Anda di halaman 1dari 6

Seni Karawitan Jawa

A. Definisi
a. Pengertian Seni
Seni berasal dari bahasa Sansekerta, sani yang berarti pemujaan, persembahan dan
pelayanan. Kata tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian.
Menurut Ensiklopedia Indonesia, seni merupakan ciptaan segala hal karena keindahannya
orang senang melihat atau mendengarkannya. Prof. Drs. Suwaji Bastomi menyatakan bahwa
seni adalah aktivitas batin dengan pengalaman estetis yang dinyatakan dalam bentuk agung,
mempunyai daya untuk membangkitkan rasa takjub dan haru.
b. Pengertian Karawitan Jawa
Prawiroatmojo (1985:134) menyatakan bahwa istilah karawitan mencapai popularitas di
masyarakat seperti sekarang ini, dalam kehidupan sehari-hari, khusunya lingkungan daerah
Jawa Tengah dan Yogyakarata, sudah sering terdengar kata rawit yang artinya halus dan
indah-indah. Begitu pula sudah terdengar kata ngrawit yang artinya suatu karya seni yang
memiliki sifat-sifat yang halus, rumit dan indah (Soeroso:1985;1986).
Dalam definisinya Suhastjarja (1984) menyatakan seni karawitan adalah musik Indonesia
yang berlaras nondiatonic (slendro dan pelog) yang garapan-garapannya sudah menggunakan
sistim notasi, ritme, warna suara, memiliki fungsi, sifat pathet dan aturan garap dalam bentuk
instrumenlia, vokalis dan campuran, enak didengar baik untuk dirinya dan orang lain.
Seni karawitan Jawa juga dikenal sebagai seni gamelan. Karena alat-alat yang dipakai
merupakan unsur satu kesatuan yang disebut gamelan. Masyarakat Jawa telah mengenal
istilah gamelan saat istilah tersebut telah disebutkan dalam beberapa kakawin Jawa Kuno.
Arti gamelan itu sendiri masih dalam parduga-praduga dan memiliki definisi yang berbeda.
Menurut Trimanto (1984) menyatakan gamelan adalah suatu benda hasil dari benda itu
digembel-gembel atau dipukul-pukul. Bagi masyarakat Jawa, gamelan memiliki fungsi
estetika yang berkaitan dengan nilai sosial, moral dan spiritual.
Dari beberapa pengertian diatas dalam diambil suatu garis besar yakni seni karawitan
Jawa adalah seni musik bersifat rumit yang menyajikan keindahan bunyi berlaraskan slendro
dan pelog yang diiringi dengan alat musik pukul gamelan dan memiliki fungsi estetika yang
berkaitan dengan nilai sosial, moral dan spiritual bagi masyarakat penikmatnya khususnya
masyarakat Jawa.
B. Unsur-unsur Karawitan Jawa
a. Jenis-jenis Karawitan Jawa
Dalam seni karawitan Jawa atau gamelan, ada beberapa jenis karawitan yang biasa
digunakan baik untuk menampilkan karya solo atau mengiri wayang, yaitu:
1. Karawitan Vokal (Sekar)
Karawitan vokal adalah karawitan yang mengutamakan unsur vokal dalam
penyajiannya. Sekar adalah pengolahan vokal yang khusus dilakukan untuk
menimbulkan rasa seni yang erat hubungannya dengan indera pendengaran.
Karawitan vokal erat bersentuhan dengan nada, bunyi atau alat-alat pendukung
lainnya yang selalu berdampingan.

