Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

HADIS MARDUD

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadits

Dosen pengampu: Dr. M. Minanur Rohman, M.S.I

Disusun oleh kelompok 8:

1. M. Gilang Ramadhan (20122074)


2. Mohamad Rafif Musyaffa (20122097)
3. Ziyada Nailil Husna (20122107)

KELAS B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah sesuai waktu yang
ditentukan. Tidak lupa shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita,
Rasulullah SAW, yang kami nantikan syafaatnya dihari akhir kelak. Dan tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadis
dengan judul “Hadist Mardud” Penyusun akan menerangkan sebagian tentang
metode takhrij hadis, khususnya terhadap metode ulama klasik dan kontemporer.

Penyusun menyadari bahwa selama penulisan makalah ini banyak


kekurangan dan kesalahan baik hal isi maupun sistematika dan teknik
penulisannya, karena keterbatasan kemampuan yang penyusun miliki. Oleh
karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan memberikan dampak positif bagi penulis dan pembaca.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pekalongan, 8 April 2023

Kelompok 8

1
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan
1. latar belakang
Hadis mardud adalah hadis yang ditolak keabsahannya atau dianggap palsu oleh
para ulama hadis. Latar belakang terjadinya hadis mardud bisa bermacam-
macam, namun yang umumnya terjadi adalah karena adanya ketidaksesuaian
antara sanad (rantai perawi) hadis dengan matannya (teks hadis) atau karena
adanya kecacatan dalam sanad seperti adanya perawi yang tidak dikenal atau
dianggap tidak dapat dipercayai.

Dalam sejarah Islam, para ulama hadis memiliki peran penting dalam menyeleksi
dan menentukan keabsahan suatu hadis. Mereka melakukan penyelidikan
terhadap sanad hadis dengan memeriksa latar belakang kehidupan perawi dan
riwayat kepercayaannya, serta melakukan analisis terhadap matan hadis untuk
memastikan tidak ada unsur yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Dalam praktiknya, hadis mardud seringkali dihasilkan dari upaya para ulama
hadis untuk memastikan keabsahan hadis dan menjaga keaslian ajaran Islam dari
penyimpangan dan pemalsuan. Oleh karena itu, hadis mardud memiliki peran
yang sangat penting dalam menjaga integritas agama Islam dan melindungi umat
Muslim dari pengaruh ajaran yang tidak benar atau menyimpang.
2. rumusan masalah

3. tujuan rumusan masalah

BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Hadis Mardud
Hadis mardud merupakan salah satu istilah yang ada dalam studi hadis.
Istilah ini tersusun dari dua kata yaitu hadis dan mardud. Dalam studi hadis secara

2
termenologi, hadis adalah setiap sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad saw, baik perkataan, perbuatan, ketetapan dan sifat. Terminologi
hadis ini mengakomodir semua jenis hadis, baik hadis berdasarkan kualitasnya,
kuantitas sanadnya, penyandarannya dan lainnya.
Adapun kata mardud ketika berdiri sendiri tidak menjadi istilah dalam
disiplin ilmu ini kecuali disandingkan dengan istilah hadis. Secara bahasa mardud
bermakna yang ditolak, tidak diterima. Ketika disandingkan ke kata hadis, maka
menjadi istilah dan nama dari salah satu hadis berdasarkan kualitasnya.

B. Sebab-sebab ketertolakan hadis


Sebagaimana telah dijelaskan bahwa hadis mardud merupakan hadis
yang tidak memenuhi kualifikasi atau salah satu syarat dari hadis maqbul, yaitu
hadis sahih dan hadis hasan. Sedangkan dalam ketentuannya, ada lima syarat
sebuah hadis untuk dikategorikan hadis maqbul. Apabila salah satu syarat tersebut
tidak terpenuhi otomatis hadis tersebut masuk kategori hadis mardud. Maka
berdasarkan jumlah lima syarat dari hadis maqbul, hadis mardud secara garis
besarnya ada lima macam, yaitu:
1. Hadis mardúd karena sanadnya tidak bersambung (perawinya gugur dari
mata rantai sanad).
2. hadis mardúd karena perawinya tidak adil
3. hadis mardúd karena perawinya tidak dhábidl atau tidak memiliki daya
hafal yang sedang
4. hadis mardúd karena syadz (kejanggalan)
5. hadis mardúd karena sebuah ‘illah.

