Anda di halaman 1dari 14

ASAL MULA KERAJAAN LANDAK

Sekitar thn 1370 M, dimana kisah ini berawal yaitu dikampung Jering kec. Ngabang
Kabupaten Landak sekarang, hiduplah sepasang suami istri yaitu Kaleder yang laki-laki dan
yg perempuan bernama Anteber. Dari keduanya lah asal mula suku daya' Kendayan.
Singlat cerita, kira2 thn 1377 lahirlah anak mereka yg diberi nama Riya Jambi yg setelah
dewasa dikawinkan dengan Ngantan Barangan yg berasal dari gunung Bawang sambas.
dari perkawinan keduanya, lahirlah 5 anak laki-laki yg masing2 diberi nama :
Riya Kanu, Riya Tano, Riya Rinding, Riya Tanding, Riya Jane.
Pada suatu ketika, datanglah kerumah Riya Jambi seorang anak bernama Riya Sinir yg
mengaku datang dari gunung Bawang dan ibunya bernama Ngantan Barangan serta
bapaknya bernama Bujang Nyangko. karena masih ada pertalian saudara maka Riya Sinir
diajak tinggal bersama oleh Riya Jambi. hal itu di iyakan oleh Riya Sinir akan tetapi dia
meminta ijin untuk berburu burung enggang utk di salai kulitnya sebagai obat utk dirinya
sendiri. dapatlah dia memanah dgn sumpitnya seekor enggang yg ternyata piaraan seorang
gadis cilik yg bernama DARA HITAM. terjadilah pertengkaran memperebutkan burung
enggang tersebut yg akhirnya dimenangkan oleh Riya Sinir setelah dia menyampaikan
maksud nya mengapa menyumpit burung enggang tersebut. DARA HITAM menyerahkn
burung tersebut dgn suka rela yg membuat Riya Sinir jatuh hati. hal itu diterima Dara Hitam
dgn memberikan cincin rotan kpd Riya Sinir dan berkata: "Kalau kiranya cincinku ini cocok
pada jari manismu, tentu engkaulah jodohku". karena keduanya memang sejodoh, cincin itu
pas pula pada jari manis Riya Sinir. Sejak saat itu, menetaplah DARA HITAM di
TEMBAWANG SELIMPAT, tepi sungai TENGANAP kampung JERING menunggu pada
saatnya Riya Sinir melamarnya.

DARA HITAM adalah putri tunggal dari PATIH GUMANTAR seorang raja kecil didaerah nya
yg subur dan makmur sehingga banyak membuat raja-raja daerah lain merasa iri dan ingin
merebut kekuasaannya. salah satu kerajaan itu adalah MIAJU yg nekat menyerang daerah
PATIH GUMANTAR yg mengakibatkan terkayaunya kepala PATIH GUMANTAR dan
disimpan didalam Tajau Tarus Raja Miaju.

