Anda di halaman 1dari 15

HADITS HASAN DAN PEMBAGIANNYA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadits dalam pandangan umat Islam diyakini sebagai sumber pokok
ajaran Islam sesudah Al-Qur’an. Dalam tataran aplikasinya, hadits dapat
dijadikan hujjah keagamaan dalam kehidupan dan menempati posisi yang
sangat penting dalam kajian keislaman. Secara struktural hadits merupakan
sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an yang bersifat global, artinya jika kita
tidak menemukan penjelasan tentang berbagai problematika kehidupan di
dalam Al-Qur’an, maka kita harus dan wajib merujuk pada hadits. Oleh
karena itu, hadits merupakan hal terpenting dan memiliki kewenangan
dalam menetapkan sesuatu. Namun demikian hadits memiliki peranan dalam
menjelaskan setiap ayat-ayat Al-Qur’an yang turun baik yang bersifat
Muhkamat maupun Mutasabihat. Sehingga hadits ini sangat perlu untuk
dijadikan sebagai sandaran umat Islam dalam menguasai inti-inti ajaran
Islam.
Dalam kondisi faktualnya terdapat hadits-hadits yang dalam
periwayatannya yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu untuk
diterimanya sebagai sebuah hadits. Dalam segi kualitasnya, hadits terbagi
menjadi tiga yaitu, hadits shahih, hadits hasan dan hadits dha’if, kualitas
keshahihan suatu hadits merupakan hal yang sangat penting, terutama
hadits-hadits yang bertentangan dengan hadits, atau dalil lain yang lebih
kuat. Dalam hal ini, maka kajian makalah ini diperlukan untuk mengetahui
apakah pengertian hadits hasan, kriteria hadits hasan, pembagian hadits
hasan dan contoh-contohnya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan
membahas lebih jelas mengenai hadits hasan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:
1) Apa pengertian hadits hasan dan kriterianya.

1
2) Apa saja macam-macam hadits hasan dan penjelasannya.
3) Bagaimana kehujjahan hadits hasan sebagai landasan hokum.
4) Apa makna istilah hadits hasan shahih dalam kitab tirmidzi.
5) Apa saja kitab-kitab yang memuat hadits hasan. C. Tujuan
1) Mengetahui pengertian hadits hasan dan kriterianya.
2) Mengerti macam-macam hadits hasan dan penjelasannya.
3) Memahami kehujjahan hadits hasan sebagai landasan hokum.
4) Mengerti istilah hadits hasan shahih dalam kitab tirmidzi.
5) Mengetahui kitab-kitab yang memuat hadits hasan.

2
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits Hasan

Secara bahasa kata Hasan (‫ )حسن‬merupakan Shifah Musyabbahah dari

kata al-Husn ( ‫ )سالح نح سس نن‬yang bermakna al-

Jamâl (‫)الحجمممممال‬: kecantikan, keindahan, Sesuatu yang disenangi dan


dicondongi oleh nafsu.1 Sedangkan secara istilah, hadits hasan didefinisikan
secara beragam oleh ahli Hadits, sebagai berikut :
Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani
‫ بنقل عدل تام الحضبط متصل الحسند غير معلل ول شا ذ‬A‫ووخببرالحاد‬.1
Khobar ahad yang dinukil oleh orang yang adil, kurang sempurna
hafalannya, bersambung sanadnya, tidak cacat, dan tidak syadz.
‫ كل حديث‬.Menurut Imam at-Tirmidzi 2
A‫ نالححديث شا تدا و يروى‬A‫يروى ل يكو ن فى إسنا ده من يت تتهمم با لحكذب ول يكممو‬
‫من غير وجه نحو ذالحك‬
Tiap-tiap hadits yang pada sanadnya tidak terdapat perawi yang
tertuduh dusta, pada matannya tidak terdapat keganjalan, dan hadits itu
diriwayatkan tidak hanya dengan satu jalan (mempunyai banyak jalan) yang
sepadan dengannya
‫مسند‬.Menurut At-Thibi 3
‫ وجه وسلم من‬A‫ ثقممة وروي كل هممما مممنغير‬A‫من قرب من درجة الحثقة أو مرسممل‬
.‫شدو ذذ ا ول علة‬
Hadits musnad (muttasil dan marfu’) yang sanadsanadnya mendekati
derajat tsiqah. Atau hadits mursal yang sanad-sanadnya tsiqah, tetapi pada
keduanya ada perawi lain, dan hadits itu terhindar dari syadz (kejanggalan)
dan illat
(kekacauan).2

