Anda di halaman 1dari 11

Serial Cinta Hadits

POKOK-POKOK ILMU HADITS

A. Pendahuluan

wahai
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa- Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali
Imran (3):31) .
Ayat tersebut di atas menjadi dalil pentingnya mempelajari Hadits dari Nabi
Muhammad SAW. Karena dengan mempelajari hadits, maka kita bisa
mengikuti sunnah Rasulullah SAW.
Gambaran pentingnya mempelajari Hadits atau Sunnah SAW juga tercermin
dari pernyataan , ilmu hadits termasuk tiang
agama yang paling kokoh dan keyakinan yang paling teguh. Tidak digemari
selain oleh orang-orang jujur lagi taqwa, dan tidak dibenci selain oleh orang-

orang yang menghafal sanad hadits, niscaya menara Islam roboh dan niscaya
) dan memutarbalikkan

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita mempelajari ilmu hadits, karena
dengan itu kita dapat memiliki pengetahuan akan suatu hadits Nabi SAW,
mana yang hadits dan bukan, dan mana yang dapat dijadikan sebagai hujah
(maqbul) dan yang tertolak (mardud). Semoga risalah sederhana ini
bermanfaat.

B. Pengertian Hadits
Secara bahasa hadits berarti jadid (yang baru), Khabar (berita).
Sedangkan secara istilah :

Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan,

C. Istilah lain hadits (Sinonim) : Sunnah Khabar Atsar

D. Kedudukan Hadits
Hadits Rasulullah SAW merupakan sumber dan dasar hukum Islam, dan umat
Islam diwajibkan mengikuti hadits sebagaimana diwajibkan mengikuti al-
Quran. Dalilnya adalah :
1. Fiman Allah SWT :

Katakanlah (wahai
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-
i
Imran (3):31)
2. Rasulullah SAW bersabda:

tersesat selagi kamu berpegangan teguh pada keduanya, yaitu berupa


kitab Allah dan Sunnah Rasul-
3. Kesepakatan

E. Fungsi Hadits Terhadap Al-


1. Bayan Tafsir: yaitu menjelaskan apa yang terkandung dalam al-
2. Bayan Taqrir, yaitu menguatkan apa yang terdapat dalam al-
3.

F. Bentuk-Bentuk Hadits
1. Hadits Qauli (Perkataan)

3. Hadits Taqriri (Sikap) dan


4. Hadits Washfi (Sifat)

G. Unsur-unsur Hadits
1. Unsur-unsur hadits terdiri dari : Sanad, Matan, Rawi, dan Mukharrij.
a. Sanad
Terkadang disebut juga isnad, adalah rangkaian para perawi yang
menyampaikan nash hadits.
b. Matan
Yaitu isi hadits, atau perkataan yang disebut pada akhir sanad.
c. Rawi
Yaitu orang yang meriwayatkan hadits atau menyampaikan hadits.
d. Mukharrij
Yaitu orang yang terakhir dan sampai menuliskan dalam satu kitab.
2. Contoh :
a. Hadits :
Musaddad mengabari bahwa Yahyaa sebagaimana diberitakan oleh
Syu'bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW bahwa beliau
bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga
ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri" (Hadits
Riwayat Bukhari)
b. Sanad :
Al-
Muhammad SAW
c. Matan :
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia
mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri"
d. Rawi :
Musaddad
Rawi pertama).
e. Mukharrij :
Imam Bukhari. Biasanya ditulis HR. (Hadits Riwayat) Bukhari.

H. Derajat Hadits
Derajat hadits meliputi : Shahih, Hasan dan Dhaif
a. Hadits sahih yaitu hadits yang diriwayatkan oleh rawi
yang adil, sempurna ingatannya, sanadnya bersambung, tidak

Hadits sahih di bagi 2, yaitu Shahih lizatihi, dan Shahih lighairihi.

b. Hadits hasan yaitu hadits yang dinukilkan oleh


orang yang adil, hafalannya kurang sempurna, bersambung
sanadnya, tidak cacat, dan tidak syadz.
Hadits hasan di bagi 2, yaitu Hadits hasan lizatihi, dan hadits
hasan lighairihi.
c. yaitu semua hadits yang tidak terkumpul
padanya sifat-sifat bagi hadits yang diterima dan menurut pendapat

padanya sifat hadits sahih dan hasan.


