Anda di halaman 1dari 3

Tasqif 3.

1: Ilmu Musthalah Hadits


Ust. M. Syauqi Hafiz, Lc
Ahad, 21 Februari 2021

QS. An-Nur : 54
QS. Al-Ahzab : 21
QS. Al-Hujurat : 6

Hadits Jibril
Iman, Islam, Ihsan -> Aqidah, Syariah, Akhlak

Dimana Musthalah Hadits?


Musthalah -> menyaring informasi dari Rasulullah.
Musthalh Hadits adalah induk dari cabang-cabang ilmu hadits (yang melahirkan ilmu hadits yang lain)
Ilmu Musthalah Hadits -> Ilmu Peristilahan Hadits.

Masa Keemasan Musthalah Hadits:


Jarh wa Ta’dil, Ilmu Rijal, Ilmu Ilal, Ilmu Adab Perawi Nasikh Mansukh, Gharibul Hadits, Mukhtalafl
Ahadits.

Pra Musthalah Hadit


- Zaman Nabi SAW dan Sahabat: Kaderisasi Sahabat yang pakar dalam menerima Hadits (Abu
Hurairah, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Aisyah, Ibnu Abbas, Jabir bin Abdillah, Sa;id al-
Khudri, radhiyallahu ‘anhum).
- Rasulullah SAW pernah melarang dan juga membolehkan penulisan Hadits. Sayyidina Abdullah
bin Amr adalah penulis dan pengumpul Hadits pertama dalam sejarah Islam.
- Zaman Fitnah (656-651 M / 35-99 H), dimulainya tradisi sanad, saksi, atau sumpah.
- Terkokohnya kedudukan Hadits, implemntasi Tabayyun dan verifikasi Berita.

Terbentuknya Musthalah Hadits,


- Era Tabi’in dan Para Imam Madzhab (100-200 H)
Prinsip dasar Jarh wa Ta’dil
Abdullah bin Mubarak, Sufyan bin Uyaynah, Sufyan Al-Tsauri, Ibu Sirin, Al-Zuhri, Al-Shan’ani, Amir bin
Syurahbil, Al-Auza’I rahimahumullah ajmai’in.
- Imam Syafi’I (150-204 H)
Dalam kitab fenomenalnya (Al-Risalah) merumuskan prinsip-prinsip lebih lanjut terkait Musthalah Hadits
seperti jenis dan syarat hadits yang shahih, kriteria perawi, dan lain sebagainya.

Masa Keemasan Musthalah Hadits:


Era Para Imam Muhaddits (200-300 H)
Lahirnya buku-buku dengan beragam tema Musthalah Hadits secara tepisah-pisah yang dikarang para
ulama: Yahya bin Ma’in, Ali bin Al-Madini, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam
Abu Daud, Imam Tirmidzi, Al-Khatib Al-Baghdadi, Romahurmuzy, Abu Nu’aim Al-Isbahani, Ibnul Jauzi, Al-
Zamakhsyari, Al-Daruquthni.

Al-Muhadditsul Faasil
Karya Imam Al-Romahurmuzy (Wafat 360H)
Muqaddimah Ibnu Shalah
Karya Ibnu Shalah (Wafat 643 H)

Al-Kifayah fi ‘ilmir Riwayah


Karya Al-Khatib A-Baghdadi (Wafat 463 H)

Taysir Musthalahil Hadits


Karya Dr. Mahmoud Al-Tahhan

Karya Ulama Indonesia


- H. Mahmud Aziz & H. Mahmud Yunus
- A. Qadir Hasan

Klasifikasi Umum Hadits:


- Shahih
- Hasan
- Dhaif

Hadits Shahih,
Shahih secara bahasa artinya: sehat.
Adapun secara terminologi. Hadits shahih ialah hadits yang jalur periwayatnya bersambung,
diriwayatkan rowi yang adil dan dhabit (cerdas) mulai awal sanad sampai akhir sanad, dan tidak
termasuk hadits syadz dan mengandung illat.

