Anda di halaman 1dari 19

KUTIPAN TERJEMAHAN

RAJA PURANA PURA BESAKIH

Dikutip Oleh :

Dr. Ir. I Wayan Adnyana, S.H., M.Kn

PASEMETONAN AGENG TRAH ARYA KUTHAWARINGIN


( PATRA ARYA KUTHAWARINGIN )
Lontar Raja Purana

Pustaka leluhur > Terjemahan Lontar > Bagian 1 > Bagian 2 > Bagian 3

RAJA PURANA PURA BESAKIH

Tim Penterjemah
1. Drs. l Wayan Warna.
2. Ida Bagus Gede Murdha, BA.
3. Drs. I Nyoman Sujana.
4. Ida Bagus Maka
5. Ida Bagus Sunu
6. I Dewa Gede Catra
7. Drs. I Gede Sura

Editor :

1. Drs. l Wayan Warna.


2. Ida Bagus Gede Murdha, BA.
Kata Pengantar

Dengan segala kerendahan hati kami persembahkan buku RAJA PURANA PANGANDIKA
RING GUNUNG AGUNG ini kepada khalayak rarnai - karena tidak kesempumaan hasil
terjemahan yang dapat kami sajikan. Kami sudah berusaha dengan segala cara untuk
menernukan makna sejumlah kata-kata, narnun kami sendiri tidak puas dengan apa yang
kami peroleh baik karena istilah itu sudah tidak terpakai lagi pada dewasa ini, tetapi pula
bentuk katanya yang sangat meragukan kami, namun semua naskah memuat seperti itu.
Dalam penerbitan ini kami mengambil naskah rontal milik I Dewa Wayan Pucangan dari Jero
Kangin Sidemen, Karangasem (A). Di samping itu pula ada tiga buah naskah lain yang kami
pergunakan untuk bandingan jika terdapat keragu-raguan kami akan sebuah kata. Naskah-
naskah itu ialah: naskah yang ada terjemahannya oleh I Gusti Putu Jiwa (B), naskah lontar
No. 958 b Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Bali (C) dan naskah lontar No. 1341
Gedong Kertya Singaraja (D). Di samping kelompok keempat naskah tersebut yang
mempunyai isi yang sama terdapat pula naskah yang lain dengan judul RAJA PURANA No.
1531 Kertya dan naskah dengan judul PIAGEM PURA BESAKIH, memuat isi yang berbeda
dengan kelompok Naskah terdahulu, tidak kami pergunakan dalam penerbitan ini. Mengenai
keempat buah naskah tersebut dapat kami sampaikan bahwa pada dasarnya mempunyai
isi yang sama, tetapi tentang panjang naskah kelompok A dan B mempunyai panjang yang
sama, sedang kelompok C dan B panjangnya lebih dari Kelompok A dan B sebanyak kurang
lebih dua halaman folio ketik. Tetapi setelah kami periksa ternyata tambahan itu tidak
mernuat hal yang baru, hanyalah merupakan pengulangan dari beberapa alinea yang sudah
disebutkan dalam halaman-halaman terlebih dahulu, dengan mengambil sebuah alinea
yang berisi kutukan kepada mereka yang ingkar akan kewajibannya terhadap Pura Besakih.
Dengan demikian dimaksud agar Raja Purana tersebut berbentuk satu kesatuan karangan,
padahal jika melihat sistem penulisannya mengambil bentuk 'pangeling-ngeling'- Catatan -
catatan tentang sesuatu tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan dalam upacara-
upacara tertentu.

Penerbitan ini hanyalah dimaksudkan untuk memberi gambaran kepada masyarakat umum
bagaimana' cara, pengaturan upacara - upacara yang dilaksanakan di Pura Besakih pada
masa penulisan Raja Purana ini, tentang laba pura, dan tentang banten yang
dipersembahkan pada upacara - upacara yang ditentukan. Akhirnya ucapan terima kasih
kami kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan ini baik berupa saran, buah
pikiran dan informasi - informasi akan hal-hal yang sulit kami ternukan terutama Peranda
Istri Mas dari Geria Budakeling Karangasern, I. G. Ayu Mas Putra dan lain-lainnya.

Sekali lagi semoga khalayak rarnai dapat memaafkan kekurang sempurnaan penerbitan ini
dan tegur sapa dalam rangka penyempurnaan. penerbitan ini sangat kami harapkan.

Denpasar 10 Januari 1987.


SAMBUTAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI

OM SWASTYASTU,

Saya menyambut dengan gembira usaha alih aksara dan terjemahan Raja Purana Besakih
yang selanjutnya diterbitkan dan disebarkan seluas luasnya di kalangan masyarakat. Saya
yakin hasil alih aksara dan terjemahan ini akan sangat berguna bagi masyarakat serta bagi
perkembangan penelitian sejarah Pura-pura di Bali. Setidak-tidaknya ada dua manfaat yang
kita peroleh dari alih aksara dan penerbitan ini, yaitu di satu pihak merupakan dokumentasi
budaya yang kemudian dapat diwariskan kepada generasi muda penerus budaya, dalam
rangka pelestarian nilai-nilai budaya itu sendiri, baik sebagai sumber inspirasi maupun
sebagai sumber pengembangan kepribadian. Sedangkan di pihak lain akan berfungsi
sebagai sumber informasi yang benar bukan saja bagi para peminat tetapi juga bagi seluruh
masyarakat.

Sesungguhnya masih banyak sumber-sumber peninggalan sejarah berupa prasasti yang


belum bisa diadakan alih aksara dan diterjemahkan ke dalam aksara dan bahasa yang bisa
dimengerti oleh masyarakat awam. Hal in! penting sekali. karena bagaimanapun juga kita
sebagai pewaris dari nilai budaya bangsa berkewajiban untuk mengenal dan mengetahui
proses pertumbuhan suatu unsur budaya pada zaman dahulu. Namun karena banyaknya
sumber-sumber tersebut diperlukan kecermatan, ketelitian dan obyektifitas.

Akhirnya saya memohon perkenan Ida Hyang Widi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, semoga
buku ini berguna bagi masyarakat baik sebagai bahan bacaan maupun sebagai sumber data
bagi kegiatan penelitian budaya.

Selamat dan terima kasih.

Om, Santi. Santi, Santi, Om.

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI.


TERJEMAHAN :

Halaman 1b
Ini perihal ketentuan dan kewajiban di pura Besakih (Gunung Agung) yang tercantum dalam
Piagam Raja (Dalem). Anglurah Kebayan di Besakih dan Sedahan Ler di Selat mempunyai
tugas yang sama untuk memelihara dan menegakkan piagam raja ini. Begini disebutkan,
persembahan raja berupa tanah sawah untuk laba pura. Tanah itu ada di wilayah desa
Tohjiwa terletak di subak Kepasekan, Bugbugan, Lenging Ogang, Lod Umah, Dauh Kutuh,
jumlah semuanya berbibit 12 1/2 tenah, untuk Batara Ratu Kidul sepertiga, Batara I Dewa
Bukit Pangubengan sepertiga, Batara Dewa Danginkreteg sepertiga, jadi masing-masing
pura mendapat sawah berbibit 3 tenah 2 depuk. Lagi sawah untuk laba pura persembahan
Dalem ke hadapan Batara di Batumadeg tanah sawah di desa Tangkup yang terletak di
Jejero berbibit 5 tenah. Lagi laba pura persembahan Dalem ke hadapan Batara Manik Geni
berupa tanah sawah di Muncan yang terletak

Halaman 2a
di Teba Kulon, Teba Lor, berbibit 4 tenah. Persembahan Dalem ke hadapan Batara
Basukihan, dan Batara Tulus Dewa berupa tanah sawah di desa Klungah terletak di subak
Bukihan berbibit 12 tenah yang juga dipergunakan untuk bebakaran. Untuk pesangon juru
arah, pengusung Sang Hyang Siyem, Batara Rabut Paradah ialah hasil sawah di desa
Macetra di sebelah selatan bukit Santap berbibit tiga setengah tenah. Ini ketentuan yang
pertama. Warga keturunan dari Majapahit yang ikut bersama Sri Kepakisan yang datang
dan menjadi raja di Bali ialah keturunan warga Kanuruhan, Arya Kenceng, Arya Delancang,
Arya Belog, Sira Wang Bang. Sesudah itu Arya Kutawaringin. Pangeran Asak mengembara

Halaman 2b
akhirnya sampai dan tinggal di Kapal. Di sini diangkat sebagai menantu oleh Arya
Pengalasan berputra laki-laki bernama Pangeran Dauh, Pangeran Nginte dan ada pula
yang wanita. Pangeran Nginte berputra Gusti Agung, Gusti di Ler. Pangeran Dauh berputra
laki-laki dua orang dan wanita, yang diperistri oleh Pangeran Pande, yang tertua diperistri
sepupunya, yang lebih kecil diperistri oleh Pangeran Dauh yang disebut Pangeran Srantik
di Camanggawon. Keturunan Arya Kanuruhan: Pangeran Pagatepan dan Pangeran
Tangkas. Pangeran Pangalasan menurunkan:

