Anda di halaman 1dari 3

Arca Buddha

Seperti kita ketahui, arca merupakan patung yang dibuat untuk keperluan ritual
keagamaan. Arca bercorak Buddha yang ditemukan berupa arca Sang Buddha Gautama
dan arcadewa-dewi perwujudan Buddha atau boddhisatwa, seperti arca Prajnaparamita.

Arca Buddha tertua ditemukan di Sikendeng, Sulawesi. Arca yang terbuat dari perunggu
ini diperkirakan buatan sekolah seni Amarawati, India. Anehnya, di daerah ini tidak
ditemukan candi.

Arca Buddha yang ditemukan pada candi, umumnya dalam posisi duduk atau setengah
bersila dengan satu kaki dilipat dan tangannya melakukan mudra. Mudra merupakan
sikap tangan Buddha yang menunjukkan Sang Buddha itu sedang apa. Seperti sedang
memberi anugerah, sedang bersemedi, sedang memberi pelajaran, dan lainnya.

Menurut penelitian, arca Buddha memiliki ciri-ciri, antara lain: hidungnya mancung,
cuping telinga lebar dan panjang, bahunya lebar, rambut ikal disanggul ke atas, ekpresi
wajahnya damai, matanya sedikit terbuka dengan tatapan ke bawah
Candi Dieng

Candi Dieng terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi
Jawa Tengah. Candi Dieng bercorak agama Hindu, yang dibangun sekitar abad VIII-XI Masehi.
Candi Dieng dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok, yaitu
sebagai berikut :

Candi kelompok utara, yaitu


Parikesit dan Dwarawati.

Candi kelompok tengah, yaitu


Arjuna, Srikandi, Puntadewa,
Sembadra, dan Semar. Kelompok
candi ini disebut kelompok Candi
Pandawa.

Candi kelompok barat, yaitu Setyaki, Antareja, Petruk, Gareng, Sadewa, dan Gatotkaca.

Candi kelompok timur, yaitu Abiyasa dan Pandu.

Candi kelompok selatan, yaitu Bima.

Untuk candi sebelah utara sudah tidak utuh, candi kelompok barat pun sudah tidak utuh, kecuali
Candi Gatotkaca.
Candi Cetho merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan masa akhir
pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama mengenainya dibuat oleh Van de
Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi
(penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas
Purbakala Hindia Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi
ini memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa
Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400m di atas
permukaan laut.

Ciri-cirinya:

Pada keadaannya yang sekarang, Candi Cetho terdiri dari sembilan tingkatan berundak. Sebelum
gapura besar berbentuk candi bentar, pengunjung mendapati dua pasang arca penjaga. Aras
pertama setelah gapura masuk merupakan halaman candi. Aras kedua masih berupa halaman dan
di sini terdapat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur masyarakat Dusun Cetho.

Anda mungkin juga menyukai