Anda di halaman 1dari 25

PENGETAHUAN TENTANG MAKLUK MITOLOGI INDONESIA DAN INTERIORNYA

RITA ARSITEKTUR INTERIOR / 0906517943 TAHUN 2011

1. Jenglot Perawakannya kecil dengan tubuh tak lebih dari 12 cm dan rambutnya yang panjang, jarang dan kaku melewati kaki. Makhluk itu dinamakan jenglot. Kabarnya, jenglot itu bukan benda mati. Konon ia hidup, namun tak ada yang pernah tahu kapan bergerak. Konon, makhluk misterius itu selalu menghabiskan darah manusia yang dicampur minyak japaron. Namun, sekali lagi, tak ada yang tahu kapan ia menenggaknya. Jenglot pada masa ribuan tahun lalu adalah manusia (seorang pertapa) yang tengah mempelajari ilmu Bethara Karang. Ilmu Bethara Karang diyakini sebagai ilmu keabadian. Artinya, setiap orang yang memiliki ilmu tersebut akan hidup abadi di dunia. Namun, akibat kutukan, jasad jenglot tidak diterima di dunia sedangkan rohnya tidak diterima di akherat. Maka roh tersebut seperti terpenjara dalam jasad kecil ini, kata Hendra. Setelah itu, sang pertapa menjadi emosional dan merasa sebagai jawara. Tak pelak, tubuhnya pun menyusut, hingga akhirnya mengecil. Empat taring kemudian tumbuh memanjang, tak sebanding dengan lebar mulutnya. Katanya, itu sebagai lambang keganasan dan sifat liar sang monster. 2. Kuntilanak Kuntilanak (bahasa Melayu: puntianak, pontianak) adalah hantu yang dipercaya berasal dari perempuan hamil yang meninggal dunia atau wanita yang meninggal karena melahirkan dan anak tersebut belum sempat lahir. Nama kuntilanak atau pontianak kemungkinan besar berasal dari gabungan kata bunting (hamil) dan anak. ciri2nya 1. tertawa melengking 2. menangis 3. suka puing2 bangunan ato yg setengah jadi 4. sering bertempat di muara sungai ato pinggiran danau ato kolam 5. menyukai daging anak2 (makanya sering dibilang mereka suka menculik bayi)

3. Buta/buto coba teman2 lihat ciri2nya dan bandingkan dgn Ogre, mereka bnyk memiliki kesamaan: 1. memiliki ukuran yg cukup tinggi (9-10 kaki) 2. warna hijau ato hijau keabu-abuan 3. pemakan daging

Buto Ijo (Jawa ) = Ogre ( Inggris, Celt ) Ciri2: Bentuk: raksasa bertubuh hijau ( hijau tua ) Watak: beringas, memakan korban manusia. Tinggal: Buto Ijo di Pohon besar, kalo jadi peliharaan biasanya dibuatkan kamar khusus. Ogre di hutan ato rawa-rawa. Status: Buto Ijo adl bangsa jin yg bisa dipelihara utk pesugihan, tapi ada juga yg bebas n liar. Ogre adl jin liar. 4. Genderuwo Genderuwo adalah makhluk halus yang menyerupai kera tapi berbadan tinggi dan besar, makhluk ini suka tinggal di pepohonan, sepeti pohon beringin dan pohon-pohon besar lainnya karena wujudnya yang seperti kera raksasa.Genderuwo tidak dapat dilihat oleh orang biasa tapi pada saat tertentu dia mau menampakkan dirinya.Genderowo Mirip dgn Troll (bnyk orang yg beranggapan troll itu kecil, tp dalam legendanya troll itu cukup besar) (kita kesampingkan dulu troll dlm LOTR dan Harry Potter) 1. tinggi (7-8 kaki) 2. memiliki rambut lebat hampir di seluruh tubuhnya (makanya sering digambarkan berambut gondrong bgt) 3. biasanya berdiam di tempat yg pohon ato semak2nya lebat ato berbatu (seperti bagian bwh jembatan tempo dulu) 5. Tuyul Tuyul adalah makhluk yang sering ditampilkan dalam cerita fiksi Indonesia. Dalam berbagai film atau gambar tuyul digambarkan sebagai makhluk halus berwujud anak kecil yang kerdil, perawakannya gundul, dan suka mencuri. Tuyul juga kadang-kadang digambarkan bekerja pada seorang majikan manusia untuk alasan tertentu. Adapun tuyul digambarkan mempunyai sifat seperti anak-anak normal biasa dimana dia harus mencari induk semang sebagai ibu kandungnya.Dia digambarkan sebagai bayi yang mati baru beberapa bulan lalu dibangkitkan oleh dukun sebagai tuyul untuk tujuan-tujuan tertentu yang tidak baik.Tuyul adalah salah satu folklore dari pulau jawa disamping kuntilanak,genderuwo,banaspati,dsb.Tuyul mempunyai sifat yang sama dengan balita pada umumnya.Dalam berbagai macam film tuyul dijelaskan