DARA HITAM tumbuh dewasa dan menjadi seorang Balian atau dukun dan sering mandi di
sungai tenganap. pada suatu ketika saat sang balian mandi,tercabutlah sehelai rambutnya
yg sangat panjang dan hanyut melewati kerajaan PULANG PALIH keturunan raja dr Banten.
sang raja pun mencari siapa empunya rambut yg sangat panjang tsb. mengetahui yg punya
rambut adalah seorang yg cantik maka raja Pulang Palih mencari cara untuk melarikan
DARA HITAM kekerajaannya. dgn berpura-pura sakit didalam sampan, raja Pulang Palih
memanggil Dara Hitam utk mengobatinya. krn sdh terbiasa kemana-mana, tanpa curiga
dara hitam pergi mengobati pulang palih yg berada didlm sampan yg memang telah
dipersiapkn khusus utk menculik dara hitam. dibawalah dara hitam ke pangkalan sungai
sepatah di Tembawang Ambator Anggarat. Pulang Palih mengutarakan maksud nya utk
mengawini dara hitam. utk menolak sang raja secara halus, dara hitam mengajukan syarat
yaitu harus mengambil tengkorak kepala ayahanda nya yaitu patih gumantar yang di kayau
oleh suku miaju.
Dipersiapkanlah peralatan perang dan diantaranya adalah jong atau sebuah sampan besar
utk memuat peralatan perang. jong tsb hrs di buat dr kayu pohon merbau yg diambil dr tepi
sungai sepatat. dgn bergotong royong mereka menebang pohon merbau tsb. krn pohon tsb
sangat besar mk menebangnya dilanjutkan hari selanjutnya. keesokannya harinya pohon
merbau tsb sudah berdiri kembali pt semula tanpa bekas cacat apapun dan hal ini terulang
sampai 3 kali penebangan. oleh Dara Hitam diusulkan agar memanggil Riya Sinir utk
menebang pohon tsb. Karena suka menolong, Riya Sinir pun menebang pohon tsb dan dgn
kesaktiannya pohon tsb tidak bisa kembali lagi spt semula. Karena tugas sdh selesai,
kembalilah Riya Sinir kekampungnya dan pembuatan jong tsb dilanjutkan oleh penduduk .
setelah selesai jong tsb, tinggal mendorongnya kesungai, akan tetapi jong tsb tidak mau
bergeser sedikitpun walau seluruh penduduk dikerahkan utk mendorong nya. jgnkan
bergeser, bergoyang sedikitpun tidak. kembali Dara Hitam mengajukan Riya Sinir kpd Raja
Pulang Palih utk meluncurkan Jong tsb. hal itu disanggupi oleh Riya Sinir dgn syarat:
menyedikan 7 wanita hamil tua, yang akan menjadi alas bantalan luncur jong tsb, 7 buah
telur ayam yg baru ditelurkan oleh ayam yg baru pertama kali bertelur, 3 gantang uang
logam, campuran perak, tembaga dan uang timah. Dengan berat hati Raja Pulang Palih
menyanggupi syarat tsb tp demi keinginannya menikahi DARA HITAM, syarat tsb harus
dipenuhinya.
dengan sekali tepuk di buritan jong tsb, meluncurlah sampan besar itu melewati ke 7 wanita
hamil tua tsb dgn mulusnya hingga sampai mengapung disungai. Ajaibnya ke 7 perempuan
itu satupun tidak ada yg cedera malah merasa semakin sehat, dan ke 7 telur ayam td oleh
Riya Sinir disuruh dieramkan. semuanya menetas dan keluarlah ayam-ayam jago yg
langsung bs berkokok pula.
Setelah semua siap dan tinggal menunggu perintah berangkat, Raja Pulang Palih
Menjanjikan sesuatu jika ia berhasil membawa kembali Tengkorang kepala Patih Gumantar.
Karena kecerdasannya, Riya Sinir menghambur-hamburkan uang yg dipintanya dr raja
pulang palih dikampung miaju. Ada yg terjatuh di tempat menimba air, ada yg tersangkut di
pohon tuba. yg menemukan uang ditempat menimba air memberitahukan kepada yg lainnya
dirumah panjang sehingga berduyun-duyunlah mereka datang memungutnya. yang melihat
tersangkut dipohon tuba, menebang pohon tsb hingga potongan kayu yg mengandung tuba
mencemari air sungai yg menyebabkan ikan-ikan disungai tsb mabuk dan naik kepermukaan
air. Berebut lah semua penduduk miaju memungut uang dan ikan sehingga mereka
melupakan tempat tempayan tajau dimana tengkorak kepala patih gumantar disimpan.
Dengan tenang Riya Sinir mengangkat tempayan tajau tsb ke jong dan memerintahkan
seluruh anak buah nya berkayuh sekuat tenaga sehingga tidak terkejar oleh penduduk miaju
yg telah tertipu. Setibanya didepan Pulang Palih, tempayan tajau itupun dipersembahkan
sehingga mengingatkan Raja Pulang Palih akan janjinya yg akan memberikan sesuatu kpd
Riya Sinir. Janji itu ialah akan memberikan salah satu istri nya kepada Riya Sinir jika tugas
nya terlaksana. Istri pulang Palih ada 7 org termasuk dara hitam tetapi yg didandan secantik
mungkin hanya 6 org sedangkan Dara Hitam disembunyikan didapur dan dibedaki dengan
arang sehingga hitam legamlah rupanya. Ke 6 istri sang Raja tidak menarik hati Riya Sinir
krn Dara Hitamlah yg di carinya. Hal itu disebabkan oleh pertunangannya dengan Dara
Hitam sejak mereka bertemu dgn ditandai oleh cincin rotan yg telah diberikan oleh Dara
Hitam. Dgn kesaktiannya, Riya Sinir mengambil selembar sirih dan dilipat-lipatnya menjadi
kecil sehingga menjadi seekor kunang-kunang. Riya Sinir berkata:"kpd siapa kunang2 ini
hinggap, ialah menjadi istriku".
Terbanglah kunang2 itu menuju kedapur tempat Dara Hitam disembunyikan dan hinggap
dibahu Dara Hitam. Walaupun hal itu memberatkan hati Raja Pulang Palih tapi krn janjinya
sbg raja mau tidak mau harus ditepatinya. Dgn berat hati dilepaskan lah Dara Hitam utk
dibawa pulang oleh Riya Sinir dgn permintaan dari Raja Pulang Palih yaitu jika dara hitam
melahirkan seorang laki-laki, itulah adalah anakku, jika yg lahir perempuan biarlah menjadi
anak Dara Hitam. Dgn kejujurannya, Riya Sinir mengiyakan permintaan tsb dan pulanglah
mereka menuju kampung ayahnya yaitu Riya jambi.

