktu malam ditakut –
takuti oleh ayah – ibunya dengan kata – kata, nah nah amah ne
amah (Ya makan, ini makan). Dan lagi kalau ada orang membaca
kidung, kekawin, tutur yang utama di tengah jalan, itu menjadi
makananmu. Kalau ada orang yang mengadakan pertemuan untuk
perkumpulan dijalan, itu juga boleh kamu memakannya. Dan lagi
kalau ada orang yang mengetahui prihal pemujaan kepadamu,
wajarlah bila kamu memberikannya anugerah, segala permintaan
patut kamu berikan bersama rakyatmu semua, sebab itu saudaramu
yang sesungguhnya. Ia yang disebut manusia yang sejati. Manusia Jati
dapat berbaur dengan Bhuta, Kala, Durga. Bhuta, Kala, Durga juga
dapat berbaur dengan Dewa, Bhatara, Hyang, karena itu semua
adalah satu, ia adalah manusia, ia adalah dewa, ia adalah bhuta. Bhuta
adalah ia, dewa adalah ia, manusia adalah ia.
Catur weda itu sebagai jiwanya dunia yang disebut Sang Hyang Jagat
Kantar, beliau adalah sumber segalanya, beliau adalah tujuan saat
lenyap, beliau adalah asal kelahiran beliau bersifat besar dan kecil,
beliau ada dan tiada, beliau adalah penyatuan dunia. Oleh karenanya
semua pekerjaan tidak akan berhasil apabila tidak bersaranakan Sang
Hyang Catur Weda, oleh karena beliau adalah simbol kesuksesan
kerja. Lebih-lebih engkau anaku, sekarang kuberitahukan kamu dan
tujuanmu sekarang, oleh karena kamu telah aku sucikan, maka tidak
lagi engkau bernama Bhatara Kala, Sang Hyang Bhuta Raja namamu.
Janganlah engkau tidak mengindahkan tujuan semua yadnya yang
dilaksanakan oleh semua manusia didunia. Besar-kecil yajnya yang
dilaksanakan tidak akan berhasil bila tidak bersaksikan Sang Hyang
Weda Carana, sebab Sang Hyang Weda Carana adalah wujud dari
yajnya, bersama dengan Sang Hyang Siwa Aditya. Itulah sebabnya
mendirikan Sanggar Tutuan apabila melaksanakan yajnya dalam
tingkatan yang kecil.Sanggar surya sewana apabila yajnya dalam
tingkatan menengah,sanggar tawang rong tiga apabila yajnya
dalam tingkatan utama.
Apabila telah sampai akhir usianya bumi, sampai pada jaman Kali
Yuga, Sang Hyang Kala Mretyu namamu. Pada masa Kreta Yuga Sang
Hyang Mretyu Jiwa namamu.
Bhatari berkata: “Aum putraku Hyang Kala, kalau ada orang yang
sakit panas luar biasa, ada obatnya” obatnya, bahannya; lengkuas
muda, bras yang direndam, sembur tulang ekornya. Apabila dalam
tiga hari belum juga sembuh, (obatnya diganti) dengan bahan; daun
sirih yang sudah tua, garam, diremas, disaring dengan kuat ditambahi
kablet, sembur tulang punggungnya. Kalau tidak sembuh, maka
jadilah panas maleman, badannya panas keras pagi sore, kalau
panasnya hilang-datang lagi, itu disebut tiksna kapendem (tipes).
Obatnya, bahannya; bligo arum, tmu tis, bawang tambus, diparut
semuanya, peras kemudian disaring, panaskan dengan kawali baja,
lalu diminum, maka keluarlah panasnya. Kalau panasnya tidak keluar,
badannya akan berkeringat, maka panasnya akan reda. Kalau tidak
demikian, dan masih seperti dulu, akhirnya keluar darah seperti
daging yang dicincang, maka mati jugalah orang yang demikian.
Kalau badannya panas setiap sore, tenaganya lemas, nafas yang keluar
dari hidung panas setiap sore, tangan dan kakinya dingin, sebaha
orang yang demikian. Obatnya, bahannya; lublub (kulit ari) buhu,
lublub tingkih, ketan gajih, gosokan air cendana, air jeruk, garam uku,
lalu diminum.
