Anda di halaman 1dari 32

GAMBAR TEKNIK

PROYEKSI DAN PRESPEKTIF

OLEH :

FAJAR MEILAN

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNTAG 1945 CIREBON
1
Menggambar Teknik Proyeksi dan Prespektif

PROYEKSI DAN PRESPEKTIF

A. Proyeksi Piktorial, Ortogonal dan Pandangan

Proyeksi merupakan cara penggambaran suatu benda, titik, garis, bidang, benda
ataupun pandangan suatu benda terhadap suatu bidang gambar. Proyeksi piktorial adalah
cara penyajian suatu gambar tiga dimensi terhadap bidang dua dimensi. Sedangkan
proyeksi ortogonal merupakan cara pemproyeksian yang bidang proyeksinya mempunyai
sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Secara umum proyeksi dapat dilihat pada gambar
9.4. dibawah ini :

PROYEKSI

Proyeksi Piktorial Proyeksi Ortogonal Proyeksi Pandangan


(Posisi benda) (Posisi Pemproyeksian) (Posisi Pandangan)

Proyeksi isometric Sebuah titik Proyeksi Eropa


Proyeksi dimetri Sebuah garis Proyeksi Amerika
Proyeksi Miring Sebuah bidang
Proyeksi perspeksif Sebuah benda

Gambar 9.4. Proyeksi

1. Proyeksi Piktorial
Untuk menampilkan gambar-gambar tiga dimensi pada sebuah bidang dua
dimensi, dapat dilakukan dengan beberapa macam cara proyeksi sesuai dengan aturan
menggambar. Beberapa macam cara proyeksi antara lain :

a. Proyeksi piktorial isometri


Untuk mengetahui apakah suatu gambar diproyeksikan dengan cara isometri atau
untuk memproyeksikan gambar tiga dimensi pada bidang dengan proyeksi isometri,
maka perlu diketahui ciri-ciri dan syarat-syarat untuk menampilkan suatau gambar
dengan proyeksi isometri. Adapun ciri dan syarat proyeksi tersebut sebagai berikut :
2
Menggambar Teknik Proyeksi dan Prespektif

1). Ciri pada sumbu


- Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30° terhadap garis mendatar.
- Sudut antara sumbu satu dengan sumbu lainnya 120°.
2). Ciri pada ukurannya
Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan panjang benda yang
digambarnya.
Contoh :

20

50
20

Gambar 9.5. Proyeksi isometri

a). Penyajian Proyeksi Isometri


Penyajian gambar dengan proyeksi isometri dapat dilakukan dengan beberapa
posisi (kedudukan), yaitu posisi normal, terbalik, dan horisontal.
(1) Proyeksi isometri dengan posisi normal
Contoh :

120°
x y
30° 30°

x y
z

titik referensi

Gambar 9.6. Proyeksi isometri dengan posisi normal


3
Menggambar Teknik Proyeksi dan Prespektif

(2) Proyeksi isometri dengan posisi terbalik


Contoh :
z

30° 30°
y 120° x

titik referensi

y x

Gambar 9.7. Proyeksi isometri dengan posisi terbalik

(3) Proyeksi isometri dengan posisi horisontal


Contoh :

y
30°

120° z

30°
x
4
Menggambar Teknik Proyeksi dan Prespektif

titik referensi

x
Gambar 9.8.Proyeksi isometri dengan posisi horisontal

b. Proyeksi Dimetri
Pada proyeksi dimetri terdapat beberapa ciri dan ketentuan yang perlu
diketahui, ciri dan ketentuan tersebut antara lain :
1)Ciri pada sumbu
Pada sumbu x mempunyai sudut 10°, sedangkan pada sumbu y mempunyai
sudut 40°.
2)Ketentuan ukuran
Perbandingan skala ukuran pada sumbu x = 1 : 1, dan skala pada sumbu y = 1 :
2, sedangkan pada sumbu z = 1 : 1
Contoh :
z

y
10°
x 40°

Keterangan :
40 -Ukuran pada sumbu x 40 mm
-Ukuran gambar pada sumbu y
1
digambar
nya, yaitu 20 mm
- Ukuran2pada sumbu z 40 mm

40
40

Gambar 9.9. Proyeksi dimetri


5
Menggambar Teknik Proyeksi dan Prespektif

c. Proyeksi miring
Pada proyeksi miring, sumbu x berhimpit dengan garis horisontal/mendatar dan
sumbu y mempunyai sudut 45° dengan garis mendatar. Skala pada proyeksi miring
sama dengan skala pada proyeksi dimetri, yaitu skala pada sumbu x = 1 : 1, dan
pada sumbu y = 1 : 2, sedangkan pada sumbu z = 1 : 1.
Contoh :z