1 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits (Jakarta: Amzah, 2009) 156.


2 Mustofa Hasan, Ilmu Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2012) 227.

3
‫هو ما ا تصل سنده‬: Dengan kata lain hadits hasan adalah
‫بنقل الحعدل الحذى ق لل ضبطه و خبل من الح تشذوذ والحعلة‬
Hadits hasan adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan
oleh orang adil, kurang sedikit ke-dhabit-annya, tidak ada keganjilan (syadz)
dan tidak ada illat.3

Atas dasar pengertian hadits hasan tersebut, maka kriteria hadits hasan
itu ada lima macam, yaitu:
1. Muttasil sanadnya
2. Rawinya adil
3. Rawinya dhabith
Kedhabitan rawi disini tingkatannya dibawah kedhabitan rawi hadits
shahih, yakni kurang sempurna kedhabitannya.
4. Tidak temasuk hadits syadz
5. Tidak terdapat illat (cacat).4
Istilah hadits hasan di kalangan ulama mutaqaddimin (terdahulu)
tidaklah dikenal. Di kalangan mereka, hadits hanya terbagi menjadi dua:
Shahih dan dha’if. Ini dibuktikan dengan karya tulis para ulama terdahulu,
dimana mereka menamakan kitabnya dengan nama Ash-Shahih, akan tetapi
di dalamnya mereka menyebutkan hadits yang hasan. Misalnya Shahih Al-
Bukhari dan Shahih Muslim, walaupun keduanya disifati dengan nama
‘shahih’, akan tetapi kenyataannya di dalam keduanya terdapat tidak sedikit
hadits-hadits yang hasan. Orang yang pertama kali memperkenalkan bahwa
hadits terbagi atas pembagian sahih , hasan dan dha’if adalah abu Isa At-
Tirmidzi dan pembagian ini tidak dikenal dari seorang pun pada masa-masa
sebelumnya. Adapun sebelum masa at-Tirmidzi dikalangan ulama hadits
pembagian tiga kualitas hadits ini tidak dikenal oleh mereka hanya membagi
hadits itu menjadi sahih dan dhaif (Majmu Fatawa Syaikh Al-Islam Ibnu
TaimiyahXVII: 23 & 25).

3 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits (Jakarta: Amzah, 2009) 159.

4 Mustofa Hasan, Ilmu Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2012) 228.

4
Anggapan bahwa Imam At-Tirmidzi adalah orang paling pertama yang
memperkenalkan istilah hadits Hasan yang diusung oleh Imam
Ibnu Taimiyyah ini, diikuti pula oleh muridnya, Al-Hafid Syamsyuddin
Muhammad bin Ahmad Adz-Dzahabi di dalam kitabnya, Al-
Muqidhah fi
Ilmi Musthalah Al-Hadits dan sebagian besar ulama besar hadits. Namun
pendapat Imam Ibnu Taimiyyah ini ditolak oleh Abdul Fatah Abu Guddah
pada Tahqiq-nya dalam kitab AlMuqidhah fi Ilmi Musthalah Al-Hadits ia
berkata:”Dan yang benar, sesungguhnya penggunaan istilah Hasan sudah
ada dandikenal sebelum masa Imam At-Tirmidzi dalam waktu yang lama”.
(Al-Muqiidhah fi Ilmi Musthalah Al-Hadits, 1982: 27). 5