C. Pembagian Hadis Dhaif


1. Muallaq
Hadis Mu’allaq adalah hadis yang perawinya digugurkan di bagian
awal sanadnya, baik hanya seorang perawi atau lebih dengan berurutan
walaupun sampai ke akhir sanadnya. Adapun yang dimaksud awal sanad
adalah perawi yang menjadi gurunya mukhrij (kodifikator dengan sanadnya

3
sendiri), seperti guru Bukhari, Muslim, Abu Daud, dll. Di antara contoh hadis
mu’allaq, yaitu hadis mu’allaq yang digugurkan di awal sanadnya saja oleh
Imam Bukhari, ia berkata:

‫وق ال به ز عن أبي ه عن ج ده عن الن بي ص لى هللا علي ه و س لم (هللا أح ق أن يس تحيا من ه من‬


‫الناس‬
“dan Bahz berkata: dari bapaknya, dari kakeknya, dari Nabi saw., (Allah
itu lebih berhak untuk dijadikan tempat mengadu malu daripada manusia.)”
Hadis ini merupakan hadis mu’allaq, karena Imam Bukhari dengan Bahz
tidak satu generasi. Ia telah menggugurkan sanad, setidaknya seorang perawi
sebelum Bahz. Menurut Ibn Hajar, hadis tersebut walupun hadis mu’allaq tetapi
berada dalam Sahih Bukhari masih berkualitas hasan dan layak dijadikan hujjah.1
Adapun contoh hadis muallaq yang digugurkan semua sanad-nya, kecuali seorang
sahabat, yaitu hadis muallaq riwayat Imam Bukhari Juga, ia berkata:

‫وقالت عائشة كان النبي صلى هللا عليه و سلم يذكر هللا على كل أحيانه‬.
”Dan A’isyah berkata: Nabi Muhammad saw. selalu berdzikir
dalam setiap waktunya.”
2. Mursal
Hadis mursal adalah hadis yang di-marfu’-kan atau disandarkan kepada
Rasulullah saw, oleh seorang tabi’in. Artinya, Seorang tabi’in, baik yang
senior ataupun junior, berkata: Rasululullah saw. bersabda …, atau
Rasulullah saw. telah melakukan ini… dst. Dalam kasus periwayatan ini,
berarti seorang tabi’in yang menjadi perawi tersebut telah menggugurkan
perawi sahabat yang mendengarkan hadis tersebut langsung dari
Rasulullah saw, sedangkan seorang tabi’in tidak mungkin mendengarkan
langsung hadis tersebut dari Rasulullah karena ia tidak pernah bertemu
dengan Rasulullah saw. Di antara contoh hadis mursal yaitu hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim, ia berkata:

َ
‫المث نى ح دثنا الليث عن عقَي ل عن ابن ش هاب‬ ‫وح دثنى محم د بن راف ع ح دثنا حجين بن‬

4
‫ نهى عن بي ع المزابنة‬-‫ص لى هللا علي ه وس لم‬- ‫عن س عيد بن المس يب أن رس ول هللا‬.

”Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Ráfi’, telah bercerita kepada


kami Hujain bin al-Mutsanná, telah bercerita kepada kami al-Layts, dari
‘Aqil dari Ibn Syiháb, dari Sa’íd bin al-Musayyab, bahwa Rasulullah saw.
melarang jual beli al-muzábanah.”
Hadis ini merupakan hadis mursal, karena Sa’id bin al Musayyab seorang
tabi’in. Ia tidak mungkin menerima langsung hadis tersebut langsung dari
Rasulullah saw. Sudah pasti ia telah menggugurkan perawi sebelumnya.
Dimungkinkan perawi tersebut seorang sahabat saja atau mungkin pula
seorang tabi’i senior dan seorang sahabat.
3. Munqathi
Hadis Munqathi’ adalah hadis yang di dalam sanadnya terdapat seorang
perawi yang gugur (terputus sanadnya) di satu tempat, tetapi tidak di awal
sanad dan tidak pula di akhir sanad; atau di banyak tempat, tetapi tidak
secara beruntun. Di antara contoh hadis munqathi’ yaitu hadis riwayat
Abdurrazzaq, ia berkata:

‫ إن و ّل ْيتموها أبا‬:‫عْن ح َذ ْيفَةَ مرفوعا‬,‫ عن زيد بن يثَيع‬،‫ عن أبِي ِإ ْسحاق‬،‫عن الثوري‬


‫بكر فقوي أمين‬.

