Anda di halaman 1dari 6

Upacara Kasada Sebagai Salah Satu Daya Tarik

Wisata Gunung Bromo


Upacara Kasada atau Hari Raya Radya Kasada merupakan upacara penyucian alam yang
dipersembahkan kepada leluhur. Upacara Kasada berasal dari daerah Gunung Bromo,Ngadisari,
Jawa Timur. Pelaksanaanya dilakukan oleh Suku Tengger yang menganut agama Hindu. Upacara
ini rutin dilakukan selama satu tahun sekali. Tepatnya berlokasi di Pura Luhur Poten di lereng
Gunung Bromo. Poten sendiri merupakan sebidang lahan lautan pasir, yang terdiri dari 3
bangunan, seperti candi untuk pemujaan.

Tujuan dari diadakan upacara ini adalah sebagai persembahan kepada leluhur atau Hyang
Widhi, agar terhindar dari musibah, keberkahan dan keselamatan. Pelaksanaanya dilakukan
dengan berjalan ramai beriringan menuju kawah gunung, disertai membawa sesajen untuk
dilemparkan ke kawah Gunung Bromo.

Pada artikel kali ini, munus juga akan merangkum lebih lengkap lagi kapan tanggal pelaksanaan,
makna, sejarah, dan proses pelaksanaan Upacara Kasada. Mari simak selengkapnya  di bawah
ini

Suku Tengger
Suku Tengger merupakan suku yang memeluk agama Hindu lama yang tinggal di lereng Gunung
Bromo. Bedanya dengan pemeluk agama Hindu pada umumnya, yang beribadat di candi-candi.
Suku Tengger melakukan peribadatan di punden, danyang, dan poten. Nama suku tengger
diambil dari Legenda Rara Anteng dan Joko Tengger, tepatnya kalimat akhirnya, yaitu -Teng dan
-Ger, maka disebutlah Tengger.

Masyarakat Tengger masih sangat kental dalam melakukan ritual dan upacara adat, meskipun
saat ini sudah memasuki masa globalisasi. Bagi Suku Tengger, upacara adat adalah sebagai
wujud rasa syukur Masyarakat Tengger Kepada tuhan. Ada berbagai macam jenis upacara adat
di Suku Tengger. Antara lain upacara meminta berkah, menjauhkan malapetaka, upacara wujud
syukur. Salah satunya adalah Upacara di hari Raya Radya Kasada.

Sejarah Upacara Kasada


Konon, Sejarah Upacara Kasada, dimulai ketika pada zaman dahulu terdapat sepasang suami
istri bernama Jaka Seger  ( Putra Brahmana) dan Rara Anteng (Putra dari Raja Majapahit).
Mereka bersatu dari latar belakang status sosial yang berbeda. Jaka Seger merupakan pemuda
dari Tengger, dan Rara Anteng merupakan keluarga Majapahit.
Setelah bertahun-tahun menikah, mereka tak kunjung memiliki keturunan. Keduanya
melakukan semedi untuk meminta keturunan kepada Sang Hyang Widhi penunggu Gunung
Bromo. Mereka berjanji, apabila doanya terkabul, akan melakukan pengorbanan  anak bungsu
kepada Kawah Gunung Bromo.

Sampai pada akhirnya,doa mereka terkabul dan dikaruniai keturunan. Namun, Jaka Seger dan
Rara Anteng melanggar janji, hingga Hyang Widhi marah, semua kawasan Bromo Menjadi
Gelap.

Saat itu juga, Kawah Bromo menjilatkan Api merahnya, seketika anak bungsu mereka yang
bernama Kusuma lenyap masuk ke dalam Kawah Api. Tiba-tiba terdengar suara ghaib, yang
berbunyi “Saudara-saudaraku, aku telah dikorbankan kepada Hyang Widhi dan orang tua kita
untuk menyelamatkan kalian. Hiduplah dengan damai dan tentram, sembah lah Hyang Widhi.
Dan aku ingatkan setiap tanggal 14 Bulan Kasada, berilah persembahan untuk Kawah Gunung
Bromo. Kisah itulah yang menjadi permulaan pelaksanaan Upacara Kasada tiap tahunnya oleh
Masyarakat Suku Tengger.