sebagai sebuah roh suruhan dari induknya guna mencari kekayaan dengan cara mencuri dari orang-orang kaya atau yang disuruh induk semangnya Tuyulmirip dengan Imp, sebenarnya makhluk ini tdk berbahaya tp yg berbahaya itu manusia yg memanfaatkan mereka. 1. kecil (sekitar 1-2 kaki) 2. jahil tp penakut 6.Mothman Indonesia istilah org chinese Cui Kui a.k.a Hantu Air Ciri-ciri : - Tinggi & Gede berbulu2 - badan agak membongkok - Mata warna merah Sekilas klo dilihat ktnya mirip ama Manusia Kera tp kakinya pendek. Tinggalnya didalam air. Soalnya menurut org di Pontianak yg tinggal di pinggiran Sungai Kapuas mahluk ini sering banget kluar tengah malam. katanya mereka biasa klo kluar lbh dari 1 org. n org klo kita ketemu Mothman. harus cpt cepet kabur. karna klo dia dah tangkap kita raga / tubuh kita di pake mereka dan kita yg menjadi Mothman itu. 7.Kura- Kura Raksasa - Gede banget (ukurannya 1/3 dari sungai kapuas - Jarang muncul, klo muncul biasa cuman klihatan tempurungnya n ga smua org bisa lihat Nah klo yg ini gw ga gitu ngerti deh. katanya kura2 ini muncul pas klo air pasang. Munculnya juga tengah malam. kata tmnnya tmn gw yg suka mancing ikan ktnya org2 blg klo kita mancing ikan di pinggiran sungai Kapuas, klo umpanmu termakan ama kura2 itu, terasa beda ama kita dapet ikan. gw juga ga gitu ngerti seh. pokoknya panjingan kita lbh berat dari biasanya. kita ga boleh lawan ama pancingannya. talinya harus di potong. 8.setan Gundul Pringis merupakan setan yang berupa kepala orang yang lagi ketawa meringis, kepala orang itu nyambung ke usus dan jantungnya menurut orang-orang hantu ini jenis hantu yang ganas. Di kalangan masyarakat Jawa Tengah, terutama bagian selatan, nama hantu ini sudah lama dikenal. Wujudnya mirip buah kelapa. Kalau dipegang tiba-tiba menyeringai! Buah kelapa itu punya mata, hidung, mulut, dan telinga! Mirip kepala manusia! Kalau menggoda orang biasanya pada malam hari. Diawali dari bunyi jatuhnya buah kelapa, orang lalu tertarik untuk

mencari di kebun yang gelap. Begitu ketemu dan diangkat ya itu tadi~buah tersebut tiba2 menyeringai! Seram sekali wujudnya. Orang yang menemukan jelas akan terbirit-birit. Begitu kisahnya. (NB : Dalam bahasa Jawa, gundul berarti kepala & pringis berarti seringai.) 9.Biyung Tulung (Jawa) = Poltergeist (Inggris-Amrik) Ciri2: Bentuk: tak berwujud, hanya suara, tapi diyakini ada hub-nya dgn roh2 org yg mati penasaran. Watak: suka menakut-nakuti, meneror, menyebabkan org yg diganggu mjd gila, sakit jiwa. Tinggal: di tempat2 yg pernah terjadi kematian tragis, spt area kecelakaan, tempat2 pembunuhan. Status: roh2 penasaran yg menjadi jahat krn masa lalu yg sangat tragis. 10. Lelepah (Jawa) = Troll (daerah Celt, Skandinavia) Ciri2: Wujud: mahluk besar dgn wajah buruk, suka bawa senjata sperti gada atau golok besar. Watak: agak lamban & tolol, tp sebenarnya ganas, jin karnivor yg doyan manusia. Tinggal: di pohon2 besar, hutan. Status: termasuk jin yg kebanyakan berada di hutan, liar, suka berburu apa saja termasuk manusia. (sumber : http://www.kemudian.com/node/232673) 9 Makhluk Mitologi Asli Indonesia