Pendapat Abdul Fatah Abu Guddah dalam mengkritisi pendapat Imam


Ibnu Taimiyyah tadi, masih bisa dikatakan berupa sebuah hipotesis yang
harus dibuktikan untuk menjadi sebuah kesimpulan, dengan mencari bukti-
bukti yang sekiranya layak dijadikan landasan pendapat tersebut. Dalam hal
ini Ibnu Shalah juga memberikan komentar, yang pada akhirnya bisa
dijadikan sebagai sebuah landasan dan sekaligus memperkuat pendapat
Abdul Fatah Abu Gudah. Bahwa ditemukan istilah Hasan pada beberapa
tempat yang berbeda dari perbincangan sebagian guru-gurunya (Imam
AtTirmidzi) dan generasi sebelumnya seperti Ahmad bin Hanbal,
Al-Bukhari, dan selain keduanya. (Muqaddimah Ibnu Shalah fi
‫مقدمة بن‬Ulum Al Hadits,:1 (18.6
‫ رحمممه الحلممه أص‬A‫)كتاب أبي عيسى الحترمذي‬18 / 1( - ‫الحصلح في مصطلح الححديث‬
‫ل فممي معرفممة الححممديثالححسن وهوالحذى نوه باسمه وأكثر من ذكره في‬
‫ مممن‬A‫ فممي متفرقممات‬A‫جممامعه ويوجممد‬
‫ وغيرها‬A‫كلم بعض مشايخه والحطبقةالحتى قبله كاحمد بن حنبل والحبخاري‬

5 http://ab-dina.blogspot.co.id/2012/10/hadits-hasan.html di akses tanggal 05/12/2016


6 http://makalahmeza.blogspot.com/2012/03/hadits-hasan.html di akses tanggal
06/12/2016

5
Berdasarkan keterangan dari Ibnu Sholah diatas, dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa pemakaian istilah hasan dalam mengklasifikasikan suatu
hadits berdasarkan kualitasnya, sudah dilakukan oleh guru-guru imam
turmudzi dan generasi sebelumnya walaupun tidak memasyarakat. Dengan
demikian terbantahlah pendapat imam Ibnu Taimiyah yang mengatakan
bahwa Imam Tirmidzi sebagai orang yang memperkenalkan istilah hadits
hasan.
B. Macam-Macam Hadits Hasan
1. Hadits Hasan Li Dzatihii
Hadits hasan li dzatihii adalah hadits yang telah memenuhi segala
persyaratan hadits hasan secara utuh.7Sebuah hadits dikategorikan sebagai
hasan li dzatihi karena jalur periwayatannya hanya melalui satu jalur
periwayatan saja. Sementara hadits hasan pada umumnya, ada kemungkinan
melalui jalur riwayat yang lebih dari satu. Atau didukung dengan riwayat
yang lainnya. Bila hadits hasan ini jumlah jalur riwayatnya hanya satu, maka
hadits hasan itu disebut dengan hadits hasan li dzatihi. Tetapi jika jumlahnya
banyak, maka ia akan saling menguatkan dan akan naik derajatnya menjadi
hadits shahih li ghairihi.8Contoh hadits hasan lidzatihii :
Diriwayatkan oleh At-Tirmizi, dia berkata: telah bercerita kepada kami
Qutaibah, telah bercerita kepada kami Ja’far bin Sulaiman Ad-Dhab’I, dari Abi
Imran Al-Jauni, dari Abu Bakar bin Abu Musa Al-Asy’ari, dia berkata,” Aku telah

mendengar ayahku berkata dihadapan musuh, Rasulullah bersabda, : ‫حدثنا قتيبة‬

‫حدثنا جعفر بن سليما ن الحضبع يي عن ابي عمران الحجممو ن تي عن ابي بكربن ابي‬
‫ ة الحعممد وو يقممول قال رسول الحلهصلى‬A‫ ال شعر تى قال سمعت أبممي بحضممر‬A‫موسى‬
‫الحله عليه وسلم إ تن ابواب الحج تنة تحت ظلل الحسيوف‬
“......dari Abu Bakar bin Abu Musa al-Asy’ari, (berkata), saya mendengar
ayahku ketika berada dihadapan musuh berkata, Rasulullah saw. Bersabda:

