Anda di halaman 1dari 4

AL-HADIS (AS-SUNAH)

A. PENGERTIAN HADIS DAN KEDUDUKANNYA


Menurut bahasa hadis berarti baru, yaitu lawan kata qadim (lama). Sedang menurut istilah,
hadis ialah segala perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi Muhammaf SAW. Taqrir ialah diamnya
Nabi sebagai tanda setuju atas perbuatan sahabat, atau beliau tidak mengingkarinya ketika
mendengar suatu perkataan dan perbuatan sahabat.

B. SEJARAH PENULISAN DAN PEMBUKUAN HADIS


Setelah seratus tahun wafatnya Nabi SAW. Barulah ada usaha membukukan hadis, yakni ketika
masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz (tahun 99 H) yang menginstrusikan Imam Ibnu Shihab
Az-Zuhri agar membukukan hadis. Di samping, beliau juga menulis surat kepada Abu Bakar bin
Hazen agar mengumpulkan dan membukukan hadis sebagaimana disebut dalam shahih bukhari.
Setelah generasi Imam Ibnu Sihab Az-Zuhri dan Abu Bakar bin Hazem, generasi
selanjutnya yang mengumpulkan dan membukukan hadis ialah ;
1. Sa’id bin Arubah, wafat tahun 151 H di Bashrah.
2. Abu Muhammad Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraji, wafat tahun 150 H di Mekkah.
3. Ma’mar bin Rasyid, wafat tahun 153 H di Yaman.
4. Abu Amar Abdurrahman Al Auza’I, wafat tahun 156 H di Syam.
5. Ar Rabi’ bin shabih, wafat tahun 160 H di Bashrah.
6. Hammad bin Abi Salamah, wafat tahun 160 H di Bashrah.
7. Muhammad bin Ishaq, wafat tahun 151 H di Mekkah
8. Imam Malik bin Anas, wafat tahun 179 H di Madinah.
9. Abu Abdullah Sufyan Ats Tsauri, wafat tahun 161 H di Kuffah.
10. Abdullah bin Mubarak, wafat tahun 181 H di Khurashan.
11. Husyaim bin Basyir, wafat tahun 188 H di Wasith.
12. Jarir bin Abdul Hamid, wafat tahun 188 H di Raih.
13. Al-Laits bin Sa’ad, wafat tahun 160 H di Mesir.

Sayang sekali naskah – naskah ini musnah terkala terjadi Perang Salib.

Pada abad kedua Hijriah terjadi langkah baru dalam pengumpulan hadis, yaitu dengan
menggunakan metode penyusunan secara musnad, seperti hadis shalat ditempatkan
berdekatan dengan hadis zakat atau jual–beli. Di samping itu, berdasarkan kronologi keislaman
sahabat, yakni :

1. Sahabat 10 ahli surga.


2. Ahlul Badar.
3. Ahlul Hudaibiyah.
4. Orang yang berhijrah di antara masa Hudaibiyah dan penaklukan mekkah.
5. Orang yang masuk islam dikala penaklukan mekkah.
6. Sahabat yang berusia muda dikala Nabi masih hidup.
7. Perawi wanita, ulama penyusun musnad ini antara lain, musaddad Al-Basri dan Nu’aim
bin Hammad.
C. ISTILAH – ISTILAH DALAM HADIS
Sebelum mengenal macam – macam hadis maka terlebih dahulu mengenal musthalah hadis,
yakni ilmu yang digunakan untuk mengetahui keadaan sanad dan matan dengan beberapa
undang – undang (kaidah-kaidah). Dari ilmu ini dikenal istilah dalam hadis,yakni :
1. Matan, yakni isi atau hadis itu sendiri di mana sanad berkhir.
2. Rawi atau perawi, yakni orang yang meriwayatkan hadis.
3. Isnad, yakni para perawi yang menyampaikan kepada matan, artinya orang yang
menjadi sandaran dalam meriwayatkan hadis nabi.
4. Isnad, ialah usaha menghubungkan sanad kepada matan atau pemberitaan tentang
jalannya matan.
5. Musnad ialah hadis yang isnadnya bersambing sejak awal sampai akhir.
6. Musnid ialah orang yang meriwayatkan hadis dengan pengisnadannya.
7. Al-Muhaddits ialah penerima hadis yang memperhatikan dengan baik riwayah maupun
dirayahnya.
8. Al-Hafizh ialah orang yang hapal seratus ribu hadis.
9. Al-Hujjah ialah orang yang hapal dan menguasai tiga ratus hadis.
10. Al-Hakim ialah orang yang menguasai As-Sunnah secara keseluruhan tanpa sedikitpun
yang tercecer.

D. PEMBAGIAN HADIS
Ditinjau dari berbagai segi, seperti matan, sanad, parawi, dan sebagainya para ulama hadis
membagi itu tidak kurang dari 57 macam.
Hadis Qudsi
Qudsi artinya suci dan bersih. Hadits qudsi adalah hadis yang disandarkan oleh rasul
SAW dan disanadkan kepada allah SWT selain Al-Quran. Dinamakan qudsi karena hadis tersebut
disandarkan kepada allah SWT.
Ditinjau dari segi jalurnya hadis itu terbagi atas dua macam, yakni hadis hutawatir dan
hadis ahad.
1. Hadits Mutawatir
Hadis yang memiliki empat syarat.
 Diriwayatkan oleh banyak orang.
 Menurut adat, mustahil mereka bersepakat untuk berdusta.
 Adanya keseimbangan perawi sajak awal hingga akhir.
 Pemberitaan itu berdasarkan pancaindra dan memberikan faedah ilmu dahruri.