1. Orang Pendek Orang Pendek adalah hewan kriptid asal Pulau Sumatera dan telah dikenal sejak 100 tahun lalu oleh penghuni hutan, penduduk, kolonis belanda dan ilmuwan. Penelitian menyebutkan bahwa orang pendek adalah primata berjalan yang memiliki sekitar 80 cm dan 150 cm.

2. Lembuswana Makhluk Mitologi ini sering dijadikan simbol dalam kerajaan2 jaman dulu seperti Mulawarman, dan di Cungkup Sunan Prapen. Lembuswana adalah hewan dengan kepala berbentuk gajah yang menggunakan mahkota yang memiliki sepasang sayap dan di keempat kakinya terdapat cula/taji (red: seperti ayam). Masih menurut mitos penduduk sekitar sungai Mahakam, Lembuswana adalah penguasa sungai Mahakam yang tinggal dan bernaung di dasar sungai Mahakam.

3. Orang Bati Orang Bati adalah hewan yang berada di legenda Pulau Seram. Hewan ini memiliki tubuh seperti manusia dan bersayap seperti kelelawar. Diceritakan bahwa ia tinggal di gunung Kairatu dan suka menculik anak kecil untuk disantap.

4. Naga Besukih Naga Besukih adalah naga yang diceritakan dalam asal-usul selat Bali. Dalam cerita, Naga ini dapat dipanggil menggunakan genta pemujaan milik Begawan Sidi Mantra. Juga diceritakan bahwa ia dapat mengeluarkan emas dan permata dari dalam sisiknya.

5. Garuda Garuda adalah salah satu dewa dalam agama Hindu dan Buddha. Ia merupakan wahana Dewa Wisnu, salah satu Trimurti atau manifestasi bentuk Tuhan dalam agama Hindu. Garuda digambarkan bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah. Paruh dan sayapnya mirip elang, tetapi tubuhnya seperti manusia. Ukurannya besar sehingga dapat menghalangi

matahari.

6. Ahool Ahool adalah hewan seperti kelelawar raksasa atau beberapa menyebutkan seekor Pterodactil yang tinggal di hutan di Pulau Jawa. Beberapa informasi mengatakan bahwa Ahool memiliki panjang sayap sekitar 3 meter. Pertama kali dijelaskan bahwa ia terlihat di gunung Salak.

7. Veo Veo adalah hewan kriptid asal pulau Rinca dan digambarkan oleh Carl Shuker dalam buku The Beasts That Hide from Man: Seeking the World's Last Undiscovered Animals mirip Teringgiling tapi ukurannya sebesar kuda.

8. Ebu Gogo Ebu Gogo adalah makhluk seperti manusia yang muncul pada mitologi penduduk pulau Flores, Indonesia, yang memiliki bentuk yang mirip dengan leprechaun atau peri. "Orang kecil" tersebut dikatakan memiliki tinggi satu meter, ditutupi rambut, periuk-berperut, dan dengan telinga yang menjulur. Mereka berjalan agak kikuk dan sering "berbisik" yang dikatakan sebagai bahasa mereka. Penduduk pulau juga berkata bahwa Ebu Gogo dapat mengulangi apa yang mereka katakan.

9. Warak Ngendog Warak Ngendog adalah hewan mitos yang digambarkan seekor badak membawa telur di

punggungnya. Bagian-bagian tubuhnya terdiri dari Naga (Cina), Buraq (Arab) dan Kambing (Jawa). Biasanya dijadikan maskot dalam acara Dugderan yang dilaksanakan beberapa hari sebelum bulan puasa.

(sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3562304)

Burung Cenderawasih Burung Cenderawasih adalah sejenis burung dalam mitologi. Dikenal di kawasan nusantara dan sekitarnya, burung ini memiliki kedudukan yang mirip dengan burung feniks di Timur Tengah atau pun burung fenghuang di Asia Timur.

Etimologi dari "cenderawasih" adalah dari "cendra" atau dewa-dewi bulan dan "wasi" yang memiliki arti wakil atau utusan, jadi "cenderawasih" artinya utusan dewa-dewi bulan. Burung ini disebut-sebut dalam kitab mistis Tajul Muluk. Burung ini berasal dari surga dan selalu berdampingan dengan para wali. Kepalanya berwarna kuning keemasan dengan empat pasang sayap yang tiada taranya. Yang menjadi ciri khasnya adalah dua utas "antena" yang teruntai di ekornya. Barang siapa yang melihatnya pastilah tertegun dan takjub akan keindahan dan keunikan burung ini. Menurut kitab-kitab lama, seandainya burung cendrawasih turun ke bumi maka akan tamatlah riwayatnya. Namun ajaibnya, ia tidak akan lenyap seperti bangkai binatang lain. Ini dikarenakan burung cendrawasih hanya makan embun surga. Malah ia mengeluarkan wangi yang sukar diungkapkan dengan kata-kata. Banyak yang menginginkan burung ini karena berbagai khasiat yang konon dimilikinya, termasuk dalam perobatan. Sebuah penelitian telah dilakukan oleh Melayu Antique. Bisa dikatakan bahwa burung cendrawasih adalah mitos di wilayah nusantara yang masih berkaitan dengan burung fenghuang di Asia Timur dan berhubungan dengan keluarga kerajaan. Orang Eropa menyebutnya dengan panggilan bird of paradise sesuai dengan hikayat yang menyelubunginya. Tidak heran kemudian nama "cendrawasih" dipakai untuk burung-burung yang ada di dalam keluarga Paradisaeidae. Feniks (bahasa Latin: Phoenix, bahasa Belanda: Feniks) dalam mitologi Mesir adalah sejenis burung api legendaris yang keramat. Burung api ini digambarkan memiliki bulu yang sangat indah berwarna merah dan keemasan.Feniks dikatakan dapat hidup selama 500 atau 1461 tahun. Setelah hidup selama itu, Feniks membakar dirinya sendiri. Setelah itu, dari abunya, munculah burung Feniks muda. Siklus hidup burung Feniks seperti itu (regenerasi), bangkit kembali setelah mati, lalu muncul sebagai sosok yang baru.Feniks merupakan simbol dari keabadian, lambang dari siklus kehidupan setelah mati, dan simbol dari kebangkitan tubuh setelah mati.Feniks menjadi simbol suci pemujaan terhadap Dewa matahari di Heliopolis, Mesir. Burung Feniks simbol dari "Dewa Matahari - Ra". Garuda

Patung Bali Dewa Wishnu mengendarai Garuda. Garuda memiliki banyak nama dan julukan. Di bawah ini disajikan nama-namanya berikut artinya: Nama-nama lain Garuda

Kayapi Wainateya Suparna Garutmn Dakya lmalin Trkya Winyaka

Nama-nama julukan

Sitnana, wajah putih hijau. Rakta-paka, sayap merah. weta-rohita, sang putih merah.

Suwarakya, tubuh emas. Gaganewara, raja langit. Khagewara, raja burung. Ngntaka, pembunuh naga. Pannaganana, pembunuh naga. Sarprti, musuh ular-ular. Taraswin, yang cepat. Rasyana, yang bergerak cepat sebagai perak. Kmachrin, yang pergi sesukanya. Kmyus, yang hidup dengan senang. Chird, makan banyak. Wiuratha, kereta Wisnu. Amtharaa, pencuri amerta. Sudhhara, pencuri Surendrajit, penakluk Indra. Bajrajit, penakluk kilat.

Lambang negara Garuda juga dipakai sebagai lambang negara Indonesia dan Kerajaan Thai.

Lambang Indonesia

Lambang Kerajaan Thai

[sunting] Lambang kota

Airawata

Dalam mitologi Hindu, Airawata (Sansekerta:

; Airvata) adalah nama seekor gajah

putih, wahana Dewa Indra. Airawata merupakan putera dari Irawati, salah satu puteri Daksa. Dalam mitologi Hindu sering digambarkan bahwa Airawata ditunggangi oleh Indra yang membawa senjata Bajra, sambil membasmi makhluk jahat. Menurut mitologi Hindu, Airawata merupakan salah satu gajah penjaga alam semesta. Ia dianggap sebagai pemimpin para gajah.