Beberapa bulan kemudian, Dara Hitam melahirkan anak kembar yang keduanya laki-laki, yg
lahir pertama diberi nama LUTIH dan yg lahir kedua diberi nama KARI. kerna kejujuran
hatinya, dikirimlah berita kpd Raja Pulang Palih. Setibanya Raja Pulang Palih, beliau
memberi juga nama kpd anak yg lahir pertama yaitu DULKASIM dan yg lahir kedua diberi
nama DOLKAHAR.
Biar adil bagi keduanya, maka nama kedua anak kembar tsb menjadi LUTIH DOLKASIM utk
anak yg tertua dan KARI DOLKAHAR utk anak yg kedua.
Untuk menentukan mana yg menjadi anak Raja Pulang Palih, maka kedua bayi tsb dijemur
di bawah sinar matahari yg sedang panas-panasnya. menangis lah anak kedua yg
merupakan tanda bahwa anak yg kedualah yg menjadi Anak Raja Pulang Palih yg bernama
KARI DOLKAHAR.

25 thn kemudian, tibalah saatnya utk mereka berbagi daerah. LUTIH DOLKASIM diangkat
menjadi penguasa didaerah darat hulu sedangkan KARI DOLKAHAR diangkat menguasai
seluruh daerah pantai laut. Inilah asal mulanya suku daya' didaerah ini menamakan dirinya
Daya' Darat dan Daya' Laut.
Pembagian daerah ini dilaksanakan dgn upacara adat dgn membawa batu masing2 satu
buah dan seluruh penduduk menjadi saksinya. dlm upacara tsb diucapkanlah sumpah yaitu:
1. Hidup hrs tolong menolong.
2. Hidup harus mempertahankan keamanan rakyat dan desa.
3. Tidak boleh hidup tipu menipu.
4. Harus Jujur dan adil.
5. Harus hidup setali sedarah.
Setelah mengucap sumpah, ditanamlah salah satu batu yg dibawa mereka didepan halaman
rumah panjang dikampung jering kec.ngabang kab. Landak skrng.

jim 

Dara Itam - Cerita Rakyat Kabupaten Mempawah


Diterbitkan September 21, 2017

 TAGS

CERITA

MEMPAWAH
Dara Itam adalah anak tunggal dari Patih Gumantar. Patih Gumantar adalah orang yang
sangat berpengaruh pada zamannya. Dia dianggap sebagai raja kecil. Ia hidup mewah
dan jaya. Karena itu, saking makmurnya, banyak kerajaan kecil tetangga yang ingin
merebut daerah kekuasaannya. Masa itu masih berlaku perang Kayau Mengayau. Yaitu
perang dengan menebas batang leher lawan hingga kepala terpisah dari tubuhnya.