Hadis mutawtir terbagi dalam dua bagian :

 Mutawatir lafzhi = karena perkataan nabi


 Mutawatir amali = karena perbuatan nabi
2. Hadis Ahad
Hadis yang kehilangan salah satusyarat hadis mutawatir. Hadis ahad terbagi dalam tiga
bagian yakni :
a. Hadis sahih ialah hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang
yang adil, yang sangat sempurna ingatannya, tidak bercatat dan tidak syaz.
b. Hadis hasan ialah hadis yang diriwayatkan oleh orang yang adil tetapi
ingatannya kurang kuat dan hadis itu bersambung sanadnya, tidak cacat dan
tidak syaz.
c. Hadis ialah hadis yang berada di bawah tingkatan hadis hasan.

Ditinjau dari perawinya, hadis dibagi dalam masyhur, ‘aziz, dan gharib :

 Hadis masyhur ialah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, tetapi
tidak mencapai mutawatir.
 Hadis ‘aziz ialah hadis yang diriwayatkan oleh dua perawi pada satu tingkatan
dari tingkatan – tingkatannya.
 Hadis gharib ialah hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi

Ditinjau dari dapat tidaknya dipakai hujah, terbagi atas hadis maqbul dan hadis mardud :

 Hadis maqbul ialah hadis yang dapat dipakai sebagi hujah. Dan dibagi pula
menjadi empat macam :
a. Hadis muhkam
b. Hadis mukhtalif
c. Hadis nasikh
d. Hadis rajih
 Hadis mardud ialah hadis yang tertolak karena tidak memenuhi syarat-syarat
sebagai hadis sahih dan hadis hasan. Hadis tersebut terolak karena dua
macam :
a. Tertolak karena gugurnya perawi dari isnadnya
b. Tertolak karena tercemarnya kehormatan perawi

Hal lain yang mencatatkan hadis :

 Pembalikan : yakni mendahulukan yang seharusnya di belakang atau


mengakhirkan yang sebenarnya di permulaan, baik sanad maupun matan.
(hadis maqlub)
 Kekacauan : yakni seorang perawi menyalahi periwayatan perawi lain yang
lebih unggul baik dari sanad atau matan dan tidak dapat mengatakan mana
yang lebih kuat dan sulit kompromikan (hadis mudhtharrab)
 Pengubahan huruf atau harakat : bila perawi yang menyalahi perawi lain yang
lebih unggul dengan mengubah huruf (hadis mushahhaf
 Ketidaktahuan atau ketidakjelasan : tidak menyebut seorang perawi atau lebih
(hdis mubham)
 Menyalahi : yakni apabila hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi tsiqat
(terpecaya) menyalahi riwayat orang ynag lebih tsiqat lagi (hadis syaz)
 Kekacauan pikiran : yakni jika perawinya mempunyai hapalan yang buruk
sebab kekacauan pikiaran ( hadis mukhtalath )

Ditinjau dari segi matan dan sanad, hadis terbagi atas hadis marfu’,mauquf,maqthu’,’ali
mutlaq,’ali nisbi, dan nazil.
 Hadis marfu’ ialah hadis yang berdasarkan kepada nabi SAW, baik perkataan,
perbuatan, maupun taqrir.
 Hadis mauquf ialah hadis yang isnadnya berakhir pada sahabat nabi SAW, baik
perkataan maupun perbuatan, baik tersambung maupun tidak tersambung
sanadnya.
 Hadis maqthu’ ialah hadis yang disandarkan kepada tabi’i
 Hadis ‘ali mutlaq ialah hadis yang jumlah perawinya relative sedikit
dibandingkan sanad lain, dan sanadnya berakhir pad nabi SAW
 Hadis ‘ali nisbi ialah hadis yang jumlah perawinya relative lebih sedikit
dibandingkan dengan sanad lain.

E. BENTUK – BENTUK PENYAMPAIAN HADIS


1. Sami’tu = aku mendengar
2. Haddatsani = dia menceritakan padaku
3. Qara’tu ‘alaih = aku membaca dihadapannya
4. Quri’a ‘alaih wa ana asma ‘u = dibacakan dihadapannya, sedang aku mendengar.
5. Anba-ani = dia menceritakan padaku
6. Na-awalani = dia memberiku ijazah
7. Kataba ilayya = dia menulis padaku
8. Ausha ilayya = berpesan kepadaku
9. Wajadtu yakhuththuhu = dia sedang menuliskannya
10. Akhabarani = mengbarkan kepadaku
F. BIOGRAFI SINGKAT PERAWI HADIS
1. Imam Malik bin Anas
2. Imam Ahmad bin Hambal
3. Imam Bukhari
4. Imam Muslim
5. Imam Abu Daud
6. Imam At Tirmidzi
7. Imam Ibnu Majah

Anda mungkin juga menyukai