Halaman 3a
Srantik ini kesatria dari Majapahit bersepupu dengan keturunan Pangeran Dauh Bale Agung
warga Arya Kepakisan menjadi menteri Dalem Kepakisan yang keturunannya antara lain:
Pangeran Batan Jeruk, Pangeran Nyuh Aya, Pangeran Asak. Keturunan Arya Wang Bang,
Sang Penataran, Tohjiwa, Singarsa termasuk rumpun warga Pengalasan. Keturunan Arya
Kenceng yaitu: Tabanan dan Badung, Keturunan Arya Belog: Buringkit dan Kaba-kaba.
Keturunan Arya Wang Bang: Pring dan Cagahan Keturunan Arya Kutawaringin: Kubon
Tubuh. Tiga orang wesya dari

Halaman 3b
Majapahit yang bernama Tan Kober, Tan Mundur dan Tan Kawur. Keturunannya ialah
Pacung, Abiansemal dan Cacahan. Pangeran Pande bersaudara dengan Pangeran
Anjarame yang kawin dengan saudara Pangeran Anglurah Kanca. Mempunyai anak yang
kawin dengan Pangeran Jelantik. Pangeran Pande mengambil istri ke Kapal menurunkan
Arya Dauh yang ada sekarang. Dan I Gusti Agung berputra lima orang pria dan wanita tiga
orang antara lain: I Gusti Kacang Pawos, I Gusti Intaran. I Gusti di Ler berputra sepuluh
orang pria antara lain: I Gusti Penida dan yang wanita kawin ke Kapal (Gelgel) dengan I
Gusti Kubon Tubuh. Ini merupakan mufakat dan ketulusan hati yang tersebut di atas
ngemong pura-pura di Besakih. Semoga berhasil dan bahagia.

Halaman 4a
Ini perihal upaya untuk menenteramkan pulau Bali supaya selamat dan selalu berpahala.
Sepatutnya Nglurah Sidemen mengawasi ketentuan pura-pura seperti dahulu, tempat
bersemayamnya para Dewa dan Batara. Pikiran yang tenteram dilambangkan dengan
Padmasana. Padma Nglayang adalah lambang dari Gunung Agung, Gunung Batur adalah
lambang dari gunung Indrakila. Di Besakih bagian selatan tempat. bersemayamnya I Dewa
Kidul, bangunan gedong bertembok. Persemayaman Ida I Dewa Manik Mas meru bertingkat
satu bertiang empat. Persemayaman I Dewa Bangun Sakti meru bertingkat satu bertiang
empat. Persemayaman I Dewa Ulun Kulkul meru bertingkat satu bertiang empat.
Persemayaman I Dewa Jero Dalem meru bertingkat satu bertiang empat dan
persemayaman I Dewa Empu Anggending sebuah gedong. Persemayaman Batara Sri meru
bertingkat satu bertiang empat, persemayaman Batara Basukihan meru bertingkat tujuh.
Persemayaman Batara Pangubengan meru bertingkat sebelas.

Halaman 4b
Di Penataran, persemayaman I Dewa Atu sebuah meru bertingkat sebelas. Persemayaman
I Dewa Paninjoan sebuah meru bertingkat sembilan. Persemayaman I Dewa Mas Mapulilit
meru bertingkat sebelas. Ini semua terletak di Penataran Agung. Lengkap dengan tempat
jempana semua pura terutama sekali bangunan Sanggar Agung. Bale Agung yang terdiri
dari sebelas ruangan, sebuah Kori Agung, di luar pintu gerbang ada dua balai bertiang
delapan dan candiraras mengapit pintu gerbang. Perihal persemayaman I Dewa Tegal
Besung sebuah meru bertingkat sebelas. Persemayaman I Dewa Samplangan sebuah meru
bertingkat sembilan. Persemayaman I Dewa Enggong sebuah meru bertingkat tujuh.
Persemayaman I Dewa Sagening sebuah meru bertingkat lima. Persemayaman I Dewa
Made sebuah meru bertingkat tiga. Persemayaman I Dewa Pacekan sebuah meru
bertingkat satu berbentuk gedong. Persemayaman Pangeran Tohjiwa sebuah meru
bertingkat tiga. Persemayaman I Dewa Pasek sebuah meru bertingkat tiga.

Halaman 5a
Selanjutnya tentang bale mandapa tempat peristirahatan Dalem didampingi oleh Nglurah
Sidemen. Dalem seyogyanya mengetahui semua bangunan suci yang ada di pura
Batumadeg yang diemong oleh I Dewa Den Bancingah bersama para Arya dan masyarakat
di sebelah barat sungai Telagadwaja supaya dalam keadaan baik semuanya. ini ketentuan
mengenai persemayaman para Dewa yang diemong oleh Anglurah Sidemen bersama para
Arya dan masyarakat desa di sebelah timur sungai Telagadwaja yaitu: Persemayaman I
Dewa Gelap sebuah meru bertingkat tiga bertembok berdinding. Persemayaman I Dewa
Bukit bersama permaisuri sebuah meru bertingkat satu bertembok. Persemayaman I Dewa
Ratu Magelung meru bertingkat tiga bertembok. Persemayaman I Dewa Wisesa sebuah
meru bertingkat sebelas dan sebuah candi raras yang merupakan pintu/jalan keluar masuk
I Dewa Bukit. Persemayaman Sang Hyang Dedari sebuah balai bertiang empat yang dibuat
dari kayu cendana.

Halaman 5b
Persemayaman I Dewa Tureksa sebuah meru bertingkat tujuh. Persemayaman I Dewa
Maspahit sebuah meru bertingkat sebelas. Persemayaman I Dewa Manik Makentel sebuah
meru bertingkat sebelas, sebuah balai Panggungan beratap ijuk lengkap dengan kain
busana, sebuah balai Manguntur. sebuah balai Sumangkirang beratap ijuk. Di luar pintu
gerbang dua buah balai Ongkara mengapit pintu. Dan juga dua buah balai Majalila beratap
ijuk berhadap-hadapan. Persemayaman I Dewa Manik Geni sebuah meru bertingkat
sembilan. Persemayaman I Dewa Penataran sebuah meru bertingkat tujuh. Persemayaman
I Dewa Hyangning Made Gunung Agung sebuah meru bertingkat lima. Persemayaman I
Dewa Gusti Hyang sebuah meru bertingkat tiga. Persemayaman Ida Hyang Antiga sebuah
meru bertingkat satu. Persemayaman I Dewa Hyangning Teges sebuah meru bertingkat
satu, semuanya beratap ijuk dan berdinding. Ini bagian yang diemong oleh Anglurah
Sidemen. Semua bangunan suci yang berada di Penataran Agung juga menjadi
tanggungjawab raja.

Halaman 6a
Dan lagi bangunan suci di pura Dangin Kreteg ditetapkan diemong oleh Arya Karangasem.
Demikianlah semua bangunan suci yang tertulis dalam piagam. Dan untuk selanjutnya
tentang upakara dan upacara besar maupun kecil menjadi tanggungjawab Anglurah
Sidemen, juga mengenai kain-busana usungan para Dewa dan alat-alat perhiasan lainnya
dibiayai dengan hasil tanah di Bebandem, Cacakan, Pajegan, Gantalan. Ini harus diingat /
diperhatikan oleh Anglurah Sidemen, perlengkapan usungan para Dewa selengkapnya dan
kewajiban para pemegang sawah milik raja. Begini anugerah Batara Maospahit. "Wahai
turunanku raja Majapahit yang kuberikan gelar Ratu Kepakisan yang menjadi raja Bali, turun
temurun harus mentaati dan menghormati piagam ini. Pegang dengan teguh piagam ini dan
sebar luaskan di Bali. Dibantu oleh keturunan para Arya yang mengiring dan para punggawa
yakni:

Halaman 6b
Arya Kanuruhan, Kenceng, Belog. Delancang. Dan berikutnya warga Wang Bang yang juga
turunan Brahmana yang ikut bersama-sama mengarungi samudra dan warga Kuta
Waringin. Kepada Sira Wang Bang saya tugaskan menuju Gunung Agung (Besakih) supaya
bersama-sama dengan Sang Kul Putih mohon anugerah ke hadapan Dewa (mengabdikan
diri ke hadapan para Dewa) langsung sampai ke puncak Gunung Agung. Maka mulai
sekarang Sira Wang Bang bersama Sang Mangku Gunung Agung. Sira Wang Bang
bertugas menjaga arca Dewa dan piagam Raja yang turun dari Kahyangan. Ini semua
hendaknya diemong selama-lamanya, turun temurun. Aku mengatur / menentukan
pemujaan kepada para Dewa dan lanjut upacara pengodalan pada hari Rabu Wage, wuku
Kulawu, upacara pemujaan setiap hari purnama dan tilem (bulan gelap) Oktober.
Nopember. April, Juli. pada saat itulah raja datang bersembahyang ke Besakih bersama
para pendeta dan pasukan. Aku memberi ijin untuk mengambil hasil bumi, udara, tegalan
dan sawah di desa-desa, hasil pantai, laut dan gunung di sebelah

Halaman 7a
timur sungai Telagadwaja. Terutama hasil tegal dan sawah bukti di desa Muncan. Jumlah
uang tujuh belas ribu dan sawah berbibit delapan puluh lima tenah, sebagai biaya dapur
dan isi lumbung agung, Sawah-sawah itu terletak di Bukih, Pedengdengan Kelod, sampai
ke Keben Aras yang bernama Tinggarata. Pahyasan, Sari, Gunung Sari Lebih, dikenakan
bawang putih 2200 biji dan lagi hasil bumi Selat. Ingat barang-barang itu sebagai pengisi
lumbung agung yang terletak di halaman luar pura Besakih tempat hasil sawah laba itu
seharga 1700. Lumbung itu milik raja dan lumbung pajenengan Batara di Gunung Agung
(Besakih). Kalau sudah demikian stabillah persemayaman Dewa dan kedudukan raja. Kalau
lumbung Dewa dan milik raja rusak maka diwajibkan desa harus memperbaiki lumbung itu
dan mengatapi sampai selesai. Raja memberikan kuasa kepada semua penghulu desa.
Halaman 7b
Peringatan kepada Sedahan Penyarikan: supaya menaikkan padi ke lumbung terutama
hasil sawah Santen Dawa Higa yang dipergunakan untuk biaya upacara di pura Besakih
dan Batara di puncak Gunung Agung. Bahan upakara itu dibebankan kepada masyarakat
desa Sikuhan, Renaasih, Luwih, Suarga Peleng, masing-masing 500 biji dasun putih
beserta uang dan ayam putih jantan betina, bunga palawa, bunga kasna yang bunganya
melekat menjadi satu dan cemara tiblun. Ini harus dibawa setiap hari Kamis Paing wuku
Wayang dan Minggu Paing Dungulan ke halaman luar pura Besakih diterimakan kepada
Sedahan Dewa. Jangan lalai jangan alpa dan jangan curang. Ini adalah persembahan raja
kepada para Dewa dan Batara yang bersemayam di puncak Gunung Agung. Batara
bersabda, "Hai kamu manusia taatilah titahku! Piagam ini telah direstui oleh para Dewa
Nawasanga.

Halaman 8a
Jika tidak mentaati Piagam ini semoga kamu sirna dan menjadi lintah". Ini Piagam tahun
1007 Masehi (929 Saka). Om Namobhye namah, Om Sri wastha sattawasar. Raja Majapahit
kabarnya dalam keadaan berbaring. Pada waktu itulah Prasasti yang berupa Piagam ini
dikeluarkan. Aku adalah Batara Indra, aku ini adalah Batara Maospahit dan aku raja
Majapahit bersama-sama bersemayam di pulau Bali. Diceritakan sekarang Dalem Pakisan
yang menurunkan raja Bali. Karena ketulusan hati dan kebijaksanaan beliau ibarat Sang
Hyang Darma menjadi raja yang dapat mengalahkan raja Bali yang terdahulu. Dan Sira
Wang Bang yang mengabdikan diri kepada Batara di Besakih juga mengemong pura tempat
bersemayamnya Batara Naga Basukih. Demikianlah kewajibannya selama hidup serta para
turunannya mengabdi mempersembahkan air suci. Sira Wang Bang mengantarkan
persembahan raja ke hadapan Batara di Kahyangan tatkala bersembahyang ke hadapan
yang bersemayam di puncak Gunung Agung dan Batara Pusering Tasik (Tengah samudra)
dan lautan madu.

Halaman 8b
Aku mengambil hasil bumi dan angkasa, segala jenis hasil pesisir, lautan dan gunung untuk
biaya upacara ke hadapan Batara di Besakih (gunung Agung). Berkat anugerah Batara
masyarakat bersatu mematuhinya akibatnya bumi pun makmur. Para Arya semua bersatu
yaitu: Arya Kanuruhan, Arya Kenceng, Delancang, Arya Belog, Arya Kuta Waringin. Sabda
Batara, "Hai kamu manusia mayapada, jangan engkau durhaka kepadaku. Jika engkau
tidak memelihara pura-pura di Besakih persemayaman para Dewa masing-masing dan
kalau ada yang rusak tidak kamu perbaiki, tidak bakti, semoga kamu bertikam-tikaman
dengan keluargamu dan semoga engkau binasa, martabatmu akan surut dan menderita
serta jauh dari keselamatan". Sabda Batara Nawasanga kepada para umat penganut Siwa
dan Buda dan para catur wangsa supaya memelihara dan memperbaiki kerusakan pura di
Besakih. Apabila waktu bersembahyang melihat warna seperti ijuk sekakab (segabung), itu
pertanda turunnya Batara Kidul Bangun Sakti. Ucapkan mantra: Ong, Bang, I, namah.
manifestasi Sang Hyang Antaboga yang bersemayam di samudra.

Halaman 9a
Kalau kelihatan seperti air tenang itu pertanda turunnya I Dewa Bukit. Ucapkan mantra:
Ong, Yang, Ung, namah. ltulah manifestasi Batara Duhuring Akasa / Batara Naga Basukih.
Kalau kelihatan ada cahaya seperti api menyala dan gemerlapan, itu pertanda turunnya
Batara Atu. Ucapkan mantra: Ongkara Siwa namah swaha. Manifestasi Sang Hyang Siwa.
Apabila kelihatan warna putih berkilau-kilauan itu pertanda turunnya I Dewa Sesa. Ucapkan
mantra: Ong, Saswara Indra nama swaha. Manifestasi Sang Hyang Surya. Tampak cahaya
berwarna merah itu pertanda turunnya I Dewa Rabut Pradah. Ucapkan mentera: Ong, Bang
Yudhaya namah swaha. Manifestasi Batara Brahma. Kelihatan cahaya berwarna kuning
seperti emas wilis itu pertanda turunnya Batara Maospahit. Ucapkan mentera: Ong, Ong,
Tang namah swaha. Manifestasi Batara Wulan.

Halaman 9b
Kelihatan. cahaya seperti kaca hitam itu pertanda turunnya Batara Batu Madeg. Ucapkan
mentera: Ong, Ang, Ung. Kresnaya nama swaha. Manifestasi Batara Wisnu. Kelihatan
cahaya seperti perak bertatahkan permata mirah itu pertanda turunnya Batara Basukihan.
Ucapkan mentera: Ong, Mang, Siwaya namah swaha. Manifestasi Sang Agawe Pita.
Kelihatan cahaya seperti mirah dan intan yang telah digosok itu pertanda turunnya I Dewa
Mas Makentel. Ucapkan mentera: Ong, Mang. Siwaya namah swaha. Manifestasi Batara
Rabut Sedana Sakti. Kelihatan cahaya seperti air embun seperti permata jamrut itu pertanda
turunnya I Dewa Manik Malekah. Ucapkan mentera: Ong, Sang Bhawantu Sri ya namah.
Manifestasi Batara Sri. Kelihatan cahaya seperti bunga teleng gemerlapan itu pertanda
turunnya Batari Pertiwi. Ucapkan mentera: Ong, Ong, Sri Sundharu ya namah. Manifestasi
Batari Kuwuh/Batari Sundhari. Beliaulah yang menciptakan yang indah-indah dan benda-
benda berharga dan persemayaman beliau tiada taranya.

Halaman 10a
Kelihatan cahaya seperti kunang-kunang bertaburan itu pertanda turunnya I Dewa Geni / I
Dewa Gelap. Ucapkan mentera: Ong Sa, Ba, Ta, nama siwaya. Beliau berwujud baik buruk,
bumi dan angkasa. Kelihatan cahaya gelap gulita itu pertanda turunnya Batara Gangga di
sebelah selatan Besakih menjadi mata air yang dinamakan Sindu Tunggang. Kisah
kenyataan. Kelihatan cahaya gelap gulita turun Batari Gangga di sebelah utara Besakih:
menjadi mata air yang dinamakan Sang Hyang Tirta Sakti Amerta. Demikianlah kisah semua
mata air pada tahun 122 M. Turun Batara Indra dan membawanya ke Surga. Ini disebut
Brahma Tirta terjadi pada tahun 126 Masehi. Turun pada waktu gelap gulita hujan angin
kelihatan seperti mas berpermata intan dan terdengar seperti suara gentaworag para Mpu
mengalun. Ucapkan mentera: Ong, Nang, Ung, Nang, Ung. Turunlah arca mas bermuka
empat, arca perak, tembaga, loyang, besi. Semua bertatahkan permata mirah.