Bidadara (bahasa Sanskerta: , vidydhara, artinya "pembawa kebijaksanaan") adalah sejenis makhluk supernatural dalam mitologi Hindu. Mereka memiliki kekuatan magis dan tinggal di pegunungan Himalaya. Mereka juga merupakan abdi dewa Siwa, yang juga bersemayam di Himalaya.[1] Mereka dianggap sebagai Upa-dewa, separuh dewa. Dalam kepercayaan Hindu-Buddha Indonesia, Bidadara cenderung dianggap berjenis kelamin pria, sedangkan pasangannya yang berjenis kelamin perempuan disebut Bidadari (vidydhari), atau seringkali disamakan dengan Apsara. Bidadara yang menjadi pemusik si swargaloka disebut Gandarwa. Tugas dan fungsi mereka adalah menjadi penyampai pesan para dewa kepada

manusia, sebagaimana para malaikat dalam agama Islam, Kristen, dan Yahudi.

Bidadari (Sanskerta:

; vidhyadhar) atau Apsara (Sanskerta:

; apsar)

adalah makhluk berwujud manusia berjenis kelamin wanita yang tinggal di kahyangan atau surga dalam kepercayaan Hindu. Tugas dan fungsi mereka adalah menjadi penyampai pesan para dewa kepada manusia, sebagaimana para malaikat dalam kepercayaan Semit. Ada kalanya mereka diutus untuk menguji sejauh mana ketekunan seseorang (pria) dalam bertapa, dengan cara mencoba membangunkan para petapa dari tapa mereka. Para bidadari memanfaatkan kecantikan fisik mereka untuk menguji para petapa. Dalam penampilan fisik, mereka memang dilukiskan sebagai sosok yang sangat cantik jelita dan sempurna tanpa cela. Tak jarang mereka diberikan kepada seseorang untuk diperistri sebagai hadiah atas jasa mereka melakukan sesuatu yang luar biasa demi kebaikan, misalnya dalam legenda Arjuna yang dijodohkan dengan bidadari Supraba setelah berhasil menumpas Niwatakawaca yang meneror para dewa dan manusia. Kata "bidadari" dalam bahasa Indonesia dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta, begitu pula bahasa Jawa dan Bali. Dalam tradisi Jawa, bidadari yang juga disebut hapsari, juga disebut widodari, sedangkan dalam bahasa Bali, bidadari atau apsari dikenal dengan sebutan widyadari atau dedari. Istilah widodari dari Jawa dan widyadari / dedari dari Bali, berasal dari kata vidhyadhari dalam bahasa Sanskerta. Vidhya berarti "pengetahuan", sedangkan dharya berarti "pemilik", "pemakai" atau "pembawa". Istilah Vidhyadhari tersebut kemudian dikenal sebagai "bidadari" dalam bahasa Indonesia modern. Orang Sunda menyebut bidadari dengan nama Pohaci. Dalam agama Hindu dan Buddha, mereka lebih dikenal sebagai apsara.

Patung bidadari yang dibuat pada abad ke-10, dari Madhya Pradesh, India. Gambar bidadari ditemukan dalam beberapa kuil/candi dari zaman Jawa Kuno, sekitar masa wangsa Sailendra sampai kerajaan Majapahit. Biasanya gambar mereka tidak ditemukan sebagai motif penghias, namun sebagai ilustrasi sebuah cerita dalam wujud relief, contohnya di Borobudur, Mendut, Prambanan, Plaosan, dan Penataran. Di Borobudur, bidadari digambarkan sebagai wanita kahyangan yang cantik, dan digambarkan dalam posisi berdiri maupun terbang, biasanya memegang teratai yang mekar, menaburkan kelopak bunga, atau menenun pakaian kahyangan yang mampu membuat mereka terbang. Candi Mendut di dekat Borobudur menggambarkan sekelompok dewata, makhluk surgawi yang beterbangan di kahyangan, termasuk bidadari. Secara tradisional, bidadari digambarkan sebagai wanita kahyangan yang menghuni surga Dewa Indra (Jawa: Kandran). Mereka dikenal sebagai pelaksana tugas istimewa, yaitu dikirim ke bumi oleh Indra untuk merayu, menggoda dan menguji keimanan para pertapa yang mungkin berkat tapa, mereka dapat memperoleh kekuatan melebihi para dewa. Tema ini sering muncul dalam tradisi Jawa, misalnya Kakawin Arjunawiwaha, ditulis oleh Mpu Kanwa pada tahun 1030, selama masa pemerintahan Raja Airlangga. Kisah itu bercerita tentang Arjuna, yang sedang berusaha mengalahkan raksasa Niwatakawaca, mencoba bertapa

dan bermeditasi. Maka dari itu, Indra mengirim beberapa apsara untuk mengujinya. Bagaimanapun juga, Arjuna dapat mengendalikan nafsunya dan kemudian memperoleh senjata sakti dari para dewa untuk mengalahkan sang raksasa.