Cacat pada keadilan rawi itu disebabkan 10 macam, yaitu dusta,
tertuduh dusta, fasik, banyak salah, lengah dalam menghafal,
menyalahi riwayat orang kepercayaan, banyak berprasangka, tidak
I. Cara Menentukan Derajat Hadits
1. Tata Cara Penentuan Derajat Hadits
a. Apakah sanadnya bersambung atau tidak.
Dikatakan sanadnya bersambung (Musnad), jika sanadnya
bersambung, dari awal sanad hingga Rasulullah SAW.
b. Apakah perawinya adil dan dhabit atau tidak.
Syarat seseorang diterima sebagai perawi: Islam, Baligh, Adil, dan
dhabit. Adil artinya tetap bertaqwa, menjaga kepribadian dan percaya
kepada diri sendiri. Dhabit artinya hafalannya kuat. Istilah rawi yang
adil dan dhabit adalah tsiqat (dapat dipercaya).
c. Apakah matannya terdapat syadz, dan ber-illat atau tidak.
Syarat matan yang diterima adalah tidak syadz dan tidak ada illat.
Tidak syadz artinya tidak ganjil atau bertentangan dengan hadits lain
yang lebih kuat. Tidak ada illat artinya tidak ada cacat yang
tersembunyi.

2. Contoh penentuan Derajat Hadits


a. Hadits sahih, contohnya :

Artinya : Imam Bukhari berkata: Telah menceritakan kepada kami

Malik dari Nafi, dari Abdullah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi

dua orang (dari antaranya) berbisik-bisik dengan tidak bersama yang


ketiganya.
Penjelasan :
Rangkaian Sanad Haditsnya : Bukhari, Abdullah bin Yusuf,
Malik, Abdullah (Yaitu Ibnu Umar), Rasulullah SAW.
Jika diperiksa, dari Imam Bukhari sampai Rasulullah saw
sanadnya bersambung (Bukhari bertemu Abdullah bin Yusuf,
Abdullah bin Yusuf bertemu Malik, Malik bertemu Ibnu Umar,
dan Ibnu Umar bertemu Rasulullah SAW);
Bahwa para Rawi dalam rangkaian sanad hadits tersebut
mempunyai sifat Adil, Kepercayaan dan Dhabith dengan
sempurna.
Hadits tersebut tidak ada syu-dzudz-nya (tidak bertentangan
dengan hadits yang derajatnya lebh kuat), dan tidak ada illatnya
(kekeliruan, kesalahan dan lain-lain yang menyebabkan haditsnya
tercela).
Kesimpulan : Haditsnya shahih karena : terpenuhi syarat-
syaratnya, yakni sanadnya bersambung, para perawinya tsiqah,

b. Hadits hasan, contohnya:

Artinya : (Kata Turmudzi) : Telah menceritakan kepada kami, Abu


Kuraib, telah menceritakan kepada kami, Abdah bin Sulaiman, dari
Muhammad bin Amr, dari Abi Salamah, dari Abi Hurairah, ia berkata:
Telah bersabda Rasulullah saw : Jika tidak memberatkan ummatku,
niscaya aku perintahkan mereka bersugi di waktu tiap-tiap hendak

Penjelasan :
Sanad dari hadit ini : Turmudzi, Abu Kuraib, Abdah bin Sulaiman,
Muhammad bin Amr, Abi Salamah, Abi Huraiarah, Rasulullah
SAW.
Jika diperiksa, dari Turmudzi sampai Rasulullah saw semuanya
bersambung;
Rawi-rawi dalam hadits tersebut adalah orang yang adil, tsiqoh,
dan dhabith, kecuali Muhammad bin Amr, seseorang yang adil
namun kedhabitannya kurang, karena lemah hafalannya.
Hadits tersebut tidak ada syu-dzudz dan tidak ada illah-nya.
Kesimpulan :
Hadits tersebut hadits Hasan Li Dzatihi (hadits hasan dengan
sendirinya), karena kedhabith-an Muhammad bin Amr yang
kurang kuat tapi tidak sampai derajat dhaif.
Catatan :
Jika hadits Hasan li dzatihi diperkuat oleh hadits dari jalur lain,
maka bisa menjadi hadits Shahih Lighairihi (hadits shahih karena
yang lain).

c. Hadits D menjadi Hasan Li Ghairihi, contohnya:


Artinya : (Kata Turmudzi) : Telah menceritakan kepada kami, Ahmad

Abi Zi-yad, dari Abdirrahman bin Abi Laila, dari Al Bara bin Azib, ia

kewajiban atas orang-orang Islam mandi pada hari jumah.

Penjelasan :

Yazid bin Abi Zi-yad, Abdirrahman bin Abi Laila, Al Bara bin
Azib, Rasulullah SAW.
Jika diperiksa, dari Turmudzi sampai Rasulullah saw semuanya
bersambung;
Rawi-rawi dalam hadits tersebut adalah orang yang adil, tsiqoh,
dan dhabith, kecuali Husyaim, dia dikenal sebagai Mudallis, dan
dia dianggap lemah namun tidak sangat, karena ia orangnya
kepercayaan.
Kesimpulan :
Hadits tersebut jika berdiri sendiri adalah hadits Doif (yang
ringan).
Namun ternyata diperkuat oleh hadits dari jalur lain riwayat
Turmudzi
Hasan Lighairihi (hadits Hasan karena yang lain).

J. Pembagian Hadits
1. Pembagian Hadits Berdasarkan Sumbernya
a. Hadits Qudsi yaitu hadits yang dinisbahkan kepada
Allah SWT, Yang Maha Quddus (suci).
b. Hadits Nabawi segala yang disandarkan
kepada nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,
taqrir atau sifat.

2. Pembagian Hadits Berdasarkan Kuantitas Rawi


a. Hadits mutawatir yaitu hadits yang diriwayatkan
oleh banyak orang, yang menurut adat tidak mugkin orang yang
banyak tersebut bersepakat untuk berdusta.
Hadits Ahad , yaitu hadits yang tidak mencapai derajat
mutawatir.
c. Hadits ahad dibagi 3, yaitu : hadits masyhur (diriwayatkan oleh tiga
orang atau lebih), hadits aziz (diriwayatkan oleh dua orang perawi),
dan hadits gharib (diriwayatkan oleh satu orang perawi).
3. Pembagian Hadits Berdasarkan Kualitas Sanad
Pembagian hadits berdasarkan sanad penjelasannya sama dengan derajat
hadits. Yaitu meliputi Hadits Shahih, Hasan, dan Dhaif.

4. Pembagian Hadits Berdasarkan Diterima atau ditolaknya


a. Hadits Maqbul (Diterima), yaitu hadits yang dapat diterima sebagai
hujjah. Jumhur ulama sepakat bahwa hadits Shohih dan hasan dapat
dijadikan sebagai hujjah.
b. Hadits Mardud (Tertolak), yaitu hadits yang ditolak, yang tidak
diterima sebagai hujjah dalam agama khususnya ibadah. Hadits
mardud meliputi semua hadits yang telah dihukumi dhoif.

5. Klasifikasi Hadits D
kedhabitan rawi
a. Hadits maudhu, yaitu hadits palsu yang dinisbatkan kepada
Rasulullah.
b. Hadits matruk, yaitu hadits yang pada sanadnya ada seorang rawi
yang tertuduh dusta.
c. Hadits mungkar, yaitu hadits yang pada sanadnya ada seorang rawi
yang parah kesalahannya atau banyak kelupaannya atau nampak
kefasikannya.
d. Hadits syadz, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang
maqbul, yang menyalahi riwayat orang yang lebih utama darinya, baik
karena jumlahnya lebih banyak ataupun lebih btinggi daya
hafalannya.

6. Klasifikasi Hadits berdasarkan gugurnya rawi


a. Hadits , yaitu jatuhnya rawi pada awal sanad, seorang
perawi atau lebih secara berturut-turut.
b. , yaitu hadits yang putus sanadnya dua orang atau
lebih scara berturut-turut.
c. Hadits mursal, yaitu hadits yang gugur rawi dari sanadnya setelah

d. , yaitu hadits yang gugur rawi sebelum sahabat atau


gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut.
e. Hadits mudallas, yaitu hadits yang perawinya menyembunyikan
cacat dalam isnad dan menampakkan cara (periwayatan) yang baik.

