Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ILMU HADITS

MACAM-MACAM HADITS

DOSEN PENGAMPUH: Drs.Samhi Muawan Djamal.M.Ag

Adriani Ar Rahmi (40200122018)

St Zubaidah Syahrial (40200122021)

PRODI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hadits merupakan sumber ajaran islam, disamping Al-qur’an. Dilihat dari sudut
periwayatannya, jelas antara Al-qur’an dengan Al-hadits berbeda. Untuk Alqur’an
semua periwayatannya berlangsung secara mutawatir. Sedangkan periwayatan
hadits sebagian berlangsung secara mutawatir dan sebagian lagi berlangsung
secara ahad.
Sehingga mulai dari sinilah timbul berbagai pendapat dalam menilai kualitas
hadits. Sekaligus sebagai sumber perbedaan dalam kancah ilmiah atau bahkan
non-ilmiah. Akibatnya bukan kesepakatan yang didapatkan, akan tetapi
sebaliknya justru perpecahan.
Walaupun demikian, untuk mengkaji secara mendalam tentang ilmu hadits,
memerlukan waktun untuk konsentrasi yang tidak sedikit. Berpacuan dari
pemikiran inilah penulis tergugah untuk menyusun makalah yang membahas ilmu
hadits dengan harapan, baik mahasiswa ataupun masyarakat umum dengan mudah
memahami ilmu hadits.
B. Rumusan Masalah
1. memahami bagaimana Klasifikasi Berdasarkan Kuantitas Perawi
2. memahami Klasifikasi dari segi sanad
3. memahami Klasifikasi hadits dhaif

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits Musnad
Secara lugho adalah disandarkan, sedangkan secara istilah adalah hadits yang
disandarkan kepada nabi SAW. Dengan sanad yang bersambung-sambung, dari
perawinya hingga nabi SAW.
Imam Al-Khatib Al-Baghdady berkata : hadits musnad adalah hadits yang
sanadnya bersambung dari awal rawi hingga akhir. Istilah musnad lebih banyak
digunakan untuk hadits yang dating dari nabi SAW saja, bukan untuk hadits yang
datang dari selain nabi SAW. Misalnya sahabat atau tabi’in. Contohnya adalah
ucapan imam malik :

‫حدثنا اببن عمر قال سمعت رسول هللا صلى ا عليه وسلم يقول‬, ‫ حدثنا نافع قال‬...........

Nafi’ bercerita kepada kami, dia berkata “ibnu umar bercerita kepada kami, dia
berkata : saya mendengar Rasulullah SAW bersabda………………….. B.
Hadits Maqthu’
Menurut bahasa adalah isim maf’ul dari kata kerja qatha’a lawan dari kata
washola (sambung) sehingga maqthu’ artinya yang diputuskan atau yang terputus,
yang dipotong atau yang terpotong.
Adapun menurut istilah adalah perkataan, perbuatan atau pengakuan yang
disandarkan kepada orang dari generasi tabi’in dan orang generasi sesudahnya,
baik sanadnya bersambung maupun tidak.

Contoh hadits maqthu’ adalah perkatann sifyan Ats-Tsaury, seorang tabi’in yang
mengatakan :

‫ الفطر اثنتي عشر ركعة ةبعد األضحى ست ركعات‬h‫من السنة آ يصلي بعد‬
Artinya : “Termasuk sunnah adalah mengerjakan shalat 12 rakaat setelah shalat
idul fitri, dan 6 rakaat seteleh sholat idul adha”.
C. Hadits Muttasil
Menurut bahasa adalah isim fa’il dari kata kerja ittishala lawan kata dari inqatha’a
artinya yang bersambung.
Adapun menurut istilah adalah hadits yang sanadnya bersambung kepada nabi
SAW, sahabat dengan cara setiap rawi mendengar dari orang atas (Guru)nya :
Contohnya adalah ucapan Imam Malik :

‫ قال سمعت إبن عمر قال سمعت رسول هللا صلى ا عليه وسلم يقول كذ ا‬،‫سمعت نافعا‬
Artinya : “Saya mendengar dari nafi’ dia berkata : saya mendengar Ibnu Umar
berkata : Saya mendengar Nabi SAW bersabda ……….”. D. Hadits
Munqhati’
Merupakan isim fail dari kata Inqitha lawan dari kata Ittashala yang artinya hadits
yang terputus.
Menurut ketetapan ahli hadits adalah satu hadits yang ditengah sanadnya gugur
seorang rawi / beberapa rawi, tetapi tidak berturut-turut.
Definisi lain adalah hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat, di satu tempat
atau gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut.

Contoh hadits munqhoti’ adalah :