Relief bidadari, atau wanita surgawi, di Candi Borobudur, Jawa Tengah, Indonesia. Bidadari merupakan motif yang utama pada relief di kuil-kuil Angkor di Kamboja. Lukisan di kuil seringkali dibedakan menjadi dua macam penghuni kahyangan: Gambaran sosok makhluk yang menari atau dalam posisi tari, disebut "bidadari"; dan penggambaran sosok yang tegak berdiri, menghadap ke depan, dalam sikap selayaknya penjaga kuil, disebut "dewata". Ukiran bidadari biasanya ditemukan di Angkor Wat, kuil Angkor kuno yang terbesar. Para sarjana telah menghitung ada lebih dari 1.860 ukiran pada monumen abad ke-12 tersebut. Beberapa diukir pada pilar, beberapa pada tembok, kadang terletak di menara. Penelitian yang diumumkan pada tahun 1927 oleh Sappho Marchal telah mencatat perbedaan yang menarik tentang rambut, hiasan kepala, kain, permata dan bunga-bunga hiasan, yang disimpulkan oleh Marchal bahwa itu dibuat sesuai dengan kehidupan masyarakat selama Bidadari dalam kesenian Champa Bidadari juga merupakan motif yang penting dalam kesenian Champa, tetangga Angkor pada zaman pertengahan, terletak di sebelah timur sepanjang pantai yang sekarang dikenal sebagai

Vietnam Tengah. Yang istimewa adalah penggambaran bidadari menurut aliran Tra Kieu, aliran seni yang berkembang antara abad ke-10 sampai abad ke-11 Masehi. Dalam bahasa Sanskerta, kata Detya (Sanskerta: ; Daitya) secara harfiah berarti

"keturunan Diti." Dalam mitologi Hindu, Detya adalah sejenis makhluk jahat/sebangsa raksasa, keturunan Diti dan Bhagawan Kasyapa. Para Detya sering bertikai dengan para Aditya, atau para dewa, meskipun mereka merupakan saudara seayah. Detya yang terkenal adalah Hiranyaksa, Hiranyakasipu, dan Mahabali. Kadangkala, mereka juga disebut Asura.

Seorang dewata didampingi dua apsara yang tengah memegang kamandalu (kendi) dan bunga utpala (teratai biru), candi Wishnu Prambanan Kinnara berjenis kelamin wanita disebut Kinnari. Kinnari berwujud wanita cantik dari kepala sampai pinggang, namun bagian tubuh ke bawah berwujud angsa. Mereka pandai bersyair, memainkan alat musik, dan menari. Mitologi tentang Kinnara banyak muncul di wilayah Asia Tenggara, khususnya yang mendapat pengaruh Hindu dan Buddha, seperti Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Indonesia. Di candi Borobudur, Indonesia, terdapat relief yang menggambarkan Kinnara. Relief Kinnara juga dapat ditemukan di candi Mendut, Pawon, Sewu, Sari, dan Prambanan.

Patung Kinnari di krematorium kerajaan di Sanam Luang, Thailand.

Ukiran Kinnara dan Kinnari pada sebuah pintu di suatu kuil di Chiang Mai, Thailand.

Relief Kinnari dari Kamboja (sekitar abad XII-XIII). Disimpan di Museum Guimet, Paris, Perancis.

Patung Kinnari pada suatu pilar di Istana Kerajaan Kamboja.

