Ulumul Hadits I
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
1
M.Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah Pengantar Ulumul Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), 217.
dan terlepas dari segala macam illat (cacat). Sedangkan untuk Hasan tidak kuat
ingatannya bila disbanding rawi yang tergolong shahih.2
B. Pembagiannya dalam kualitas hadits Shahih
Pengertian hadits shahih menurut para muhaditsin yaitu “ hadits yang dinukil
(diriwaayatkan) oleh rawi yang adil, sempurna ingatan sanadnya bersambung-
sambung, tidak berilat dan tidak janggal.” Seperti hadits muslim yang bersanadkan
Ismail, malik, Tsaur bin Zaid, Abi’l-Ghais dan Abu Hurairah r.a.:
وكالصائم اليفطر،رالساعى على االرملة واملسكني كاجملاهد ىف سبيل اهلل وأحسبه كالقائم اليفرت.
“ orang yang memelihara janda dan orang miskin itu bagaikan pejuang
sabilillah atau orang yang berpuasa di siang hari dan bertahajud di malam
hari.”
1. Syarat-syarat hadits shahih
Menurut ta’rif tersebut bahwasannya hadits dapat di nilai shahih, apa bila
memenuhi lima syarat:
a. Rawi bersifat adil,
Keadilan rawi menurut ibn as-Sham’any harus memenuhi empat syarat:
Pertama, selalu memelihara perbuatan taat dan menjauhi perbuatan maksiat.
Kedua, menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan
santun.
Ketiga, tidak melakukan perkara perkara mubah yang dapat menggugurkan
iman kepada kadar dan mengakibatkan menyesal.
Keempat, tidak mengikuti pendapat salah satu madzhab yang bertentangan
dengan dasar syara’.
b. Dhabid atau Sempurna ingatan,
Yang dimaksut dengan dhabid adalah yang kuat inngatannya yaitu ingat lebih
banyak daripada lupanya, dan kebenaran lebih banyak daripada salahnya. Bila
seseorang mempunyai ingatan yang kuat, dari menerima samapai
2
Factuh Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits, (Bandung: Al-Ma’arif, 1974), 130.
menyampaikan kepada orang lain dan ingatan itu sanggupp dikeluarkan kapan
dan dimana sajadi kehendaki, disebut dhabithu ash-shadari.3
c. Sanadnya tidak putus,
Yaitu selamat dari keguguran dimana bahwa tiap-tiap rawi dapat saling
bertemu dan menerima langsung dari guru yang memberinya.
d. Hadits itu tidak ber’illat,
Ilat hadits adalah sesuatu yang samar-samar, yang dapat menodai suatu ke
shahihan hadits. Misalnya meriwayatkan hadits yang mustahil terhadap hadits
mursalatau terhadap hadits munqathi’ dan sebaliknnya. Dapat diangagap illat
hadits, yaitu suatu sisipan yang terdapat pada matan hadits.
e. Tiada janggal.
Kejanggalan hadits yaitu yaitu terletak pada adanya perlawanan antara suatu
hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang maqbul dengan rawi lebih rajah
(kuat) daripadanya. Disebabkan denggan adanya kelebihan jumlah sanad atau
kelebihan dalam kedhabitan rawinya atau ada segi-segi tarjih yang lain.4
Ibnu shalah berpendapat, bahwa hadits shahih seperti disebut di atas, telah
disepakati para muhaditsin. Hanya saja kalaupun mereka berselisih tentang
keshahihansuatu hadits, bukanlah dengan syarat-syarat itu sendiri. Melainkan
karena ada perselisihan dalam menetapkan terwujud atau tidak sifat-sifat tersebut.
Misalnya Abi Zinad mensyaratkan tentang hadits sahih itu tidak cukup
diriwayatkan oleh rawinya mempunyai ketenaran dan keahlian dalam berusaha
dan menyampaikan hadits.
حق على للمسلمني أن يغتسلوا يوم اجلمعتة واليمس احدهم من طيب أهله فإن مل جيد فاملاء له طيب.
III. Kesimpulan
Hadits maqbul adalah hadits yang dapat dijadikan hujjah. Hadits maqbul dibagi menjadi
dua derajad yaitu hadits shahih dan hadits hasan pembedanya hanyalah di dalam segi
kedhabitan rawinya.
7
Ibid
Daftar Pustaka