Halaman 10b
Turun pada waktu malam hari disertai topan dan hujan itu pertanda turunnya Sang Hyang
Siyem berwarna putih kehijau-hijauan dan Sang Hyang Rabut Pradah diiringi dengan tabuh-
tabuhan dengdengkuk. Untuk mengingatkan raja supaya bersembahyang ke Besakih
bersama para Arya serta rakyatnya mempersembahkan upacara. Semua mengiring malasti
ke pancuran Pamanca (Arca) pada paruh bulan terang dengan kurban berupa babi guling
5, suci, dan lis. Di Pulo Jelepung sawah berbibit dua tenah dan lagi di Kinang sawah berbibit
dua setengah tenah di Balu Agung Jelantik sawah berbibit empat tenah di Batu Mangecek
berbibit empat tenah. Lagi sawah di daerah Tusan yang terletak di Jati Heling berbibit dua
tenah.

Halaman 11a
Di Ketekan Aji berbibit tiga tenah. Di desa Nyalian sawah Dana berbibit empat tenah. Dan
lagi hasil bumi Duda sampai di Henteran, Macang. Babalan, itu persembahan Dalem ke
hadapan Batara di Pajenengan Dalem. Lagi persembahan Dalem ke hadapan Batara
Pajenengan hasil tegalan Payasan dan pegunungan Lebih sampai ke Hengarura,
Sukalewih, Pedeng. Galah, Sikuan. Pranasih dan semua warga desanya yang berjumlah
1515 orang. Daerah Muncan yaitu : Susut. Yeha, Pejeng, Tampelan dikenakan gula, atep,
ubi-ubian dan buah-buahan. Persembahan raja ke hadapan I Dewa Ratu Kidul berupa hasil
dari bagi hasil sawah di wilayah desa Selat yang terletak di Timpas berbibit lima tenah dan
bagi hasil di Santen Bulon, Padatahan, Jalantehep, berbibit dua tenah di gunung Paseba.
Lagi persembahan Dalem ke hadapan Batara di Pangubengan, Sang Hyang Tirta, I Dewa
Bukit Kiwa Tengen, Pajenengan Dalem. berupa hasil dari bagi hasil sawah Pagunungan
berbibit lima tahil. Persembahan Dalem untuk upacara ke hadapan Batara Pajenengan
Dalem tetap tidak boleh diubah yaitu hasil dari bagi hasil sawah Santen Wetan berbibit lima
timbang.

Halaman 11b
Persembahan ke hadapan Pajenengan Dalem ditetapkan berbibit dua tenah. Dan sawah
pramaseba di Santen Kelod berbibit empat timbang. Hasil sawah Dawa Higa persembahan
ke hadapan para Dewa masing-masing berbibit tiga timbang dan untuk Pajenengan Dalem
berbibit dua timbang. Sawah pramaseba untuk biaya upacara persembahan ke hadapan I
Dewa Wisesa, Ratu Magelung, Pajenengan Dalem berbibit tiga timbang. Persembahan ke
hadapan I Dewa Atu bagian dari hasil sawah bukti di Pacalayan, Kemenuh berbibit enam
timbang. Dan sawah pramaseba di Pulo Jelepung berbibit dua timbang. Untuk
persembahan I Dewa Paninjoan Trenggana, sawah Mategeh berbibit dua timbang. Untuk I
Dewa Buncing hasil sawah di Walulang berbibit satu timbang. Persembahan ke hadapan
Batara Maspahit dengan ketentuan sampai dengan Pajenengan Dalem, hasil sawah
Gumatah berbibit tiga timbang.

Halaman 12a
Lagi ada persembahan Dalem untuk biaya rangkaian upacara pangodalan di Kehen, di
Panggungan sampai dengan Pajenengan Dalem hasil sawah Pajeg Lalima berbibit delapan
timbang. Dan persembahan ke hadapan I Dewa Manik Makentel, I Dewa Mas Malilit,
terutama di Sanggar Agung sawah pramaseba di Sukawana berbibit empat timbang.
Persembahan Dalem ke hadapan I Dewa Dangin Kreteg setiap bulan Nopember (Posya)
diselenggarakan oleh rakyat desa Selat dengan biaya hasil pajak sawah di Mesan berbibit
dua tenah. Laba untuk I Dewa Pangubengan hasil dari bagi hasil sawah di Pugung berbibit
lima timbang. Tanah laba I Dewa Pasek Baledan termasuk yang mempunyai kewajiban
untuk mengerjakan dan menyelenggarakan upacara pengodalan I Dewa Bukit. Apabila
rusak palinggih I Dewa Bukit, dikenakan uang 1700 dan beras pilihan yang berwarna merah
sebanyak 50 c3;u. pajak dari tanah bukti pramaseba berbibit 10 tenah dan pajak tanah
Madesa berbibit 16 tenah dan biaya makan dan minum semua pekerja.

Halaman 12b
Persembahan raja ke hadapan I Dewa Atu berupa sawah di desa Macetra yang terletak di
Asni berbibit 2 tenah di Bengkel berbibit 10 tenah. Persembahan raja ke hadapan I Dewa
Rabut Pradah berupa pajak tanah bukti di Lod Bukit Antap dan tanah pramaseba berbibit
31/2 tenah. Demikianlah persembahan raja ke hadapan I Dewa Ratu Kidul hasil tegal dan
sawah di desa Muncan yang terletak di Bebekcabe berbibit 2 tenah Auman wetan berbibit
5 tenah. Dan pesangon para muda yang berkewajiban membawa umbul-umbul, hasil sawah
di Auman Wetan berbibit 5 tenah, tanah sawah yang di Teba Kulon berbibit 4 tenah. Biaya
untuk bunyi-bunyian semua pura di Besakih hasil sawah di Pedengdengan Beten berbibit
10 tenah. Tanah sawah yang di Bukit Ungguh masing-masing pura mendapat sawah
berbibit 1 tenah.

Halaman 13a
Semua penggarap sawah di subak Bukihan berkewajiban memikul/membawa sesajen dan
hasil sawah untuk keperluan upacara I Dewa Atu di Besakih, hasil sawah di subak Ubung
berbibit 10 tenah sampai kepada penggarap di subak Kenabedil. Ada lagi persembahan I
Dewa Atu sawah di Kasur Sari dan Duhuring Pangalapan berbibit 8 tenah. Persembahan
raja untuk pembiayaan upacara di Besakih hasil sawah di Kinang berbibit 21/2 tenah,
Tikbatu berbibit 2 tenah, Benyah berbibit 11/2; tenah. Persembahan raja ke hadapan para
Dewa di pura Dewa di pura Batumadeg dan Basukihan hasil sawah desa Tabola yang
terletak di subak Cangga berbibit 10 tenah. Persembahan raja ke hadapan Batara
Pajenengan dan Gunung Agung hasil sawah di desa Klungah di subak Basukihan berbibit
11 tenah yang dikelola oleh Sedahan Dalem termasuk sawah-sawah di desa Tangkup yang
terletak di subak Umajero berbibit 4 tenah. Sawah di subak Bugbugan. Lod Umah, Kubon
Kutuh di desa Tohjiwa berbibit 7 tenah.

Halaman 13b
ltulah persembahan raja untuk pura Dangin Kreteg dan Kiduling Kreteg. Persembahan raja
untuk Pajenengan hasil sawah di subak Kalang berbibit 2 tenah. Persembahan raja ke
hadapan I Dewa Rabut Phala sawah di Batu Agung Jelantik berbibit 4 tenah dan di Batu
Mangecek berbibit 4 tenah Lagi persembahan raja sawah di desa Tusan yang terletak di
subak Jati Heling berbibit 2 tenah, Ketekan Aji berbibit 3 tenah. Termasuk untuk jamuan. Di
desa Nyalian terletak di subak Dana berbibit 4 tenah untuk biaya Batara Turun Kabeh di
Penataran Agung dan biaya makan para pengiring. Desa Muncan, Susut, Yeha, Pejeng,
Tampelan diwajibkan mempersembahkan: gula, atep, umbi-umbian dan buah-buahan.

Halaman 14a
Hasil dari Duda sampai Henteran, Macang, Babalang dan hasil tegal Payasan, pegunungan
Lebih serta anggota masyarakatnya merupakan persembahan raja ke hadapan Batara
Pajenengan Dalem. Sukalewih, Pedeng, Galah, Sikuan, Pranasih semua itu berjumlah 1515
merupakan abdi Batara. Ini patut diingatkan pangodalan I Dewa Mas Malekah pada hari
Kamis Wage wuku Sungsang dengan sesajen seperti berikut; kreti sedandanan, guru
panggung winangun urip, bawi ji ampin beserta cacahan agung, iwak wawo, serta lis thiti
masa, genap serantasan serta gending. Dan lagi upacaranya pada hari yang sama seperti
yang sudah-sudah dengan upakara; pisang kembang jati, guling belibis (itik) sedandanan,
cacaya berdaging babi, beserta sesayut, 5 pajeg, sesayut pangodalan 7 pajeg. Demikian
upakara upacara persembahan raja ke hadapan I Dewa Mas Malekah. Persembahan ini
juga diikuti oleh orang-orang sekitar Besakih terus sampai ke Temukus. Peristiwa ini supaya
tetap dilaksanakan dan ditaati di bawah pimpinan Sedahan Dalem di Besakih.