E. Klasifikasi Berdasarkan Kuantitas Perawi 1. Hadis Mutawattir
Hadis mutawattir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang (biasanya
banyak) dari awal sampai akhir sanad, dan orang-orang tersebut diyakini mustahil
akan bersepakat untuk berbohong dalam meriwayatkannya. Karenanya, para
ulama sepakat hadis mutawattir harus diamalkan. Hadis mutawattir bersifat pasti
dan memiliki kesederajatan hampir sama dengan Al-quran. Keberadaan hadis
mutawattir amat sedikit dibandingkan dengan hadis ahad.
2. Hadis Ahad
Hadis ahad terdiri atas tiga bagian, yaitu hadis masyhur, aziz, dan gharib. Masyhur
ialah hadis yang diriwayatkan paling tidak oleh tiga jalur rawi dan tidak kurang
dari tiga. Namun, ada juga ulama yang membedakan masyhur dan ahad.
Pandangan ini dianut oleh para ulama mazhab Hanafi. Menurut mereka, hadis
masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, tetapi tidak
sampai derajat hadis mutawattir. Akan tetapi, kebanyakan ulama cenderung
memasukkan hadis masyhur ke dalam hadis ahad. Jika diriwayatkan oleh dua jalur
rawi, hadis itu disebut hadis aziz. Sedangkan, apabila diriwayatkan oleh satu jalur
saja, maka disebut hadis gharib atau fard.
F. Klasifikasi dari segi sanad
Status hadis juga dapat dinilai dari segi sanad. Pada klasifikasi ini hadis dapat
dibagi menjadi tiga macam, yaitu sahih, hasan, dan dhaif (lemah). Hadis sahih
adalah hadis yang memenuhi persyaratan ulama hadis. Hadis sahih ini
diriwayatkan oleh seseorang yang dipercaya, kuat hafalannya, dan jauh dari sifat
tercela. Hadis sahih terdiri atas shahih li-zatihi (sahih dengan sendirinya) dan
shahih ghairu lizatih (sahih karena ada keterangan lain yang mendukungnya;
seperti hadis hasan yang jumlahnya banyak).
Sementara itu, hadis hasan artinya hadis baik, yang memenuhi persyaratan, tetapi
diriwayatkan oleh seseorang yang tidak terialu sempurna kekuatan hafalannya.
Seperti halnya hadis sahih, hadis hasan terdiri atas dua bagian, yaitu hasan ltzatihi
(dengan sendirinya) dan hasan lizatihi (ada keterangan pendukung lain), yang
didukung dengan adanya hadis yang tidak terlalu lemah menceritakan hal yang
sama.Sedangkan, hadis dhaif ialah hadis yang tidak memenuhi syarat hadis sahih
atau hasan, karena periwayatannya yang terputus atau karena perawinya tidak
memenuhi persyaratan, hadis dhaif tidak dapat dijadikan sumber hukum dan
ketentuannya tidak boleh diamalkan. G. Klasifikasi hadits dhaif
Hadis dhaif ini dapat dilihat atas dua cara, yaitu bersambung atau tidaknya sanad
dan tercetanya rawi, hadis dhaif yang dilihat dari bersambung atau tidaknya sanad
meliputi hadis mursal, munqati, mudal, mudallas, muallaq, dan muallal. Adapun
hadis dlaif yang disebabkan oleh tercelanya rawi ialah hadis maudlu. Matruk,
munkar, mudraj, maqlub, mudtarib, musahhaf, muharraf, mu-bham, majhul.
Mastur, syadz, dan mukhtalit.
1. Hadis Maudlu
Selain itu, dikenal pula hadis maudlu (palsu), yaitu sesuatu yang dinisbahkan
kepada Nabi SAW, tetapi sesungguhnya itu bukan merupakan perkataan,
perbuatan, atau taqrir Nabi SAW. Meskipun ada yang berpendapat bahwa hadis
maudlu sudah ada sejak masa Nabi SAW, namun jumhur (mayoritas) ahli hadis
berpendapat bahwa hadis maudlu mulai terjadi pada masa Khalifah Ali bin Abi
Thalib, baik karena ketegasan dan kehati-hatian penwayatan hadis di masa
kekhalifahan sebelumnya maupun situasi politik di masa Ali, di mana perbenturan
berbagai kepentingan semakin meningkat.
Ciri-ciri hadis maudlu adalah (1) matan hadis tidak sesuai dengan kefasihan
bahasa, kebaikan, kelayakan, dan kesopanan bahasa Nabi SAW; (2) bertentangan
dengan Al-quran, akal, dan kenyataan; (3) rawinya dikenal sebagai pendusta; (4)
pengakuan sendiri dari pembuat hadis palsu tersebut; (5) ada petunjuk bahwa di
antara rawinya terdapat pendusta dan (6) rawi menyangkal bahwa ia pernah
memberikan riwayat kepada orang yang membuat hadis palsu tersebut.
2. Hadis Matruk
Hadis lemah lainnya adalah matruk, yaitu hadis yang perawinya tertuduh berdusta
atau suka berdusta dalam pembicaraannya atau menampilkan kefasikan dalam
pembicaraan dan perbuatannya atau memiliki amat banyak kesalahan serta
kekeliruan dalam meriwayatkan hadis.
3. Hadis Marfu
Hadis marfu adalah hadis yang dlsandarkan kepada Nabi SAW secara khusus,
baik sanadnya bersambung maupun tidak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. hadits musnad adalah hadits yang disanadkan kepada Nabi SAW. Dengan
sanad yang bersambung-sambung dari perawinya hingga Nabi SAW.
b. Hadits maqthu’ adalah perkataan, perbuatan atau pengakuan yang
disanadkan kepada orang dari generasi tabi’in dan orang generasi sesudahya, baik
sanadnya bersambung maupun tidak.
c. Hadits muttashil adalah hadits yang sanadnya bersambung kepada Nabi
SAW atau sahabat dengan cara setiap rawi mendengar dari orang atas (gurunya).
d. Hadits munqhati’ adalah hadits satu yang di tengah sanadnya gugur
seorang perawi atau beberapa perawi, tetapi tidak berturut-turut.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5854085/6-jenis-hadits-mulai-
dariperkataan-hingga-perbuatan-rasulullah-saw
https://hot.liputan6.com/read/4605910/13-macam-macam-hadist-
danpenjelasannya-dalam-islam-penting-diketahui-umat-muslim
https://www.idntimes.com/life/education/cynthia-nanda/sebagai-umat-
musliminilah-macam-macam-hadits-yang-perlu-diketahui
http://luqmanmaniabgt.blogspot.com/2011/10/macam-macam-hadits.html

Anda mungkin juga menyukai