Anda di halaman 1dari 7

Makalah

Hadist
Mata pelajaran Agama Islam

Oleh kelompok 2:

 Naila Zakkiya
 Khairunissa Yusri Hanifah
 Mayasari
 Ersyah
 Fidela Rafa Inaya
 Muhammad Adriansyah
 Rafly Prince Marwoto
 Raras
 Yunianti

SMA NEGERI 1 SENTANI


TAHUN PELAJARAN 2022-2023
I. Pengertian
Hadis, disebut juga sunnah, adalah perkataan, perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari
Nabi Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadis dijadikan sumber hukum
Islam selain al-Qur'an, dalam hal ini kedudukan hadis merupakan sumber hukum kedua
setelah al-Qur'an.
Dalam bahasa Arab hadith (‫ )حديث‬berarti "laporan", "akun", atau "naratif". Kata Hadits
juga berarti al-khabar (berita), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari
seseorang kepada orang lain.

II. Fungsi
Fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur'an. Berikut fungsi hadis terhadap
Al-Quran, yaitu:
1) Bayan At-Taqrir (Memperjelas isi Alquran).
Dalam bentuk ini Hadits hanya menetapkan serta memperkuat isi atau kandungan Al-
Qur’an.
2) Bayan At-Tafsir (Menafsirkan isi Alquran).
Memberikan tafsiran atau perincian terhadap isi Alquran yang masih bersifat umum
(mujmal) serta memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-ayat yang
bersifat mutlak (taqyid).
3) Bayan At-Tasyri (Memberi kepastian hukum Islam yang tidak ada di Al Quran)
Penjelasan hadis yang berupa penetapan suatu hukum atau aturan syar’i yang tidak
didapati nashnya dalam Al-Qur’an.
4) Bayan Nasakh (Mengganti ketentuan terdahulu).
Memberikan penjelasan hadis yang menghapus ketentuan hukum yang terdapat dalam
Al-Qur’an. Hadis yang datang setelah Al-Qur’an menghapus ketentuan-ketentuan Al-
Qur’an.

III. Klasifikasi Hadis


A. Berdasarkan tingkat keasliannya
Berdasarkan tingkat keasliannya hadist terbagi menjadi tiga macam yaitu:
1) Hadits Shahih
Kata shahih menurut bahasa berasal dari kata shahha, yashihhu, suhhan wa
shihhatan wa shahahan, yang menurut bahasa berarti yang sehat, yang selamat, yang
benar, yang sah dan yang benar. Para ulama biasa menyebut kata shahih sebagai
lawan kata dari kata saqim (sakit). Maka hadist shahih menurut bahasa berarti hadist
yang sah, hadist yang sehat atau hadist yang selamat.
Hadist shahih didefinisikan oleh Ibnu Ash Shalah sebagai berikut: "Hadist yang
disandarkan kepada Nabi saw yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh
(perawi) yang adil dan dhabit hingga sampai akhir sanad, tidak ada kejanggalan dan
tidak ber'illat."
Ibnu Hajar al-Asqalani mendefinisikan hadist dengan lebih ringkas yaitu: "Hadist
yang diriwayatkan oleh orang–orang yang adil, sempurna kedzabittannya,
bersambung sanadnya, tidak ber'illat dan tidak syadz."
Dari kedua pengertian di atas, dapat dipahami bahwa hadist shahih merupakan
hadist yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sanadnya bersambung,
perawinya yang adil, kuat ingatannya atau kecerdasannya, tidak ada cacat atau
rusak.
 Syarat Hadits Shahih
(a) Sanadnya bersambung. Tiap–tiap periwayatan dalam sanad hadist
menerima periwayat hadist dari periwayat terdekat sebelumnya. Keadaan
ini berlangsung demikian sampai akhir anad dari hadits itu.
(b) Periwayatan bersifat adil. Periwayat adalah seorang muslim yang baligh,
berakal sehat, selalu memelihara perbutan taat dan menjauhkan diridari
perbuatan-perbuatan maksiat.
(c) Periwayatan bersifat dhabit. Dhabit adalah orang yang kuat hafalannya
tentang apa yang telah didengarnya dan mampu menyampaikan hafalannya
kapan saja ia menghendakinya.
(d) Tidak janggal atau Syadz. Adalah hadist yang tidak bertentangan dengan
hadist lain yang sudah diketahui tinggi kualitas ke-shahih-annya.
(e) Terhindar dari 'illat (cacat). Adalah hadits yang tidak memiliki cacat, yang
disebabkan adanya hal-hal yang tidak baik atau yang kelihatan samar-samar
 Macam-macam Hadits Shahih
(a) Hadits Shahih Li-Dzatih
Hadits shahih dengan sendirinya. Artinya hadist shahih yang memiliki lima
syarat atau kiteria sebagaimana disebutkan di atas atau “hadist yang
melengkapi setinggi-tinggi sifat yang mengharuskan kita menerimanya.”
Dengan demikian penyebutan hadist shahih li-dzatih dalam pemakaian sehari-
hari cukup disebut dengan hadist shahih.
(b) Hadits Shahih Li-Ghairih
Hadits yang keshahihannya dibantu oleh keterangan lain. Hadist pada
kategori ini pada mulanya memiliki kelemahan pada aspek ke-dhabitannya.
Sehingga dianggap tidak memenuhi syarat untuk dikategorikan sebagai hadist
shahih.