Halaman 14b
Demikian pula persembahan raja berupa hasil sawah milik raja yang terletak di Bungaya
supaya langsung dibawa ke Gunung Agung (Besakih) berbibit 5 tenah dan patut diingat dan
harus sampai pada upacara odalan dua kali dalam setahun. Masyarakat Tenganan
berkewajiban membayar upeti dari hasil tanah sawah dan tegalan sesuai dengan
perhitungan luas tanah dan kain geringsing. Persembahan raja ini supaya diterima oleh
Panyarikan Dalem sebagai persembahan ke hadapan I Dewa Pusering Rat, Batara Wisnu,
Batara Brahma, Batara Surya, Batara Wulan, I Dewa Manik Angkeran, I Dewa Tulus Dewa,
Ini persembahan raja yang patut dihormati dan ditaati. Sedahan Dalem bernama I Prejo
hendaknya ingat akan kewajiban mengamankan dan mengatur persembahan raja di
sebelah barat Besakih sampai ke sebelah utara di kaki Gunung Agung sampai pesisir, batas
baratnya sampai di Pangootan. Ini merupakan persembahan raja kepada pura-pura di
Besakih berupa kacang-kacangan dan buah-buahan. Hal ini supaya diingat oleh Ki Prejo
untuk selama lamanya. Ong Mastu Bhyonamah. Ini kesimpulan raja sebagai perwujudan
ketulusan hati ke hadapan para Dewa.

Halaman 15a
Kamis Pon wuku Wayang hari kedelapan paruh bulan terang September, saya Arya
Kapakisan raja Bali mulai menetapkan ketentuan tentang pura Besakih setelah
bermusyawarah dengan Arya Kanuruhan, Kenceng, Dalancang, Belog, Waringin. Sira
Wang Bang mendukung keputusan raja dan akan bakti ikut serta memelihara bangunan
suci persemayaman I Dewa Bangun Sakti, Manik Mas, persemayaman Sang Ananta Boga
yang bernama Padma Sapta Bumi serta pesuciannya di Sindhu Tunggang. Persemayaman
Batara Sapta Akasa atau Sang Naga Basukih berupa meru bertingkat 7 di pura
Pengubengan dan di sana ada mata air yang disebut Tirta Amerta Urip. Persemayaman I
Dewa Rabut Phala di pura Kiduling Kreteg meru bertingkat 11, juga disebut persemayaman
Batara Brahma. Persemayaman I Dewa Wisesa Selemadeg / Batara Wisnu meru bertingkat
11. Persemayaman I Dewa Wisesa / Batara Raditya meru bertingkat 11. Persemayaman I
Dewa Maospahit / Batara Candra meru bertingkat 11.

Halaman 15b
Persemayaman Batara Siwa Nyatur Muka / Batara Guru meru bertingkat 11. Batara Guru
menunggal dengan Batara Bukit dan Batara yang menguasai dunia. Ini yang dipuja dan
disembah oleh raja sampai dengan persemayaman Sang Taksaka/Batara Kwera yang
disebut Luhuring Akasa sebagai penjaga kestabilan dunia. Stana I Dewa Manik Makentel /
Batara Rabut Sedana meru bertingkat 11. Stana I Dewa Basa manifestasi Sang Hyang
Tapapita yang menciptakan tempat suci dan air suci dunia, meru bertingkat 9. Dan demikian
ini lagi kewajiban raja ke hadapan para Dewa untuk seterusnya supaya memelihara dan
memperbaiki semua pura dan Taman-tamannya serta 'upacaranya tanpa kecuali semua
mengikuti raja berdatang sembah terutama orang-orang yang mendapat kedudukan
Pangeran, para pendeta dan balian. Piagam ini patut dipegang dan ditaati teguh-teguh.
Dalam pelaksanaannya mempergunakan hasil; tegalan dan sawah di desa-desa yang
menjadi laba pura Besakih.

Halaman 16a
Ini persembahan raja Bali untuk Batara di Penataran Agung diterima oleh Sedahan Ler yang
bernama Ki Prejo dan supaya disimpan di Penataran serta dibuatkan bangunan suci tempat
membuat sesajen persembahan raja Bali. Termasuk juga Ki Panyuruhan yang
berkedudukan di Selat yang bertugas memegang hasil laba pura Besakih dan harus
menyetornya dua kali, setiap enam bulan yaitu setiap hari Jumat Kliwon Sungsang dan
Minggu Wage Wayang. Upacara yang diselenggarakan oleh Wang Bang yang merupakan
awal persembahan raja Bali pada bulan Juli. Masyarakat desa di sebelah timur sungai
Telagadwaja patut mempersembahkan beras putih beserta buah-buahan sesuai dengan
ketentuan yang telah diwajibkan supaya dibawa bersama-sama diserahkan kepada
Sedahan Ler untuk upacara Batara di Gunung Agung / Besakih pada bulan Agustus.
Anglurah Mangku di Besakih berkewajiban menyelenggarakan upacara persembahyangan
di pura Gelap dengan kurban kerbau hitam dan sesajen secukupnya. Pada bulan
September raja Bali bersama Panyarikan dan para pendeta berkewajiban
menyelenggarakan kurban kerbau hitam dan sesajen secukupnya persembahan ke
hadapan I Dewa Penyarikan.

Halaman 16b
Pada bulan Oktober (Kartika) Anglurah Agung bersama warga Pasek menyelenggarakan
kurban kerbau hitam beserta sesajen secukupnya dan gelar sanga yang dipersembahkan
ke hadapan I Dewa Pasek. Pada bulan Nopember (Margasira) raja dan masyarakat di
sebelah barat sungai Jinah menyelenggarakan kurban kerbau hitam ke hadapan Batara di
pura Batumadeg. Pada bulan Desember (Posya) raja Bali berkewajiban menyelenggarakan
upacara kurban kerbau hitam dan sesajen secukupnya bersama masyarakat di wilayah
Liladnyana supaya mempersembahkan buah-buahan dan umbi-umbian untuk upakara
persembahan ke hadapan Batara di Besakih. Semua area Dewa disucikan ke pantai/mata
air pada bulan mati (tilem) Desember (Posya). Raja Bali juga menyelenggarakan upacara
odalan di pura Dalem Puri dengan sesajen sesayut agung, sajen secukupnya dan babi
seharga satu ampin sesuai dengan ketentuan upacara Batari Durga (Batara Kidul). Pada
bulan Januari (Magha) raja Bali berkewajiban menyelenggarakan upacara odalan di pura
Besakih dengan sesajen secukupnya dan babi seharga 900 kepeng serta sajen
perlengkapannya.

Halaman 17a
Pada bulan Pebruari (Palguna) hendaknya masyarakat Besakih menyelenggarakan
upacara dengan sesajen secukupnya dipersembahkan ke hadapan Dewa Panghulu. Pada
bulan Maret (Cetra) seluruh masyarakat desa Besakih di setiap banjar ngusaba membuat
sesajen nasi takil sebagai persembahan ke hadapan Dewa di Balai Panggungan dan nasi
cacahan secukupnya winangun urip. Pada bulan April (Watseka) hendaknya Pemangku
bersama raja mengiring arca Dewa malasti ke pantai Klotok dengan sesajen beralaskan
kulit kerbau yos brana serta dimeriahkan oleh seluruh masyarakat Bali. Ki Sedahan supaya
mengingatkan persembahan masing-masing desa yang menjadi kewajibannya. Ki Sedahan
Ler menimbang pajak bukti yang akan dipergunakan upakara persembahan ke hadapan I
Dewa Bukit Tengen. Ki Sedahan Geriana mempersembahkan upacara ke hadapan I Dewa
Bukit Kiwa. Ki Sedahan Pesaren mempersembahkan upacara odalan ke hadapan I Dewa
Ratu Magelung dengan sajen, suci petak, busana selengkapnya, Komara Ghana Komara
Sidhi.

Halaman 17b
Ki Sedahan Ler mendapat bukti 220 timbang, Ki Sedahan Pesaren 100 timbang, Ki Sedahan
Geriana 100 timbang, Ki Sedahan Badung yang menyelenggarakan upacara pangodal I
Dewa Wasesa mendapat 100 timbang, hasil sawah yang terletak di Kondur Kodok di
sebelah barat Sewaka, Pidikan, Rarempe. Ki Pasiwer di Duda menyelenggarakan upacara
odalan I Dewa Maospahit dan Pajenengan Dalem. Biaya upacaranya hasil sawah dan
pegunungan Geriana seharga 550 ditambah dengan hasil tegalan Tutuban.
Penyelenggaraannya dua kali dalam 7 bulan yaitu pada hari Sabtu Kliwon wuku Sungsang
di Pajenengan Dalem dan pada hari Kamis Wage wuku Sungsang untuk I Dewa Maospahit.
Ini harus diterimakan kepada Sedahan Dalem. Ki Sedahan Bancingah memegang sawah
bukti yang terletak di Bunteh berbibit 2 tenah. Ia wajib menyerahkan beras 100 timbang
untuk biaya upacara persembahan ke hadapan I Dewa Manik Makentel.

