Hadist
Mata pelajaran Agama Islam
Oleh kelompok 2:
Naila Zakkiya
Khairunissa Yusri Hanifah
Mayasari
Ersyah
Fidela Rafa Inaya
Muhammad Adriansyah
Rafly Prince Marwoto
Raras
Yunianti
II. Fungsi
Fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur'an. Berikut fungsi hadis terhadap
Al-Quran, yaitu:
1) Bayan At-Taqrir (Memperjelas isi Alquran).
Dalam bentuk ini Hadits hanya menetapkan serta memperkuat isi atau kandungan Al-
Qur’an.
2) Bayan At-Tafsir (Menafsirkan isi Alquran).
Memberikan tafsiran atau perincian terhadap isi Alquran yang masih bersifat umum
(mujmal) serta memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-ayat yang
bersifat mutlak (taqyid).
3) Bayan At-Tasyri (Memberi kepastian hukum Islam yang tidak ada di Al Quran)
Penjelasan hadis yang berupa penetapan suatu hukum atau aturan syar’i yang tidak
didapati nashnya dalam Al-Qur’an.
4) Bayan Nasakh (Mengganti ketentuan terdahulu).
Memberikan penjelasan hadis yang menghapus ketentuan hukum yang terdapat dalam
Al-Qur’an. Hadis yang datang setelah Al-Qur’an menghapus ketentuan-ketentuan Al-
Qur’an.
2) Hadits Hasan
Menurut pendapat Ibnu Hajar, hadist hasan adalah hadist yang dinukilkan
oleh orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang muttasil sanadnya, tidak
cacat dan tidak ganjil.
Imam Tirmidzi mengartikan hadist hasan sebagai berikut : “Tiap-tiap hadist yang
pada sanadnya tidak terdapat perawi yang tertuduh dusta (pada matan-nya) tidak ada
kejanggalan (syadz) dan (hadist tersebut) diriwayatkan pula melalui jalan lain”.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa hadist hasan tidak memperlihatkan
kelemahan dalam sanadnya. Disamping itu, hadist hasan hampir sama dengan hadist
shahih. Perbedaannya hanya mengenai hafalan, di mana hadist hasan rawinya tidak
kuat hafalannya.
Syarat Hadist Hasan
(a) Para perawinya yang adil,
(b) Ke-Dhabith-an perawinya dibawah perawi Hadist shahih,
(c) Sanad-sanadnya bersambung,
(d) Tidak terdapat kejanggalan atau syadz,
(e) Tidak mengandung 'illat.
Macam-macam Hadist Hasan
(a) Hadist Hasan Li-Dzatih
Hadist hasan dengan sendirinya. Yakni hadist yang telah memenuhi
persyaratan hadist hasan yang lima. Menurut Ibn Ash-Shalah, pada hadist
hasan Li-Dzatih para perawinya terkenal kebaikannya, akan tetapi daya
ingatannya atau daya kekuatan hafalan belum sampai kepada derajat
hafalan para perawi yang shahih.
(b) Hadist Hasan Li-Ghairih
Hadist yang sanadnya tidak sepi dari seorang mastur-tak nyata
keahliannya, bukan pelupa yang banyak salahnya, tidak tampak adanya
sebab yang menjadikannya fasik dan matan hadistnya adalah baik
berdasarkan pernyataan yang semisal dan semakna dari sesuatu segi yang
lain.
Hadist Hasan Li-Ghairihi adalah hadist hasan yang bukan dengan
sendirinya. Artinya, hadist tersebut berkualitas hasan karena dibantu oleh
keterangan hadist lain yang sanadnya Hasan. Jadi Hadist yang pertama
dapat terangkat derajatnya oleh keberadaan hadist yang kedua.
3) Hadist Daif
Kata Dhaif menurut bahasa berarti lemah, sebagai lawan dari Qawiy yang kuat.
Sebagai lawan dari kata shahih, kata dhaif secara bahasa berarti hadist yang lemah,
yang sakit atau yang tidak kuat.
Secara terminologis, para ulama mendefinisikannya secara berbeda-beda. Akan tetapi
pada dasarnya mengandung maksud yang sama. Pendapat An-Nawawi mengenai
hadist dhaif adalah sebagai berikut: “Hadist yang didalamnya tidak terdapat syarat-
syarat Hadist Shahih dan syarat-syarat Hadist Hasan.”