Makna upacara Kasada


Menurut kepercayaan setempat, Makna Upacara Kasada adalah bentuk penghargaan kepada
alam Bromo atas keindahan alamnya. Maka dari itu rakyat Suku Tengger sangat menjaga
kebersihan dan alam wilayah Gunung Bromo.

Makna lainya, masyarakat Tengger beranggapan bahwa Bromo merupakan pusat Dunia. Hal ini
merupakan anggapan turun-temurun. Sehingga seluruh pembangunan rumah dan sanggar
menghadap ke arah bromo.

Tanggal Pelaksanaan Kasada


Tanggal Pelaksanaan  Kasada adalah antara hari ke-14,15 dan 16 pada bulan 10 penanggalan
jawa, atau biasa disebut Bulan Kasada. Lebih tepatnya lagi,  saat bulan purnama muncul.  Untuk
waktu pelaksanaan Kasada dimulai dari tengah malam hingga menjelang dini hari. 

Tiga Tempat Penting Upacara Kasada


Rumah Dukun Adat

Pura Luhur Poten

Poten adalah lautan padang pasir,  untuk prosesi upacara. Pura luhur poten sendiri juga
memiliki 3 tempat penting, yaitu:
 Mandala Utama, tempat pemujaan persembahyangan. Terdiri dari Padma, berbentuk
serupa dengan candi dilengkapi dengan pepalihan, namun tidak memiliki atap yang
terdiri dari bagian kaki, tepas, badan dan kepala.

 Mandala Madya, merupakan bagian tengah, tempat persiapan dan pengiring upacara.
Terdiri dari bagian bangunan Kori Agung Candi Bentar, dan Bale Kentongan.
 Mandala Nista, sisi peralihan bagian luar menuju dalam poten. Terdapat candi bentar
dan bangunan penunjang lainnya.

Lereng Gunung Bromo

Proses Upacara Kasada


Upacara Kasada di Gunung Bromo Jawa Timur, foto oleh jelajahnesia,com
Proses Upacara Kasada diawali berkumpulnya masyarakat Tengger, dengan membawa hasil tani
dan ternak yang dibawa menggunakan tempat bernama Ongkek. Hasil tani dan ternak itulah
yang akan dilemparkan ke kawah Bromo sebagai persembahan.

Tahapan-tahapan Proses Upacara Kasada perlu dilaksanakan secara runtut. Dimulai dari ritual
Puja, Manggala Upacara, Ngulat Umat, Tri Sandiya, Muspa, Pembagian Bija, Diksa Widhi dan
terakhir persembahan sesaji ke kawah Gunung Bromo.

Setelah Ongkek siap, seluruh Umat Hindu Tengger, berjalan dari Pendopo Agung menuju Pura
Luhur Poten. Perjalanan tersebut berjarak sekitar 8 km. Saat di lokasi Pura Luhur Poten,
masyarakat diperintahkan  singgah terlebih dahulu untuk diberikan mantra keselamatan oleh
dukun. Kemudian dengan iringan gamelan dan penerangan obor, satu persatu sesajen
dilemparkan ke kawah gunung. Upacara ini kemudian diakhiri penampilan sendratari Rara
Anteng Jaka Seger di panggung terbuka Desa Ngadisari.