Halaman 18a
Ki Sedahan Tastasan memegang sawah bukti 2 tenah yang terletak di Mesan. Ia wajib
menyerahkan beras 100 timbang untuk upacara persembahan ke hadapan I Dewa Bukit
Rabut Phala. Semua hasil laba pura diterimakan kepada Ki Prejo dan Ki Sedahan Jero Ler.
Kewajiban yang patut dipenuhi oleh Ki Pasek Kembawon dan Pasek Nengah yang
dipercayakan untuk memimpin daerah pegunungan yaitu: desa Sukalewih, Gunung Galah,
Sikuan, Pranasuka. Desa Sukalewih dikenakan uang 2000 kepeng. Gunung Galah 1000
kepeng. Rarisitem dan masyarakat desa Tuminghal dikenakan pajak berupa uang 4000
kepeng, desa Sikuan 700 kepeng. Pranasuka 500 kepeng. supaya dikumpulkan oleh Pasek
Sitem dan lanjut menyerahkan kepada Sedahan Dalem ditambah bawang putih 1200 biji.
Desa Sikuan 700 biji, desa Pranasuka dikenakan bawang merah 8 ikat, desa Sukalewih
juga dikenakan kulit melinjo seberat uang kepeng 10.000.

Halaman 18b
Di samping itu juga diwajibkan membantu dan menjaga pura Besakih terutama sekali
sebagai tenaga kerja di pura Besakih. Ini milik Delta tidak boleh dimiliki sendiri. Ini peleburan
segala bencana dan malapetaka dengan sesajen: tumpeng 1 buah berlauk terasi merah,
bawang jahe. beras 1 takaran (1 kulak), benang 1 tukal, uang kepeng 225, segau, tepung
tawar. Lis dari daun kelapa muda. Menteranya: Oh Sang Kala Purwa, Sang Kala Sakti, Sang
Kala Braja, Sang Kala Ngulaleng, Sang Kala Tamba Petra. Sang Kala Suksma, jangan
sembarangan menyusup merasuki. Jangan sembarangan mengganggu, ini hidangan
santapanmu tumpeng dan terasi beserta bawang jahe, makanlah! Setelah itu silakan pergi!
Bila kurang suguhan ini, pergilah ke Pasar Agung, ini uang 225 kepeng, benang 1 tukal.
pergunakan untuk berbelanja di Pasar Agung. Berikan anak dan istrimu serta cucu, jangan
kemari lagi, marilah bersama saling menjaga dan semoga sama-sama berhasil. Sajen ini
hendaknya lengkap.

Halaman 19a
Ini penebusan para Pemangku yang sudah suci. Perincian kurbannya: ayam 5 ekor, babi
guling 1, tulung urip. itik 2 ekor, Us 2, anjing bang bungkem, uang 500 kepeng, kain
seperangkat, penek gurih, untek 16 buah, peras putih kuning, pisang kembang, pisang jati
dan perlengkapan kurban secukupnya. Kurban yang di halaman berupa: angsa dan kepala
sapi yang dibuat dari tepung 3 warna (merah, putih, hitam). Tata cara mencampur kurban /
caru seperti yang sudah-sudah. Sesuai tingkatannya. kecil (nista), sedang (madya), besar
(utama) dari kurban menurut kemampuan atau kehendak. Ini upacara penebusan kepada
semua yang menyebabkan bencana: Kurban yang disebut Eka Dasa Rudra yaitu kurban
untuk semua Bhuta Kala di Bali. Kurban/caru di desa-desa terdiri dari ; tulung banyaknya
11, panyeneng, uang 200 kepeng, benang 1 tukal, peras ing tapi, kumaligi, isuh-isuh, tepung
tawar, kumba agung banyaknya 9, beserta tempatnya dan diisi dengan air kelapa muda
(ririhan) jayanti jayamandala, sirih dan pinang, buah-buahan.

Halaman 19b
Maksudnya untuk menghilangkan bahaya dan bencana desa serta yang memimpinnya.
Ingatkan membuat sanggar tawang seperti yang sudah-sudah. Ini kurban Manca Balikrama.
Menjadi kewajiban dan tanggungjawab raja. Dilaksanakan setiap pergantian bilangan
puluhan tahun Saka di Penataran Agung Besakih. Sesudah di Pura Besakih, di Bancingah
Agung. Kalau tidak demikian di Pasar Agung. Setelah dilaksanakan terlebih dahulu di desa-
desa dengan kurban yang kecil (nista), sedang (madya) dan besar (utama). Kurban utama
di halaman terdiri dari: harimau, menjangan, banteng, kidang, bagukan. kera hitam, kerbau
merah. kerbau hitam, kambing, angsa, belibis (itik liar), ayam. Pada halaman dibuat gambar
Yama Raja. Yang utama binatang berkaki empat belang pada lehernya disesuaikan dengan
nilai penjuru bumi. Semua itu dagingnya dicincang dijadikan lauk-pauk dan kulitnya
direntangkan, dijadikan dua tamas berisi lauk daging yang dicincang, lauk karangan yang
lengkap 1, sate calon masing-masing 45, sate kambing 40, sate dan adonan itik ayam
masing-masing 20 sesuai dengan yang sudah-sudah. Posadi sebanyak 9 buah, sesuai
dengan warna dan neptu (nilai).

Halaman 20a
Kumaligi. jangan sakawali, balung gegending (tulang lutut kaki belakang), sate sahuyung.
calon sahuyung dalam panai, tumpeng 2 buah, ayam wiring (berbulu merah) dipanggang,
bunga, kera hitam, nasi tamasan injin (beras hitam). Kurban/caru di bawah (sor): ikan sungai
binatang sawah yang masih hidup, ayam hitam sumalulung winangun urip, nasi merah dan
putih, sate calon ditempatkan sesuai dengan warna, sengkowi di kiri kanan 2, macan
beserta sate 27, menjangan beserta sate 111.sajen di bawah Yama Raja pabangkit
banyaknya 1, pajeg manca warna (lima warna). Mapanyeneng sesuai dengan warna, ayam
5, buda, mapagu, berisi tumpeng dengan lauk sate calon masing-masing 1, berisi sampian
naga sari, sirih, uang 25 kepeng, masing-masing berisi cau renteng sesuai dengan warna,
terutama urab bang dan urab putih beserta sesantun sesuai dengan neptu, bayang-bayang
kerbau merah, hitam yang dipolakan seperti hidup, berisi sengkowi 2, nasi tumpeng dari
beras hitam/injin, beralaskan daun biah (sejenis talas). nasi berwarna beralaskan daun
talujungan, panggungan 5 berumbai-rumbai sesuai dengan warna, jawung-jawung
berbentuk senjata,

Halaman 20b
sanggah cucuk banyaknya 5, berubag-abig, sesuai dengan warna. Andudu, peji, pohon
pisang yang berbuah beserta jantungnya. tebu, pinang setandan, sirih sagulung, nira
sebrerong. arak dan berem masing-masing setempurung kelapa, tegen-tegenan umbi-
umbian dan buah-buahan, tongkat pemukul dari kayu canging. Kelima panggungan itu
masing-masing berisi pabangkit satu dandanan dan gelar sanga sesuai dengan
tempat/bumi diisi uang 1700 kepeng dan perlengkapannya secukupnya, peras. benang
setukal, uang 227, daging kumaligi, beras terkenal di sebelas desa, 11 macam air, uang
100, benang setukal. Bersanggar tawang berpetak tiga, bersajen suci, catur berisi lingga
ditempatkan di Sanggar Tawang empat dandanan, guling itik 4, lada beserta catur 3 buah.
saput catur sebanyak 4 kuub.