2) Hadits Hasan
Menurut pendapat Ibnu Hajar, hadist hasan adalah hadist yang dinukilkan
oleh orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang muttasil sanadnya, tidak
cacat dan tidak ganjil.
Imam Tirmidzi mengartikan hadist hasan sebagai berikut : “Tiap-tiap hadist yang
pada sanadnya tidak terdapat perawi yang tertuduh dusta (pada matan-nya) tidak ada
kejanggalan (syadz) dan (hadist tersebut) diriwayatkan pula melalui jalan lain”.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa hadist hasan tidak memperlihatkan
kelemahan dalam sanadnya. Disamping itu, hadist hasan hampir sama dengan hadist
shahih. Perbedaannya hanya mengenai hafalan, di mana hadist hasan rawinya tidak
kuat hafalannya.
 Syarat Hadist Hasan
(a) Para perawinya yang adil,
(b) Ke-Dhabith-an perawinya dibawah perawi Hadist shahih,
(c) Sanad-sanadnya bersambung,
(d) Tidak terdapat kejanggalan atau syadz,
(e) Tidak mengandung 'illat.
 Macam-macam Hadist Hasan
(a) Hadist Hasan Li-Dzatih
Hadist hasan dengan sendirinya. Yakni hadist yang telah memenuhi
persyaratan hadist hasan yang lima. Menurut Ibn Ash-Shalah, pada hadist
hasan Li-Dzatih para perawinya terkenal kebaikannya, akan tetapi daya
ingatannya atau daya kekuatan hafalan belum sampai kepada derajat
hafalan para perawi yang shahih.
(b) Hadist Hasan Li-Ghairih
Hadist yang sanadnya tidak sepi dari seorang mastur-tak nyata
keahliannya, bukan pelupa yang banyak salahnya, tidak tampak adanya
sebab yang menjadikannya fasik dan matan hadistnya adalah baik
berdasarkan pernyataan yang semisal dan semakna dari sesuatu segi yang
lain.
Hadist Hasan Li-Ghairihi adalah hadist hasan yang bukan dengan
sendirinya. Artinya, hadist tersebut berkualitas hasan karena dibantu oleh
keterangan hadist lain yang sanadnya Hasan. Jadi Hadist yang pertama
dapat terangkat derajatnya oleh keberadaan hadist yang kedua.