Makara dalam mitologi Hindu, adalah makhluk yang berwujud ikan berkepala gajah, seperti yang sering dilukiskan dan dipahatkan dalam candi-candi di Indonesia, khususnya di Bali dan Jawa. Orang Bali menyebutnya gajahmina, yang secara harfiah berarti "ikan gajah". Kadangkala Makara dilukiskan sebagai makhluk berwujud separuh kambing dan separuh ikan seperti simbol Kaprikornus dalam zodiak. Dalam kitab-kitab suci umat Hindu, Makara adalah makhluk yang menjadi kendaraan Dewa Baruna dan Dewi Gangga. Nandini (Sansekerta: , "yang menyenangkan") adalah seekor lembu betina. Lembu

ini dipakai sebagai wahana Batara Siwa. Nandini juga melambangkan sebagai lembu kekayaan, milik Bagawan Wasista, konon terlahir dari Surabhi, sang lembu kemakmuran yang muncul ketika samudra diaduk. Nama lain Nandini yang dikenal di Indonesia adalah Andini dan Handini. Patungnya ada di Candi Prambanan. Lembu Nandini dikenal mempunyai sifat tak kenal takut. Nama Nandini juga umum dipakai untuk nama perempuan di India dengan harapan agar yang diberi nama akan menjadi kuat. Dan juga sering digunakan sebagai nama anak perempuan di dalam suku Jawa.

Pisaca, dalam mitologi Hindu, adalah setan pemakan daging. Asal mulanya tidak diketahui secara pasti tapi beberapa orang percaya bahwa Pisaca diciptakan oleh Brahma. Legenda lainnya menggambarkan Pisaca sebagai putra Kroda. Mereka dipercaya memiliki kulit gelap dengan urat menonjol dan mata berwarna merah. Mereka memiliki bahasa sendiri yang disebut Paisaci. Pisaca menyukai kegelapan dan menghantui pemakaman bersama dengan hantu-hantu lainnya seperti Bhuta dan Vetal. Pishacha bisa berubah wujud sekehendak hatinya dan bisa menjadi tak terlihat. Terkadang Pishacha merasuki manusia dan menyebabkan kegilaan. Mantra tertentu mampu menyembuhkan korban yang diserang oleh Pisaca, sekaligus mengusir Pisaca. Untuk menjauhkan Pisaca, dalam upacara dan festival tertentu diberikan persembahan untuk Pisaca.

Raksasa (mitologi Hindu dan Buddha)

Rakshasa atau iblis yang dilukiskan dalam Yakshagana, sebuah seni populer dari Karnataka Dalam mitologi Hindu dan Buddha, Rakshasa (Sanskerta: ; rkasa) adalah bangsa

makhluk jahat atau orang-orang berjiwa jahat. Kata raksasa berarti kekejaman, lawan kata

dari raksha (sentosa). Mereka adalah bangsa pemakan daging manusia atau kadang-kadang sebagai bangsa kanibal. Kuda utama Dalam mitologi Hindu, kuda Uccaihsrawa dianggap sebagai kuda yang paling utama (istimewa) di antara segala jenis kuda. Hal itu antara lain tersirat dalam sebuah sloka dari kitab Bhagawadgita (bab 10 sloka 27): Asal-usul Pada zaman Satyayuga, para dewa, raksasa dan asura berunding untuk mendapatkan tirta amerta, yaitu minuman kekekalan. Oleh saran Dewa Wisnu, para dewa dan raksasa pergi ke Kirrawa (Kesirarnawa, atau "lautan susu") untuk mencari tirta amerta. Cara mendapatkannya adalah dengan mengaduk Kirrawa. Gunung Mandara dari Sangkadwipa dipakai sebagai tongkat pengaduk, sedangkan naga Wasuki melilit gunung tersebut agar gunung itu bisa diputar bersama-sama oleh para dewa dan raksasa. Setelah mengaduk setelah sekian lama, timbulah racun. Karena Dewa Siwa tanggap, maka semua racun tersebut diminum sehingga lehernya menjadi biru (Nilakhanta). Akhirnya, munculah makhluk beserta harta karun dari hasil pengadukan tersebut, yaitu permata Kastubha, Dewi Laksmi, gajah putih bernama Airawata, kuda putih yang bernama Uccaihsrawa, dan lain-lain. Ekor yang hitam Berita mengenai kemunculan kuda Uccaihsrawa tersiar sampai ke telinga Dewi Winata dan Kadru, istri Resi Kasyapa. Dewi Kadru berkata bahwa kuda Uccaihsrawa berbulu putih namun berekor hitam, sedangkan Dewi Winata berkata bahwa kuda Uccaihsrawa berwarna putih belaka. Hal itu kemudian menjadi perdebatan, sehingga mereka bertaruh bahwa siapa yang salah harus menjadi budak yang menang. Lalu Dewi Kadru bercerita kepada anaknya yaitu para naga, bahwa ia bertaruh dengan Dewi Winata tentang warna kuda Uccaihsrawa. Saat ibunya berkata bahwa kuda itu berwarna putih dan berekor hitam, para naga kaget karena ibunya akan kalah sebab mereka melihat bahwa kuda itu berwarna putih saja, tidak berekor hitam.