7 Mustofa Hasan, Ilmu Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2012) 228.


8 Zuhdi Rifa’i, Mengenal Ilmu Hadits (Jakarta: al-Ghuraba, 2008), 167

6
‘sesungguhnya pintu-pintu surga berada dibawah bayang-bayang
pedang’.”(HR. al-Tirmidzi)
Empat perawi hadits tersebut adalah tsiqoh kecuali Ja’far bin Sulaiman
ad-Dhab’I, sehingga hadits ini sebagai hadits hasan.9

2. Hadits Hasan Li Gahirihi


Hadits hasan li ghairihi adalah hadits dhaif yang bukan dikarenakan
perawinya pelupa, banyak salah dan orang fasik, yang mempunyai mutabi’
dan syahid.10 hadits yang dhaif dikuatkan dengan beberapa jalan, dan sebab
kedhaifannya bukan karena kefasikan perawi (yang keluar dari jalan
kebenaran) atau kedustaannya.
Seperti satu hadits yang dalam sanadnya ada perawi yang mastur
(tidak diketahui keadaannya), atau rawi yang kurang kuat hafalannya, atau
rawi yang tercampur hafalannya karena tuanya, atau rawi yang pernah keliru
dalam meriwayatkan, lalu dikuatkan dengan jalan lain yang sebanding
dengannya, atau yang lebih kuat darinya. Hadits ini derjatnya lebih rendah
dari pada hasan lidzatihii dan dapat dijadikan hujjah.11

Contoh hadits hasan li ghairihi


Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Al-Turmudzi dan dia menilainya
hasan, dari riwayat Syu’bah dari ‘Asim bin Ubaidillah dari Abdullah bin Amir
bin Rabi’ah dari ayahnya, berbunyi sebagai berikut:

‫ وقممال وسمم‬، ‫ عو سن وعا هصمه بس هن عنبويسده الحللهه‬، ‫وحدلثو ونا نشعسبو نة‬
‫و‬
‫ عو سن أ ه‬، ‫همعس نت عو سبممدو الح للممهه سبمم ونوعا همره بس هن ور هبيعو وة‬
‫و‬ ‫و‬
‫ أ لن ا سم ورأ ةة هم سن بو هني فو وزا ورةو تو وزول وج ست عو ولى نوعسلو‬: ‫بيهه‬

9 Syaikh Manna’ Al-Qattan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, terj. Mifdhol Abdurrahman (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2005) 122.
10 Mustofa Hasan, Ilmu Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2012) 228.

11 Syaikh Manna’ Al-Qattan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, terj. Mifdhol


Abdurrahman (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005) 124.

7
‫ ناللحللهه وص للى الحلل نه عولويسهه وو وسلل وم‬A‫ وف وقمما ول ور نسممو‬. ‫سيمم هن‬
‫و‬
‫ أ ور هضي هت هم سن ون سف هس هك وو ومالحه هك بهنوعسلويس هن ؟‬:"
:‫ وقمما ول‬. ‫ نو وعمم سم‬: ‫"وقالحو ست‬
‫و‬
‫فوأ وجا وزهن‬
)‫(رواه الحترمذي‬.
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari jalur Syu’bah dari ‘ashim bin
‘Ubaidillah,dari Abdillah bin Amir bin Rabi’ah, dari ayahnya bahwasanya
seorang perempuandari bani Fazarah menikah dengan mahar sepasang
sandal…”
Al-Turmudzi mengomentari bahwa hadits itu terdapat riwayat-riwayat
lain, yaitu dari Umar, Abu Hurairah, Aisyah dan Abu Hadrad. Dalam hal ini Al-
Turmudzi menilai hadits tersebut hasan, karena meskipun ‘Asim dalam sanad
hadits yang diriwayatkannya itu dhaif karena jelek hafalannya, hadits ini
didukung oleh adanya riwayat-riwayat lain.12
C. Kehujjahan Hadits Hasan