2. Karawitan Instrumen (Gendhing)


Jika karawitan sekar mengutamakan vokal sebagai penyajinya, karawitan
gendhing mengutamakan unsur instrumen atau alat musik dalam penyajiaannya. Alat
musiknya dapat berupa gong, gender, saron, demung, rebab dan lainnya.
3. Karawitan Instrumen dan Vokal (Sekar Gendhing)
Karawitan jenis ini menggunakan unsur vokal dan musik dalam penyajiannya.
Dalam penyajiaannya karawitan sekar gending menyajikan unsur keduanya dengan
menjadi satu-kesatuan yang utuh sehingga menghasilkan permainan vokal dan musik
dengan unsur keindahan atau estetika.
b. Perangkat Karawitan Jawa (Gamelan)
Gamelan Jawa dapat dibedakan menjadi dua laras (tangga nada) yaitu slendro dan pelog.
Menurut mitologi Jawa, gamelan slendro usianya lebih tua daripada gamelan pelog. Slendro
memiliki lima nada per oktaf (1 2 3 5 6) sedangkan pelog memiliki nada tujuh per oktaf yaitu
(1 2 3 4 5 6). Seperangkat gamelan biasanya terdiri dari beberapa alat musik. Dalam sebuah
karawitan biasanya terdapat minimal 15 instrumen yang berbeda. Alat-alat tersebut utamanya
terbuat dari perunggu, logam dan besi. Namun ada juga alat musik yang terbuat dari kayu,
bambu dan kulit binatang. Seperangkat alat musik gamelan harganya dapat mencapai ratusan
juta jika terbuat dari perunggu. Namun harganya dapat menjadi puluhan juta jika terbuat dari
besi. Pada umumnya alat musik gamelan terdiri dari:
1. Kendhang
Alat musik ini terbuat dari kulit sapi atau kambing. Kendhang berfungsi untuk
mengatur irama sekaligus pemimpin dalam mengatur tinggi-rendah dan naik-turun
irama saat memainkan musik gamelan. Cara memainkan alat musik ini dipukul
dengan tangan. Kendhang dibagi menjadi tiga jenis yakni kendhang kecil yang
disebut ketipung, lalu kendhang menengah yang disebut ciblon atau kebar, dan yang
terakhir jenis kendhang biasa disebut kendhang kalih. Untuk bermain kendhang,
dibutuhkan pemainnya yang sudah ahli dan profesional dalam mendalami musik
gamelan. Kendhang dimainkan dengan perasaan naluri si pemain dan dengan aturaaturan yang berlaku.
2. Demung, Saron dan Peking
Alat-alat ini berbentuk bilahan dengan enam atau tujuh bilah (satu oktaf)
ditumpangkan pada bingkai kayu (yang diukir) dan juga berfungsi sebagai resonansi.
Ketiga alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul dengan menggunakan kayu.
Dalam permainan musik gamelan, ketiga alat musik ini berfungsi sebagai pelaksana
irama. Demung memiliki ukuran besar dan beroktaf tengah. Alat ini memainkan
balungan gendhing dalam wilayahnya yang terbatas, umumnya satu perangkat
gamelan mempunya satu atau dua demung. Sedangkan saron berukuran sedang dan
beroktaf tinggi. Seperti demung, saron barung memainkan dalam wilayahnya yang
terbatas. Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, dua saron memainkan lagu jalin
menjalin tempo yang bertempo cepat. Seperangkat gamelan memilikin dua saron
tetapi ada yang memiliki lebih dari dua saron. Lalu saron yang paling kecil dan
beroktaf paling tinggi adalah peking. Saron penerus atau peking ini memainkan
tabuhan rangkap dua atau rangkap empat lagu. Pemukul yang digunakan sedikit
berbeda dengan saron dan demung.

3. Gong dan Kempul


Gong berfungsi sebagai penanda permulaan dan akhiran gendhing dan memberi rasa
keseimbangan setelah berlalunya kalimat lagu gendhing yang panjang. Gong sangat
penting sebagai penanda berakhirnya suatu lagu, karena semua instrumen akan mulai
dan berhenti ketika gong dibunyikan. Ada dua jenis gong yakni gong ageng (besar)
dan gong suwukan atau siyem yang berukuran sedang. Sedangkan kempul menandai
aksen-aksen penting dalam kalimat lagu gendhing. Dalam hubungannya dengan
gendhing, kempul bisa memainkan nada yang sama dengan nada balungan, kadangkadang kempul mendahului nada balungan berikutnya. Dalam gamelan kempul juga
memiliki tangga nada, yang cara mainnya dilakukan bersama mengikuti tangga nada
lagu yang beriringan dengan gong.
4. Bonang
Bonang dibagi menjadi dua jenis yakni bonang barung dan penerus. Perbedaannya
terletak pada ukuran dan cara memainkannya. Apabila dilihat dari fungsinya, bonang
barung berfungsi sebagai pembuka dan menuntun alur lagu gendhing, sedangkan
bonang penerus sebagai penghias irama lagu yang saling beriringan dengan bonang
sarung. Bonang penerus memiliki tujuh tangga nada yang dibagi dalam dua bagian
nada. Dua bagian tersebut nantinya dipukul bersama yang cara memainkannya
mendahului permainan saron, demung dan peking. Namun dalam bonang penerus,
cara memainkannya dua kali lipat lebih cepat dari bonang penerus dan menghasilkan
suara yang lebih tinggi dari bonang sarung.
5. Slenthem
Menurut konstruksinya, slenthem termasuk keluarga gender. Slenthem terkadang
disebut dengan gender panembung, bilahan pada slenthem sebanyak bilahan pada
saron. Slenthem beroktaf paling rendah dalam kelompok instrumen saron. Slenthem
memainkan lagu balungan dalam wilayahnya yang terbatas.
6. Kethuk dan kenong
Kenong merupakan satu set instrumen mirip gong berposisi horisontal, ditumpangkan
pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Intrumen ini adalah instrumen kedua
paling penting setelah gong karena fungsinya sebagai penggaris bawah struktur
gendhing, kenong juga berhubungan dengan lagu gendhing. Selainitu, kenong dapat
memainkan nada yang sama dengan nada balungan, kenong dapat juga mendahului
nada balungan berikutnya untuk menuntun alun lagu gendhing. Kethuk serupa dengan
kenong, fungsinya pun sama. Kethuk dan kenong selalu bermain jalin menjalin,
perbedaannya terletak pada irama bermainnya saja. Kethuk lebih dituntut untuk
mengikuti instrumen lain seperti saron, demung, peking dan gong.
7. Gender
Instrumen ini terdiri dari dua jenis yakni gender barung dan penerus. Gender terdiri
dari bilah-bilah metal ditegangkan dengan tali diatas bumbung-bumbung resenator.
Cara memainkan gender dapat dikatakan cukup sulit. Karena dalam memainkannya
butuh kepiawaian antara tangan untuk memegang dan memukul. Biasanya gender
dimainkan oleh orang sudah profesional dalam hal gamelan. Fungsi gender adalah
sebagai piano atau harmonika dalam gamelan.
8. Gambang