3) Hadist Daif
Kata Dhaif menurut bahasa berarti lemah, sebagai lawan dari Qawiy yang kuat.
Sebagai lawan dari kata shahih, kata dhaif secara bahasa berarti hadist yang lemah,
yang sakit atau yang tidak kuat.
Secara terminologis, para ulama mendefinisikannya secara berbeda-beda. Akan tetapi
pada dasarnya mengandung maksud yang sama. Pendapat An-Nawawi mengenai
hadist dhaif adalah sebagai berikut: “Hadist yang didalamnya tidak terdapat syarat-
syarat Hadist Shahih dan syarat-syarat Hadist Hasan.”
 Pembagian Hadist Daif
(a) Dhaif dari sudut sandaran matannya.
Dhaif dari sudut sandaran matannya terbagi mejadi dua yaitu:
- Hadist Mauquf, adalah hadist yang diriwayatkan dari para sahabat
berupa perkataan, perbuatan dan taqrirnya.
- Hadist Maqhtu, adalah hadist yang diriwayatkan dari Tabi'in berupa
perkataan, perbuatan atau taqrirnya.
(b) Dhaif dari sudut matannya.
Hadist Syadz adalah hadist yang diriwayatkan oleh para perawi yang
tsiqah atau terpercaya, akan tetapi kandungan hadistnya bertentangan
dengan (kandungan hadist) yang diriwayatkan oleh para perawi yang
lebih kuat ketsiqahannya.
(c) Dhaif dari salah satu sudutnya, baik sanad ataupun matan secara
bergantian.
Yang dimaksud bergantian disini adalah ke-dhaifan tersebut kadang-
kadang terjadi pada sanad dan kadang-kadang pada matan, yang termasuk
di dalamnya adalah:
- Hadist Maqlub, adalah hadist yang mukhalafah (menyalahkan hadits
lain), disebabkan mendahulukan dan mengakhirkan.
- Hadist Mudraf, atau disisipkan. Secara terminologi, hadist mudraf
adalah hadist yang didalamnya terdapat sisipan atau tambahan.
- Hadist Mushahhaf, adalah hadist yang terdapat perbedaan dengan
hadist yang diriwayatkan oleh tsiqah, karena didalamnya terdapat
beberapa huruf yang diubah. Perubahan juga dapat terjadi pada lafadz
atau pada makna, sehingga maksud hadits menjadi jauh berbeda dari
makna dan maksud semula.
B. Berdasarkan Jumlah penuturnya
Berdasarkan jumlah penuturnya hadist terbagi menjadi 2, yaitu:
1) Hadits Mutawatir
Hadits mutawir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang memiliki
kebiasaan tidak berdusta dari awal hingga akhir sanadnya.
 Syarat Hadits Mutawatir
(a) Diriwayatkan oleh banyak rawi. Batas minimalnya adalah diriwayatkan
oleh 10 rawi.
(b) Jumlah rawi yang banyak di atas berlaku disemua tingkatan.
(c) Jumlah yang banyak itu menjadikan mereka mustahil bersepakat untuk
berbohong.
(d) Menggunakan sighat ‫( سمعنا‬kami telah mendengar), ‫( رأينا‬kami telah
melihat), ‫( لمسنا‬kami menyentuh). Sighat-sighat tersebut mengindikasikan
bahwa sang rawi banar-benar bertemu dengan rawi lainnya (rawi yang
didengar darinya suatu hadits).
 Macam-macam Hadits Mutawatir
(a) Mutawatir lafdzi
Mutawatir lafdzi adalah suatu hadits yang diriwayatkan oleh banyak rawi
(lebih dari 10 rawi) dengan lafadz (redaksi) dan makna (substansi) yang
sama.
(b) Mutawatir maknawi
Mutawatir maknawi dalah suatu hadits yang diriwayatkan oleh banyak rawi
(lebih dari 10 rawi) dengan lafadz yang berbeda namun mempunyai makna
(substansi) yang sama. Meskipun redaksinya berbeda-beda, namun
semuanya mengabarkan suatu kabar yang sama.
2) Hadits Ahad
Secara bahasa (‫ )اآلحاد‬adalah bentuk jamak dari (‫ )أحد‬ahad yang berarti “satu”. jadi
bisa dikatakan bahwa ia merupakan hadits yang diriwayatkan oleh satu orang rawi.
Adapun secara istilah, hadits ahad adalah hadits yang tidak memenuhi kriteria hadits
mutawatir.
 Macam-macam Hadits Ahad
(a) Hadits masyhur
Bila hanya terdapat satu jalur sanad. Pada salah satu lapisan terdapat hanya
satu penutur, meski pada lapisan lain mungkin terdapat banyak penutur.
(b) Hadits aziz
Bila terdapat dua jalur sanad. Dua penutur pada salah satu lapisan, pada
lapisan lain lebih banyak.
(c) Hadits gharib.
Bila terdapat lebih dari dua jalur sanad. tiga atau lebih penutur pada salah
satu lapisan, dan pada lapisan lain lebih banyak. Namun, tidak mencapai
derajat mutawatir. Dinamai juga hadits mustafidl.