Hadits hasan sama seperti hadits shahih dalam pemakaiannya sebagai


hujjah, walaupun kekuatannya lebih rendah dibawah hadits shahih. Hanya
saja, jika terjadi pertentangan antara hadits shahih dengan hadits hasan,
maka harus mendahulukan hadits shahih, karena tingkat kualitas hadits
hasan berada dibawah hadits shahih. Hal ini merupakan konsekuensi logis
dari dimensi kesempurnaan kedhabitan rawi-rawi hadits hasan, yang tidak
seoptimal kesempurnaan kedhabithan rawi-rawi hadits shahih.13
D. Penjelasan Istilah Hadits Hasan Shahih
Dalam kitabnya, Imam Tirmidzi membagi hadits menjadi shahih, hasan
dan dha’if. Mengenai istilah hadits hasan, para ulama berbeda pendapat

12 Muhammad Alawi Al-Maliki, Al-Manhalu Al-Lathiifu fi Ushuuli AlHadisi Al-


Syarifi, terj. Adnan Qohar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) 63.

13 Mustofa Hasan, Ilmu Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2012) 229.

8
dalam memaknainya, karena memang beliau tidak memberi definisi yang
pasti, terlebih beliau menyandingkan istilah yang beraneka ragam.
Sebagaimana yang kita lihat dalam kitabnya, terdapat istilah hadits hasan
sahih, hasan gharib, dan hadits hasan sahih gharib. Berikut pendapat-
pendapat para ulama’:
1. Hadits hasan shahih, pernyataan ini mempunyai tiga kemungkinan makna:
a. Hadits ini adalah hadits hasan lidzatih yang naik menjadi hadits shahih
lighairih, karena mempunyai banyak sanad hasan yang saling
menguatkan satu sama lain.
b. Sebuah hadits, sebagian bernilai hasan dan sebagian lagi bernilai
shahih, karena memliki banyak sanad.
c. Sebuah hadits yang sanad atau sebagian rawinya diperselisihkan,
sebagian ulama memandangnya hasan tetapi sebagian lagi
memandang shahih.
Berikut adalah salah satu dari sekian banyak hadits dalam sunan tirmidzi
yang berstatus hasan shahih :

‫و‬ ‫و‬
‫ ونا‬A‫ الح لضبو يي الحسبو سصرهيي وحدلثو‬A‫ ور ونا أ سح ومدن بس نن عوبسدوةو‬A‫أ سخببو‬
‫و‬
‫ عو سن عوبسده الحسعو هزيزهبس هن نصهمويس ذب عو سن أ نو‬A‫وح لمادن بس نن وزيسدذ‬
‫و‬
‫هس بس هن ومالحه ذك أ ل ن الحنلبه لي وص للى الحلل نه عولويسهه وو وسلل وم‬
‫و‬
‫وكا ون إه وذا دو وخبمم ول الحس وخ ول وءوقا ول الحللهمن لم إه وني أ ن عوذن به وك هم‬
‫و‬
‫ هعيو سممى وهمم وذا‬A‫سن الحس نخ سبمم هث ووالحس وخ وبممائه هث وقمما ول أ نبممو‬
‫سح دديث نث سح سسسس نن‬
‫سص دحيح نح‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdah Adl
Dlabbi Al Bashri berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid
dari Abdul Aziz bin Shuhaib dari Anas bin Malik berkata; "Nabi Shallahu

