Anda di halaman 1dari 25

Hadits Shahih,

Hadits Hasan
dan Hadits Dho’if
Pengertian Hadits
• Hadist secara bahasa bermakna berita dan baru
• Hadits menurut ulama Hadits adalah sinonim
dari sunnah, yakni segala hal yang berasal dari
Rasulullah saw, baik sebelum masa kenabian
maupun setelah kenabian
• Hadits, mayoritas didefinisikan sebagai segala
hal yang diriwayatkan dari Nabi saw setelah
kenabian baik berupa ucapan, perbuatan
maupun keputusan (taqrir)
Hadits Shahih
• Hadits Shahih adalah adalah hadits yang sanad (rantai) perawinya
bersambung, dan mereka itu adil dan kuat hafalan, mereka
meriwayatkan dari perawi yang sama kualitasnya, dan hadits itu
tidak bertentangan dengan hadits lain dan tidak ada celanya.
• Dari definisi tersebut, suatu hadits dapat dikatakan shahih jika
memenuhi syarat:
– Sanad perawinya bersambung, tidak terputus
– Perawinya adil: yakni istiqomah dalam agamanya, baik akhlaknya dan
bebas dari sifat fasik dan segala yang mengurangi muru’ah
(kewibaannya)
– Perawinya dhabit: yakni sadar dan hafal saat menerima hadits,
memahami apa yang didengarnya, hafal saat mendapatkan hingga
meriwayatkannya kembali
– Haditsnya tidak Syadz: maksudnya periwayatan hadits itu bertentangan
dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang lebih baik
– Bebas dari illat (cela) seperti mamarfu’kan hadits yang sebenarnya
mauquf
Hadits Shahih
• Hadist Shahih terbagi kepada dua bagian:
– Shahih li Dzatihi( )‫ )ص))حيح ل))ذا)ته‬: hadist yang
mengandung kriteria ideal diterimanya hadits,
seperti definisi yang disebutkan di atas
– Shahih li Ghoirihi ()‫ )ص))حيح ل))غيره‬: Hadits yang
tidak mengandung kriteria ideal diterimanya
hadits, namun posisinya menjadi kuat
dikarenakan faktor lain. Seperti kondisi
perawinya yang kurang dhabit. Seperti juga
hadits hasan jika terdapat riwayat lain yang
menguatkan sehingga naik ke derajat hadist
shahih
Syarat-syarat Hadits Shahih
1. Sanadnya Bersambung
2. Perawinya Adil
3. Perwainya Dhabith
4. Tidak Syadz
5. Tidak Ber’illat
Kehujahan Hadits Shahih
• Hadits yang telah memenuhi persyaratan hadits shahih
wajib diamalkan sebagai hujah atau dalil syara’ sesuai
ijma’ para uluma hadits dan sebagian ulama ushul dan
fikih. Kesepakatan ini terjadi dalam soal-soal yang
berkaitan dengan penetapan halal atau haramnya
sesuatu, tidak dalam hal-hal yang berhubungan dengan
aqidah.
• Sebagian besar ulama menetapkan dengan dalil-dalil
qat’i, yaitu al-Quran dan hadits mutawatir. oleh karena itu,
hadits ahad tidak dapat dijadikan hujjah untuk
menetapkan persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan aqidah.
Tingkatan Hadits Shahih
1. Pertama, ashah al-asanid yaitu rangkaian sanad yang
paling tinggi derajatnya. seperti periwayatan sanad dari
Imam Malik bin Anas dari Nafi’ mawla (mawla= budak yang
telah dimerdekakan) dari Ibnu Umar.
2. Kedua, ahsan al-asanid, yaitu rangkaian sanad hadits
yang yang tingkatannya dibawash tingkat pertama diatas.
Seperti periwayatan sanad dari Hammad bin Salamah dari
Tsabit dari Anas.
