Anda di halaman 1dari 4

TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL

TRADISI COWONGAN DI KABUPATEN KEBUMEN

Disusun oleh:

Erna Vidia Wati (3601419059) / Rombel 1/ 2019

Dosen Pengampu :

Dr. sos. Puji Lestari, M. Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
Tradisi Cowongan

Tradisi Meminta Hujan Di Musim Kemarau

Cowongan merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Kebumen di musim


kemarau. Selain di desa Kebumen, tradisi ini juga terkenal di daerah Banyumas dan
Banjarnegara. Tradisi cowongan merupakan ritual memanggil hujan yang dulunya dilakukan
oleh para petani pada musim kemarau.

Dari berbagai ritual di musim kemarau kebanyakan dearah-daerah di Jawa Tengah


mempunyai ritual meminta hujan, ada beberapa yang memiliki kesamaan namun ada pula yang
memiliki perbedaan dalam pelaksanaannya. Persamaan dari kesemua ritual tersebut adalah
adanya mantra-mantra yang diucapkan untuk memanggil hujan meskipun media yang digunakan
dalam pelaksanaan berbeda.mantra-mantra tersebut dipercaya memiliki kekuatan magis yang
mampu membendung segala marabahaya dan melindungi masyarakat di sekitar tempat
pertunjukan.

Secara harfiah cowongan berasal dari kata cowang-coweng yang dapat diartikan sebagai
corat coret di muka cowong. Cowong adalah boneka yang dibuat dari tempurung kelapa dan
diberi baju dari jerami, rumput, daun, atau kain dan didandani seperti wanita sebagi perlambang
perwujudan bidadari. Boneka ini kemudian di corat coret dengan kapur sirih atau yang biasa
dikenal dengan njet. Dalam perkembangannya, ritual ini kemudian berubah menjadi seni
pertunjukan yang tetap menggunakan aspek-aspek ritual memanggil hujan.

Peralatan atau kelengkapan yang ada dalam ritual ini adalah pawang, cowong, penari,
bunga-bunga, asap, dan kemenyan. Pawang merupakan pelaku ritual yang memegang kunci
berjalannya ritual karena dia dianggap sebagai orang yang memiliki kemampuan lebih untuk
merapalkan mantra. Sedangkan cowong merupakan media hadirnya roh yang dipercaya sebagai
bidadari pembawa hujan. Sebelum digunakan dalam ritual, biasanya pawang dan cowong
melakukan semedi di tempat sepi seperti makam, bawah pohon, atas batu, atau dipinggir sungai.
Biasanya cowong akan ditinggal selama 3 hari untuk bermeditasi ditempat tersebut sehingga
akan mudah terisi. Penari juga penting keberadaannya karena dalam ritual ini penari biasanya
sebagai simbol semesta yang memiliki peran berbeda seperti bidadari, punggawa,dan setan/iblis.
Bunga-bunga, asap, dan kemenyan juga tidak boleh dilupakan keberadaanya karena tiga hal ini
dipercaya sebagai makanan yang dapat mengundang semesta untuk mendukung jalannya ritual
cowongan.

 Prosesi ritual cowongan yg pertama, pawang atau dalang membuka upacara Cowongan
dengan memanggil Nini Cowong ke Pelataran Cowong Sewu atau ke lapangan/tempat
pelaksanaan ritual dengan perantara batok cumplung. Orang Kebumen mendefinisikan
Cumplung adalah kelapa yang jatuh dari pohonnya karena digigit oleh tupai. Setelah
cumplung ini siap, maka Batok cumplung untuk ritual Cowongan dibawa ke tepi sungai
atau tengah-tengah sawah dan dibiarkan bertapa ditempat tersebut selama sehari semalam
atau lebih dimaksudkan agar cumplung tersebut akan terisi atau dihuni oleh makhluk
gaib.

 Kemudian, batok cumplung tersebut dibawa ke tempat dilangsungkannya ritual


Cowongan. Dalang juga menyebutkan bahwa sesajen, bunga dan kemenyan harus
lengkap serta akan ada lagu-lagu atau mantra untuk mengundang leluhur. Setelah semua
ubo rampe atau peralatan yang dibutuhkan lengkap tersedia,maka kemenyan mulai
dibakar dan sekumpulan laki-laki dengan tubuh dicat hitam yang merupakan simbolisasi
setan/iblis masuk ke area ritual. Setelah itu Dalang mulai membacakan mantra yang
berbunyi: sulasih sulanjana kukus menyan ngundhang dewa, Ana dewa dening sukma
widadari temuruna Runtung runtung kesanga, sing mburi karia lima Leng-leng guleng,
gulenge pangebatan Gelang gelang nglayoni, nglayoni putria ngungkung cek incek raga
bali rog rog asem kamilega reg regan rog rogan reg regan rog rogan.

 Ritual berlanjut dengan masuknya sinden ke dalam area ritual dan turut mengucapkan
mantra. sang kamadipa, sang kamadipa Sang kamadadi, sang kamadipa Sang kamadadi,
isnu kuning apa rupane, sangkalewa jati arane menyan Sang cublek kuning urubing
menyan.

 Prosesi selanjutnya dalang mengangkat Cowong yang terbuat dari batok kelapa. Hal ini
dimaksudkan agar bidadari dan arwah leluhur akan turun dan merasuki cowong tersebut.
Kemudian dalang mengucapkan mantra yang berisi permohonan ampun atas dosa yang
dilakukan masyarakat.

 Kemudian, dalang melanjutkan ritual dengan mengucapkan mantra yang berisi


permohonan meminta hujan sementara Nini Cowong menari bersama yang lain

Makna dan nilai dari tradisi cowongan ini selain sebagai ritual meminta hujan dan
kesuburan tanah pertanian serta kesejahteraan masyarakat, namun juga memiliki pesan untuk
saling menghargai, senantiasa hidup rukun dan menebar kasih sayang terhadap sesama dan alam
sekitar, serta dilakukan untuk melestarikan budaya Kebumen seperti halnya lengger atau
Ronggeng dan Ebeg

Anda mungkin juga menyukai