9
'alaihi wa Sallam jika masuk ke dalam WC beliau mengucapkan:
"ALLAHUMMA INNI A'UUDZU BIKA MINAL KHUBUTSI WAL KHABA`ITS (Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan perempuan)." Abu Isa
berkata; "Ini adalah hadits hasan shahih. ".14
2. Hadits hasan gharib, pernyataan ini mempunyai empat kemungkinan
makna:
a. Hadits hasan yang mempunyai satu sanad.
b. Hadits hasan yang dalam hubungannya dengan rawi tertentu hanya
mempunyai satu sanad.
c. Hadits yang mempunyai banyak sanad tetapi yang
bernilai hasan hanya satu.
d. Hadits yang mempunyai banyak sanad hasan tetapi rawirawinya
kesemuanya satu negeri/daerah.
Berikut adalah salah satu dari sekian banyak hadits dalam sunan
tirmidzi yang berstatus hasan gharib :

‫ نا نم وح لمدن بسن ن إهس سو م هعيو ل وحدلثو ونا ومالحه نك بس نن إه سس‬A‫وحدلثوو‬


‫ومه عي ول وعمم سن إه سسمم ورا هئي ول سبمم هن‬
‫و‬ ‫و‬
‫وس عو سن نيو نس وف بس هن أ ه بي بن سردوةو عو سن أ هبيهه عو سن‬ ‫نيونن‬
‫ ست وكمما ون الحنل هبمم‬A‫وعائه وش وة ور هض وي الحلل نه عونس وهما وقالحو‬
‫ سلل وم إه وذا وخب ور وج هم سن الحس وخ ول هء‬A‫ييوص للى الحلل نه عولويسهه ووو‬
‫و‬
‫ ول أ نبو هعي وسى هو وذا سح دديث نث‬A‫وقا‬. ‫وقا ول نغ سف ورانو وك‬

‫سح سس نن سغ دريث نب ول نوعسرهفن نه إه لل هم سن وح هدي هث إه سس ورا‬


‫و‬ ‫و‬
‫ نن‬A‫ ووأ نبو نبمم سردوةوبس‬A‫هئي ول عو سن نيو نس وف بس هن أ هبي بن سردوةو‬
‫و‬
‫أ هبي نمو وسى ا سس نم نه وعا هم نر بس نن عوبسده الح للممهه سبمم هن قو سيمم ذس‬

14 http://madciel.blogspot.co.id/2015/01/studi-kitab-hadits-sunan-tirmidzi.html di akses tanggal


20/12/2016

10
‫و‬
‫ا سل سشممعورهيي وو ول نو سعممره نف هفممي وهمم وذاالحس وبا هب إه لل وح‬
‫هدي وث وعائه وش وة ور هض وي الحلل نه عونس وهما عو سن الحنلبه وي وص للى‬
‫الحلل نه عولويسهه وو وسلل وم‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Isma'il
berkata, telah menceritakan kepada kami Malik bin Isma'il dari Isra'il bin
Yunus dari Yusuf bin Abu Burdah dari Bapaknya dari Aisyah Radliaallahu
'anha, ia berkata; "Apabila Nabi Shallahu 'alaihi wa Sallam keluar dari WC,
beliau membaca: " GHUFRAANAKA (Aku mengharap ampunan-Mu)."
Abu Isa berkata; "Hadits ini derajatnya Hasan Gharib, kami tidak
mengetahuinya kecuali ia adalah dari hadits Israil, dari Yusuf bin Abu
Burdah, sedangkan Abu Burdah bin Abu Musa namanya adalah 'Amir bin
Abdullah bin Qais Al Asy'ari. Dan kami tidak mengetahui dalam bab ini
kecuali hadits Aisyah Radliaallahu 'anha dari Nabi Shallahu
'alaihi wa Sallam.".15
3. Hadits hasan shahih gharib, ada dua kemingkinan makna:
a. Hadits ini hanya memiliki satu sanad, tetapi sebagian rawinya
diperselisihkan; sebagian ulama memandang hasan, sebagian lagi
memandang shahih.
b. Hadits ini sebagian sanadnya hasan, sebagian yang lain shahih namun
rawi-rawinya kesemuanya satu negeri.
Berikut adalah salah satu dari sekian banyak haditsdalam sunan tirmidzi yang

