Anda di halaman 1dari 28

HADITS SAHIH

SEBAGAI DASAR
HUKUM
-kelompok 7-
Anggota Kelompok:

Lindi Asmara M. Raihan Salsabil Atikah


Rengganis S Fahrezi Hakim

08 13 20
Menurut Imam Al-Anshar, seorang yang ingin berdalil dengan suatu hadits yang
terdapat dalam kitab Sunan dan Musnad, (maka dia berada dalam dua kondisi). Jika dia
seorang yang mampu untuk mengetahui (kandungan) hadits yang akan dijadikan dalil,
maka dia tidak boleh berdalil dengannya hingga dia meneliti ketersambungan sanad
hadits tersebut dan kapabilitas para perawinya.

Jika dia tidak mampu, maka dia boleh berdalil dengannya apabila menemui salah
seorang imam yang menilai hadis tersebut berderajat shahih atau hasan. Jika tidak
menemui seorang imam yang menshahihkan hadits tersebut, maka dia tidak boleh
berdalil dengan hadits tersebut.
01
Pembagian
Hadits
Kualitas Kuantitas
Hadits Berdasarkan Kuantitas

Berdasarkan kuantitas (jumlah perawi), hadits terbagi menjadi dua:

a. Hadits Mutawatir
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang banyak.
b. Hadits Ahad
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang yang banyak namun tidak
sebanyak periwayat hadits mutawatir. Hadits Ahad bukanlah hadits
palsu, melainkan hadits sahih namun derajatnya tidak setinggi hadits
mutawatir.
Hadits Mutawatir

Syarat Hadits Mutawatir Klasifikasi Hadits


● Pemberitaan yang ● Mutawatir lafzi
disampaikan perawi harus Adalah hadis yang
berdasarkan tangkapan diriwayatkan oleh banyak
pancaindranya sendiri orang yang susunan redaksi
● Jumlah perawinya harus dan maknanya sesuai antara
mencapai suatu ketentuan riwayat yang satu dengan
yang tidak memungkinkan yang lain
mereka bersepakat dusta ● Mutawatir ma’nawi
● Adanya keseimbangan jumlah Adalah hadits mutawatir yang
antara rawi-rawi dalam perawinya berlawanan dalam
tabaqah pertama dengan menyusun hadits namun
jumlah perawi sama maknanya
Hadits Ahad
Klasifikasi Hadits Ahad:
● Hadits Masyhur : Hadits yang
diriwayatkan oleh 3 orang
atau lebih.
● Hadits ‘Aziz: Hadits yang
diriwayatkan oleh 2 orang
kemudian orang lain
meriwayatkannya.
● Hadits Garib: Hadits yang
dalam sanatnya terdapat
seorang rawi yang menyendiri
dalam meriwayatkan di mana
saja penyendirian yang terjadi
dalam sanad.
Hadits Berdasarkan Kualitas

Berdasarkan kualitas, hadits terbagi menjadi tiga:

a. Hadits Sahih
b. Hadits Hasan
c. Hadist Daif
Hadits Sahih
Secara etimologi, kata sahih artinya sehat.
Sedangkan secara istilah Hadis yang
bersambung sanadnya (jalur periwayatan)
melalui penyampaian para perawi yang ‘adil,
dhabith, dari perawi yang semisalnya sampai
akhir jalur periwayatan, tanpa ada syudzudz,
dan juga tanpa ‘illat
Karakteristik Hadits Shahih

● Rangkaian perawi dalam sanad


harus bersambung dari awal
sampai akhir,
● perawinya harus terdiri dari
orang-orang yang dikenal
siqat (adil dan dabit),
● Haditsnya terhindar dari
‘illat/cacat dan syadz/janggal
● para perawi yang terdekat
dalam sanad harus sezaman.
Kriteria Perawi yang Adil

Notes

● Muslim
● Baligh
● Berakal
● Tidak fasik
● Tidak cacat muruah
wibawanya (di masyarakat)
SYARAT SYARAT HADITS SAHIH