Halaman 21a
Di panggungan di depan pendeta memuja, pada stana para Dewa masing-masing
dipersembahkan sajen suci sedandanan terutama sesantun. Diiringi gambelan dan tari-
tarian sakral selengkapnya. Semua para Arya bersembahyang ke hadapan Batara Nawa
Sanga Pahalanya bumi Bali akan subur dan makmur tidak ada mara bahaya. Ini kurban/caru
bumi. Yang memimpin/mengantar upacara: Pendeta Siwa. Buda. Sengguhu, Dukuh, Resi
Sewa Soghata di dalam memuja mengantar upacara menghadapi: periuk kecil yang belum
pernah dipakai 25, diikat dengan benang sesuai dengan warna. periuk besar/pangedangan
5, panai besar yang baru 5, yang kecil 10, kukusan yang baru 5, panai kecil 5, nyiru 15,
kipas 6, beras tapisan 5 kantung, uang 500 kepeng, di tengah-tengah sekarura, kawangen
secukupnya, tabuh-tabuhan dan tarian sakral. Selesai. Kurban caru di perbatasan desa:
daging banteng yang dicincang ditaruh dengan teratur di atas 3 helai daun pepaya,
sengkowi 11, nasi tamasan 2 tamas, ulam karangan 5 karang, nasi bakulan 5 bakul, nira 1
umbeh dan uang kepeng 2000, kain secukupnya, anjing bang bungkem dipolakan seperti
hidup, cacahan 9 tanding, nira 1 umbeh/brerong. ayam hitam sumalulung 2 ekor, tumpeng
merah dan hitam 2 buah, nasi berlauk daging pecel babi hutan, tuak setempurung kelapa ;
pahalanya bahagia dan selalu berniat baik. Ini tata cara kurban/caru pada waktu bumi tidak
tenteram, supaya ditaati oleh seluruh masyarakat.

Halaman 21b
Sajen Panihis mehyu di pura Besakih Dangin Kreteg, permulaannya mempersembahkan
guling itik, sajen sedandanan, rantasan (kain secukupnya), beras acatu mujung (2 kilogram),
itik dan ayam yang masih hidup, tegen-tegenan umbi-umbian dan buah-buahan
secukupnya. Persembahan ke hadapan I Dewa Manik Mas. Lagi persembahan ke hadapan
I Dewa Tirta; guling itik putih, kain putih secukupnya. sajen dandanan, panai yang masih
baru, itik putih, ayam putih secukupnya untuk persembahan di Tirta. Bila persemayaman
Batara yang ditihis setiap palinggih bertikar baru berkasur putih, bantal cecanden putih,
maleluhur putih, pulu sebanyak 3 buah, pasukulan sebanyak 1, pasepan banyaknya 1,
pabebeh banyaknya 1, bertali suntagi berhorti katemu.

Halaman 22a
Disertai pebangkit 1 pajeg adandanan. bertumpeng galahan banyaknya 20. bertumpeng
talompok genap, berguling itik 1, guling babi I, babi yang dicincang 1 dibuat gelar sanga.
Kerbau seekor dipola seperti hidup. kumaligi adandanan periuk yang masih baru dan panai
baru, beras acatu mujung (2 kilogram) benang setukal, uang 227 sebagai isi panai, lagi uang
kojong kumaligi 75. Sajen sedandanan, guling itik, mapras. selengkapnya. Selesai. Ini
kurban pabalik sumpah di Penataran Agung dan di Bancingah Agung sewilayah Dalem.
Diawali Dewa Alis mempersembahkan upacara permohonan ampun ke hadapan Batara
dengan sesajen 11 dandanan, perinciannya sebagai berikut: guling itik I, ayam 2, ketupat
satu kelan, bulayag 1 kelan, tulung nasi tandingan 11 landing menjadi satu tempat, tumpeng
5 buah, beserta peras, jati kembang, guru jambal samah,

Halaman 22b
jejaturan. sedah tubungan, tadah sukla, burat wangi, panghulap, tehenan gunjangan,
rantasan, tegen-tegenan, serta itik, ayam hidup, beras dalam bakul, uang 1000, sirih dan
pinang bancangan. kacang komak, sudang taluh. Ini upacara permohonan ampun yang
utama. Yang sedang (madia) 9 dandanan, yang kecil (nista) 7 dandanan, yang terkecil
(nistaning nista) 5 dandanan, sesuai kemampuan banyaknya 3. Ini upacara kurban
permohonan ampun yang mempunyai kerja. Ini perihal Bhuta Pada bulan Juli (Kasa) Bhuta
Taruna (diundang) kurbannya: anjing bang bungkem, ayam berbulu putih berkaki kuning.
Kurban dilaksanakan di ujung jalan. Pada bulan Agustus (Karo), Bhuta Pitung Lek diundang,
kurbannya benjit pelen, kukuluban, gangan rangin, sambal jahe, kurban dilaksanakan di
pertengahan jalan. Pada bulan September (Katiga), Bhuta Pulung diundang, kurbannya:
ayam berbulu merah kakinya berwarna kuning, liwet kacang, jangan kulub ranti, sambal,
pelas, kurban dilaksanakan di ujung selatan jalan. Pada bulan Oktober (Kapat). Bhuta
Lingga diundang, kurbannya: babi langkang gading, sambat caru, ayam putih keabuan,
pupula sakadaton, kurban dilaksanakan di jalan besar.

Halaman 23a
Pada bulan Nopember (Kalima), Bhuta Bayuha diundang, kurbannya babi cunduk, liwet
kacang, ukem-ukem ayam, pisang, disertai umbut diurab, sambel mayoye. sayur daun
dedap yang direbus, kurban dilaksanakan di tengah-tengah. Pada bulan Desember
(Kanem) Bhuta rowelas diundang, kurbannya: ayam dipanggang, serah wungkulan, wuwu
lasasan, dilaksanakan di jalan ke kuburan. Pada bulan Januari (Kapitu), Bhuta Akasa
diundang, kurbannya: babi belang kalung, ayam cintamani, kukumbu kacang, sambal,
pelas, dilaksanakan di ujung timur jalan tanpa sanggar. Pada bulan Pebruari (Kawulu),
Bhuta Kala Sakti diundang, kurbannya: ukem-ukem dibuat dari ayam hitam, liwet kacang,
gedang, sinameni, sayur asam bayam, sambal lawos, pelaksanaannya di persimpangan
jalan. Pada bulan Maret (Kasanga), Bhuta awang-awang diundang,

Halaman 23b
Kurbannya: anjing putih, ayam dipanggang, sayur asam bayam, sambal berisi kemiri,
dilaksanakan di ujung utara. Pada bulan April (Kadasa) Batara Durga Dewi diundang,
kurbannya: gumpalan daging mentah dan masak. darah 1 limas, bawang jahe, ayam
panggang yang tidak dibalik (matang sebelah), liwet kacang, disertai kukutis ayam.
dilaksanakan di tengah jalan dengan puja mentera. Pada bulan Mei (Jyesta) Bhuta Misali
diundang, kurbannya: ikan laut, gumpalan ulam pajagalan mentah dan masak, pisang
kembang wangi, sanggar bertiang satu, dilaksanakan di jalan yang di timur. Pada bulan Juni
(Asada) Bhuta Durga Dewi diundang, kurbannya: ayam hitam dipolakan seperti hidup, pecal
daging ayam putih. tumpeng berpuncak telur, berisi gegodoh tumpi, dilaksanakan di barat
daya. Ini perihal Bhuta, kurban di Penataran Agung menurut bulan. Selesai.

Halaman 24a
Raja berhasil selama hidup, makmur semua murah. Peringatan tentang kewajiban
menyerahkan hasil sawah bagi yang memegang laba pura Besakih untuk biaya
pangusabayan. Pada usaba Srawana (Juli) upacara ke hadapan Pangakan Bukit: mengadu
telur, babi pacah 1, pajuwit 1, untuk di panggungan guling 1. Pada usaba Bhadrawada
(Agustus), upacara pemujaan ke hadapan Batara di Batan Angsoka: babi pajuwit banyaknya
1, kerbau putih I, Pada usaba Asuji (September), upacara pemujaan ke hadapan Pangakan.
Manik Kentel panggungan dari semua Pemangku. Upacara pemujaan Pengakan
Penyarikan, itik 1 ekor yang dikeluarkan oleh desa Takedan. Pada usaba Kartika (Oktober),
upacara pemujaan ke hadapan Pangakan Panghulu. Babi dicincang I, babi kecil pajuwit 1.
Pada usaba Margasira (Nopember), manelahin mabuluh, babi dicincang 1.

Halaman 24b
Pada usaba Posya (Desember), Bhatara Turun Kabeh: 39 babi pinudhukan dicincang 2,
pajuwit 1, babi guling 1, kerbau hitam 1. Pada saat bulan gelap (Tilem) upacara di
Melmanyema, babi dicincang 2, babi guling 1, patabwan, daging babi seharga 100,daging
banteng, kambing. Pada usaba Magha (Januari), upacara pemujaan Pangakan Ratu Kidul:
menjamu penjudi, babi yang dicincang 1, guling 1 sebagai isi panggungan. Panggungan
dari desa. Pada usaba Palguna upacara pemujaan Pangakan Pasek: babi dicincang I, itik
dikeluarkan oleh desa Takedan, babi guling 1. Pada usaba Cetra (Pebruari) upacara
pemujaan Pangakan Panulisan: pajuwit itik 1, nasi takilan yang dikeluarkan oleh desa
Takedan. Pada usaba Waisaka (Maret) upacara Batara Turun Kabeh: pinudukan babi yang
dicincang 1, pabulalangan 1, kerbau hitam persembahan Dalem 3 ekor, kerbau putih 2 ekor.
Pada Sugihmanik upacara pemujaan Pangakan Maospahit, babi 1.