3. Ketiga. ad’af al-asanid, yaitu rangkaian sanad hadits yang
tingkatannya lebih rendah dari tingkatan kedua. seperti
periwayatan Suhail bin Abu Shalih dari ayahnya dari Abu
Hurairah.
Hadits Hasan
• Hadits Hasan adalah hadist yang memenuhi syarat
hadits shahih, akan tetapi terdapat kekurangan dalam
hal kedhabitan (kurang hafalan) perawinya.
• Hukum hadist hasan bisa diterima dan wajib diamalkan
isi hadits tersebut, karena pada dasarnya kedhabitan itu
masih ada pada diri perawi, hanya saja kedhabitannya
kurang sempurna.
• Perbedaan antara hadits Shahih dan Hadits Hasan
terletak pada kedhabitan perawi, dimana dalam hadits
shahih kedhabitannya sempurna, sedangkan pada
hadits hasan kedhabitannya kurang sempurna.
• Hadits Hasan terbagi kepada dua bagian:
– Hadits Hasan li DZatihi ()‫)حسنل))ذا)ته‬
– Hadist Hasan li Ghairihi ()‫)حسنل))غيره‬
Hadits Hasan
• Hadits Hasan li Dzatihi adalah seperti defini hadits hasan
di atas
• Hadits Hasan li Ghoirihi adalah hadits yang terpenuhi
syarat hadits Hasan, dengan demikian kedhabitannya
lemah, akan tetapi dikuatkan oleh faktor lain sehingga
derajatnya naik menjadi hadist hasan, seperti sanadnya
yang tidak diketahui, sering salah namun tidak terindikasi
berbohong, juga bukan karena kefasikan
• Hadits Hasan li Ghoiri dapat dijadikan hujjah (dalil)
seperti halnya hadist hasan li dzatihi, dapat diterima dan
diamalkan isi haditsnya.
• Hadits-hadits hasan banyak terdapat di kitab-kitab
“Sunan”. Meskipun terdapat pula hadits shahih, hasan,
dhoif
Kehujahan Hadits Hasan
• Hadits hasan sebagai mana halnya hadits
shahih, meskipun derajatnya dibawah
hadits shahih, adalah hadits yang dapat
diterima dan dipergunakan sebagai dalil
atau hujjah dalam menetapkan suatu
hukum atau dalam beramal. Para ulama
hadits, ulama ushul fiqih, dan fuqaha
sepakat tentang kehujjahan hadits hasan.
Hadits Dho’if
• Hadist Dho’if adalah hadits yang tidak terpenuhi keriteria
diterimanya hadist.
• Dengan demikian, jika hilang salah satu kriteria saja,
maka hadits itu menjadi tidak shahih atau tidak hasan.
Lebih-lebih jika yang hilang itu sampai dua atau tiga
syarat maka hadits tersebut dapat dinyatakan sebagai
hadits dhai’if yang sangat lemah. Karena kualitasnya
dha’if, maka sebagian ulama tidak menjadikannya
sebagai dasar hukum.
Adapun penyebab kedhoifannya karena
beberapa hal:
1. Sebab Terputusnya sanad, akan terputus sanad pun terbagi atas 2 bagian :
Pertama adalah terputus secara dzhohir (nyata):
(a) Mu’allaq adalah apa yang dibuang dari permulaan sanad baik satu
rawi atau lebih secara berurutan.
(b) Mursal adalah apa yang terputus dari akhir sanadnya yaitu orang
sesudah tabi’in (Sahabat).
(c) Mughdhal adalah apa yang terputus dari sanadnya 2 atau lebih secara
berurutan.
(d) Munqoti’ adalah apa yang sanadnya tidak tersambung.
Sedangkan yang kedua terputus secara khofi (tersembunyi) yaitu:
(a) Mudallas adalah menyembunyikan cacat (‘aib) pada sanadnya dan
memperbagus untuk dzohir haditsnya.