● Sanadnya bersambung
● Perawinya bersifat adil
● Perawinya bersifat dabit
● Tidak syadz
● Tidak memiliki ‘illat
Pembagian Hadits Sahih

a. Hadis Sahih li-zatih


Ialah syarat-syarat lima tersebut
benar-benar telah terbukti adanya.
b. Hadis Sahih li-gairih
Yaitu hadits yang tidak terbukti
memiliki 5 syarat hadits sahih tersebut
baik keseluruhan maupun sebagian
Kehujahan Hadits

Hadis yang telah memenuhi persyaratan hadits


shahih wajib diamalkan sebagai hujah atau dalil
syara’ sesuai ijma’ para uluma hadis dan sebagian
ulama usul dan fikih. Kesepakatan ini terjadi dalam
soal-soal yang berkaitan dengan penetapan halal
atau haramnya sesuatu, tidak dalam hal-hal yang
berhubungan dengan aqidah. Sebagian besar ulama
menetapkan dengan dalil-dalil qat’i, yaitu al-Quran
dan hadis mutawatir.
Persyaratan Sahih yang Terpenuhi
● Hadis yang disepakati oleh bukhari dan muslim (muttafaq
‘alaih),
● Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori saja,
● Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim saja,
● Hadis yang diriwayatkan orang lain memenuhi
persyaratan Al-Bukhari dan
● Muslim,
● Hadis yang diriwayatkan orang lain memenuhi
persyaratan Al-Bukhari saja,
● Hadis yang diriwayatkan orang lain memenuhi
persyaratan Muslim saja,
● Hadis yang dinilai shahih menurut ulama hadits selain Al-
Bukhari dan Muslimdan tidak mengikuti persyratan
keduanya, seperti Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan lain-
lain.
Kitab yang Menghimpun Hadits Sahih
Sahih Al-
01 Bukhari (250 03 Sahih Ibnu
Khuzaimah
H) (311 H)
05 Mustadrak Al-
Hakim (405 H)
02 Sahih Muslim 04 Sahih Ibnu
(261 H) Hiban (354 H)
Hadits Hasan
Hadis hasan adalah hadis yang sanadnya tersambung,
dengan perantara perawi yang adil, yang sedikit lemah
hafalannya, tidak ada syadz (berbeda dengan hadis
yang lebih sahih) dan ‘illat (penyakit). Kata al-hasan
secara bahasa merupakan sifat musyabahah dari kata al-
husna yang berarti al-jamal, yang artinya baik/bagus.
Secara istilah, ulama hadis
berbeda pendapat mengenai
definisi hadis hasan

Imam Tirmidzi mendefinisikannya sebagai hadis


yang perawinya tidak ada yang dicurigai
pembohong, tidak bertentangan dengan hadis
lain, dan diriwayatkan lebih dari satu sanad.
Namun definisi yang lebih disepakati para ulama
hadits adalah definisi yang disebutkan pada awal
artikel, pengertian itu didapat berdasarkan
pendapat Ibnu Hajar tentang hadis sahih.
Hadits hasan dapat dijadikan sebagai Kriteria Hadits Hasan
hujah dalam penetapan hukum.
Meskipun tidak sekuat hadits shahih. kriterianya sama dengan hadis sahih,
Hujah tersebut disetujui oleh fukaha, Hanya saja pada hadis hasan terdapat
ulama hadits dan usul fikih kecuali perawi yang tingkat kedabitannya
ulama yang tergolong mutasyaddid kurang atau lebih rendah dari perawi
(keras). Terkadang hadis sahih. Kriterianya yaitu:
para ulama mutasahhil (tidak terlalu a. Sanad hadis harus bersambung
ketat) menggolongkan hadits hasan b. Perawinya adil
sebagai hadits shahih c. Perawinya mempunyai sifat dabit,
namun kualitasnya lebih rendah (kurang)
dari yang dimiliki oleh perawi hadis
sahih.
d. Hadis yang diriwayatkan tersebut
tidak syaz
e. Hadis yang diriwayatkan terhindar dari
‘illat yang merusak
Pembagian Hadis Hasan

