Anda di halaman 1dari 3

Physical literacy berasal dari Bahasa Inggris yang belum ditemukan istilahnya dalam Bahasa

Indonesia. Beberapa pakar di Indonesia menggunakan istilah yang berbeda-beda dalam


mendefinisikan physical literacy. Seperti istilah literasi fisik, literasi jasmani, melek fisik,
maupun melek jasmaniah. Istilah ini muncul pada awal abad 21 tepatnya tahun 2004 saat
UNESCO menyatakan latar belakang dan pendefinisian tentang literasi. Menurut UNESCO,
literasi didefinisikan lebih dari sekedar kegiatan membaca dan menulis. Literasi adalah
tentang bagaimana berkomunikasi sosial dan ini mencakup pada praktek dan hubungan sosial
sebagaimana pengetahuan, bahasa, dan budaya. Menurut Margaret Whitehead, physical
literacy adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi, mencipta,
merespon secara efektif, dan mengkomunikasikan menggunakan dimensi ketubuhan manusia
dalam cakupan luas situasi dan konteks (Widodo, 2018). Physical literacy adalah konsep
multidimensional dimana para ahli sepakat bahwa istilah ini memiliki beberapa komponen
definisi. Physical literacy dapat memberikan gambaran yang kuat untuk mengetahui gerakan
yang ada kaitannya dengan aktivitas fisik dan hasil keterampilan motorik, konteks
lingkungan, dan proses pembelajaran sosial dan afektif yang lebih luas (Cairney et al., 2019).
Seseorang yang melek fisik berarti insan tersebut merupakan insan yang cerdas dan terdidik
dalam hal yang berkaitan dengan jasmani/badan/tubuhnya. Individu tersebut mampu
melakukan berbagai aktivitas dalam kehidupannya yang sebagian besar membutuhkan
aktivitas jasmani tersebut dengan percaya diri, kompeten, efektif, efisien, serta optimal
(Widodo, 2018).
Physical literacy merupakan muara dari Pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani. Made
Pramono dalam Agung Widodo memaparkan sebuah konsep literasi jasmani dalam/melalui
Pendidikan jasmani. Ada 3 perspektif yang diajukan sebagai objek formal Pendidikan yaitu:
jasmani yang dididik, jasmani sebagai medium proses mendidik, dan jasmani yang mendidik
(Widodo, 2018). Suatu keadaan ketika siswa melek jasmani dan cerdas akan jasmaninya,
sehat, bugar, aktif dan kreatif menggunakan potensi jasmani dalam bentuk geraknya,
sehingga gerak dari potensi jasmaniahnya itu mengantarkan siswa menjadi mandiri, sejahtera,
dan bekualitas hidupnya. Pendidikan jasmani perlu diarahkan pada proses belajar agar siswa
terdidik secara jasmaniah dan cerdas jasmaniah. Proses dan arah ini memerlukan langkah-
langkah pedagogik yang cermat, yaitu ketika seni dan ilmu mengajar mengantarkan siswa
belajar kearah siswa terdidik secara jasmaniah. Profesi guru pendidikan jasmani pun
mendapat tantangan berat untuk memperoleh pengakuan profesi terkait kependidikan ketika
olahraga dalam segala kontribusi dari berbagai subdisiplin ilmu, politik dan ekonomi semakin
menarik untuk dikembangkan kedalam kajian Sport Science (Abduljabar, 2018).
(Cairney et al., 2019)
Abduljabar, D. B., & Pd, M. (2018). RE-ORIENTASI PENDIDIKAN JASMANI
KEDALAM PERSPEKTIF KEPENDIDIKAN DAN KEMANUSIAAN: MERAIH
BELAJAR SISWA MENGANTAR TERDIDIK JASMANIAH SISWA. 18.

Cairney, J., Dudley, D., Kwan, M., Bulten, R., & Kriellaars, D. (2019). Physical Literacy,
Physical Activity and Health: Toward an Evidence-Informed Conceptual Model.
Sports Medicine, 49(3), 371–383. https://doi.org/10.1007/s40279-019-01063-3

Widodo, A. (2018). MAKNA DAN PERAN PENDIDIKAN JASMANI DALAM


PEMBENTUKAN INSAN YANG MELEK JASMANIAH/TER-LITERASI
JASMANIAHNYA. Motion: Jurnal Riset Physical Education, 9(1), 53–60.
https://doi.org/10.33558/motion.v9i1.1432

Anda mungkin juga menyukai