Kelompok 7
Maulana
Maulana Imam
Imam Pratama
Pratama (231210191)
(231210191)
Athiyyah Khairunisa (231210201)
Athiyyah Khairunisa (231210201)
Pembahasan
Hukum
Pengertian Hadist
01 03 Mengamalkan
Shahih
Hadits Shahih
ُهَو َم ا ِاّتصَل سندُه ِبَنقِل الَع دِل الَّضابِط َض ْبًطا كامًال عْن ِم ثلِه َو خَال مَن الُّش ُذ ُه َو الِع َّلِة.
Hadis yang muttashil ( bersambung ) sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil dan dhabith
( kuat daya ingatan ) sempurna dari sesamanya, selamat dari kejanggalan ( syadzd )
dan cacat ( illat ).menurut Shubhi al-Shalih, hadits shahih adalah hadits yang
sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh periwayat yang 'adil dan dhâbith hingga
bersambung kepada Rasulullah atau pada sanad terakhir berasal dari kalangan
sahabat tanpa mengandung syâdz (kejanggalan) ataupun 'illat (cacat).
Kriteria Hadist
Shahih
a). ( )إتص&ال الس&ندPersambungan sanad Setiap perawi dalam sanad bertemu dan
menerima periwayatan dari perawi sebelumnya baik secara langsung ) )مباش&رة
atau secara hukum ))حكميdari awal sanad sampai akhirannya. Persambungan
sanad dalam periwayatan ada dua macam lambang yang digunakan oleh para
periwayat : 1). Pertemuan Langsung (mubasyarah), seseorang bertatap muka
langsung dengan syaikh yang menyampaikan periwayatan. Maka ia
mendengar berita yang disampaikan atau melihat apa yang dilakukan.
Periwayatan dalam bentuk pertemuan langsung seperti di atas pada umumnya
menggunakan lambang ungkapan:aku mendengar = س&&معتmemberitakan
kepadaku/kami = رأيت فالن&ا. أخبرن&ا/ ح&دثنا/ َأْخ َب َر ِني/ ح&دثنيaku melihat si Fulan,
dan lain-lain. Jika dalam periwayatan sanad hadis menggunakan kalimat
tersebut atau sesamanya maka berarti sanad-nya muttashil (bersambung).
2). Pertemuan secara hukum ( hukmi ), seseorang meriwayatkan hadis dari seseorang yang hidup
semasanya dengan ungkapan kata yang mungkin mendengar atau mungkin melihat. Misalnya: ق&ال
فعل فالن/ عن فالن/فالن.si Fulan berkata :.../dari si Fulan/si Fulan melakukan beginiPersambungan
sanad dalam ungkapan kata ini masih secara hukum, maka perlu penelitian lebih lanjut, sehingga
dapat diketahui benar apakah ia bertemu dengan syaikhnya atau tidak.
b). Keadilan para perawi ('adalah ar-ruwah).Pengertian adil dalam bahasa adalah seimbang atau
meletakkan sesuatu pada tempatnya, lawan dari zalim. Dalam istilah periwayatan orang yang adil
adalah: “َمِن اْس َتَقاَم ِد ْيَن ُه َو َح ُس َن ُخ ُلَق ُه َو َس َّلَم ِم َن اْلِفْس ِق َو َخ َو اِر ِم اْلُم ُروَء ِةAdil adalah orang yang konsisten
(istiqamah) dalam beragama, baik akhlaknya, tidak fasik dan tidak melakukan cacat
muruah."Istiqamah dalam beragama artinya orang tersebut konsisten dalam beragama,
menjalankan segala perintah dan menjauhkan segala dosa yang menyebabkan kefasikan. Fasik
artinya tidak patuh beragama (al-khurûj 'an at-tha'ah), mempermudah dosa besar atau
melanggengkan dosa kecil secara kontinu sedang menjaga muru'ah artinya menjaga kehormatan
sebagai seorang perawi, menjalankan segala adab dan akhlak yang terpuji dan menjauhi sifat-sifat
yang tercela menurut umum dan tradisi. Misalnya tidak membuka kepala dan tidak melepas alas
kaki ketika bepergian, tidak mengenakan baju lengan pendek.
c). Para perawi bersifat dhabith (dhabth ar-ruwah).Para perawi itu memiliki daya ingat
hapalan yang kuat dan sempurna. Daya ingat dan hapalan kuat ini sangat diperlukan dalam
rangka menjaga otentisitas hadis, mengingat tidak seluruh hadis tercatat pada masa awal
perkembangan Islam. Atau jika tercatat, catatan tulisannya harus selalau benar tidak terjadi
kesalahan yang mencurigakan. Sifat dhabith ini ada dua macam:1) Dhabith dalam dada
(adh-dhabth fi ash-shudur), artinya memiliki daya ingat dan hapal yang kuat sejak ia
menerima hadis dan seorang syaikh atau seorang gurunya sampai dengan pada saat
menyampaikannya kepada orang lain atau ia memiliki kemampuan untuk menyampaikan-
nya kapan saja diperlukan kepada orang lain.2) Dhabith dalam tulisan (adh-dhabth fi as-
suthur) artinya tulisan hadisnya sejak mendengar dari gurunya terpelihara dari perubahan.
pergantian, dan kekurangan Singkatnya tidak terjadi kesalahan- kesalahan tulis kemudian
diubah dan diganti, karena hal demikian akan mengundang keraguan atas ke-dhábith-an
seseorang.
d). Tidak terjadi kejanggalan (syâdzdz).Syâdz dalam bahasa berarti ganjil, terasing, atau
menyalahi aturan. Maksud syâdzdz di sini adalah periwayatan orang tsiqah (terpercaya
yakni adil dan dhâbith) bertentangan dengan periwayatan orang yang lebih tsiqah.
