Anda di halaman 1dari 3

Kitab Negarakertagama

Kitab Negarakertagama atau yang juga disebut dengan Kakawin Negarakertagama


pada dasarnya memiliki judul asli Desawarnana.Siapa Pengarang Kitab ini? kitab
negarakertagama dikarang oleh Mpu Prapanca , yang menjadi sumber sejarah yang begitu
dipercaya.Kitab negarakertagama yang ditulis oleh empu prapanca pada masa
pemerintahan kerajaan Majapahit masih berdiri di bawah pemerintahan Sri Rajasanagara,
atau yang biasanya dikenal dengan nama Hayam Wuruk.Kitab Negarakertagama ini
menceritakan banyak hal yang memiliki peranan penting, diantaranya adalah istilah raja –
raja Majapahit, keadaan kota Raja, upacara Sradha, Candi Makam Raja, wilayah kerajaan
Majapahit, negara – negara bawahan Majapahit, dan hal – hal yang lainnya.

a . Arti Nama Kitab Negarakertagama

Nama kitab Negarakertagama atau Kakawin Negarakertagama ini adalah memiliki seniman
sebagai negara dengan tradisi (agama) yang suci.Nama Negarakertagama sendiri tidak
ditemukan dalam Kakawin Negarakertagama . Setidaknya ada pada pupuh 94/2, Prapanca
menyebutkan bahwa ciptaannya Dewacawarnana atau pun penjelasan tentang desa –
desa.Akan tetapi nama yang telah diberikan oleh pengarangnya itu terbukti sudah dilupakan
banyak orang.Sampai saat ini Kakawin Negarakertagama terserbut biasanya disebut sebagai
Negarakertagama . Nama dari kata Negarakertagama ini adalah tambahan dari penyalin
Arthapamasah di bulan Kartika di tahun Saka 1662, tepatnya pada tanggal 20 Oktober 1740
Masehi. Negarakertagama sendiri disalin dengan huruf Bali pada Kancana.Selain hal itu, juga
penting pula untuk diketahui bahwasannya dalam naskah kitab Negarakertagama ini selesai
ditulis di bulan Aswina tahun Saka 1287, yang mana kala itu bertepatan dengan bulan
September – Oktober 1365 Masehi.
Penulisan kitab atau Kakawin Negarakertagama tersebut menggunakan nama Prapanca
sebagai nama samarannya, berdasarkan hasil dari penelitian kesejarahan yang sudah
dilakukan, diketahui bahwasannya penulisan dari naskah pada kitab Negarakertagama ini
adalah Dang Acarya Nadendra, yang merupakan salah seorang mantan petinggi urusan
agama Buddha di istana Majapahit.Ia menyelesaikan naskah kitab Negarakertagama
tersebut di usia senja dalam pertapaannya di lereng pegunungan yang ada di sebuah desa
yang bernama Kamalasana.Hingga kini biasanya diketahui pujangga, yakni Mpu Prapanca,
seorang yang menulis naskah kitab Negarakertagama .
b.Sejarah Kitab Negarakertagama
Kitab Negarakertagama , atau yang juga disebut dengan Kakawin Negarakertagama seperti
yang sudah kami bahas di awal memiliki judul asli Desawamana.kitab Negarakertagama
yang ditulis oleh Mpu Prapanca, yang merupakan sumber sejarah yang dulu sangat
dipercaya.Kitab Negarakertagama sendiri ditulis di masa kerajaan Majapahit masih berdiri di
bawah pemerintahan Sri Rajasanagara, atau yang biasanya dikenal juga dengan nama
Hayam Wuruk.Kitab Negarakertagama tersebut juga menceritakan ada banyak hal – hal
yang memiliki peranan penting antara lain tentang istilah raja – raja Majapahit, Candi
Makam Raja, keadaan kota Raja, upacara Sradha, negara – negara yang ada di bawah
kerajaan Majapahit, wilayah kerajaan Majapahit, dan hal – hal lainnya.
c.Isi Kutab Negarakertanegara
Kitab Negarakertagama ini menceritakan tentang bagaimana keadaan yang tengah terjadi di