Hadis hasan li gairihi


Hadis hasan li gairihi adalah hadis daif apabila
Hadis hasan li zatihi jalan (datang)-nya berbilang (lebih dari satu),
dan sebab-sebab kedaifannya bukan karena
hadis hasan li zatihi adalah hadist perawinya fasik atau pendusta.
yang diriwayatkan oleh yang adil,
bersambung sanadnya, tidak cacat, dan Dengan demikian hadis hasan li gairihi pada
tidak syadz. Tetapi Bila kemampuan mulanya merupakan hadis daif, yang naik
menghafalnya kurang atau lebih menjadi hasan karena ada riwayat penguat,
rendah. Maka dimasukkan Hadits jadi dimungkinkan berkualitas hasan karena
hasan li zatihi riwayat penguat itu, seandainya tidak ada
penguat tentu masih berstatus daif.
Kitab-Kitab yang memuat hadits hasan

Para ulama hadis tidak membukukan kitab


khusus yang memuat hadis hasan sebagaimana
mereka membukukan hadis sahih dalam satu
kitab. Akan tetapi terdapat kitab yang sekiranya
memuat banyak hadis hasan di dalamnya, di
antaranya;
a. Sunan at-Tirmidzi
b. Sunan Abu Daud
c. Sunan ad-Daruqutni
Hadits Dhoif