“Dari al-Tsauri, dari Abi Ishak, dari Zaid binYutsai’, dari Hudaifah secara
marfu’, “jika kalian mengangkat Abu Bakr, maka ia adalah seorang yang
kuat lagi amanah.” Sanad hadis di atas tidak muttashil, karena ada perawi
yang gugur, yaitu Syarík, perawi antara Sufyan al-Tsauri dan Abu Ishaq.
Artinya, Sufyan al-Tsauri tidak menerima hadis langsung dari Abi Ishaq.
Ia menerima hadis dari Syarík dan Syarík dari Abu Ishak.
Dengan terputusnya sanad hadis tersebut di bagian tengah, maka hadis
tersebut dinamakan hadis munqathi, karena adanya keterputusan sanad di
bagian tengah sanad.
4. Mudallas

5
Hadis mudallas adalah hadis yang diriwayatkan berdasarkan cara yang
diperkirakan bahwa hadis tersebut tiada tercela atau cacat atau hadis yang
mengandung cacat tersembunyi walaupun yang nampak seolah-olah tidak
ada cacat dan cela. Jadi, dalam hadis mudallas seorang perawi telah
melakukan manipulasi sebuah periwayatan hadis supaya periwayatan
tersebut tampak terpercaya dan berkualitas baik.
Hadis mudallas dalam studi hadis ada tiga macam, yaitu: Mudallas Tadlis
Isnad, Mudallas Tadlis Tadlis Taswiyah dan Mudallas Tadlis Tadlis
Syuyukh (Guru).
Hadis Mudallas Tadlis Isnad
Sebuah hadis dikatakan sebagai hadis mudallas tadlis isnad Apabila
seorang perawi meriwayatkan sebuah hadis yang tidak didengar langsung
olehnya, dari orang yang dia pernah mendengarkan langsung hadis-hadis
yang lain dari orang tersebut.
Hadis Mudallas Tadlis Taswiyah
Sebuah hadis dinilai sebagai hadis mudallas tadlis taswiyah apabila
seorang perawi yang menggugurkan perawi yang lemah (dlai’f) yang
berada di antara dua perawi tsiqah, serta kedua perawi tsiqah tersebut
pernah bertemu.
Hadis Mudallas Tadlis Syuyukh
Hadis mudallas tadlis syuyukh adalah hadis yang perawinya menyebutkan
nama gurunya dengan salah satu namanya yang tidak masyhur supaya
tidak dikenal.
5. Maudlu’
Hadits yang disanadkan dari Rasululah SAW secara dibuat-buat dan
dusta, padahal beliau tidak mengatakan, melakukan dan menetapkan.
6. Munkar
Ialah hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah
yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang
terpercaya/jujur.
7. Matruk

6
Hadis matruq adalah hadith yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang
dituduh berdusta, atau dusta dalam perkataannya, atau fasik dalam
perkataan dan perbuatannya, atau karena banyak lupa. Termasuk dusta
dalam kesehariannya, selain dalam periwayatan hadith karena belum
terbukti.
“Telah bercerita kepadaku Ya’qub bin Sufyan bin ‘Ashim, katanya: telah
bercerita kepadaku Muhammad bin Imran, ujarnya: telah bercerita
kepadaku ‘Isa bin Ziyad, katanya: Telah bercerita kepadaku ‘Abd
arRahim bin Zaid dari ayahnya, dari Sa‘id Ibnu al-Musayyab, dari
‘Umar bin al-Khattab ra. Katanya: Rasulullah SAW bersabda: Andai
kata (dunia ini) tidak ada wanita, tentu Allah itu disembah dengan
sungguhsungguh”
8. Maqlub
Ialah Hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahkan hadits lain),
disebabkan mendahulukan dan mengakhirkan. Tukar menukar yang
dikarenakan mendahulukan sesuatu pada satu dan mengakhirkan pada
tempat lain, adakalanya terjadi pada matan hadits dan adakalanya terjadi
pada sanad hadits.

BAB III
Penutup
1. Kesimpulan

2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai