Anda di halaman 1dari 4

B. KEHARUSAN KAUM MUKMIN MENGIKUTI HADITS RASULULLAH SAW.

Keharusan kaum mukminin untuk mengikuti hadits-hadits Rasulullah SAW didasarkan pada
beberapa ayat Al-Qur’an, diantaranya :

A. ( Al-Hasyr/59 : 7)
B. ( Al-Ahzab/33 : 36)

Hal ini dikarenakan, sabda dan perbuatan Rasulullah SAW selalu didasarkan atas wahyu yang
diterimanya. Hal ini dijamin oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an ( An-Najm/53 : 3-4 ).

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa, kemunculan ilmu hadits adalah merupakan
pengejawantahan dari perintah Allah SWT sendiri untuk berhukum pada hadits di samping Al-Qur’an.

H. TINGKATAN KUALITAS HADITS

Hadits-hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW derajatnya berbeda-beda dilihat dari
keshahihannya, yang tergantung pada kualitas sanad, rawi’ dan matan.

Pembagian hadits ini dilakukan dgn menyaring hadits” yg bersifat zhann (kemungkinan benar)
dengan menggunakan ilmu hadits. Penyaringan dilakukan pada kualitas sanad, rawi’ dan matannya. Dari
hasil penyaringan tersebut munucullah ketiga jenis hadits, yaitu Hadits Shahih, Hadits Hasan, dan Hadits
Dhaif. Hadits Shahih dan Hadits Hasan bisa dijadikan Hujjah Syariyyah (dalil hukum agama) sedangkan
Hadits Dhaif tidak bisa dijadian Hujjah Syariyyah.

1. HADITS SHAHIH

Yaitu hadits yang (1) berkesinambungan rawi’-rawi’nya; (2) Diterima dari rawi’ yang adil,
(memiliki sifat ‘adalah, yaitu kredibilitas pribadi), yaitu; muslim, dewasa, sehat akal dan tak pernah
berbuat dosa, dan (3) dlabith (memiliki kredibilitas intelektual), yaitu kuat hafalannya, cermat baik
tanggapan dan tidak pelupa, (4) tidak cacat dan (5) tidak bertentangan dengan riwayat yang lebih kuat
lainnya.

A. Syarat- syarat Hadits Shahih

1). Sanadnya bersambung

Artinya hendaklah rawi’ (orang-orang yang meriwayatkan suatu hadits) dari suatu generasi
memiliki kesambungan dengan generasi berikutnya sehingga apa yang dikatakan Nabi
Muhammad terus terjaga dan tidak berubah.

2). Rawi’nya bersifat adil

Oleh Al-Razi’ mendefinisikan ‘adil sebagai kekuatan rohani yang mendorong untuk selalu
berbuat taqwa.
3). Rawi’nya dlabith

Dlabith adalah kemampuan memelihara hadits baik dengan hafalan maupun catatan, yaitu
mampu meriwayatkan hadis itu sebagaimana diterimanya.

4). Tidak Syadz

Syadz ialah apabila rawi’ yang Tsiqat (terpercaya) dalam suatu hadits menyalahi hadits lain yang
rawi’nya lebih dibanding rawi’ pada hadits pertama.

5). Tidak cacat (‘Illat)

‘Illat artinya penyakit atau cacat, yaitu sesuatu yang membuat keshahihan hadits ternodai.
Biasanya tidak terlalu Nampak sehinnga sulit ditemukan kecualii oleh ahilnya.

B. Urutan derajat Hadits Shahih

A) Hadits yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim

B) Hadits yang disepakati oleh Bukhari saja.

C) “ “ “ “ Muslim saja.

D) Hadits yang shahih berdasarkan syarat bukhari dan muslim, padahal keduanya tidak
mencantumkan dalam kitabnya.

E) Hadits yang berdasarkan syarat Bukhari saja.

F) “ “ “ “ Muslim saja.

G) Hadits yang dianggap shahih oleh para ahli selain Bukhari dan Muslim.

2. HADITS HASAN
Yaitu hadits yang sanadnya berkesinambungan tanpa putus, disampaikan oleh para
periwayat (rawi’) yang ‘adil, tetapi ada diantara periwayat yang kurang kedhabitan
(kekuatan hafalan)nya. Hadits hasan juga harus terbebas dari cacat dan tidak bertentangan
dengan riwayat yang lebih kuat.