7. Klasifikasi Hadits Berdasarkan Ujung Sanad


a.
SAW.
b. Hadits mauquf, yaitu hadits yang disandarkan kepada sahabat.
c.
K. Hadits Ma
-buat atau diciptakan atau
didustakan atas nama Nabi SAW. Jadi pada dasarnya bukan hadits.
Faktor Penyebab munculnya hadits maudhu: Pertentangan politik, upaya
merusak Islam dari dalam, Perselisihan (untuk memperkuat pandangan),
Menarik simpati kaum awam, Menjilat kepada penguasa.
L. Beramal Dengan Hadits Dhoif
Ulama berbeda pendapat terkait berhujjah dengan hadits Dhoif, jumhur
ulama membolehkan beramal dengan hadits dhoif untuk fadhoilul amal.
Ibnu Hajar Al Asqalany membolehkan berhujjah dengan hadits dhoif untuk
fadla'ilul amal, dengan syarat :
1. Hadits dhoif itu tidak terlalu (bukan hadits munkar);
2. Dasar amal yang ditunjuk oleh hadits dhoif tersebut, masih di bawah
satu dasar yang dibenarkan oleh hadits yang dapat diamalkan (shahih
dan hasan)
3. Dalam mengamalkannya tidak mengitikadkan atau menekankan bahwa
hadits tersebut benar-benar bersumber kepada nabi;
M. Perbedaan Ulama Dalam Penetapan Derajat Hadits
Al-Imam at-Tirmidzi berkata : Ulama telah berbeda pendapat dalam
menilai lemah seseorang, sebagaimana mereka juga berbeda pendapat
dalam Ilmu lainnya. (al-Ilal as-Shaghir).
Penetapan derajat suatu hadits merupakan ijtihat seorang ahli hadits.

N. Menyikapi Hadits Yang Bertentangan


Dalam ilmu mukhtalaf al-hadits (perbedaan hadits), Ibnu Hajar al-Asqalani
merumuskan beberapa cara atau solusi dalam menyikapi hadits-hadits yang
bertentangan, antara lain :

Yaitu dengan cara mengkompromikan, memadukan atau mencari titik


temu.
Al-Nasikh wa al-Mansukh
Yaitu dengan cara meneliti kemungkinan adanya penghapusan atau

Thariqatul Tarjih atau biasa disebut Tarjih


Yaitu dengan cara mencari yang paling kuat/dominan, dan mendhoifkan
yang lebih lemah;
Al-Tauqif
Diam, atau menuggu sampai ada petunjuk atau dalil lain yang dapat
menyelesaikan.
Jumhur ulama hadits menyarankan untuk mengedepankan thariqat
omi tidak dapat dilakukan.
O. Beberapa kitab yang terkenal
1. Shahih Bukhari, disusun oleh Bukhari (194-256 H)
2. Shahih Muslim, disusun oleh Muslim (204-262 H)
3. Sunan Abu Daud, disusun oleh Abu Dawud (202-275 H)
4. Sunan at-Turmudzi, disusun oleh At-Turmudzi (209-279 H)
5. Sunan an-Nasa'i, disusun oleh an-Nasa'i (215-303 H)
6. Sunan Ibnu Majah, disusun oleh Ibnu Majah (209-273).
7. Musnad Imam Ahmad bin Hambal (wafat 164 H - 241 H).

P. Biografi Mudawin Hadits


1. Imam Malik bin Anas (wafat 95 H - 179 H).
Nama lengkap beliau -Anshari, dan
digelari Abu Abdillah. Lahir di Madinah pada tahun 95 H.
Beliau adalah pembangun Madzhab Maliki dalam fikih. Tetapi walaupun
-
Muw
2. 150 H - 204 H).

Said bin Ubeid bin Abdi Yazin bin Hasym bin Abdil Muthalib bin Abdi
Manaf al-Qurasyi al-Mathalabi.
Lahir tahun 150 H. Di Asqalan Palestina, kemudian dibawa Ibunya kembali

suci.
Guru beliau dalam ilmu hadits adalah Sofyan bin Uyainah, Imam Malik
bin Anas dan lain lain. Beliau selain Ahli fikih juga Mujtahid Muthlak,

Kitab beliau Musnad Asy Syafii, Al-Umm, Al-Muzanni, dan lain lain
penuh dengan hadits hadits yang diriwayatkan oleh beliau. Beliau wafat
pada tahun 204 H. di Mesir dan bermakam disitu.