Sekitar tahun 1400 Masehi kerajaan Miaju nekat menyerang kerajaan kecil Patih
Gumantar. Kerajaan itu datang dengan membawa pasukan yang lebih besar. Dalam
pertempuran itu, Raja Miaju menang dan berhasil mengayau kepala Patih Gumantar
dan kemudian membawa pulang tengkorak kepala itu ke kerajaannya.

Konon, tengkorak dari hasil perang Kayau sangat berkhasiat dan penting untuk
kehidupan bertani dan juga aspek kehidupan lainnya bagi orang Dayak. Tengkorak itu
kemudian dijaga dengan ketat. Karena kalau sampai hilang, maka hilanglah segala
khasiat dan kemujuran hidup seluruh sukunya. Akan halnya tengkorak Patih Gumantar,
tengkoraknya disimpan didalam Tajo Tarus Raja Miaju, semacam tempayan pusaka
dengan penjagaan yang sangat ketat.
***

Setelah tumbuh menjadi gadis remaja, Dara Hitam kemudian menjadi dukun Baliatn,
seorang dukun yang sangat disenangi rakyatnya. Dalam metode perdukunannya, Dara
hitam selalu menggunakan ramuan dari kayu-kayuan dan akar kayu dari hutan untuk
diolah menjadi obat. Hingga kini ramuan obatnya masih digunakan suku Dayak di
kampungnya. Sebagai dukun, Dara Hitam sering diundang dari kampung kekampung
untuk mengobati orang yang sakit.

Suatu hari Dara Itam diundang dikampung tetangganya di dekat sungai Tenganap di
daerah Tembawang Selimpat. Disana Dara Itam berdukun selama berminggu-minggu
lamanya. Biasanya, setelah selesai berdukun, Dara Itam kerap mandi di Sungai
Tenganap yang airnya mengalir melewati daerah kediaman Raja Pulang Palih, seorang
raja yang mempunyai garis keturunan dari Raja Jawa Banten.

Ketika sedang mandi, sehelai rambut Dara Itam ketika sedang mandi, sehelai rambut
Dara Itam gugur. Rambut itu jatuh didalam sebuah bikir kuningan yang dibawanya.
Bokor adalah sebuah wadah berbentuk pot yang terbuat dari tembaga. Saking
ringannya, bokor itu kemudian hanyut terbawa air. Ketika hanyut, bokor itu melewati
salah seorang pengawal Raja Pulang Palih yang sedang mandi. Pengawal itu lantas
tertarik melihat bokor itu dan mengambilnya.

Ketika diambil, dia melihat ada sehelai rambut di dalamnya. Dia lantas coba menarik
rambut tersebut. Namun saking panjangnya, rambut itu seperti tak berujung. Hal itu
kemudian dikabarkannya kepada sang Raja. Setelah mengetahui hal tersebut, Raja juga
tampak keheranan dan ingin mengetahui siapa pemilik rambut panjang itu. Pastilah dia
seorang gadis yang cantik pikirnya.

Raja kemudian memutuskan dan memerintahkan beberapa pengawalnya untuk


mnyertai mencari keberadaan si pemilik rambut. Dari arah arus sungai yang mengalir
mereka berkesimpulan,kalau si pemilik rambut berada di hulu sungai. Dengan memakai
perahu, pergilah rombongan itu menyusuri sungai menuju ke hulu.

Setelah sekian lama menyusuri sungai, tibalah mereka ke sebuah rumah yang berhias
rapi, pertanda di rumah itu sedang ada acara perdukunan menurut adat Dayak.
Pengawal kemudian bertanya pada seorang warga disana, siapa kira-kira yang memiliki
rambut panjang disini. Menurut anak yang sedang menimba air, memang ada seorang
gadis yang memiliki rambut panjang. Tapi gadis itu sedang mengobati penyakit
seseorang di kampung ini.

Setelah mendengar informasi itu, Raja kemudian menjalankan rencananya. Dia


kemudian pura-pura sakit dan terbaring didalam perahu. Pengawalnya pun
diperintahkan untuk mengundang Darah Itam datang ke perahu. Tanpa berpikir panjang,
Dara Itam lantas menyetujui permintaan Raja dan mengikuti langkah pengawal menuju
perahu dengan membawa segala ramuannya.

Ketika Dara Itam naik diatas perahu, pengawal pun langsung melepaskan ikatan tali
perahu dan berkayuh sekuat tenaga, meninggalkan hulu sungai. Sadarlah Dara Itam
kalau dia telah ditipu, masuk kedalam perangkap Raja Pulang Palih yang membawanya
meninggalkan Tembawang Selimpat menuju daerah Tembawang Ambator.

Karena laju perahu diatas rata-rata, maka sebentar saja sampailah perahu yang
membawa Dara Itam ke pangkalan sungai Sepatah, daerah Tembawang Ambator
Anggarat. Disana Dara Itam disambut oleh semua istri Raja Pulang Palih. Raja
kemudian mulai melancarkan rayuannya pada Dara Itam dengan maksud untuk menarik
simpatinya agar mau dipersunting menjadi istrinya.

Dara Itam ingin menolak, tapi tidak berani dengan cara terang-terangan. Karena didalam
hatinya cuma ada satu nama, Ria Sinir yang telah berhasil mencuri hatinya. Tapi dia tak
mau gegabah dengan menolak pinangan Raja dengan kasar. Dara Itam kemudian
memberikan sebuah persyaratan,

"Kalau Raja sanggup mengembalikan tengkorak ayahku, Patih Gumantar, Raja boleh
mengawiniku." Pinta Dara Itam pada Raja Pulang Palih sebagai syarat.
Awalnya Raja menolak permintaan tersebut dan selalu merayu Dara Itam untuk menikah
dengannya. Tapai Dara Itam teguh dengan permintaannya. Akhirnya, karena
permintaan Dara Itam yang tak terbantah, Raja pun berusaha melaksanakan syarat itu.

Raja Pulang Palih kemudian mengumpulkan seluruh rakyatnya dan petinggi istana untuk
minta pendapat. Mereka tahu, untuk mendapatkan tengkorak kepala Patih Gumantar
berarti menabuh genderang perang. Tapi itu jalan satu-satunya agar Raja bisa
mempersunting Dara Itam.

Tengkorak kepala itu tentu dijaga dengan ketat. Dan untuk mendapatkannya mereka
harus mengadakan perlawanan sengit pada Raja Miaju. Setelah sepakat, mereka
kemudian memutuskan untuk membuat perlengkapan perang.

Raja kemudian memerintahkan rakyatnya untuk mencari kayu yang paling baik untuk
membuat Jong atau sampan besar. Dan untuk itu rakyat akan mencari kayu jenis
Merbau. Tak lama kemudian kayu itu pun ditemukan di sungai Sepatat, yang tanggul
kayunya masih ada hingga sekarang.

Dengan alat-alat tradisional yang terbuat dari batu, mereka menebang pohon Merbau
dengan menggunakan kampak batu. Tapi walaupun sudah berusaha dengan keras,
namun mereka tak berhasil menebangnya.

Akhirnya mereka menggunakan cara lain. Yaitu mengikatkan mata kampak batu itu
dengan tali rotan ke sebilah kayu yang menjadi gagangnya. Setelah itu kayu pun
kembali ditebang. Tapi baru setengah batangnya terpotong, malam pun tiba. Dan
mereka memutuskan untuk menebang pohon Merbau pada keesokan hari saja.

Tapi keesokan harinya mereka terkejut. Batang pohon yang telah setengah putus itu
kembali bertaut dan menjadi utuh seperti sedia kala. Tak mau terlalu larut dalam
keterpanaan, mereka kembali menebang, menuntaskan pekerjaan yang sempat
tertunda.

Namun hingga sore, penebangan pohon Merbau masih belum selesai juga. Hingga
malam datang dan mereka terpaksa menundanya kembali. Tapi ketika datang keesokan
harinya, pohon Merbau itu kembali utuh. Dan mereka benar-benar kecewa melihat
kejadian itu. Benar-benar aneh, pikir mereka.

***

Dara Itam kemudian mengusulkan pada Raja Pulang Palih agar memanggil Ria Sinir
untuk menebang pohon Merbau tersebut. Tak banyak tanya, raja langsung menyetujui
usulan itu dan segera memanggil Ria Sinir datang ke kerajaannya. Ria Sinir yang
dasarnya mempunyai sifat penolong langsung memenuhi undangan sang Raja dan
segera menghadap Raja.