3. HADITS DHA’IF
Yaitu hadits yang tidak memenuhi kriteria hadits shahih dan Hadits Hasan, baik dalam
sanad, ataupun pada rawi’nya, atau mengandung cacat dan bertentangan dengan riwayat
yang lebih kuat. Ada beberapa jenis Hadits Dha’if diantaranya :
A. Hadits Mursal : Hadits yang tidak menyebut sahabat dalam rangkaian perawinya
B. Hadits Munqathi’ : Hadits yang sanadnya terputus di tengah, karena ada Rawi’ yang
hilang, atau Rawi’ yang tidak dikenal identitasnya.
C. Hadits Maqlub : Hadits yang susunan Rawi’-rawi’nya terbalik dalam sanadnya, yang
seharusnya disebut belakangan disebutkan lebih dahulu, atau terbalik antara sanad
dan matannya.
D. Hadits Munkar : Hadits yang matannya tidak dikenal, kecuali dari seorang Rawi’ yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan kekuatan hafalannya.
E. Hadits Matruk : Hadits yang diriwayatkan oleh perawi’ yang diketahui suka berbohong,
atau sering salah fasik (suka berbuat dosa besar), atau teledor, sedangkan haditsnya
hanya didapat dari perawi ini saja.

I. KITAB-KITAB KUMPULAN HADITS

Adapun tingkatan kitab kumpulan hadits-hadits di kalangan Muslim Sunni, dilihat dari derajat dan
kualitasnya, dapat diurutkan sebagai berikut :

A. Kitab Shahih Bukhari


B. Kitab Shahih Muslim
C. Kitab Sunan Abu Daud
D. Kitab Jamiut-Tarmudzi
E. Kitab Sunan An-Nasa’i
F. Kitab Sunan Ibnu Majah

Keenam kitab kumpulan hadits-hadits tersebut diatas disebut dengan Al-Kutuubun Sittah artinya enam
kumpulan kitab hadits. Selain enam kitab hadits ini masih ada kitab-kitab kumpulan hadits-hadits lain
yang mahsyur, diantaranya kitab hadits Ahmad, kitab hadits Imam Syafi’I, dan Al-Muwatha’ Imam Malik.

EVALUASI

1. Hadits adalah segala perkataan, perbuatan, ketetapan dan persetujuan Nabi Muhammad SAW
yang dijadikan ketetapan ataupun hokum dalam islam setelah Al-Qur’an. Macam-macam Hadits
ada tiga :
A. Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya perawi
B. Hadits menururt macam periwayatannya
C. Hadits-hadits Dha’if disebabkan oleh cacat perawi
2. Adapun metode atau cara yang digunakan oleh Rosulullah SAW sebagai berikut :
A. Para sahabat berdialog langsung dengan Rasulullah SAW.
B. Para sahabat menyaksikan perbuatan dan ketetapan Rasulullah SAW.
C. Para sahabat mendengarkan perkataan sesame sahabat yang diperoleh dari Rasulullah SAW.
D. Para sahabat menyaksikan perbuatan sesame sahabat yang diperoleh dari Rasulullah SAW.
3. Hadits Maqbul (diterima) adalah hadits yang telah sempurna syarat-syarat penerimaannya
diantaranya adalah Hadits Shahih dan Hadits Hasan. Sementara itu Hadits Mardud (ditolak)
adalah hadits yang tidak menunjuki keterangan yang kuat akan keberadaanya. Contoh Hadits
Mardud ialah Hadits Dha’if dan Hadits palsu.
4. Dalam agama islam, islam mempunyai 4 sumber hukum apabila terdapat suatu permasalahan
yang ada. Yang pertama menjadi rujukan pemecahan masalah adalah Al-Qur’an dan yang kedua
Hadits. yang ketiga adalah Ijma’ Al-Ulama’ dan yang keempat adalah Al-Qiyas (mengukur). Maka
hadits menempati posisi kedua setelah Al-Qur’an untuk dijadikan rujukan dalam menetapkan
hukum islam.
5. Contoh Hadits Shahih adalah : “Haddatsana ‘Abdullah Bin Yusuf Qaala Akhbarani Malik an Nafi’
an Ibnu Syihab an Muhammad Bin Jubair Bin Mut’im an abiihi qaala sami’tu Rasulullah SAW
qoro’a fil maghribi bit thur (Rowaahu Al- Bukhari)”. Telah menceritakan kepada kami Abdullah
bin Yusuf Berkata: telah mengkhabarkan kepada kami malik dari Ibnu Syihab dari
Muhammad bin Jubair bin Math’ami dari ayahnya ia berkata bahwa: aku pernah mendengar
Rasulullah SAW membaca dalam sholat maghrib surat At-Thur”.

Anda mungkin juga menyukai