(b) Mursal Khofi adalah meriwayatkan dari orang yang ia bertemu atau
sezaman dengannya apa yang ia tidak pernah dengar dengan lafadz
yang memungkinkan ia dengar dan yang lainnya seperti qaala.
2. Sebab penyakit pada rawi
Penyakit pada rawi pun terbagi atas 2 yaitu perilakunya dan
dhobit (hafalannya), adapun yang pertama penyakit
perilakunya yaitu:
(a)Pendusta
(b) Tertuduh dusta
(c) Fasiq
(d) Bid’ah
(e) Kebodohan
Adapun penyakit pada dhobit (hafalan ) yaitu :
(a) Jelek hafalannya
(b) Lalai
(c) Menyelisihi yang tsiqat
(d) Ucapan yang menipu
Macam-macam Hadits Dhoif
1. Dha’if karena tidak bersambung sanadnya
(a) Hadits Munqathi
Hadits yang gugur sanadnya di satu tempat atau lebih, atau pada sanadnya disebutkan nama seseorang
yang tidak dikenal.
(b) Hadits Mu’allaq
Hadits yang rawinya digugurkan seorang atau lebih dari awal sanadnya secara berturut-turut.
(c) Hadits Mursal
Hadits yang gugur sanadnya setelah tabi’in. Yang dimaksud dengan gugur di sini, ialah nama sanad terakhir
tidak disebutkan. Padahal sahabat adalah orang yang pertama menerima hadits dari Rasul SAW.
Mursal al-Jali
Hadits yang tidak disebutkannya (gugur) nama sahabat dilakukan oleh tabi’in besar.
Mursal al-Khafi
Pengguguran nama sahabat dilakukan oleh tabi’in yang masih kecil. Hal ini terjadi karena hadits yang
diriwayatkan oleh tabi’in tersebut meskipun ia hidup sezaman dengan sahabat, tetapi ia tidak pernah
mendengar sebuah hadits.
(d) Hadits Mu’dhal
Hadits yang gugur rawinya, dua orang atau lebih, berturut-turut, baik sahabat bersama tabi’i, tabi’i bersama
tabi’ al-tabi’in maupun dua orang sebelum shahabiy dan tabi’iy.
(e) Hadits Mudallas
Hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadits itu tidak terdapat cacat.
2. Dha’if karena tiadanya syarat adil
(a) Hadits al-Maudhu’
Hadits yang dibuat-buat oleh seorang (pendusta) yang
ciptaannya dinisbatkan kepada Rasulullah secara paksa
dan dusta, baik sengaja maupun tidak.
(b) Hadits Matruk dan Hadits Munkar
Hadits yang diriwayatkan oleh seseorang yang tertuduh
dusta (terhadap hadits yang diriwayatkannya), atau tanpak
kefasikannya, baik pada perbuatan ataupun perkataannya,
atau orang yang banyak lupa maupun ragu.
3. Dha’if karena tiadanya Dhabit.
(a) Hadits Mudraj
Hadits yang menampilkan (redaksi) tambahan, padahal bukan (bagian dari)
hadits
(b) Hadits Maqlub
Hadits yang lafaz matannya terukur pada salah seorang perawi, atau
sanadnya. Kemudian didahulukan pada penyebutannya, yang seharusnya
disebutkan belakangan, atau mengakhirkan penyebutan, yang seharusnya
didahulukan, atau dengan diletakkannya sesuatu pada tempat yang lain.
(c) Hadits Mudhtharib
Hadits yang diriwayatkan dengan bentuk yang berbeda padahal dari satu
perawi dua atau lebih, atau dari dua perawi atau lebih yang berdekatan tidak
bisa ditarjih.
(d) Hadits Mushahhaf dan Muharraf
Hadits Mushahhaf yaitu hadits yang perbedaannya dengan hadits riwayat lain
terjadi karena perubahan titik kata, sedangkan bentuk tulisannya tidak berubah.