Gambang terbuat dari bilah-bilah kayu yang dibingkai pada gerobongan berfungsi
sebagai resonator. Gambang dimainkan dengan tabuh berbentuk bundar dengan tabuh
berbentuk bundar bertangkai panjang biasanya dari tanduk. Kebanyakan gambang
memainkan gembyangan (oktaf) dalam gaya pola-pola lagu dengan ketukan ajeg.
9. Rebab
Instrumen ini berupa instrumen yang cara memainkannya digesek. Rebab terbuat dari
kayu yang kemudian dibentuk seperti bentuk hati yang tertutup dan diatasnya terdapat
kawat melintang. Rebab diakui sebagai pemimpin sebuah lagu dalam ansambel,
terutama dalam tabuhan lirih. Pada kebanyakan gendhing-gendhing, rebab
memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras dan pathet yang
akan dimainkan.
10. Siter
Siter merupakan bagian ricikan gamelan yang sumber bunyinya adalah string (kawat)
yang cara memainkannya dengan dipetik. Jenis instrumen ini dilihat dari bentuk dan
warna bunyinya ada tiga macam yaitu siter penerus dan clempung. Dalam penyajian
karawitan klenengan tdan iringan wayang, siter berfungsi sebagai pangrengga lagu.
11. Suling
Jenis instrumen lainnya yang juga berfungsi sebagai pangrengga lagu adalh suling.
Cara memainkannya dengan ditiup. Dalam tradisi karawitan ada dua jenis suling yaitu
bentuk suling yang berlaras slendro yang memiliki lubang empat hampir sama
jaraknya,sedangkan yang berlaras pelog memiliki lima lubang jarak yang berbeda.
C. Filosofi yang Terkandung dalam Seni Karawitan Jawa
Sebagai seni suara, seni karawitan Jawa tak hanya sebagai unsur seni musik belaka
namun juga mengandung nilai-nilai di dalamnya. Masyarakat Jawa juga memaknai seni
karawitan atau gamelan ini dengan makna yang amat dalam. Setiap alat musik memiliki
filosofi masing-masing. Tak hanya itu lancaran atau syair-syair yang disajikanpun syarat
dengan arti. Oleh karena itu seni gamelan ini merupakan salah satu warisan nenek moyang
yang amat dijaga sampai sekarang. Adapun nilai dalam seni karawitan itu sendiri, yaitu:
Nilai estetika
Gamelan yang lengkap ditabuh oleh 10-15 penabuh atau niyaga. Kaitannya dalam hal
ini dari alat musik yang berbeda dengan dimainkan secara keseleruhan, akan
menghasilkan suara yang harmonis dan dinamis sehingga akan memunculkan estetika
keindahan suara di dalamnya, suara yang unik yang menimbulkan rasa nyaman bagi
penikmatnya.
Nilai historis
Sebagai warisan dari leluhur yang telah diturunkan pada generasi sebelumnya. Seni
karawitan ini juga memiliki sejarah yang panjang. Perkembangan yang ada sampai
sekarang telah menyimapan sejarah yang dapt memberikan pelajaran pada pelaku dan
penikmatnya untuk selalu terus menjaga budaya bangsa.