Kalau bibirnya kering, nafas yang keluar dai hidung panas setiap sore,
tangan dan kakinya dingin, sebaha jampi orang yang demikian.
Obatnya, bahannya; air kesimbukan, air rendaman penyalin, damuh
tlengisan, pijer cina lalu diminum. Itu yang disebut satu panas
menjadi banyak. Janganlah kau sembar orang yang panas demikian.
Apabila panas demikian disembark terlebih dahulu patut ditapa-kan.
Kata Durga (Kala): “oh Hyang Mulia Bhatari, bagaimanakah tapa itu?
Dimana tempat tapa itu?”. Sabda Bhatari Durga: “Begini tata caranya
tapa. Kalau ada orang yang meminta padamu, janganlah engkau tidak
memberi. Asal ada yang dimintanya, maka berikanlah ia. Itulah
tempatmu bertapa namanya”.
Kata Sang Durga (kala): “oh Yang Mulia Bhatari, alangkah cemarnya
persembahan itu. Apabila lungsuran Sang Hyang Siwa Guru sangat
senanglah putra guru, karena Sang Hyang Siwa Guru sangat suci”.
Dari mana ia akan keluar apabila tidak ada jalan keluar dalam badan
(sama halnya dengan) manusia tanpa badan. Kalau didalam badan
bagaimanakah baunya? Harum dan menyengat. Kalau orang yang
meninggal sama dengan dewa. Dewa tidak ikut bicara. Orang yang
meninggal juga tidak ikut berkata, sebenarnya Siwa-Budha adalah
dewa yang berasal dari sorga. Karenanya pada saat puja wali dewa
dibuatkan widhi-widhana, memohon air suci dari Sang Siwa Budha
sebagai penyukses pelaksanaan dewa yajnya, demikian juga pada
orang yang meninggal. Dibuatkan widhi-widhana, disucikan oleh
brahmana Siw-Budha, sebagai pahalanya kembalinya Sang atma ke
sorga. Kalau ada orang yang tidak menggunakan tirtha Sang Siwa-
Budha, selamanya tidak akan menemukan sorganya, karena orang itu
tidak disucikan oleh Siwa-Budha, wajar menemukan lima macam
kesengsaraan sama seperti atma orang yang mendapat kutukan, tidak
akan menjelma menjadi manusia lagi, akan tenggelam didalam kawah
(neraka).
Perintah weda. Ong artinya manusia. Toyam artinya air. Air artinya
gangga. Satam artinya seperti. Candam artinya wangi. Puspam
artinya, bunga. Samara payam artinya, tampak sekilas . nagni rah
artinya darah yaitu api. Gni artinya tempat. Itulah yang berwujud api.
Netra bang artinya, mata merah artinya surya candra. Itulah yang
disebut rwa-bhineda. Rwa artinya dua. Da artinya, menjadi. Tidak ada
dewa di alam semesta tetapi dalam badan juga tempatnya.
Kalau terasa kena jampi upas. Bahannya daun gondola putih, temu
tis. Dicampur dengan bawang adas sembur lambunya keliling. Untuk
diminum, bahannya ; sembung wangke jaum – jaum putih. Dicampur
pulasi dan bawang adas.
Kalau ada orang persin pelan – pelan kemudian berkali –kali bahkan
hampir – hampir mati. Akhirnya kronis yang menyebabkan batal
persin kronis jadinya. Obatnya, bahannya ; jeruk purut, lengkuas
kapur, temutis, kencur, kunir terus dibungkus dibuat seperti tum.
Setelah matang diperas, disaring dicampur dengan asam cuka
tahunan, dan air gosokan cendana. Dicampur dengan kemenyan,
kumukus, pulasai, lalu diminum. Membuat obat itu pada hari kajeng
kliwon kalau tidak kliwon, kajeng saja boleh. Sebagai bedaknya daun
beringin yang jatuh, kencur dipanggang, pulasai dan adas.
Kalau kaki kirinya naik duluan sang sakit – sakitnya pada hulu hati,
pinggangnya sakit, lesu, pusing, dan bila sakitnya lewat 10 hari, tidak
ada orang yang bisa mengobati, mati juga orang yang demikian.