Hadits Muharraf yaitu hadits yang perbedaannya terjadi disebabkan karena
perubahan syakal kata sedangkan bentuk tulisannya tidak berubah.
4. Dha’if karena Kejanggalan dan kecacatan
(a) Hadits Syadz
Hadits yang diriwayatkan oleh orang yang maqbul, akan
tetapi bertentangan (matannya) dengan periwayatan dari
orang yang kualitasnya lebih utama.
(b) Hadits Mu’allal
Hadits yang diketahui ‘Illatnya setelah dilakukan penelitian
dan penyelidikan meskipun pada lahirnya tampak selamat
dari cacat
5. Dha’if dari segi matan
(a) Hadits Mauquf
Hadits yang diriwayatkan dari para sahabat, baik berupa
perkataan, perbuatan, atau taqrirnya. Periwayatannya, baik
sanadnya bersambung maupun terputus.
(b) Hadits Maqthu
Hadits yang diriwayatkan dari tabi’in dan disandarkan
kepadanya, baik perkataan maupun perbuatannya. Dengan
kata lain, hadits maqthu adalah perkataaan atau perbuatan
tabi’in.
Kehujahan Hadits Dhoif
1. Level Kedhaifannya Tidak Parah
2. Berada di bawah Nash Lain yang Shahih
3. Ketika Mengamalkannya, Tidak Boleh
Meyakini Ke-Tsabit-annya
Hukum Hadits Dho’if
• Para ulama berbeda pendapat tentang hukum
mengamalkan hadits dhoif
– Yahya bin Muin, Ibnul Arabi, Bukhori, Muslim dan ibnu Hazm
berpendapat: tidak boleh mengamalkan hadits dhoif secara
mutlak, termasuk dalam hal fadhoil ‘amal (keutamaan beramal)
dan hukum.
– Abu Daud dan Imam Ahmad berpendapat: Hadits dhoif boleh
diamalkan secara mutlak. Bahkan keduanya menganggap hal
itu lebih kuat dari pada pendapat orang-orang.
– Ibnu Hajar dan lainnya berpendapat: boleh mengamalkan hadits
dhoif dalam perkara fadhoil ‘amal (keutamaan beramal) dan
berisi nasehat, dengan syarat tertentu, yakni:
• Dhoifnya tidak sangat
• Masih dalam dasar yang masih boleh diamalkan
• Tidak diyakini itu suatu ketentuan/kepastian (tsubut) tapi lebih
karena sikap berhati-heti
Mengenal Kitab-kitab Hadist
 Shahih al-Bukhori
 Penulisnya adalah Abu Abdullah bin Muhammad
bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughiroh al-Ju’fi al-
Bukhori, lahir di kota Bukhoro tahun 194 H,
 Kitab ini oleh Imam Bukhori dinamakan “Al-jami’
al-Shahih al-Musnid al-Muhktashar min Umur
Rasululillah saw wa Sunanihi wa Ayyamihi”.
Disusun berdasarkan judul-judul. Buku ini
memuat 9082 hadits yang disaring dari 600.000
hadits. Penyusunannya memakan waktu 16
tahun, dan beliau tidak meletakkan hadits
kecuali terlebih dahulu melakukan shalat dua
rakaat. Sebanyak 90.000 yang pernah
mendengar/belajar kitab ini di zamannya.
 Kitab ini –oleh sebagian ulama- dianggap kitab
tershahih dalam hal hadits, bahkan tershahih
setelah al-Qur’an
Mengenal Kitab-kitab Hadist
 Shahih Muslim
 Penulisnya adalah Abu al-Husain Muslim bin al-Hujjaj
al-Qusyairi al-Nisaburi, lahir pada tahun 204 H dan
wafat pada 261 H di Nashrabad desa Nisabur
 Beliau memiliki 20 karya, yang terkenal adalah
“Shahih Muslim”. Dalam kitab tersebut terdapat
10.000 hadits yang telah dipilihnya dari 300.000 yang
dia dengar. Disusun perjudul. Penyusunannya
memakan waktu 15 tahun. Dia berkata, “Tidaklah aku
letakkn satu hadits di kitabku kecuali ada hujjahnya
dan tidaklah aku gugurkan satu haditspun kecuali
ada hujjahnya.”