"Setelah beberapa rakyatku tak ada yang sanggup, maka akau meminta engkau untuk
menebang pohon Merbau yang nantinya akan aku jadikan Jong." Pinta Raja sembari
menjelaskan maksudnya pada Ria Sinir.

"Saya akan coba. Tapi saya tidak berani berjanji. Sebab, orang-orang Raja saja gagal
melaksanaknnya, apalagi saya." Jawab Ria Sinir dengan sikap merendah.

"Engkau coba saja dulu." Pinta Sang Raja penuh harap.

Akhirny Ria Sinir masuk kedalam hutan dan segera menemukan lokasi dimana letak
kayu Merbau yang dimaksud. Dan Ria Sinir pun memulai pekerjaannya. Hebatnya,
sekali dua tebas saja dengan kampaknya, pohon yang kokoh itu kemudian langsung
tumbang.

Setelah selesai dengan pekerjaannya, Ria Sinir bergegas menghadap Raja dan
melaporkan hasil pekerjaannya. Melihat itu Raja dan rakyat yang mengetahuinya pun
tercengang. Tak menyangka hal yang sulit itu dapat dikerjakan dengan sangat mudah
oleh Ria Sinir. Setelah selesai dengan tugasnya, Ria Sinir kemudian pamit pulang ke
kampung halamannya.

***

Setelah batang kayu Merbau didapat, segerahlah kayu itu diolah menjadi sebuah Jong.
Tak lama Jong pun jadi dan siap difungsikan. Beramai-ramai mereka kemudian
berusaha mendorong Jong itu agar dapat masuk kedalam sungai. Namun, walau
seluruh rakyat ikut mendorong, namun Jong itu tak bergeming seperti terpatri kuat
dengan tanah. Sekali lagi raja menjadi bingung melihat keanehan itu.

Akhirnya, kembali atas usul Dara Itam, Ria Sinir kembali diundang. Ria Sinir kemudian
datang. Tapi syarat yang dipintanya kali ini sangat berat. Membuat Raja terkejut.

"Saya bisa menolong, Tuanku. Tapi semua itu ada syaratnya." Jawab Ria Sinir.

"Apa syaratnya, Ria Sinir?"

"Raja harus menyediakan tujuh perempuan yang sedang mengandung anak pertama
dalam kondisi hamil tua atau hampir melahirkan. Karena ketujuh orang inilah yang
nantinya menjadi bantalan alas Jong yang akan diluncurkan." Jelas Ria Sinir panjang
lebar.

"Itu mustahil." Sela Raja dengan gugup. Mendengar persyaratan yang dipinta Ria Sinir
membuatnya menjadi takut.
"Selain itu, saya juga perlu tujuh butir telur dari ayam yang baru pertama kali bertelur.
Serta tiga gantang uang logam yang terbuat dari perak, tembaga dan timah."

"Apakah tidak bisa diganti?" Tawar Raja.

Ria Sinir menggeleng. "Persyaratan itu tak boleh ditawar, Tuanku. Kalau tidak, rencana
Tuanku tak akan bisa berhasil." Jelas Ria Sinir lagi.

Akhirnya, walau terasa tak masuk diakal, Raja pun menyanggupi segala persyaratan
yang dipinta Ria Sinir. Tak disangka, Raja kemudian berhasil mendapatkannya. Ketika
semuanya sudah lengkap, ketujuh perempuan yang sedang mengandung itu pun
disuruh Ria Sinir untuk rebah, berjejer di depan Jong yang akan dibawa ke sungai.
Karena dari atas perut ketujuh wanita hamil itulah Jong akan meluncur ke sungai.

Seluruh rakyat yang menyaksikan peristiwa tersebut memandang dengan perasaan


ngeri dan juga sedih. Ria Sinir kemudian berjalan ke buritan Jong. Dan dengan
kesaktiannya, dia kemudian menepuk buritan sekali dan jong langsung meluncur mulus
melewati satu persatu perut wanita hamil itu hingga berhasil mengapung diatas air.