Hadits Dhoif yaitu Hadits lemah. Hadits Dhoif merupakan Hadits Hasan yang kehilangan satu
kriteria. Bila lebih termasuk Hadits Dhoif yang sangat lemah. Sebagian ulama tidak
menjadikannya sebagai dasar hukum
Hadits Dhoif
Sebab terputusnya sanad secara nyata Sebab terputusnya sanad secara Khafi
(tersembunyi)
1. Mu’allaq adalah apa yang dibuang
dari permulaan sanad baik satu rawi 1) Mudallas adalah menyembunyikan
atau lebih secara berurutan. cacat (aib) pada sanadnya dan
2. Mursal adalah apa yang terputus dari memperbagus untuk zahir hadisnya.
akhir sanadnya yaitu orang sesudah 2) Mursal Khafi adalah meriwayatkan
tabiin (sahabat). dari orang yang ia bertemu atau
3. Mu’d}al adalah apa yang terputus sezaman dengannya apa yang ia tidak
dari sanadnya 2 atau lebih secara pernah dengar dengan lafaz yang
berurutan. memungkinkan ia dengar dan yang
4. Munqat}i’ adalah apa yang sanadnya lainnya seperti qala.
tidak tersambung.
c. Sebab penyakit pada rawi Penyakit pada
rawi terbagi atas 2 penyakit tentang
ketakwaan yang meliputi :
1). Pendusta
2). Tertuduh dusta
3). Fasik
4). Bidah
5). Kebodohan
Dan penyakit pada dabit (hafalan) yang
meliputi:
1). Jelek hafalannya
2). Lalai
3). Menyelisihi yang siqat
4). Ucapan yang menipu
Hadits Dhoif
a. Daif karena tidak bersambung sanadnya.
b. Daif karena tiadanya syarat adil
1). Hadis Munqati’ Hadis yang gugur sanadnya di satu
tempat atau lebih, atau pada sanadnya disebutkan nama 1). Hadis Maudu’ Hadis yang dibuat-buat
seseorang yang tidak dikenal. oleh seorang (pendusta) yang ciptaannya
2). Hadis Mu’allaq Hadis yang rawinya digugurkan
dinisbatkan kepada Rasulullah secara
seorang atau lebih dari awal sanadnya secara berturut-
turut. paksa dan dusta, baik sengaja maupun
3). Hadis Mursal Hadis yang gugur sanadnya setelah tidak.
tabiin. Yang dimaksud dengan gugur di sini, ialah nama 2). Hadis Matruk dan Hadis Munkar Hadis
sanad terakhir tidak disebutkan. Padahal sahabat adalah yang diriwayatkan oleh seseorang yang
orang yang pertama menerima hadis dari Rasul saw. tertuduh dusta (terhadap hadis yang
4). Hadis Mu’dal Hadis yang gugur rawinya, dua orang
diriwayatkannya), atau tampak
atau lebih, berturut-turut, baik sahabat bersama tabi’in,
tabi’in bersama tabi’ al-tabi’in maupun dua orang sebelum kefasikannya, baik pada perbuatan
sahabat dan tabi’. 5). Hadis Mudallas Hadis yang ataupun perkataannya, atau orang yang
diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadis banyak lupa maupun ragu.
itu tidak terdapat cacat.
c. Daif karena tidak dabit. d. Daif karena Kejanggalan dan kecacatan
1). Hadis Mudraj Hadis yang menampilkan (redaksi) tambahan, 1). Hadis Syadz Hadis yang diriwayatkan oleh orang
padahal bukan (bagian dari) hadis yang maqbul, akan tetapi bertentangan (matannya)
2). Hadis Maqlub Hadis yang lafaz matannya terukur pada dengan periwayatan dari orang yang kualitasnya lebih
salah seorang perawi, atau sanadnya. Kemudian didahulukan utama.
pada penyebutannya, yang seharusnya disebutkan belakangan, 2). Hadis Mu’allal Hadis yang diketahui ‘Illatnya setelah
atau mengakhirkan penyebutan, yang seharusnya didahulukan, dilakukan penelitian dan penyelidikan meskipun pada
atau dengan diletakkannya sesuatu pada tempat yang lain. lahirnya tampak selamat dari cacat
3). Hadis Mudtarib Hadis yang diriwayatkan dengan bentuk
yang berbeda padahal dari satu perawi dua atau lebih, atau dari e. Daif dari segi matan
dua perawi atau lebih yang berdekatan tidak bisa ditarjih.
4). Hadis Musahhaf dan Muharraf. Hadis Musahhaf yaitu hadis 1). Hadis Mauquf Hadis yang diriwayatkan dari para
yang perbedaannya dengan hadis riwayat lain terjadi karena sahabat, baik berupa perkataan, perbuatan, atau
perubahan titik kata, sedangkan bentuk tulisannya tidak takrirnya. Periwayatannya, baik sanadnya bersambung
berubah. Hadis Muh}arraf yaitu hadis yang perbedaannya maupun terputus.
terjadi disebabkan karena perubahan syakal kata sedangkan 2). Hadis Maqtu’ Hadis yang diriwayatkan dari tabiin
bentuk tulisannya tidak berubah. dan disandarkan kepadanya, baik perkataan maupun
perbuatannya. Dengan kata lain, hadis maqtu’ adalah
perkataaan atau perbuatan tabiin.
Kehujahan Hadis Daif
Khusus hadis daif, maka para ulama hadis kelas berat semacam al-Hafiz} Ibnu Hajar al-‘Asqalani
menyebutkan bahwa hadis daif boleh digunakan, dengan beberapa syarat:

1. Level kedaifannya tidak parah.


Hadist dhaif terdiri dari paling lemah hingga hampir mendekati sahih atua hasan asalkan bukan dalam
perkara aqidah dan syariah (hukum halal haram). Hadis yang level kedaifannya tidak terlalu parah,
boleh digunakan untuk perkara fadail al-a’mal (keutamaan amal).

2. Berada di bawah nas lain yang sahih


Maksudnya hadis yang daif itu kalau mau dijadikan sebagai dasar dalam fadail al-a’mal, harus
didampingi dengan hadis lainnya. Bahkan hadis lainnya itu harus sahih. Maka tidak boleh hadis daif jadi
pokok, tetapi dia harus berada di bawah nas} yang sudah sahih.

3. Ketika mengamalkannya tidak boleh meyakini kesabitannya


Maksudnya, ketika kita mengamalkan hadis daif itu, kita tidak boleh meyakini 100% bahwa ini
merupakan sabda Rasululah saw. atau perbuatan beliau. Tetapi yang kita lakukan adalah bahwa kita
masih menduga atas kepastian datangnya informasi ini dari Rasulullah saw..
Syukran!

Anda mungkin juga menyukai