Anda di halaman 1dari 10

HADITS

NUR HIDAYAT, SKM


PENDAHULUAN
 Pada awalnya Rasulullah melarang para sahabat
menuliskan Hadits, karena dikhawatirkan akan
bercampur-baur penulisannya dengan Al-qur’an.
 Perintah untuk menuliskan Hadits yang pertama
kali adalah oleh khalifah Umar bin abdul aziz.
Beliau menulis surat kepada gubernurnya di
Madinah yaitu Abu bakar bin Muhammad bin amr
hazm al-alsory untuk membukukan Hadits.
 Ulama yang pertama kali mengumpulkan Hadits
adalah Ar-robi bin sobiy dan Said bin abi arobah,
akan tetapi pengumpulan Hadits tersebut masih
acak (tercampur antara yang sohih dengan, dhoif,
dan perkataan para sahabat.
 Pada kurun ke-2 imam Malik menulis kitab Al-
muwatho di Madinah, di Makkah Hadits
dikumpulkan oleh Abu muhammad abdul malik
bin ibnu juraiz, di Syam oleh imam Al-auza i, di
Kuffah oleh Sufyan at-tsauri, di Basroh oleh
Hammad bin salamah.
 Pada awal abad ke-3 hijriyah mulai dikarang
kitab-kitab musnad (seperti musnad Na’im ibnu
hammad).
 Pada pertengahan abad ke-3 hijriyah mulai
dikarang kitab shohih Bukhori dan Muslim.
HADITS
 Ilmu Hadits :
ilmu yang membahas kaidah-kaidah untuk mengetahui
kedudukan sanad dan matan, apakah diterima atau ditolak.
 Hadits :
Apa-apa yang disandarkan kepada Rasulullah
shollollahu’alaihiwasallam, berupa perkataan, perbuatan,
persetujuan, dan sifat (lahiriyah dan batiniyah).
 Sanad :
Mata rantai perawi yang menghubungkannya ke matan.
 Matan :
Perkataan-perkataan yang dinukil sampai ke akhir sanad.
PEMBAGIAN HADITS

 Dilihat dari konsekuensi hukumnya :


1) Hadits Maqbul (diterima) : terdiri dari
Hadits sohih dan Hadits Hasan
2) Hadits Mardud (ditolak) : yaitu Hadits
dhoif
Penjelasan :
HADITS SOHIH : Yaitu Hadits yang memenuhi 5 syarat ;
1. Sanadnya bersambung (telah mendengar/bertemu
antara para perawi). Melalui penukilan dari perawi-
perawi yang adil.
2. Perawi yang adil adalah perawi yang muslim, baligh
(dapat memahami perkataan dan menjawab
pertanyaan), berakal, terhindar dari sebab2 kefasikan
dan rusaknya kehormatan
3. Tsiqoh (yaitu hapalannya kuat).
4. Tidak ada syadz
(syadz adalah seorang perawi yang tsiqoh menyelisihi
perawi yang lebih tsiqoh darinya.
5. Tidak ada illat atau kecacatan dalam Hadits
 HADITS HASAN : Hadits yang apabila perawi-perawinya
yang hanya sampai pd tingkatan soduq (tingkatannya berada
dibawah tsiqoh).
 Soduq : tingkat kesalahannya 50: 50 atau di bawah 60%
tingkat ke tsiqoan-nya.
 Soduq bisa terjadi pada seorang perawi atau keseluruhan
perawi pada rantai sanad.
 Para ulama dahulu meneliti tingkat ketsiqo-an seorang
perawi adalah dengan memberikan ujian, yaitu disuruh
membawakan 100 hadits berikut sanad-sanadnya. Jika sang
perawi mampu menyebutkan lebih dari 60 hadits (60%)
dengan benar maka sang perawi dianggap tsiqoh.
 Hukum Hadits Hasan : dapat diamalkan dan dijadikan hujjah.
 HADITS HASAN SHOHIH
Hadits hasan shohih dapat dimaknai dengan
2 pengertian :
Imam Thirmidzi mengatakannya karena
Hadits tersebut memiliki 2 rantai sanad/lebih.
 Sebagian sanad hasan dan sebagian lainnya
shohih, maka jadilah dia Hadits hasan shohih.
Jika hanya ada 1 sanad, Hadits tersebut
hasan menurut sebagian ulama dan shohih
oleh ulama yang lainnya.
 HADITS MUTTAFAQQUN ‘ALAIHI
Yaitu Hadits yang sepakat dikeluarkan
oleh imam Bukhori dan imam Muslim
pada kitab shohih mereka masing-
masing.
 HADITS DHOIF
Hadits yang tidak memenuhi salah
satu/lebih syarat Hadits shohih dan
Hasan.
 Hukum Hadits dhoif : tidak dapat
diamalkan dan tidak boleh
meriwayatkan Hadits dhoif kecuali
dengan menyebutkan kedudukan Hadits
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai