Anda di halaman 1dari 3

Mengenal Macam-Macam Hadist

1. Hadist Shahih
hadist shahih merupakan hadist yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sanadnya bersambung, perawinya yang adil, kuat ingatannya atau kecerdasannya, tidak
ada cacat atau rusak.
"Setiap hadis yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi
yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz dan
'illah." Beberapa contoh periwayat hadis yang dianggap shahih, seperti Imam Bukhari,
Imam Muslim, At-Turmudzi, Abu Dawud dan masih banyak lagi.

Syarat-Syarat Hadist Shahih

Menurut ta'rif muhadditsin, suatu hadist dapat dikatakan shahih apabila telah memenuhi lima
syarat:

1. Sanadnya bersambung. Tiap–tiap periwayatan dalam sanad hadist menerima periwayat


hadist dari periwayat terdekat sebelumnya. Keadaan ini berlangsung demikian sampai
akhir anad dari hadits itu.

2. Periwayatan bersifat adil. Periwayat adalah seorang muslim yang baligh, berakal sehat,
selalu memelihara perbutan taat dan menjauhkan diridari perbuatan-perbuatan maksiat.

3. Periwayatan bersifat dhabit. Dhabit adalah orang yang kuat hafalannya tentang apa yang
telah didengarnya dan mampu menyampaikan hafalannya kapan saja ia menghendakinya.

4. Tidak janggal atau Syadz. Adalah hadist yang tidak bertentangan dengan hadist lain yang
sudah diketahui tinggi kualitas ke-shahih-annya.

5. Terhindar dari 'illat (cacat). Adalah hadits yang tidak memiliki cacat, yang disebabkan
adanya hal-hal yang tidak baik atau yang kelihatan samar-samar.

Contoh hadits shahih

”Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, ia berkata, 'Telah mengabarkan
kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muth'im dari ayahnya,
ia berkata, ”Aku pernah mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam shalat Maghrib membaca “Ath-
Thur.”

2. Hadist Hasan
hadist hasan tidak memperlihatkan kelemahan dalam sanadnya. Disamping itu,
hadist hasan hampir sama dengan hadist shahih. Perbedaannya hanya mengenai hafalan,
di mana hadist hasan rawinya tidak kuat hafalannya.
Menurut pendapat Ibnu Hajar, ”Hadist hasan adalah hadist yang dinukilkan oleh
orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang muttasil sanadnya, tidak cacat dan
tidak ganjil.”

Syarat-Syarat Hadist Hasan

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suatu hadist yang dikategorikan sebagai
hadist hasan, yaitu:

a. Para perawinya yang adil,

b. Ke-Dhabith-an perawinya dibawah perawi Hadist shahih,

c. Sanad-sanadnya bersambung,

d. Tidak terdapat kejanggalan atau syadz,

e. Tidak mengandung 'illat.

Contoh hadis hasan

Contohnya adalah sebagai berikut: “Rasulullah SAW, bersabda: Hak bagi seorang Muslim
mandi di hari Jumat, namun jika ia tidak memperoleh airpun cukup dengan mengusap wangi-
wangian keluarganya." (HR.Ahmad).

3. Hadis dhaif
Kata Dhaif menurut bahasa berarti lemah, sebagai lawan dari Qawiy yang kuat.
Sebagai lawan dari kata shahih, kata dhaif secara bahasa berarti hadist yang lemah, yang
sakit atau yang tidak kuat.
 “Hadist yang didalamnya tidak terdapat syarat-syarat Hadist Shahih dan syarat-syarat
Hadist Hasan.”
 Hadits dhaif memang dinisbahkan kepada Rasulullah, tetapi perawi haditsnya tidak
kuat hafalan ataupun kredibilitasnya, atau ada silsilah sanad yang terputus.
Ulama sepakat bahwa mengamalkan hadits dhaif dibolehkan, selama tidak
berkaitan dengan hukum halal dan haram, akidah, dan hanya sebatas fadha’il amal.
Dengan demikian, menyampaikan hadits dhaif, seperti mengutip hadits dhaif dalam buku
atau menyampaikannya dalam pengajian dan majelis taklim dibolehkan. Hasan
Muhammad Al-Masyath dalam Al-Taqriratus Saniyyah fi Syarahil Mandzumah Al-
Bayquniyyah menjelaskan:
“Sebagian ulama membolehkan periwayatan hadits dhaif tanpa menjelaskan
kedhaifannya dengan beberapa syarat: hadits tersebut berisi kisah, nashat-nasihat, atau
keutamaan amalan, dan tidak berkaitan dengan sifat Allah, akidah, halal-haram, hukum
syariat, bukan hadits maudhu’, dan tidak terlalu dhaif.”
Dalam hadits dhaif, ada dua pembagian besar yang dilakukan oleh para ulama.
Pembagian ini didasarkan pada sebab-sebab suatu hadits dihukumi dhaif (lemah), yaitu:
pertama, karena terputusnya sanad (al-mardûd bi sabab saqtun fi al-isnad) dan kedua,
karena cacatnya rawi (al-mardûd bi sabab ṭaʽn fi ar-rawi).

Contoh hadis dhaif


Diriwayatkan oleh Umar bin Rasyid dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Salamah,
dari Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang sholat 6
rakaat setelah sholat maghrib dan tidak berbicara sedikit pun di antara sholat tersebut,
maka baginya sebanding dengan pahala ibadah selama 12 tahun.”
Imam ahmad dan Yahya bin Main mengatakan bahwa hadits dari Umar tersebut
adalah dhaif dan tidak bernilai sama sekali. Ini sependapat dengan Imam Bukhari bahwa
hadits tersebut termasuk dalam hadits munkar di mana urutan sanadnya sangat lemah.
Tak hanya itu, Ibnu Hibban menjelaskan bahwa tidak halal menyebut hadits di atas
kecuali untuk maksud mencatatnya. Sebab, dalam suatu riwayat dikisahkan, Umar pernah
memalsukan hadits atas nama Malik dan Ibn Abi Dzib.

Anda mungkin juga menyukai