Setelah itu, ketujuh wanita hamil itu disuruh berdiri oleh Ria Sinir. Ajaib! Semuanya
sehat dan tidak ada cidera sedikitpun di badan mereka. Malahan mereka merasa
semakin sehat dari keadaannya semula. Ketujuh telur yang dipinta kemudian disuruh
dieramkan. Dan kemudian hari, setelah telur menetas, keluarlah ayam-ayam jago yang
pandai berkokok.

Setelah itu jong diisi dengan seluruh perlengkapan perang. Raja lantas menunjuk Ria
Sinir untuk memimpin perang. Dan sebelum berangkat, Raja Pulang Palih telah berjanji
akan menyerahkan salah satu dari ketujuh istrinya pada Ria Sinir bila dia berhasil
membawa tengkorak Patih Gumantar dihadapannya.
***

Setelah Jong penuh dengan perlengkapan perang, pasukan yang dipimpin oleh Ria Sinir
pun berangkat menuju kerajaan Miaju. Jong kemudian dikayuh secepat burung
Bengkala, burung sakti yang mempunyai kecepatan terbang yang kencang. Kira-kira
pukul satu malam, mereka kemudian sampai. Sebelum mengadakan penyerangan,
mereka terlebih dahulu mengintai keadaan. Terlihat oleh mereka pondok penyimpanan
Tajau Tarus yang berisi tengkorak Patih Gumantar. Tempat itu dijaga dengan ketat dan
rapi. Ria Sinir yang berani dan cerdas itu kemudian melaksanakan rencananya.

Dengan hati-hati, malam itu juga dia mengangkut semua uang yang telah dibawanya.
Uang-uang itu kemudian dihambur-hamburkannya ditempat dimana orang-orang biasa
menimba air. Sebagian uang itu juga diikat menyerupai pundi-pundi dan disangkutkan
diatas pohon Tangkul yang beracun seperti tuba. Setelah itu, Jong kembali dikayuh
menjauhi hilir.

Pagi hari ketika orang sedang menimba air, terlihat oleh mereka uang yang bertaburan,
bagai hujan yang tercurah dari langit. Mereka langsung memungutinya. Orang-orang itu
kemudian pulang kerumah panjang dan memberitahukan kabar tersebut pada yang
lainnya.

Mendengar itu, yang lainnya kemudian berduyun-duyun mendatangi tempat tersebut


dan ikut memungut uang-uang yang bertebaran disana. Belum puas memungut uang
yang bertebaran, mereka kemudian mengambil uang yang ada dibatang pohon tangkul
yang juga penuh dengan pundi-pundi uang.

Pohon itu kemudian mereka tebang. Ketika ditebang, secara tak langsung racun kayu itu
jatuh kedalam air dan meracuni ikan yang ada disana. Tak ayal lagi, ikan-ikan pun
kemudian mati dan bermunculan dipermukaan air.

Melihat itu, seluruh penduduk kampung langsung keluar untuk mengumpulkan ikan-ikan
yang banyak terdampar diatas air. Mereka lupa akan tajo tarus yang berisi tengkorak
Patih Gumantar yang seharusnya mereka jaga dengan ketat. Tempat itu sepi dan luput
dari penjagaan.

Melihat keadaan itu, dengan tenang Ria Sinir menjalankan aksinya. Ria Sinir kemudian
mengangkat tempayan berisi tengkorak Patih Gumantar dan dibawanya kedalam Jong.

"Ayo! Lekas kayuh Jong kita. Jangan sampai musuh mengetahui dan mengejar."
Perintah Ria Sinir pada pasukannya.

Dengan mengerahkan tenaga sekuatnya, mereka tak henti-hentinya berkayuh. Akhirnya,


setelah sekian lama berkayuh, mereka tiba juga dengan selamat ke istana Raja Pulang
Palih. Ria Sinir kemudian membawa tempayan itu dihadapan Raja. Setelah itu Raja
lantas teringat akan janjinya, bahwa dia akan menyerahkan salah satu istrinya untuk Ria
Sinir.

Maka dari itu, seluruh istrinya pun disuruh berdandan secantik mungkin. Ketika selesai
berdandan, mereka lantas disuruh menunggu didalam sebuah ruangan. Ria Sinir
kemudian dipersilahkan masuk dan disuruh memilih salah satu diantara mereka. Para
istri Raja memang berparas cantik semuanya tapi tak ada yang menawan hati Ria Sinir.
Karena didalam hati Ria Sinir cuma ada Dara Itam.