Seperti apa penyakitnya yang menyebabkan kematiannya? Keluar
darah dari ketiaknya, dari rambut, dari dubur, dari lubang bulu, itu
tidak bisa ditolong, bayu kasuduk namanya. Obatnya : bahannya :
temu poh, temu akar, lengkuas, Dicampur; cengkeh, pala kurung,
sampar wantu, santan dari kelapa mulung direbus sampai kental,
pipis terlebih dahulu. Setalah matang dijadikan bulatan ( pil ), ditelan
setiap hari uang 77, lengkap dengan upakara sesantun. Mantramnya”
bena putih katemu tulung, panguntas patpah iku bulisa”. Caranya
melafalkan mantra dengan menahan nafas. Sebagai bedaknya :
lengkuas yang dibakar, dicampur kemiri dipanggang, isinya
dihaluskan, diisi dasun tunggal.
Pahalanya, kalau terasa lupa dan tidak bertulang akan sehat dengan
obat itu.
Lagi perhatikanlah ciri penyakit orang yang sakit yang tidak kelihatan,
dengan cara memperhatikan orang yang mencari tukang ( dukun,
cirinya dapat diperhatikan dari matanya dan suaranya. Kalau
kelihatan putih matanya kelihatan kekuning – kuningan, bulunya
kejur, suaranya berat sekali, apa sakitnya; sesak hatinya, terengah –
engah dadanya sakit terasa sampai ditengah, sekujur tubuhnya terasa
sakit, kena racun banyu mala namanya. Lagi bergolak di dalam
hatinya, tetapi kalau sampai tujuh hari penyakit itu kalau tidak bisa
mengobati mati akibatnya. Kalau tidak mati gila orang tersebut.
Obatnya ; bahan : akar slagui lanang, kencur, sembung, haluskan,
peras, saring direbus dengan kwali waja. Ini rerajahan
kwali setelah direbus tuangkan minyak kelapa.
Dicampurkan dengan wang kawa, mundar parawos,
lalu diminum. Setelah selesai diminum, berikan minuman nira 1 dasar
( tempat minum dari batok kelapa ). Sebagai bedaknya : temutis,
gamongan, bunga sandat, bunga belimbing, air tuak manis, panaskan
sampai matang. Kalau mandi jangan memakai air panas, air mati
namanya.
Lagi apabila ada orang mencari dukun pagi-pagi sekali pada saat si
dukun masih tidur , maka yang mencari orang laki-laki , maka yang
sakit adalah perempuan , awal sakitnya adalah panas dan sudah di
carikan dukun serta sudah dapat disembur panas itu, akhirnya panas
masuk kedalam. Lama – lama penyakitnya sering dicarikan dukun,
akhirnya keluar darah dari duburnya menyerupai daging cinvang
untuk lawar. Setelah itu perutnya kembung tidak bisa berak, tidak
bisa kencing, lehernya bengkak sehimgga tidak bisa menelan,
demikian pula pahanya yang dikiri bengkak. Demikianlah
penyakitnya. Meninggal juga orang demikian. Obatnya, bahan : baligo
arum, temutis, bawang tambus, semuanya diparut peras sering
panaskan dengan kwali baja, kemudian diminumkan.
Lagi bila ada orang mencari dukun adalah seorang laki – laki, saat
,saat malam hari ketika si dukun sudah tidur, yang bersangkutan
dengan kata tergesa – gesa( sengap ). Bagaimana sakitnya ? yang sakit
adalah orang laki. Badannya panas karena disembur. Setelah
disembur panasmya lalu masuk kedalam, kumat badannya panas luar
biasa. Setelah itu mengeluarkan darah seperti daging yang dicincang.
Setelah itu akan kejang sekali dan ingat pada dirinya serta nafasnya “
kredek – kredek “ (seperti nafas kucing
), dan keluar keringat disekujur tubuh. Obat, bahan : beligo – arum,
temutis, bawang, ditambus kemudian diparut, peras dan saring,
panaskan dengan kwali baja. Apabila panas seperti sebelunya, maka
sehatlah orang yang demikian.