Dengan demikian, jika disyaratkan hadis shahih harus tidak terjadi syâdzdz berarti hadis
tidak terjadi adanya periwayatan orang tsiqah (terpercaya yakni adil dan dhâbith)
bertentangan dengan periwayatan orang yang lebih tsiqah.
e). Tidak terjadi 'illat.Dalam bahasa arti 'Illah = penyakit, sebab, alasan, atau udzur.
Sedang arti 1 illah di sini adalah suatu sebab tersembunyi yang membuat cacat
keabsahan suatu hadis padahal lahirnya selamat dari cacat tersebut. Misalnya sebuah
hadis setelah diadakan penelitian ternyata ada sebab yang membuat cacat yang
menghalangi terkabulnya, seperti munqathi', mawquf, atau perawi seorang fasik, tidak
bagus hapalannya, seorang ahli bid'ah, dan lain-lain.
Hukum
Mengamalkan Hadist
Shahih
Beberapa hadits shahih itu ada yang hukumnya justru makruh kalau dikerjakan, hingga
sampai batas diharamkan. Alih-alih berdosa, jusutru hukumnya wajib ditinggalkan.
A. Contoh Hadits Shahih Yang Boleh Ditinggalkan dan Tidak Berdosa.
Kita menemukan banyak sekali hadits shahih yang mana secara hukum boleh kita
tinggalkan dan tidak mengapa bila kita tidak mengerjakannya. Dan kita tidak berdosa
bila meninggalkannya.
َو َلُه َيْو َم ِئٍذ ِتْس ُع ِنْس َو ٍة، ِفي الَّلْيَلِة الَو اِح َد ِة،َأَّن َنِبَّي ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َك اَن «َيُطوُف َع َلى ِنَس اِئِه
Nabi SAW menggilir para istrinya dalam satu malam dan saat itu Beliau SAW memiliki 9
orang istri. (HR. Bukhari) [6]
Contoh Hadist
Shahih
َسِم عُت َأَنس بَن َم اِلك رضي هللا: َسِم عُت َاِبي قال: َم ا َأخرجُه الُبخاِر ي قال َح َّد َثَنا ُمَس َّدٌد حدثنا قال
َالَّلهَّم ِاِني َأُع وُذ ِبَك ِم ن الَع ْج ِز َو الَك سِل: َك اَن الَّنبُي صلى هللا عليه وسلَم َيُقْو ُل: عنه قال
َو الُجبِن والَهرِم واعوذ بك من ِفْتَنِة الَم ْح َيا َو الَمَم اِت َو َأعوذ بَك ِم ن َع ذاِب الَقْبِر.
x
Hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, ia berkata memberitakan kepada kami Musaddad, memberitakan kepada kami
Mu tamir ia berkata: Aku mendengar ayahku berkata: Aku mendengar Anas bin Malik berkata: Nabi berdoa: "Ya
Allah sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada Engkau dari sifat lemah, lelah, penakut, dan pikun. Aku
mohon perlindungan kepada Engkau dari fitnah hidup dan mati dan aku mohon perlindungan kepada Engkau dari
adzab kubur.’
Hadis di atas dinilai berkualitas shahih karena telah memenuhi 5 kriteria di atas, yaitu sebagai berikut:
A. Sanadnya bersambung dari awal sampai akhir. Anas seorang sahabat yang mendengar hadis ini dari nabi
langsung. Sulaiman bin tarkhan bapaknya mu'tamir menegaskan dengan kata as-sama (mendengar) dari
Anas. Demikian juga muktamir menegaskan dengan as sama dari ayahnya. Musaddad syekhnya Al
Bukhari juga menjelaskan dengan kata as sama dari mu'tamir sedang al-bukhari menegaskan pula dengan
as sama dari syekhnya.
B. Semua perawi dalam sanad hadits di atas menurut ulama Al jahr wa at-ta'dil telah memenuhi persyaratan
adil dan dhabith. Anas bin Malik seorang sahabat semua sahabat bersifat adil. Sulaiman bin tarhan
bapaknya muktamir bersifat terpercaya dan ahli ibadah. Musaddad bin musarhan memiliki title terpercaya
dan penghafal. Sedangkan Al Bukhari Muhammad bin Ismail, pemilik kitab as shohih terkenal memiliki
kecerdasan hafalan yang luar biasa dan menjadi Amir Al mu'minin fi al-hadist.
C. Hadis di atas tidak syadz, karena tidak bertentangan dengan periwayatan perawi lain yang lebih tsiqah.
D. Dan juga tidak terdapat illah.
...من يريد أن يسأل ؟
Simpulan
1. Hadis Shahih ialah hadis yang bersambung sanadnya, yang diriwayatkan oleh rawi yang adil dan
dhabith dari rawi yang lain yang juga adil dan dhabith juga sampai akhir sanad, hadis tidak janggil dan
mengandung cacat (illat).