C. Berdasarkan perkataan dan perbuatan Rasulullah Saw


Berdasarkan perkataandan perbuatan Rasulullah Saw hadist terbagi menjadi 6, yaitu:
1) Hadits Qauli
Hadits yang berdasarkan segala bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan
kepada Rasulullah adalah hadits qauli. Hadits ini berisi berbagai tuntunan,
petunjuk syara', peristiwa, dan kisah yang berkaitan dengan aspek akidah, syariat,
maupun akhlak.
2) Hadits Fili
Hadits Fi'lHadits ini mengandung berita tentang perbuatan Rasulullah SAW
yang menjadi panutan perilaku para sahabat pada saat itu. Sekaligus, menjadi
panduan bagi umat muslim untuk meneladaninya.
3) Hadits Taqriri
Hadits ini mengandung ketetapan Rasulullah SAW terhadap apa yang datang atau
dilakukan oleh para sahabatnya. Seperti, sikap Rasulullah yang membiarkan
suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabatnya tanpa mengintervensi atau
pun membenarkannya.
4) Hadits Hammi
Hadits yang berupa keinginan atau hasrat Rasulullah SAW yang belum
terealisasikan, seperti halnya saat berpuasa tanggal 9 Asyura.
5) Hadist Ahwali
Hadits kategori ini biasanya menceritakan sifat dan kepribadian serta keadaan
fisik Rasulullah SAW
6) Hadits Qudsi
Secara bahasa, qudsi bermakna suci. Sebab itu, hadits qudsi didefinisikan oleh
sejumlah ulama sebagai sesuatu yang diberitakan Allah SWT kepada Rasulullah
SAW selain Al Quran yang isinya disusun oleh Rasulullah SAW.
Hadits ini juga kerap disebut sebagai hadits Ilahiyah atau hadits Rabbaniyah
karena datangnya dari Allah SWT.

D. Berdasarkan Ujung Sanad


Berdasarkan ujung sanadnya hadits terbagi menjadi 3, yaitu:
1) Hadits marfu'
Hadits marfu adalah hadits yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.
2) Hadits mauquf
Hadits mauquf adalah hadits yang disandarkan hanya kepada sahabat Nabi SAW
3) Hadits maqtu'.
Hadits maqtu adalah hadits yang disandarkan hanya kepada tab'in.

E. Berdasarkan Keutuhan Sanad


Berdasarkan keutuhan sanadnya hadits terbagi menjadi 4, yaitu:
1) Hadits Musnad
Hadist yang tergolong musnad jika urutan sanad yang dimiliki tidak terpotong
pada bagian tertentu. Urutan penutur memungkinkan terjadinya penyampaian
hadits berdasarkan waktu dan kondisi, yakni rawi-rawi itu memang diyakini telah
saling bertemu dan menyampaikan hadist.
tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan kepadanya).
2) Hadist Munqathi’
Hadist ini berarti jika sanad putus pada salah satu penutur, atau pada dua penutur
yang tidak berturutan, selain shahabi.
3) Hadits Mu’dlal
Hadist mu’dlal berarti jika sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-
turut.
4) Hadits Mudallas
Hadis mudallas adalah hadist yang disembunyikan cacatnya karena diriwayatkan
melalui sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya. Padahal
sebenarnya ada, atau dengan kata lain merupakan hadist yang ditutup-tutupi
kelemahan sanadnya.

Anda mungkin juga menyukai