Dan dengan kesaktiannya, Ria Sinir memilih caranya sendiri. Dia kemudian mengambil
sehelai daun sirih. Daun sirih itu kemudian dtimang-timangnya. Setelah itu daun sirih itu
dilepaskannya. Ajaib! Daun sirih itu berubah menjadi kunang-kunang yang bercahaya
dan terbang menurut sesuai perintah Ria Sinir.

"Kepada siapa kunang-kunang ini nantinya hinggap, dialah yang akan menjadi istriku."
Ucap Ria Sinir khusyuk.

Raja Pulang Palih terkesima melihat kesaktian Ria Sinir. Terbersit rasa panik dalam
hatinya. "Bagaimana kalau kunang-kunang ini pergi ke dapur dan menghinggapi Dara
Itam." Pikir Raja resah.

Dara Itam memang sengaja disembunyikan Raja di dapur dan wajahnya dilumuri
dengan arang hitam. Konon karena itulah dia semakin dikenal dengan julukan Dara
Itam. Ketakutan Sang Raja kemudian menjadi kenyataan. Kunang-kunang lantas
menuju ke dapur, tempat dimana Dara Itam disembunyikan.

"Kepada siapa kunang-kunang ini hinggap, dialah nanti yang akan menjadi istriku."
Ulang Ria Sinir berkali-kali.

Kunang-kunang itu kemudian menghinggapi Dara Itam. Melihat itu Ria Sinir bergegas
masuk ke dapur dan menemukan Dara Itam ada disana. Walaupun wajah Dara Itam
menghitam karena arang tapi Ria Sinir tetap mengenalnya.

Ketika bertemu, mereka langsung berpelukan erat. Dengan bergandengan tangan


mereka berdua lantas menghadap Raja. Hati Raja Pulang Palih sebenarnya berat
melepaskan Dara Itam tapi sebagai  Raja dia tak bisa mengingkari janji yang sudah
diucapkan. Hatinya sedih. Dara Itam yang dicintainya akan segera dibawa orang lain.

Tengkorak Patih Gumantar yang ditemukan dan sekiranya membuat dirinya bahagia kini
malah membawa kesedihan baginya. Karena hal itu malah menjadi jembatan Ria Sinir
dan Dara Itam untuk bersatu kembali. Perempuan yang dicintainya akan menjadi milik
orang lain.

Setelah itu, Ria Sinir dan Dara Itam kemudian mohon diri pada Raja. Namun, sebelum
mereka pergi, dengan berlinang air mata Raja berpesan pada Ria Sinir.

"Tak akan kuingkari janjiku padamu Ria Sinir. Tapi kumohon, jika anak yang dikandung
Dara Itam adalah laki-laki maka dia adalah anakku. Dan jika dia perempuan maka anak
itu menjadi milik Dara Itam."

"Baiklah." Ria Sinir mengangguk takzim.

Ketika sampai dikampung halamannya, Ria Sinir dan Dara Itam disambut meriah oleh
pamannya Ria Jambi. Kedatangan mereka disambut seperti prajurit yang pulang dari
medan peperangan. Ria Jambi kemudian mengumpulkan seluruh kaum kerabat untuk
melaksanakan sebuah pesta perkawinan.
Pesta pada zaman itu hanyalah menghidangkan daging binatang peliharaan, binatang
buruan, sayuran kulat, karang dan buah-buahan yang ada didalam hutan. Dari hasil
perkawinan Dara Itam dan Ria Sinir, lahir seorang anak laki-laki bernama Ria Kanu'
yang dikemudian hari menjadi cikal bakal keturunan Dayak Kanayatn di Kecamatan
Darit Manyuke Kabupaten Landak.

Sedangkan dari perkawinannya dengan Raja Pulang Palih, Dara Itam melahirkan anak
kembar yang diberi nama Dol Kasim dan Dol Kahar. Mereka inilah yang dikemudian hari
menjadi cikal bakal raja-raja yang ada di Kerajaan Landak.

Anda mungkin juga menyukai