Kata hadis itu sendiri berasal dan bahasa Arab: al-hadis .jamak dari kata ini, al-ahädis, al-
hidsän, ataıı al-hudsan. Dari segı bahasa, kata ini memiliki banyak arti, al-jadid (yang baru),
lawan dan al-qadim (yang lanıa); dan al-khabar (kabar atau berita). Secara istilah, hadis
diberikan pengeıtian yang berbeda-beda. Pengertian hadis menurut istilah ulama hadis, masih
dımungkinkan adanya sesuatu yang bukan dari aktıvıtas Nabi, mısalnya tentang warna rambut,
memanjangkan jenggot. Selain itu, menurut Ibn al-Subkiy hadıs, disebut juga dengan istilah al-
sunnah, adalah segala sabda dan perbuatan Nabi Muhammad saw
Al-Hadits didefinisikan oleh ulama seperti definisi Al-Sunnah yaitu sebagai segala
sesuatu yang dinisbatkan kepada Muhammad SAW, baik ucapan, perbuatan maupun taqrir
(ketetapan), Sifat fisik dan psikis, baik sebelum beliau menjadi nabi atau sudah menjadi nabi.
Ulama ushul fiqih membatasi pengertian hadits hanya pada ucapan-ucapan Nabi Muhammad
SAW yang berkaitan dengan hukum, sedangkan bila mencakup perbuatan dan taqrir beliau yang
berkaitan dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka namai dengan sunnah.
Kedudukan hadis, menurut kesepakatan mayoritas ulama, adalah sebagai salah satu
sumber ajaran Islam. Akan tetapi, terdapat juga sekelompok kecil dan kalangan "ulama" dan
umat Islam telah menolak hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam. Mereka ini biasa dikenal
sebutan inkar al-Sunnah
a. Hadits Shahih
Shahih menurut bahasa dari kata shahha, yashihhu, suhhan wa shihhatan wa shahahan,
yang menurut bahasa berarti yang sehat, yang selamat, yang benar, yang sah dan yang
benar. Para ulama‟ biasa menyebut kata shahih itu sebagai lawan kata dari kata saqim
(sakit). Maka hadits shahih menurut bahasa berarti hadits yang sah, hadits yang sehat atau
hadits yang selamat. Menurut ulama, hadits shahih merupakan hadits yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Sanadnya bersambung, perawinya yang adil, kuat
ingatannya atau kecerdasannya, tidak ada cacat atau rusak.
Syarat – syarat Hadits Shohih :
Sanadnya bersambung. Yang dimaksud sanad bersambung adalah tiap–tiap
periwayatan dalam sanad hadits menerima periwayat hadits dari periwayat terdekat
sebelumnya, keadaan ini berlangsung demikian sampai akhir anad dari hadits itu.
Periwayatan bersifat adil. Adil di sini adalah periwayat seorang muslim yang baligh,
berakal sehat, selalu memelihara perbutan taat dan menjauhkan diridari perbuatan –
perbuatan maksiat.
Periwayatan bersifat dhabit. Dhabit adalah orang yang kuat hafalannya tentang apa
yang telah didengarnya dan mampu menyampaikan hafalannya kapan saja ia
menghendakinya.
Tidak janggal atau syadz adalah hadits yang tidak bertentangan dengan hadits lain
yang sudahdiketahui tinggi kualitas ke-shahih-annya.
Terhindar dari „illat (cacat) adalah hadits yang tidak memiliki cacat, yang disebabkan
adanya hal – hal yang tidak bak, yang kelihatannya samar – samar.
b. Hadits Hasan
Menurut pendapat Ibnu Hajar, ”Hadist hasan adalah hadist yang dinukilkan oleh
orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang muttasil sanadnya, tidak cacat dan
tidak ganjil.” Imam Tirmidzi mengartikan hadist hasan sebagai berikut : “Tiap-tiap hadist
yang pada sanadnya tidak terdapat perawi yang tertuduh dusta (pada matan-nya) tidak
ada kejanggalan (syadz) dan (hadist tersebut) diriwayatkan pula melalui jalan lain”.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hadist Hasan tidak
memperlihatkan kelemahan dalam sanadnya kurang kesempurnaan hafalannya.
Disamping itu pula hadist hasan hampir sama dengan hadist shahih, perbedaannya hanya
mengenai hafalan, di mana hadist hasan rawinya tidak kuat hafalannya.
Syarat - Syarat Hadist Hasan :
Adapun syarat-syaratv yang harus dipenuhi bagi suatu hadist yang dikategorikan sebagai
hadist hasan, yaitu:
Para perawinya yang adil
Ke-Dhabith-an perawinya dibawah perawi Hadist shahih
Sanad-sanadnya bersambung
Tidak terdapat kejanggalan atau syadz
Tidak mengandung „illat.
c. Hadits Dhaif
Dhaif menurut bahasa yang berarti lemah, sebagai lawan dari Qawiy yang kuat.
Sebagai lawan dari kata shahih, kata Dhaif secara bahasa berarti Hadist yang lemah, yang
sakit atau yang tidak kuat. Secara Terminilogis, para ulama mendefinisikan secara
berbeda-beda. Akan tetapi pada dasarnya mengandung maksud yang sama, Pendapat An-
Nawawi : “Hadist yang didalamnya tidak terdapat syarat-syarat Hadist Shahih dan syarat-
syarat Hadist Hasan.”
Contoh Hadits Dhaif :
Ibnu Umar berkata: Bila kau berada diwaktu sore, jangan menunggu datangnya diwaktu
pagi hari, dan bila kau berada diwaktu pagi jangan menunggu datangnya waktu sore hari,
Ambillah dari waktu sehatmu persediaan untuk waktu sakitmu dan dari waktu hidupmu
untuk persediaan matimu.” (Riwayat Bukhari)
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Nasruddin. 2015. Hadis sebagai sumber hukum islam (telaah terhadap penetapan
kesahihan hadis sebagai sumber hukum menurut Syafi'iy). Jurnal Ilmiah Al – Syir’ah.
Vol 13(1) : 1 – 21.
Sarbannun. 2019. Macam – macam hadits dari segi kualitasnya. Jurnal Dakwah dan Komunikasi.
Vol 2(2) : 345 - 356.