3. Imam Ahmad bin Hambal (wafat 164 H - 241 H).


Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Hilal as-Syaibani.
Lahir di bagdad tahun 164 H. Dan bapak beliau pada muda nya bertempat
tinggal di Marwin wilayah Khurasan (Asia Tengah). Beliau adalah seorang
ulama besar, baik dalam fikih maupun ilmu hadits, pembangun Madzhab
Hambali dalam fikih, tetapi juga menghapal dan pemangku hadits (hufadz).

1.000.000 hadits. Ini adalah suatu keramat bagi Auliya auliya Allah yang
jarang tandingannya. Kitab Beliau yang populer Musnad Ahmad.
Baik juga dimaklumi bahwa salah seorang guru Ahmad bin Hambal dalam

Di Bagdad.
4. Imam Bukhari (194 H - 256 H)
Nama lengkapnya: Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin
al-Mughirah al-
wafat tahun 256 H.Kitabnya: al- -Musnad as-Sahih al-Mukhtashar
min umuri Rasulullah wa sunanihi wa Ayyamihi. Kitab ini ditulis selama
16 tahun. Isi Kitab: jumlah hadits yang terdapat dalam kitabnya sebanyak
9.082 buah. Jika tanpa pengulangan jumlahnya 2.602 buah. Kitab ini
direvisi oleh Bukhari sebanyak tiga kali.
5. Imam Muslim (204 H - 261 H)
Nama lengkap: Abdul Husayn Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburi. Lahir
tahun 204 H. Kitabnya: al-Musnad al-Sahih al-Mukhtasar min al-Sunan bi
Naql al-Adl an Rasulillah. Metode penyusunan kitab haditsnya
dipengaruhi oleh Bukhari. Isi: Jumlah haditsnya sebanyak 3033 buah.
Muslim hanya membukukan hadits sahih yang diterima masyarakat.
6. Abu Dawud (202 H - 275 H)
Nama lengkapnya: Abu Dawud Sulaiman bin al- -Azdi al-
Sijistani. Lahir tahun 202 H dan wafat tahun 275 H. Kitabnya: Sunan Abu
Dawud. Isi kitab: Menyeleksi 4800 hadits dari 50.000 hadits yang
diterima. Tidak memuat masalah moralitas, sejarah dan zuhud. Merupakan
kitab hadits terlengkap dalam bidang hukum.
7. At-Tirmizi (209 H - 279 H)
Nama lengka: Muhammad bin Isa bin Sawa bin Musa bin al-Dahhak al-
Tirmizi. Lahir tahun 209 H dan wafat tahun 279 H.
Metode penyusunannya dipengaruhi oleh Bukhari. Kitabnya: Sunan at-
Tirmizi. Isinya: Jumlah hadits yang ditulis sebanyak 3956 buah. Dalam
setiap haditsnya disebutkan apakah hadits tersebut sahih, hasan, atau

tafsir, akidah, sejarah Nabi dan sahabat dan lain-lain.


8. An-Nasai (215 H - 303 H)
Nama lengkap: Abdurrahman Ahmad bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin
Bahr al-Khurasani an-Nasai. Lahir tahun 215 H. Kitabnya: asalnya Sunan
al-Kubra yang dihadiahkan kepada gubernur Ramlah (Paletina), lalu
diseleksi ang sahih dan dinamakan dengan as-Sunan al- . Isi
Kitab: disamping hadits sahih, terdapat juga hadits yang lemah, tetapi
beliau menyebtkan cacat isnadnya.
9. Ibnu Majah (209 H - 273 H)
Nama lengkap: Abu Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini. Kitabnya:
Sunan Ibn Majah. Isi Kitab: jumlah hadits seluruhnya yang ditulis 4.341
buah, 3002 diantaranya terdapat dalam kutub as-sitah yang lain. Sebanyak
1339 diriwayatkan sendiri. Terdapat 613 hadits yang lemah sanadnya. Dari
segi sitematika kitab hadits ini merupakan yang terbaik.

Anda mungkin juga menyukai