45°
x
z

Gambar 9.10. Proyeksi miring

d. Gambar Perspektif
Dalam gambar teknik, gambar perspektif jarang dipakai. Gambar perspektif
dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Perspektif dengan satu titik hilang
2. Perspektif dengan dua titik hilang
3. Perspektif dengan tiga titik hilang
Contoh :TH (Titik Hilang)

Gambar 10.1. Perspektif dengan satu titik hilang


6
Menggambar Teknik Proyeksi dan Prespektif

2. Proyeksi Ortogonal
Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya
mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Garis-garis yang
memproyeksikan benda terhadap bidang proyeksi disebut proyektor. Selain proyektor
tegak lurus terhadap bidang proyeksinya juga proyektor-proyektor tersebut sejajar satu
sama lain. Contoh-contoh proyeksi ortogonal dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
a.Proyeksi ortogonal dari sebuah titik
A

Proyektor

Bidang proyeksi

Proyeksi

Gambar 10.2. Proyeksi ortogonal dari sebuah titik

b. Proyeksi ortogonal dari sebuah garis A

A’

B’

Gambar 10.3. Proyeksi ortogonal dari sebuah garis

c. Proyeksi ortogonal dari sebuah bidang


A
B
C
D

A’
B’
D’
C’

Gambar 10.4. Proyeksi ortogonal dari sebuah bidang


7
Menggambar Teknik Proyeksi dan Prespektif

d. Proyeksi ortogonal dari sebuah benda


E
F
A
H B
C G
D

A’E’
B’F’
D’H’
C’G’

Gambar 10.5. Proyeksi ortogonal dari sebuah benda

B. Proyeksi Eropa dan Amerika

Proyeksi Eropa dan Amerika merupakan proyeksi yang digunakan untuk


memproyeksikan pandangan dari sebuah gambar tiga dimensi terhadap bidang dua
dimensi.
1.Proyeksi Eropa
Proyeksi Eropa disebut juga proyeksi sudut pertama, juga ada yang menyebutkan
proyeksi kuadran I, perbedaan sebutan ini tergantung dari masing pengarang buku
yang menjadi refrensi. Dapat dikatakan bahwa Proyeksi Eropa ini merupakan proyeksi
yang letak bidangnya terbalik dengan arah pandangannya (lihat gambar 2.3).
P.A
P.Be
Keterangan :
P.A= Pandangan Atas
P.Ki= Pandangan Kiri
P.Ka P.Ka= Pandangan Kanan
P.Ba= Pandangan Bawah
P.Ki P.Be= Pandangan Belakang

P.D

P.Ba
8
Menggambar Teknik Proyeksi dan Prespektif

(P. bawah)

(P. kanan) (P. depan) (P. Kiri) (P. Belakang)

(P. atas)
Gambar 10.6. Proyeksi Eropa

2. Proyeksi Amerika
Proyeksi Amerika dikatakan juga proyeksi sudut ketiga dan juga ada yang
menyebutkan proyeksi kuadran III. Proyekasi Amerika merupakan proyeksi yang letak
bidangnya sama dengan arah pandangannya (lihat gambar 2.4).
P.A
P.Be
Keterangan :
P.A= Pandangan Atas
P.Ki= Pandangan Kiri
P.Ka= Pandangan Kanan
P.Ka
P.Ba= Pandangan Bawah
P.Be= Pandangan Belakang
P.Ki

P.D
(P. atas)
P.Ba

(P. kiri) (P. depan) (P. kanan) (P. Belakang)

(P. bawah)
9
Menggambar Teknik Proyeksi dan Prespektif

Gambar 10.7. Proyeksi Amerika


C. Simbol Proyeksi

Untuk membedakan proyeksi Eropa dan proyeksi Amerika, perlu diberi lambang
proyeksi. Dalam standar ISO (ISO/DIS 128), telah ditepkan bahwa cara kedua proyeksi
boleh dipergunakan. Sedangkan untuk keseragaman ISO, gambar sebaiknya digambar
menurut proyeksi Eropa (Kuadran I atau dikenal dengan proyeksi sudut pertama).
Dalam sebuah gambar tidak diperkenankan terdapat gambar dengan menggunakan
kedua proyeksi secara bersamaan. Simbol proyeksi ditempatkan disisi kanan bawah kertas
gambar. Simbol/lambang proyeksi tersebut adalah sebuah kerucut terpancung.