keraton, atau kerajaan Majapahit di masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk. Ia adalah
seorang raja yang agung di tanah Jawa dan juga di Nusantara.Prabu Hayam Wuruk sendiri
mulai bertahta sejak tahun 1350 sampai 1289 Masehi. Tepatnya pada saat puncak kejayaan
kerajaan Majapahit, kerajaan tersebut menjadi salah satu kerajaan paling besar yang pernah
ada di negara Indonesia.Bagian yang paling penting dalam isi teks kitab Negarakertagama ini
adalah menguraikan daerah atau pun wilayah Majapahit yang harus menyetujui upeti.
Dalam teks kitab Negarakertagama ditulis dalam bentuk Kakawin atau pun syair Jawa
Kuno. Setiap Kakawin Negarakertagama terdiri dari 4 baris, untuk setiap barisnya disebut
dari 8 sampai 24 suku kata yang sebagai matra.Naskah dari kitab Negarakertagama ini
terdiri dari 98 pupuh, dan dibagi juga menjadi 2 bagian yang masing-masing terdiri atas 49
pupuh. Kemudian di tiap – tiap pupuh terdiri dari 1 sampai dengan 10.Lalu jika dilihat dari
segi sudut isinya tentang pembagian pupuh – pupuh ini sudah disusun dengan sangat
rapi. Di bawah ini adalah beberapa bagian pertama pada 49 pupuh, yakni dari pupuh 1
sampai dengan 49, dengan rincian sebagai berikut.
 7 pupuh yang membahas tentang raja dan keluarganya yakni pupuh 1 – 7
 9 pupuh yang membahas tentang kota dan wilayah kerajaan Majapahit yakni pupuh
8 – 16
 23 pupuh yang membahas tentang perjalanan keliling Lumajang yakni pupuh 17 – 39
 10 pupuh yang membahas tentang silsilah raja di kerajaan Majapahit dari Kertarajasa
Jayawardhana hingga Hayam Wuruk yakni pupuh 40 – 44
Kemudian untuk bagian yang kedua pada 49 pupuh, dari pupuh 50 sampai dengan 98
dengan rincian sebagai berikut ini.
 10 pupuh yang membahas mengenai perjalanan Hayam Wuruk yang lagi berburu di
sebuah hutan bernama Nandawa yakni pupuh 50 – 59
 23 pupuh yang membahas mengenai – oleh dari berbagai daerah yang dikunjungi,
Perhatian raja Hayam Wuruk pada leluhurnya sebuah pesta Shrada, dan berita
mengenai kematian Patih Gajah Mada yakni pupuh 60 – 82
 9 pupuh yang membahas mengenai upacara keagamaan berkala yang berulang
kembali setiap tahunnya di kerajaan Majapahit, yakni musyawarah, kirap, serta pesta
tahunan yakni pupuh 83 – 91
 7 pupuh yang membahas tentang seorang pujangga yang setiap kepada rajanya
yakni pupuh 92 – 98
Kitab Negarakertagama tersebut disusun murni dari kehendak seorang pujangga oleh Mpu
Prapanca yang ingin menghormati sang mahkota raja, dan juga berharap sang raja
membalas budi kepadanya.Naskah dari kitab Negarakertagama ini disusun oleh Mpu
Prapanca setelah pensiun dengan cara diri dari istana kerajaan Majapahit. Sebab bersifat
pujasastra, hanya hal – hal yang baik saja yang dituliskan, beberapa hal yang kurang
membantu bagi kewibawaan kerajaan Majapahit, meskipun mungkin hal tersebut diketahui
oleh Mpu Prapanca sang pujangga.Nama Prapanca itu sendiri merupakan nama samaran
atau pun nama pena untuk sembunyikan identitas Tidur dari penulis sastra tersebut.Oleh
sebab itu peristiwa Pasunda Bubat tidak ditulis dalam teks kitab Negarakertagama,
meskipun hal tersebut merupakan peristiwa yang sangat bersejarah.Hal ini tidak ditulis
karena menyakiti hati Hayam Wuruk, terlepas dari itu, kitab Negarakertagama dianggap
sebagai hal yang sangat berharga, karena memberikan sejarah dan juga laporan langsung
tentang kehidupan di masa pemerintahan kerajaan Majapahit.

Anda mungkin juga menyukai