Proses Tradisi Temanten


Nontoni – Lamaran – Mbalekake omongan – pasang tarub/bleketepe – siraman – midodaremi –
akad/ijsb Kabul – panggih/temu manten – ngundhuh manten

Temu Manten
1. liron kembali mayang
2. ambalang gantal
3. sungkeman manten
4. mindhakan tigan
5. Njunjung derajat
6. unjukan tirta mening
7. gendongan / sindur
8. bobot timbang
9. kacar-kacur
10. kembu bujana
11. mapak besan
12. sungkeman
13. pasrah temanten
14. tanpa pasrah manten
15. dungo

Tingkepan
; upacara adat kanggo calon ibu seng ngandhut atau hamil
Seng sepisan lan kandhutane 7 sasi
Tujuane; nyuwun keslametan marang gusti supaya anggone lairan diparingi lancer
Proses;1. Sungkeman
2. siraman
3. procotan
4. salin busana/pantes

Tedhak siten/pitonan
; upacara adat kanggo bayi 7/6 sasi
Tujuane; minangka wujud syukur lan ngenalakake neng bumi
Proses;1. Midhak jadah (padang-petheng)
2. munggah andha tebu arjuna (siap nglampahi urip)
3. ceker ceker wedhi/ngikuti ceker (pinter golek rejeki)
4. melbu kurungan (ndonya)
5. siraman
6. nyebar udhik udik (seneng aweh)

Kebo-keboan
Saking suku osing Ds. Aliyan, kec. Royo jami, alas malang
Sari sara minggy sapisan, puncake pas dina minggu
Dewi sri-njaga pari/kemakmuran
Nguberi wong wongan amarga wong-wong ngregedi/ngrusak

Geguritan
; jinise kasusastran jawa gagra anyar kang ora nduweni panugeran tartamtu lan basane endah,
mantes lan cekak
; saka tembung “gurti” tegese kidung, tembang, utawa tulisan sing wujude ukiran utawa
tatahan
; asil pangangen-angen pangripta tumrap kahanan utawa prastawa kang diameti, dirasakake lan
dilakoni banjur kanthi tulisan kang ringkes lan mantes
Endahing geguritan gumatung
= Pilihan tembung kang mantes (diksi)
= ngunakake purwakanthi : runtute swara (padha swarane)
= ngamat tat sastra / lelewaning basa / busanane basa kayata
+ tembung entar / makna kias / majas
+ tembung garba ; rong tembung diringkes dadi satembung
Yeku – ya + iku
+ tembung yogaswaea ; tembung sing wandane ”a” ateges lanang, “I” ateges wedok.
pamudha pamudhi/ dewa-dewi/ putra-putri
+ tembung sarojo; rong tembung kang padha tegese
+ tembung dasanam ; tegese padha (mripat, paningal, netra,caksu)
Ngunakake tembung andhahan karimbang

Geguritan gagrag lawas (kidung)


Nduweni panugerah
: Panugerah ing kene yaiku guru gatra, wilangan, lan swara/lagu
Contone ; parikan, wangsalan, macapat, tembang tengahan lan tembang gedhe
Biasane diwiwiti kanthi ukara “sun gegurit”

Geguritan modern/gagrag anyar


Ora nduweni panugerah/bebas
Geguritan bebas/modern
Wiwtan ora baku

Sesorah (pidato)
; disebut TANGGAP WACANA yaiku ngandharake gagasan utawa panemu (ide) kanthi lisan ana
sangarepe pawongan akeh kanthi tata urutan sing becik

Struktur;
1. Salam pambuka
- Salam pakurmatan gumantung kahanan lan sapa pamungkasane
2. panyapa
- Nyebut sapa wae sing rawuh ing adicara wiwit saka wong kang paling dikurmati
3. purwata
- atur panuwun marang tamu sing wis rawuh sarta atur pamuji marang gusti Allah
4. surasa basa/ wedharing gati
- babagan perkara utawa bab kang diandharake
5. dudutan
- ringkesan isi kangwigati utawa intine
6. pengarep-arep
- pengajab kang diandharakake marang para rawuh utawa pamidhaget
7. wasana basa
- atur panuwun lan pangura menawa ana kekurangan anggone sesorah
8. salam panutup
- salam kang pungkasan marang para tamu

Anda mungkin juga menyukai