Sabda bakti ( durga dewi ) : “ nah inilah inti sarinya, ketahuilah ajaran
utama yaitu canting mas dan siwer mas, manfaat ajaran
ini sangat utama. Setiap orang menggunakan akan memperoleh
keberuntungan dan kerahayuan semoga mendapat kesenangan dan
tidak menderita sakit, seluruhnya akan disucikan oleh ajaran ini.
mantra ini sangat utama manfaatnya, yaitu :
Ada yang disebut wre-astra, itu menjadi wangsita ( tanda – tanda ?).
ada modra, itu menjadi kamoksan. Ada sauna lita menjadi mantra.
Demikianlah perinciannya.
Dan Ang itu menjadi Ongkara ngadeg (aksara Ong yang berdiri) di
dada. Dan Ah menjadi Ongkara sungsang (aksara yang terbalik) di
dahi. (Ongkara ngadeg) arda candranya pada tulang lengan, windunya
pada cekungnya gahu, dan nadanya pada lidah. Ongkara sungsang di
dahi, arda candranya pada alis, windunya diantara nadanya pada
ujung hidung. Itulah pertemuan, ujungnya lidah dengan ujungnya
hidung kamu seperti mengadu ujungnya duri, apabila berhasil
ditemukan, maka akan berhasil ditemukan kemajuran mantra itu oleh
mu. Itulah dasar daru segala cara melakukan ilmu hitam.
Apabila hal itu telah dapat dilakukan dengan baik maka akan manjur
jadinya. Apabila tidak demikian maka kamu akan jarang menemukan
kemanjurannya. Tak ubahnya dengan pohon tanpa akar.
Pada dasarnya, setiap yadnya sanagt terkait dengan Tattwa Kala, yang
dalam hal ini lebih dikenal dengan Bhuta Kala dan
setelahdisomyakan menjadi Dewa. Karena itu jelas bahwa nilai
filsafat yang secara langsung berkaitan dengan agama yang tercermin
dalam cerita Tattwa Kala adalah sesuai dengan ajaran agama Hindu
yang meliputi Tattwa (Filsafat), Susila (etika), dan upacara (ritual)
Artinya :
Jelas dalam hal ini menunjukkan bila mampu mengendalikan sad ripu
akan mencapai kebahagiaan. Upacara metatah yang dilakukan
bertujuan sebagai penyucian dan tidak terbelenggu oleh sifat-sifat sad
ripu. Upacara ini mengandung arti penting bahwa orang tua tidak
semata-mata menunaikan kewajibannya untuk membayar hutang
kepada anaknya. Bila orang yang belum melaksanakan upacara
dianggap belum memnuhi swadharma sebagai orang tua, sehingga
dikatakan masih berhutang kewajiban terhadap putra-putrinya.
Apabila sudah melaksanakan upacar potong gigi maka kelak
sesudahnya meninggal dapat bertemu dengan Bapak Ibunya di
akhirat. Orang tua disini adalah sebagai penciptanya yakni Ida Sang
Hyang Widhi Wasa.
1. Upacara Pekalan-kalan
2. Upacara Pengekeban
5. Upacara Mejaya-jaya
Kalau ada orang tidur sampai sore dan tidak pada waktunya setelah
matahari terbenam, dan anak kecil menangis pada malam hari
ditakut-takuti oleh ayah-ibunya dengan kata-kata ‘nah amah ne amah’
dan lagi kalau ada yang membaca kidung, kakawin, wirama, tutur
utama di tengah jalam itu boleh menjadi santapanmu. Kalau ada
orang yang mengadakan pertemuan di tengah jalan, itu juga bleh
kamu makan. Jika ada yang memohon anugrah kepadamu,
hendaknya kamu membantu; seperti manusia sejati, sebab dia adalah
saudaramu.
Manusah sarvabhutesu,
Asubhesu samavistam,
Cubhesvevakarayet.
Artinya :
Jadi yadnya itu terdiri dari berbagai macam, seperti dana punia,
menyerahkan umbi-umbian, buah-buahan dan juga termasuk upakara
banten tawur, yang memiliki tenggang waktu tertentu sesuai dengan
besar kecilnya suatu yadnya. Khusus dalam kaitannya dengan sad
ripulebih sesuai dengan upakara metatah atau potong gigi. Upacara
potong gigi metatah ini bukanlah semata-mata mencaci keindahan /
kecantikan belaka, melainkan mempunyai tujuan yang mulia.
BAB III
SIMPULAN
3.1. Simpulan
3.2. Saran