Halaman 25a
Pada Panampahan Galungan upacara pemujaan Pangakan Menek Kangin: babi I. Di
Cambah babi 2. Pemujaan khusus para Dewa pada hari, Selasa Kliwon, Rabu Kliwon, Sabtu
Keliwon dan tamu desa dari luar desa dan utusan Dalem, utusan para Gusti dan semua
penguasa desa yang datang menerima suguhan. Dan bila malis ke sungai, babi pabhidukan
dicincang 1, kerbau hitam 2, kerbau putih 1 dikuliti, babi 1. Peringatan untuk masyarakat
desa yang berkewajiban mengusung usungan Dewa. Banjar Penataran berkewajiban
mengusung 2 yaitu: Pangakan Atu dan Pangakan Manik Makentel. Banjar Watumadeg 2
yaitu: Pangakan Watumadeg dan Pangakan Manik Api. Masyarakat Padang Bujuh 2 yaitu:
Pangakan Bagus Botoh dan Pangakan Manik Bungkah. Masyarakat Kayu Selem 1 yaitu ;
Pangakan Buncing. Banjar Dangin Kreteg 3 yaitu: semua Dewa di Dangin Kreteg. Banjar
Basukihan I yaitu: Pangakan Bagus Wisesa. Masyarakat Kumukus 1 yaitu: Pangakan
Basukihan.

Halaman 25b
Banjar Banwa 2 yaitu: Pangeran Tegal Besung dan Pangeran Dimade. Banjar Kelod I yaitu:
Pangakan di Batur. Banjar Nangka 3 yaitu: Pangakan Panganten, Pangakan Watu
Enggong, Pangakan Manginte. Banjar Galihyang 2 yaitu: Pangakan Anyar, Sang Hyang
Penataran. Masyarakat Badheg 1 yaitu: Pangakan Maospahit. Masyarakat Sasana I yaitu:
Pangakan Bekung. Masyarakat Watusesa I yaitu: Pangakan Swarga. Masyarakat Pangakan
Den Bancingah 2 yaitu: Pangakan Bakas dan Pangakan Tambesi. Dan bila para Dewa
diusung ke luar, masyarakat desa dan banjar yang tidak mengusung usungan Dewa,
dikenakan denda 20.000 bila tanpa ijin dan didenda 5.500 kalau minta ijin. Dan bila ada
masyarakat yang terlambat mengusung usungan Dewa dan sudah melewati batas desa,
masyarakat yang demikian itu didenda sebanyak 1000 kepeng. Akan tetapi denda yang
sebesar 1000 kepeng itu harus dibayar pada hari itu juga.

Halaman 26a
Dan apabila Batara sedang diiring bercengkrama lalu ditinggalkan pulang ke desanya oleh
yang mengusung Dewa itu, mereka yang demikian itu ' didenda sebanyak 1000 kepeng.
Dan babi pabidhukan dagingnya dibagi tiga, sepertiga untuk beliau yang di timur dan dua
pertiga untuk desa. Jumlah persembahan masyarakat desa Yeh Bias ke hadapan Batara di
Besakih pada usaba Waisaka ;babi besar 1 seharga 3000 kepeng, beras 40 catu, babi\
panggang 1 dan barang bawaan lainnya sesuai dengan kewajiban yang sudah-sudah.
Jumlah beras dari Selat pada waktu usaba Posya; 40 catu, babi 1, beras itu dibagi tiga.
Sepertiga untuk beliau yang di timur, untuk desa Besakih sepertiga dan untuk Pemangku
Dangin Kreteg sepertiga. Dan daging babi dibagi enam dibagikan kepada semua
Pemangku. Untuk bahu sebanyak 2 bagian di Bahan, juru pembawa perintah (juru arah) 2
bagian, beliau yang di timur 1 bagian dan sebagian lagi untuk Pemangku Dangin Kreteg dan
masyarakat Selat, juga untuk banjar Dangin Kreteg.

Halaman 26b
Peringatan pemberian kepada desa Tusan: bawang 6 tigeh, belandingan 20 ikat, gaplek 20
catu bertempat dalam bakul baru 2 buah, yang dikeluarkan oleh orang-orang Galihyang.
Desa Nangka mengeluarkan gula 2 toros, desa Kamukus mengeluarkan dasun dua tenah,
masyarakat Besakih, junggul sebanyak 2 pikul, Yang dikeluarkan oleh Desa Tusan. Kalau
malis ke laut, kerbau hitam I, babi kecil 1, itik 1, ayam 10, beras 200 catu. Bila Dewa malis
ke sungai: kerbau hitam 1, babi kecil 5, itik 5, ayam 10, beras 100 catu. Semua yang
dikeluarkan oleh Desa Tusan, pimpinan masyarakat bagian Timur desa Tusan, guling I,
pajuwit 1, tumpeng itik 1, tumpeng ayam 4, guru 1, pulut 1 catu, kain seperangkat.

Halaman 27a
Tambahan yang dikeluarkan desa Tusan: tumpeng guling 2, tumpeng itik 1, tumpeng ayam
2. ketupat 12, telur 2, babi guling 1, pajuwit, kue kukus pulut dan injin, pisang kembang. Itik
dan ayam dikeluarkan dari desa Takedan. Beras dipakai macacaya yang dikeluarkan oleh
masyarakat desa Tusan, juga babi, itik dan ayam. Bila Dewa malis ke Tusan: babi guling 1,
babi pajuwit, ini dari Desa Tusan. Jika usaba malis ke sungai: pajuwit itik 7, yang
berkewajiban membuat panggungan di Penataran bila usaba dane Dauh Patandakan 2
buah serta panggungan untuk menyongsong Batara. I Dewa Manik Makentel oleh Desa
Geriana, I Dewa Lod Peken oleh Sedahan Badung, I Dewa Maospahit oleh Sedahan
Pikandel.

Halaman 27b
I Dewa Atu oleh Sedahan Ler, I Dewa Bagus Wisesa oleh Sedahan Subagan, I Dewa Bukit
oleh Sedahan Beji, di Batumadeg oleh Sedahan Pesaren, Mi Sedahan Tastasan, Ni
Sedahan Taran. Di Dangin Kreteg oleh Sedahan Pikandel. Peringatan tentang ketentuan
masyarakat desa Kawubakal, Sasana, Nyanggelan untuk mempersembahkan apa yang
menjadi kewajibannya ke Besakih. Sepatutnya taat. Jika tidak taat kepada bunyi piagam
dikenakan denda sebesar 1600. Hari kedelapan rah 0, tenggek 6. Peringatan bagi yang
mempunyai tugas mengatapi balai pendopo di Penataran, bagian atas yang sebelah timur,
banjar Basukihan, di bawahnya banjar Nangka, di atas bagian utara, banjar Watumadeg, di
bawahnya banjar Penataran. Di atas bagian barat banjar Galihyang, di bawahnya banjar
Dangin Kreteg, di atas bagian selatan banjar Kelod, di bawahnya banjar Banwa.

Halaman 28a
Pajak persembahan dari banjar Galihyang: uang 1000, bawang 10 tigeh, gaplek 10 catu,
paketus, sayur-sayuran dari nangka, abutan bawang dari Badheg 7 ikat. Peringatan pada
waktu Dewa turun Kajeng; patut berkumpul hari itu. Pada hari Pasah dipersembahkan sajen
di Penataran. Sekarang diingatkan bila Dewa malis. Sesudah daharan, Dewa ke Keren esok
harinya wawayon di Watumadeg, esok harinya di Menek kangin, lalu bersuci dan terus naik,
esok harinya di Panganten. Peringatan untuk orang yang mengadu ayam pada usaba
Srawana (Juli) ialah orang yang sudah bersuami istri, orang-orang Nangka, Cabulik. Pada
usaba Magha semua yang senang mengadu ayam. ayam aduannya siap di tempat arena.
Pada Sugihmanik para penghulu yang mengadu ayam. Pada Penampahan Galungan
upacara ngebekin di Dangin Kreteg. Pada usaba Waisaka dan usaba Posya putaran
mengadu ayam aduan wajib, dan yang keluar bahan-bahan yang diperlukan di Keren:
Kawubakal; Nyanggelan, masyarakat desa Sesana keluar nasi 10,

Halaman 28b
tuak satu pikulan dipakai untuk macacaya di Keren. Dagingnya daging kerbau yos brana,
dipakai untuk memulai pekerjaan. Masyarakat Nyanggelan lagi keluar beras 20 catu, janur
100 muncuk. Masyarakat Panida keluar babi seharga 2000 kepeng untuk persiapan. beras
20 catu. diterimakan kepada Jero Kebayan.

Selesai

Anda mungkin juga menyukai