‫و‬
‫وحدلثوو نا أ نبو بوكسره بس نن الحنل سضره بس‬berstatus hasan shahih gharib
‫و‬
‫ ولوقا‬A‫ ونا وح لجمما نج سبمم نن نم وح لمممدذ وقمما‬A‫هن أ هبي الحنل سضره وحدلثو‬
‫و‬
‫ ور ونا ونافهعع عوس ن ابسه ن عن وم ور وقا ول‬A‫ول ابس نن نج وريس ذج أ سخببو‬
‫ ن هحيمم ون وقممده نموا الحس وم هدي ونمم وةيو سجتو‬A‫وكا ون الحس نم سسله نموو‬

15 http://madciel.blogspot.co.id/2015/01/studi-kitab-hadits-sunantirmidzi.html di
akses tanggal 20/12/2016

11
‫وس ين ونا هدي به‬ A‫ حيل ننو ون الح لصلو ووا هت وولحويس‬A‫هم نعو ون فويوتوو‬
‫و‬
‫ يووس ةممما هفممي ذو هلحمم وكوف وقا ول‬A‫ نممموا‬A‫ فوتوكولل‬A‫وهممما أ وحممدع‬

‫ رى‬A‫س الحنل وصاو‬ ‫بوعس نضهمن سم اتل هخ نذوا ونا نقو ةسا همثس ول ونان قوه‬
‫ سر هن‬A‫وو وقا ول بوعس نضهمن سم اتله خ نذوا قو سر ةنمما هم سثمم ول وقمم‬
‫الحسيو نهموده وقا ول وف وقا ول‬
‫و‬
‫عن وم نر بس نن الحس وخل طاه ب أ وو ول توبسعو نثو ون ور نج ةل ين ونا هدي‬

‫ ول ور نسممو ناللحللهه وص للى الحلل نه عولو‬A‫هبالح لص ولةه وقا ول وف وقا‬


‫ به ول نل نقممم سم فو ونممماده هبالح لصممم ولةه‬A‫سيمممهه وو وسممملل وم ويممما‬

‫و‬
‫ديث نث سح سس نن سص دحيح‬ ‫وقممما ول أ نبمممو هعي وسمممىهو وذا سح د‬

‫نح سغ دريث نب‬

‫هم سن وح هدي هث ابس هن عن وم ور‬


Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin An Nadlr bin
Abu An Nadlr berkata; telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin
Muhammad ia berkata; Ibnu Jurair berkata; telah mengabarkan kepada
kami Nafi' dari Ibnu Umar ia berkata; "Ketika kaum muslimin datang ke
Madinah, mereka berkumpul dan menunggu shalat namun tidak ada
seorang pun yang menyeru (adzan). Lalu pada suatu hari mereka
membicarakan hal itu, sebagian mereka berkata;
"Gunakanlah lonceng sebagaimana orang-orang Yahudi." Ibnu
Umar berkata; "Maka Umar pun berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam lalu bersabda: "Wahai Bilal, berdiri dan serulah untuk mendirikan
shalat." Abu Isa berkata; "Hadits ini derajatnya hasan shahih gharib, dari
hadits Ibnu Umar.".16

16 http://madciel.blogspot.co.id/2015/01/studi-kitab-hadits-sunantirmidzi.html di
akses tanggal 20/12/2016