 Kedudukan Kitab Shahih Bukhori dan Shahih
Muslim:
 Ibnu Taimiyah berkata: “Tidak ada dibawah langit
satu kitabpun yang paling shahih dari Bukhori dan
Muslim, setelah al-Aqur’an”.
 Imam al-Dahlawi berkata, “Adapun kedua kitab
“Shahihani” (Shahih Bukhori-Shahih Muslim) maka
para ulama hadits telah sepakat bahwa seluruh
hadits yang terdapat pada kedua kitab itu adalah dari
hadits yang bersambung dan sampai kepada
Rasulullah saw, dan pasti shahih”.
Mengenal Kitab-kitab Hadist
 Sunan Abu Dawud
 Penulisnya adalah Abu Dawud Imam Sulaiman bin
Asy’ast al-Sajistani, lahir tahun 202 H dan wafat tahun
275 H,
 Kitab ini disusun berdasarkan bab fiqih dan lebih fokus
pada masalah-masalah hukum, tidak ada kisah-kisah
dan nasehat dalam kitab ini
 Jumlah hadits dalam kitab ini sebanyak 5274 hadits, di
dalamnya terdapat hadits shahih, hasan dan dhaif
 Sunan Turmudzi:
 Penulisnya adalah Abi ISa Muhammad bin Isa bin
Saurah al-Turmudzi, lahir tahun 209 H dan wafat tahun
279. Dalam kitab terdapat hadits shahih, hasan, dhaif,
gharib dn munkar. Beliau menggabungkan ilmu hadits
dan fiqih
 Imam Turmudzi berkata: “Aku telah menyusun kitab ini,
dan aku perlihatkan kepada para ulama di Hijaz, Irak,
dan Khurrosan, mereka merestuinya, maka siapa yang
di rumahnya terdapat kitab ini maka rumahnya seperti
ada Nabi yang berkata-kata.”
Mengenal Kitab-kitab Hadist
 Sunan al-Nasa’i
 Penulisnya adalah Imam Abu Abdurrohman Ahmad bin
Syuaib al-Khurosani al-Nasai, lahir tahun 215 H dan wafat
tahun 303 H. Beliau menyusun kitab ini menurut bab fiqih. Di
dalamnya terdapat hadits shahih, hasan dan dhaif
 Sunan Ibnu Majah:
 Penulisnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Yazid al-
Qozwaini. Kata Majah adalah gelar ayahnya. Ibnu Majah
dilahirkan pada tahun 209 H di Qozwain dan wafat pada 273
H. Beliau menyusun kitab ini dalam beberapa bab,
didalamnya terdapat shahih, hasan dan dhaif
 Al-Muwatho
 Penulisnya adalah Imam Malik bin Anas bin Malik, lahir di
Madinah pada 93 H dan wafat pada 179 H. Didalam kitabnya
terdapat 10.000 yang telah disaringnya dari 100.000 hadits
yang dihafalnya
 Musnad Imam Ahmad
 Penulisnya Imam Ahmad bin Hanbal al-Syaibani al-Marwazi,
lahir di Baghdad tahun 174 H dan wafat tahun 241 H. Kitab
ini disusun berdasar nama para sahabat, dan pada tiap
sahabat menyebut hadist nya yang telah bersanad. Terdapat
30.000 hadit lebih, yang disaringnya dari 150.000 hadits yang
diketahuinya. Tersebutnya nama sahabat sebayak 800
sahabat
‫وهللا أعلم بالصواب‬

‫وصلى هللا على محمد وعلى اله‬


‫وصحبه وسلم‬

Anda mungkin juga menyukai