Simbol Proyeksi Eropa Simbol Proyeksi Amerika

D. Anak Panah
Anak panah digunakan untuk menunjukkan batas ukuran dan tempat/posisi atau arah
potongan, sedangkan angka ukuran ditempatkan di atas garis ukur atau disisi kiri garis
ukur.
L

1/3L

Gambar 11.2. Anak panah

Prespektif

Prespektif (Dimensi) merupakan elemen anotasi yang digunakan untuk menunjukkan ukuran
panjang,
besar sudut, radius/diameter dan sebagainya. Dimensi juga merupakan anotasi yang sangat
penting dalam menggambar teknik. Meski anda menggambar dan mencetak dengan
menggunakan skala, tidak masuk akal jika orang yang ingin mengetahui ukuran gambar
anda harus mengukurnya setiap saat.
10
Menggambar Teknik Proyeksi dan Prespektif

a. Klasifikasi Pencatuman Ukuran


Benda-benda yang diukur mempunyai bentuk yang bermacam-macam, fungsi, kualitas, atau
pengerjaan yang khusus. Oleh karena itu, pencatuman ukuran diklasifikasikan menjadi:
• Pengukuran dengan dimensi fungsional
• Pengukuran dengan dimensi nonfungsional
• Pengukuran dengan dimensi tambahan
• Pengukuran dengan kemiringan atau ketirusan
• Pengukuran dengan bagian yang dikerjakan khusus
• Pengukuran dengan kesimetrian
1) Pengukuran dengan dimensi fungsional, nonfungsional, dan ukuran tambahan
Jika suatu benda terdiri atas bagian-bagian (bagian yang dirakit), maka ukuran bagian yang
satu dengan Iainnya mempunyai fungsi yang sama, sehingga satu sama lain mempunyai
ukuran yang berpasangan dan pencatuman ukurannya sebagai fungsi yang berpasangan.
Jika benda kerja yang digambar berdiri sendiri, tetapi dalam sistem pengerjaannya terhadap
maka digambar sesuai dengan ukurannya dan pencatuman ukurannya sebagai fungsi
pengerjaan.

Ukuran-ukuran yang tidak berfungsi disebut ukuran nonfungsional. Untuk melengkapi ukuran,
dalam hal ini supaya tidak menimbulkan kekacauan dalam membaca gambar terutama
dalam jumlah ukuran total, maka ukuran pada gambar dilengkapi dengan ukuran tambahan.
Ukuran tambahan ini harus ditempatkan di antara dua kurung atau di dalam kurung (lihat
Gambar 5.80 berikut).

Gambar 5.80 Ukuran tambahan


11
Menggambar Teknik Proyeksi dan Prespektif

Keterangan:
F = dimensi fungsional
NJF = dimensi nonfungsional
H = dimensi tambahan
2) Pengukuran ketirusan
Untuk mencatumkan ukuran benda yang mempunyai bentuk miring, ukuran kemiringannya
dicantumkan dengan harga tangen sudutnya.

Gambar 5.80 Pengukuran ketirusan


3) Penunjukan ukuran pada bagian yang dikerjakan khusus
Untuk memberikan keterangan gambar pada benda-benda yang dikerjakan khusus, misalnya
dikartel pada bagian tertentu atau dihaluskan dengan ampelas halus, maka pada bagian
yang dikerjakan khusus tadi gambar luarnya diberi garis tebal bertitik (lihat Gambar 5.82).

Gambar 5.82 Penunjukan ukuran pengerjaan


khusus

4) Pemberian ukuran pada bagian-bagian yang simetris


Untuk memberikan ukuran-ukuran pada gambar-gambar simetris, jarak antara tepi dan
sumbu simetrisnya tidak dicantumkan (lihat Gambar 5.83).
12
Menggambar Teknik Proyeksi dan Prespektif

Gambar 5.83 Penunjukan ukuran pada bagian yang


simetris

b. Pencatuman Simbol-Simbol Ukuran


Untuk benda-benda dengan bentuk tertentu, ukurannya dicantumkan disertai simbol
bentuknya: misal benda-benda yang berbentuk silinder, bujur sangkar, bola, dan pingulan
(chamfer). Lihat Gambar 5.84 berikut.

Keterangan:
50 = Diameter bola dengan ukuran 32 mm
SR 16 = Jari-jari bola dengan ukuran 16 mm
C3 = Chamfer atau pinggulan dengan ukuran 3 × 45
023 = Simbol ukuran silinder, dengan ukuran 23 mm
34 = Simbol ukuran bujur sangkar, dengan ukuran sisinya 34 mm
120 = Simbol ukuran tidak menurut skala yang sebenarnya
M12 = Simbol ukuran ulir dengan jenis ulir metris dan diameter luarnya
12 mm
2 = (Silang/cros clengan garis tipis); simbol bidang rata
I = (Strip titik tebal); simbol bagian yang dikerjakan khusus
13
Menggambar Teknik Proyeksi dan Prespektif

Gambar 5.84 Pencantuman simbol-simbol


ukuran

c. Penunjukan ukuran jari-jari


Untuk menunjukkan ukuran jari-jari, dapat digambarkan dengan garis ukur
dimulai dan titik pusat sampai busur Iingkarannya. Sebagai simbol dari jari-jari
tersebut, diberi tanda huruf “R” (lihat Gambar 5.85 berikut).
14
Menggambar Teknik Proyeksi dan Prespektif
15
Menggambar Teknik Proyeksi dan Prespektif

Anda mungkin juga menyukai