12
E. Kitab-Kitab yang Memuat Hadits Hasan

Para ulama belum menyusun kitab khusus tentang hadits-hadits hasan


secara terpisah sebagaimana mereka melakukannya dalam hadits shahih,
tetapi hadits hasan banyak kita dapatkan pada sebagian kitab, diantaranya:
1. Sunan empat (Sunan Abu Daud, Sunan At Turmudzy, Sunan An-Nasai, dan
Sunan Ibnu Majah).
2. Sunan Ad-Daruquthny
3. Sunan Ad Darimy, Al Muntaqa karangan Ibnul Jarud dan
Musnad Imam Ahmad.17
 Istilah-istilah yang semakna hadits hasan
Istilah-istilah yang digunakan oleh para ahli hadits dalam menyebut
hadits maqbul ialah:
1. Jayyid (yang baik)
2. Qawiy (yang kuat)
3. Shalih ( yang baik)
4. Ma’ruf (yang dikenal)
5. Mahfudh (yang dihafadh para ulama’)
6. Mujauwad (yang dipandang baik)
7. Tsabit (yang tetap, yang shahih diterima dari Nabi)
8. Maqbul (yang diterima)
9. Masyabbah
10. Mustahsan (yang dipandang baik)18
III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dipahami bahwa:

17 M. Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2011)
147.

18 Hasbi Ash Shiddeqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits (Jakarta:


Bulan Bintang, 2004) 175.

13
1. Hadits hasan adalah hadits yang dinukilkan oleh seorang yang adil, tak begitu
kokoh ingatannya, sanadnya bersambung, dan tidak terdapat ‘illat serta
kejanggalan.
2. Kriteria Hadits Hasan: Sanadnya bersambung, rawinya adil, rawinya dhabith
(Kedhabithan rawi di sini tingkatannya dibawah kedhabithan rawi hadits
shahih, yakni kurang sempurna kedhabithannya), tidak termasuk hadits
syadz, tidak terdapat ‘illat (cacat).
3. Para ulama sebelum Al-Turmudzi membagi hadits kepada dua bagian saja
yaitu: hadits shahih dan hadits dha’if. Kemudian hadits dha’if dibagi dua
macam, yaitu dha’if yang tidak tercegah pengamalannya dan dha’if yang
wajib ditinggalkan. Barangkali dha’if pertama menurut ulama dahulu inilah
yang disebut hasan oleh Al-Turmudzi.
4. Macam-Macam Hadits Hasan : Hadits hasan lidzatihi dan hasan li
ghairihi
5. Kehujjahan hadits hasan: Menurut seluruh fuqaha, hadits hasan dapat
diterima sebagai hujjah dan diamalkan walaupun kualitasnya di bawah hadits
shahih. Demikian pula pendapat kebanyakan Muhadditsin dan ahli ushul juga
mengamalkannya.
6. Hadits hasan banyak kita dapatkan pada sebagian kitab, diantaranya: Sunan
empat (Sunan Abu Daud, Sunan At Turmudzy, Sunan An-Nasai, dan Sunan
Ibnu Majah), Sunan AdDaruquthny, Sunan Ad Darimy, Al Muntaqa karangan
Ibnul Jarud dan Musnad Imam Ahmad.

B. Saran
Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah
ini, maka penulis mengharapkan saran dari para pembaca demi kesempurnaan
pada penulisan makalah-makalah kami selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maliki, Muhammad Alawi, Al-Manhalu Al-Lathiifu fi Ushuuli AlHadisi Al-Syarifi,


Terj. Adnan Qohar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Al-Qattan, Syaikh Manna’, Pengantar Studi Ilmu
Hadits, Terj. Mifdhol Abdurrahman. Jakarta: Pustaka AlKautsar, 2005.
Ash Shiddeqy, Hasbi, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits, Jakarta:
Bulan Bintang, 2004.
Hasan, Mustofa, Ilmu Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Http://ab-dina.blogspot.co.id/2012/10/hadits-hasan.html di akses tanggal
05/12/2016 Http://madciel.blogspot.co.id/2015/01/studi-kitab-hadits-
sunantirmidzi.html di akses tanggal 20/12/2016
Http://makalahmeza.blogspot.com/2012/03/hadits-hasan.html di akses tanggal
06/12/2016
Khon, Abdul Majid, Ulumul Hadits, Jakarta: Amzah, 2009.
Rifa’i, Zuhdi, Mengenal Ilmu Hadits, Jakarta: al-Ghuraba, 2008. Solahudin, M. dan
Agus Suyadi, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 2011.

15

Anda mungkin juga menyukai