Syarat Hadits Shahih


1. Mengetahui Sumber
2. Kredibilitas Perowi (‘adalatu ar-rowi)
Para perowi dalam setiap tingkatan harus beragama Islam, baligh, berakal, tidak fasik, dan tidak
menurunkan muru’ah (kewibawaan).
3. Cerdasnya Perowi (dhbtu ar-ruwat)
Para perowi dalam setiap tingkatan harus sempurna kecerdasannya dalam menghafal, baik
hafalan yang bersumber dari pendengaran maupun tulisan.
‘Aadil + Dhaabith = Tsiqoh
4. Tidak adanya Syadz (‘adamu as-syadz)
Periwayat Hadits tersebut tidak bertentangan dengan periwayat hadits yang diriwayatkan oleh
rowi yang lebih tsiqoh darinya. Kasus riwayat yang bertentangan tersebut dinamakan SYADZ.
5. Tidak adanya cacat samar (‘adamu ‘illat)
Illat ialah sesuatu yang menyebabkan turunnya status hadits sahih secara samar. Yang dimaksud
dengan samar secara zahir adalah hadits tersebut seakan selamat dari hal-hal yang dapat
menurunkan kesahihannya, namun jika dipelajari lebih mendalam ternyata terdapat illat (cacat
tersembunyi) dalam hadits tersebut.

Berdasarkan syarat-syarat tersebut, lahirlah dua jenis Hadits Sahih:


- Shahih Lidzatihi -> Asli
- Shahih Lighairihi -> Ada Faktor Lain, kurang memenuhi syarat

Shahih Lighairihi,
Tidak memenuhi syarat Dhabith, tetapi ada riwayat lain yang sama atau lebih kuat darinya dalam segi
kualitas, yang menguatkan lafaz atau maknanya.
Imam Ibnu Shalah berkata, bahwasannya Muhammad bin Amr bil al-Qomah termasuk orang yang
terkenal dengan Kejujurannya, namun dia merupakan orang yang tidak tekun, sehingga sebagian ulama
men-dh’aif-kannya karena kurang cerdas dalam menghafal, da nada pula sebagia ulama yang men-
shahih-kannya dikarenakan kejujurannya.

Namun riwayat tentang keutamaan siwak tentu sangat banyak.


Ada banyak riwayat lain yang sama atau lebih kuat dari hadits di atas dalam segi kualitas, yang
menguatkan lafaz atau maknanya.
“Sesungguhnya jika tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan mereka untuk
bersiwak setiap kali berwudhu” (HR. Ahmad Shahih)

Hadits Hasan,
Hasan secara bahasa artinya: baik.
Adapun secara terminologi, Hadits Hasan ialah hadits yang jalur periwayatnya bersambung,
diriwayatkan rowi yang adil dari awal sanad sampai akhir sanad, tetapi sebagian atau seluruh perowinya
kurang dhabit, dan tidak termasuk hadits syadz dan tidak mengandung illat.

Hasan Ligahirihi,
Hadits dhaif yang dikuatkan oleh jalur riwayat yang lain.
‘Ashim merupakan perowi yang dha’if karena buruh hafalannya, dan Imam Tirmidzi telah menjadikan
hadits ini hasan dengan mendatangkan jalur periwayat yang lain.

Hadits Dhaif
Dha’if secara bahasa artinya: lemah.
Adapun secara terminologi, Hadits dha’if ialah setiap hadits yang tidak memehuni syarat-syarat Hadits
Hasan.
Ada dua penyebab utama hadits Dha’if: keterputusan sanad dan perawinya bermasalah.

Beberapa Jenis Hadits Dha’if,


Dari segi sanad terputus:
- Mu’allaq: tidak disebutkan perawi dari awal sanad
- Mursal: tidak disebutkan nama sahabat dalam rangkaian sanad
- Mu’dhal: dua perawi secara berturut-turut dihilangkan dalam rangkaian sanad
- Munqathi’: hadits yang terputus sanadnya secara umum
- Dan lain-lain: Tadlis Isnad, Tadlis Syuyukh, Mursal Khafi
Dari segi perawi bermasalah:
- Maudhu: Hadits palsu
- Matruk : Perawinya diduga kuat pendusta
- Munkar: terdapat perawi yang sering lupa atau terlihat kefasikannya
- Mudras, Mu’allal, Mushahaf, dll

Anda mungkin juga menyukai