Anda di halaman 1dari 2

Macam-Macam Hadist dan Tingkatannya

1. Hadits Mutawatir
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad yang
tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Berita itu mengenai hal-hal yang dapat dicapai
oleh panca indera.
Dan berita itu diterima dari sejumlah orang yang semacam itu juga. Berdasarkan
itu, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu hadits bisa dikatakan
sebagai hadits Mutawatir: Isi hadits itu harus hal-hal yang dapat dicapai oleh panca
indera.Orang yang menceritakannya harus sejumlah orang yang menurut ada kebiasaan,
tidak mungkin berdusta. Sifatnya Qath’iy.Pemberita-pemberita itu terdapat pada semua
generasi yang sama.

2. Hadits Ahad
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak mencapai
tingkat mutawatir. Sifatnya atau tingkatannya adalah “zhonniy”. Sebelumnya para ulama
membagi hadits Ahad emmbagi menjadi dua macam, yakni hadits Shahih dan hadits
Dha’if. Namun Imam At Turmudzy kemudian membagi hadits Ahad ini menjadi tiga
macam, ditinjau dari segi nilai sanad :

 Hadits Shahih
Menurut Ibnu Sholah, hadits shahih ialah hadits yang bersambung
sanadnya. Ia diriwayatkan oleh orang yang adil lagi dhobit (kuat ingatannya)
hingga akhirnya tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih
shahih) dan tidak mu’allal (tidak cacat). Jadi hadits Shahih itu memenuhi
beberapa syarat sebagai berikut :
Kandungan isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur’an.Harus
bersambung sanadnyaDiriwayatkan oleh orang / perawi yang adil.Diriwayatkan
oleh orang yang dhobit (kuat ingatannya)Tidak syadz (tidak bertentangan dengan
hadits lain yang lebih shahih)Tidak cacat walaupaun tersembunyi.

~ Hadits shohih dibagi dua:

a. Shohih Lizatihi, yakni hadits yang shohih dengan sendirinya tanpa diperkuat
dengan keterangan lainnya. Contohnya adalah sabda Nabi Muhammad saw.,
“Tangan di atas (yang memberi) lebih baik dari tangan di baivah (yang
menerima). “ (HR. Bukhori dan Muslim)
b. Shohih Lighoirihi, yakni hadits yang keshohihannya diperkuat dengan keterangan
lainnya. Contohnya sabda Nabi Muhammad saw., “Kalau sekiranya tidak terlalu
menyusahkan umatku untuk mengerjakannya, maka aku perintahkan bersiwak
(gosok gigi) setiap akan sholat.“ (HR. Hasan) Dilihat dari sanadnya, semata-mata
hadits Hasan Lizatihi, namun karena dikuatkan dengan riwayat Bukhori, maka
jadilah ia shohih lighoirihi.

 Hadits Hasan
Ialah hadits yang banyak sumbernya atau jalannya dan dikalangan perawinya
tidak ada yang disangka dusta dan tidak syah.
Hadits hasan dibagi dua:

a. Hasan Lizatihi, yakni hadits yang dengan sendirinya dikatakan hasan. Hadits ini
ada yang sampai ke tingkat lighoirihi;
b. Hasan Lighoirihi, yakni hadits yang derajat hasannya dibantu dengan keterangan
lainnya. Contohnya sabda Nabi Muhammad saw., “Sembelihan bagi bayi hewan
yang berada dalam perut ibunya, cukuplah dengan sembelihan ibunya saja.“ (HR.
Tirmidzi, Hakim, dan Darimi)
Hadits di atas jika kita ambil sanad dari Imam Darimi, adalah Darimi menerima
dari
1) Ishak bin Ibrohim, dari
2) Itab bin Bashir, dari
3) Ubaidillah bin Abu Ziyad, dari
4) Abu Zubair, dari
5) Jabir, dari Nabi Muhammad saw.
Nama yang tercela dalam sanad di atas adalah nomor 3 (Ubaidillah bin Abu
Ziyad). Sebab menurut Abu Yatim ia bukanlah seorang yang kuat hafalannya dan
tidak teguh pendiriannya.

3. Hadits Dha’if
Ialah hadits yang tidak memenuhi syarat shohih dan hasan, hadits yang tidak bersambung
sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil

Nama: Ahmad Zaidaan Dwiayanto

Kelas: X MIPA 1

Anda mungkin juga menyukai