Dewi Kadru yang cemas lalu menyuruh anak-anaknya untuk menyembur ekor kuda Uccaihsrawa dengan bisa supaya berwarna hitam. Namun putera-puteranya menolak sebab perbuatan tersebut dinilai curang. Akhirnya Dewi Kadru mengutuk putera-puteranya agar mereka dan keturunannya mati pada saat upacara Sarpahoma (Sarpa Yaja) yang akan diselenggarakan oleh Maharaja Janamejaya. Tetapi para naga bersedia juga menciprati ekor kuda Uccaihsrawa dengan bisa supaya menjadi hitam. Keesokan harinya, Dewi Kadru dan Winata datang untuk menyaksikan warna kuda Uccaihsrawa. Berkat usaha para naga, Dewi Kadru memenangkan taruhan sehingga Dewi Winata diperbudak. alam mitologi Hindu, Wanara (Sanskerta: ; Vnara) berarti "manusia berekor monyet".

Istilah ini sangat terkenal untuk merujuk kepada ras manusia-kera dalam wiracarita Ramayana yang memiliki sifat gagah berani dan selalu ingin tahu. Istilah Wanara juga bisa merupakan kependekan dari "Wana-nara" (manusia (nara) yang hidup di hutan (wana)). Wiracarita Mahabharata menggambarkan mereka sebagai suku yang hidup di tengah-tengah hutan. Mereka dijumpai oleh Sadewa, seorang jendral Pandawa yang memimpin kampanye militer ke India Selatan. Menurut Ramayana, para Wanara umumnya tinggal di Kiskenda yang di masa sekarang terletak di wilayah India Selatan, di tengah hutan Dandaka, dimana Sri Rama menjumpai mereka saat berpetualang mencari Sita. Para wanara menolong Rama mencari Sita, dan juga turut bertarung melawan Rahwana, sang penculik Sita. Seperti yang digambarkan dalam wiracarita, ciri-ciri wanara misalnya suka bersenangsenang, kekanak-kanakan, ringan tangan, suka bercanda, hiperaktif, gemar berpetualang, jujur nan polos, setia, berani, dan ramah. Mereka lebih pendek daripada tinggi manusia pada umumnya dan tubuh mereka ditutupi oleh bulu yang cerah, umumnya berwarna cokelat. Wanara yang terbesar dan terkenal adalah Hanoman, abdi setia Sri Rama, dan merupakan inkarnasi dari Dewa Siwa. Beberapa wanara terkenal lainnya adalah Anjani (ibu Hanoman), Sugriwa, Subali, Nila dan Anggada.

Kaitan antara makhluk mitologi dengan bidang interior umumnya terjadi pada bangunan keagamaan seperti candi, gereja, dan pura. Namun untuk interior masyarakat pada umumnya, tidak banyak yang menekankan dan mendasarkan perencanaan ruang dari makhluk mitologi baik makluk mitologi yang bersifat keagamaan atau pu kepercayaan. Hal ini disebabkan karena tidak semua masyarakat umum mengalami dan menghayati kehadiran makhluk mitologi secara kental, apalagi di masa modern sekarang, makhluk-makluk tersebut mulai di tinggalkan dan dilupakan. Namun sebenarnya sangatlah perlu bagi desainer untuk mengetahui tentang makhluk mitologi sebagai dasar pertimbangan agar desain yang dihadirkan lebih kaya, tidak general(umum, biasa saja), lebih original apabila dibutuhkan, dan mengandung nilai luhur, karena masyarakat Indonesia khususnya, sangat menghormati kepercayaan asli yang sangat menghormati dan menjunjung tinggi makhluk-makhluk mitologi. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada permintaan rancangan interior berdasarkan makhluk mitologi ini, baik bagaimana cara menyembah mereka, ataupun anjuran dan larangannya.

Anda mungkin juga menyukai