Nilai budaya

Nilai budaya yang dapat diambil dari karawitan adalah telah dikenalnya budaya ini
selama sebelum pengaruh Hindhu dan Budha masuk, yang sampai saat inipun masih
diakui dan dinikmati keberadaannya oleh masyarakat.
Nilai spiritual
Nilai spiritual merupakan nilai tertinggi dan bersifat mutlak karena bersumber pada
Tuhan Yang Maha Esa. Menurut sejarahnya, gamelan dahulu kala dijadikan sebagai
sarana pengiring upacara keagamaan diman berfungsi sebagai pengiring umat untuk
mengakui keesaan tuhannya. Dlam perkembangannya Islam di Jawa, gamelan
merupakan sarana akulturasi antara nilai yang terkandung dalam pesan budaya dengan
nilai Islam. Syair-syair yang terdapat dalam karawitan juga menunjukkan adanya
pemahaman nasihat-nasihat yang berhubungan dengan agama. Bahkan salah seorang
sunan yakni Sunan Bonang, memakai alat musik gamelan Bonang dalam
menyebarkan agama Islam.
Nilai demokrasi
Seni karawitan juga mengandung nilai demokratis. Hal ini dapat dilihat dari peranan
setiap alat musik yang ada di dalamnya. Contohnya kendhang sebagai pemimpin dan
pengendali disini terdapat peran pengaturan yang dianalogikan sebagai eksekutif.
Sementara gong sebagai tanda pemberhentian atau pengawasan terhadap jalannya
permainan yang dianalogikan sebagai yudikatif. Sedangkan kenong adalah legislatif
yang mewakili perangkat lainnya.
Nilai sosial
Dalam permainan gamelan, nilai sosial dapat diambil dari kerjasama dan toleransi
antar pemain yang berusaha menyatukan berbagai jenis alat musik dengan saling
mengikuti aturan yang ada secara bersama-sama.
Nilai psikologis
Nilai psikologis yang terkandung dalam karawitan yakni dengan tumbuhnya rasa
kesetiakawanan, tegur sapa halus, tingkah laku sopan dan meresapnya gendhinggendhing halus dalam jiwa sehingga dapat menimbulkan kemurnian seseorang dalam
mengolah rasa.

D. Apresiasi Terhadap Seni Karawitan Jawa


Menurut pendapat saya, selama saya menempuh mata kuliah Seni Karawitan ini saya
merasa hal ini menyenangkan selain ingin mempelajari budaya sendiri, saya juga ingin
mendapatkan ilmu dalam seni gamelan ini. Awalnya saya ingin belajar seni karawitan karena
ketertarikan suaranya. Sampai saat ini saya masih hanya bisa memainkan saron dan demung
karena cara memainkannya cukup mudah. Namun, saya ingin menguasai semuanya akan
tetapi karena keterbatasan waktu yang dimiliki saya rasa hal itu cukup sulit bagi saya.
Mengingat ada beberapa alat musik yang memerlukan kebutuhan khusus, saya rasa cukup
saja kiranya saya menguasai itu namun saya ingin mempelajarinya di luar kelas. Tetapi
karena keterbatasan informasi tempat pembelajaran dan kendaraan, saya rasa belajar di
kampus juga sudah cukup.
Dari semua itu saya sudah mendapatkan banyak hal seperti rasa toleransi, kerjasama juga
olah batin dan rasa. Seni gamelan atau karawitan ini memang memberikan pengaruh yang
dalam bagi setiap individu. Karena pada dasarnya seni ini mengutamakan olah rasa dan
kepekaan terhadap individu satu dan lainnya.

Sebagai mahasiswa yang sedang menempuh jurusan Sastra Jepang, menurut saya seni
karawitan dan Sastra Jepang saling berkaitan erat dengan budaya. Apalagi sebagai kesenian
khas Indonesia, seni karawitan ini sudah terkenal di mancanegara salah satunya Jepang. Di
beberapa perguruan tinggi di Jepang seni karawitan menjadi salah satu mata kuliah pilihan.
Terdapat banyak orang Jepang yang mempelajarinya. Seni karawitan bagi orang Jepang
menarik, karena terbukti banyak dari mereka yang menempuh pendidikan di Indonesia untuk
mempelajari gamelan. Dalam hal kebudayaan, seni karawitan ini juga dapat menjadi sumber
rasa persatuan dari dua negara saat memainkannya. Sebagai contoh apabila ada beberapa
orang Indonesia dan Jepang memainkan gamelan secara bersama-sama, maka akan timbul
rasa toleransi, saling menghormati dan menimbulkan kerjasama yang baik antar keduanya.
Uraian diatas merupakan pendapat saya tentang seni karawitan apabila dikoneksikan dengan
Sastra Jepang. Kaitannya dengan ini saya berharap bahwa saya dapat memperkenalkan
budaya ini melalui bahasa dan dengan kemampuan yang saya miliki.

Anda mungkin juga menyukai