Pembagian Hadist Daif
(a) Dhaif dari sudut sandaran matannya.
Dhaif dari sudut sandaran matannya terbagi mejadi dua yaitu:
- Hadist Mauquf, adalah hadist yang diriwayatkan dari para sahabat
berupa perkataan, perbuatan dan taqrirnya.
- Hadist Maqhtu, adalah hadist yang diriwayatkan dari Tabi'in berupa
perkataan, perbuatan atau taqrirnya.
(b) Dhaif dari sudut matannya.
Hadist Syadz adalah hadist yang diriwayatkan oleh para perawi yang
tsiqah atau terpercaya, akan tetapi kandungan hadistnya bertentangan
dengan (kandungan hadist) yang diriwayatkan oleh para perawi yang
lebih kuat ketsiqahannya.
(c) Dhaif dari salah satu sudutnya, baik sanad ataupun matan secara
bergantian.
Yang dimaksud bergantian disini adalah ke-dhaifan tersebut kadang-
kadang terjadi pada sanad dan kadang-kadang pada matan, yang termasuk
di dalamnya adalah:
- Hadist Maqlub, adalah hadist yang mukhalafah (menyalahkan hadits
lain), disebabkan mendahulukan dan mengakhirkan.
- Hadist Mudraf, atau disisipkan. Secara terminologi, hadist mudraf
adalah hadist yang didalamnya terdapat sisipan atau tambahan.
- Hadist Mushahhaf, adalah hadist yang terdapat perbedaan dengan
hadist yang diriwayatkan oleh tsiqah, karena didalamnya terdapat
beberapa huruf yang diubah. Perubahan juga dapat terjadi pada lafadz
atau pada makna, sehingga maksud hadits menjadi jauh berbeda dari
makna dan maksud semula.
B. Berdasarkan Jumlah penuturnya
Berdasarkan jumlah penuturnya hadist terbagi menjadi 2, yaitu:
1) Hadits Mutawatir
Hadits mutawir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang memiliki
kebiasaan tidak berdusta dari awal hingga akhir sanadnya.
Syarat Hadits Mutawatir
(a) Diriwayatkan oleh banyak rawi. Batas minimalnya adalah diriwayatkan
oleh 10 rawi.
(b) Jumlah rawi yang banyak di atas berlaku disemua tingkatan.
(c) Jumlah yang banyak itu menjadikan mereka mustahil bersepakat untuk
berbohong.
(d) Menggunakan sighat ( سمعناkami telah mendengar), ( رأيناkami telah
melihat), ( لمسناkami menyentuh). Sighat-sighat tersebut mengindikasikan
bahwa sang rawi banar-benar bertemu dengan rawi lainnya (rawi yang
didengar darinya suatu hadits).
Macam-macam Hadits Mutawatir
(a) Mutawatir lafdzi
Mutawatir lafdzi adalah suatu hadits yang diriwayatkan oleh banyak rawi
(lebih dari 10 rawi) dengan lafadz (redaksi) dan makna (substansi) yang
sama.
(b) Mutawatir maknawi
Mutawatir maknawi dalah suatu hadits yang diriwayatkan oleh banyak rawi
(lebih dari 10 rawi) dengan lafadz yang berbeda namun mempunyai makna
(substansi) yang sama. Meskipun redaksinya berbeda-beda, namun
semuanya mengabarkan suatu kabar yang sama.
2) Hadits Ahad
Secara bahasa ( )اآلحادadalah bentuk jamak dari ( )أحدahad yang berarti “satu”. jadi
bisa dikatakan bahwa ia merupakan hadits yang diriwayatkan oleh satu orang rawi.
Adapun secara istilah, hadits ahad adalah hadits yang tidak memenuhi kriteria hadits
mutawatir.
Macam-macam Hadits Ahad
(a) Hadits masyhur
Bila hanya terdapat satu jalur sanad. Pada salah satu lapisan terdapat hanya
satu penutur, meski pada lapisan lain mungkin terdapat banyak penutur.
(b) Hadits aziz
Bila terdapat dua jalur sanad. Dua penutur pada salah satu lapisan, pada
lapisan lain lebih banyak.
(c) Hadits gharib.
Bila terdapat lebih dari dua jalur sanad. tiga atau lebih penutur pada salah
satu lapisan, dan pada lapisan lain lebih banyak. Namun, tidak mencapai
derajat mutawatir. Dinamai juga hadits mustafidl.