Oleh
Mohammad Rafinda Tri Saputra 2041912014
Muhammad Fadlullah Bilal 2041912007
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
1. Hadis Muttasil
Hadis yang muttasil adalah hadis yang bersambungan sanadnya
sehingga hadis itu benar-benar berasal dari Rasulullah SAW. Kata muttasil
secara etimologi berarti sambung sanadnya, baik sampai kepada
Rasulullah maupun kepada sahabat. Berdsarkan beberapa definisi dari para
ulama, dapat dikatakan bahwa hadis muttasil ialah hadi yang didengar oleh
masing-masing periwayatnya dari periwayat yang di atasnya sampai
kepada ujung sanadnya hadis muttasil disebut juga hadis mausul. Hadis
muttasil dibagi menjadi dua, yaitu muttasil marfu’ dan muttasil mauquf.1
a. Contoh hadis muttasil marfu’:
Dari Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Nafi’ dari Abdullah
bin Umar sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang
tidak mengerjakan salah Asar seakan-akan menimpakan bencana
kepada keluarga dan hartanya.” (H.R. Abu Dawud: 351).
2. Hadis Musnad
Menurut Al-Hakim bahwa hadis musnad ialah hadis yang
bersambung sanadnya sampai kepada Rasulullah saw.2 Kata musnad
secara etimologi berarti disandarkan atau dikategorikan. Secara
terminologi adalah hadis yang bersambung sanadnya dari yang
menceritakan sampai akhir sanad kepada Rasulullah SAW. Hadis musnad
1
Mukarom Faisal R. dkk, Menelaah Ilmu Hadis, (Solo: Tiga Serangkai, 2017), h. 118.
2
Ibid, h. 119.
memiliki dua syarat, yaitu hadisnya harus marfu’ dan sanadnya
bersambung. Contoh hadis musnad;
Telah bercerita kepada kami Abdullah bin Yusuf dari Malik dari Abi
Zinad dari Al-A’raj dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah
saw. bersabda, “Jika seekor anjing meminum di dalam bejana kalian,
maka cucilah sebanyak tujuh kali.” (H.R. Al-Bukhari: 167).
B. Hadis Muannan
Hadits Muannan adalah hadits yang diriwayatkan dengan
menggunakan lafadz anna " "اَ َّنatau "sesungguhnya/ bahwa". Hadits
Muannan bisa dikatakan hadits muttashil (sambung sanadnya) jika
sudah memenuhi syarat sebagaimana hadits mu'an'an di atas.
3
Ibid, h. 120.
4. Hadis Musalsal
Secara terminologi, hadis musalsal ialah hadits yang disampaikan
para perawi secara berurutan dan sama dalam keadaan dan situasi tertentu,
baik secara perbuatan maupun perkataan. Disebut musalsal karena ada
kesamaan antara rantai yang satu dengan rantai setelahnya. Macam-macam
hadis musalsal, yaitu musalsal bi Ahwali ar-Ruwah, musalsal bis-Sifat ar-
Ruwah, musalsal bis-Sifat ar-Riwayah. Suatu hadis dapat menjadi
musalsal karena dari awal sampai akhir dan terkadang terputus di
pemulaan atau akhir. Di antar kitab musalsal yang terkenal, yaitu Al-
Musalsalat Al- Kubra karya as-Suyuti memuat 85 buah hadis, Al-
Musalsalat karya Al-Hafiz Ismail bin Ahmad bin at-Fadil at-Taimi.
Contohnya:
“Diriwayatkan dari Muadz bin Jabal: Aku berjumpa Rasulullah SAW,
beliau berkata: ‘Wahai Mu’adz, sungguh aku mencintaimu (sebagai
sahabat).’ Kemudian aku menjawab, ‘Begitupun aku wahai Rasulullah.’
Kemudian Nabi bersabda, ‘Sungguh, aku mewasiatkanmu dengan doa
yang hendaknya kamu baca ketika usai shalat: Allahumma a’innî ‘alâ
dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibâdatik’.”
5. Hadis ‘Ali
Hadis ‘ali adalah hadis yang rawi-rawi sanadnya sedikit
dibandingkan dengan sanad lain dari hadis yang sama. Hadis ‘ali terbagi
menjadi dua, yaitu hadis ‘ali mutlaq dan hadis dan ‘ali nisbi atau idafi.
Hadis ‘ali mutlaq ialah hadis yang lebih sedikit rantai periwayatnya hingga
kepada Rasulullah SAW. dibandingkan dengan sanad yang lain.
Sedangkan hadis ‘ali nisbi atau idafi ialah hadis yang lebih sedikit rantai
periwayatnya hingga pada imam tertentu dengan ketentuan. Contohnya:
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata
yang baik atau berdiam diri; Siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaklah memuliakan tetangganya; dan Siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya."
6. Hadis Nazil
Hadis nazil adalah hadis yang rawi-rawi sanadnya lebih banyak
dibandingkan sanad lain dari hadis itu juga. Hadis nazil merupakan
kebalikan dari hadis ‘ali. Macam-macam hadsi nazil sebagai berikut:
a. Sanad yang rantai periwayatnya lebih banyak sampai kepada Nabi.
b. Sanad yang rantai periwayatnya lebih banyak sampai kepada salah
seorang Imam hadis.
c. Sanad yang rantai periwayatnya lebih banyak sampai kepada suatu
kitab hadis yang mu’tabarah.
d. Sanad yang di dalamnya terdapat periwayat yang menerima hadis
dari seorang syekh kemudian meninggal, juga dari periwayat lain
yang menerima dari syekh itu.
e. Sanad yang di dalamnya terdapat periwayat yang mendengar hadis
dari seorang syekh, kemudian (belakangan) periwayat itu menerima
hadis dari periwayat lain yang juga mendengar dari syekh itu.4
1. Hadis Munqhati’
4
Ibid, h. 127.
Semua hadis yang sanadnya tidak bersambung tanpa melihat letak
dan keadaan putusnya sanad. Setiap hadis mu'dhal adalah munqathi’,
namun tidak sebaliknya. Contoh hadis munqhati’ adalah
Mursal adalah hadits yang hilang atau tidak disebutkan perawi dari
golongan sahabat. Ciri hadits mursal adalah sebuah hadits yang
disampaikan oleh tabi’in (baik tabi’in kecil maupun besar) tanpa
menyebutkan nama sahabat, dan langsung menyebut nama Rasulullah
SAW. Contoh hadis mursal ialah tentang doa berbuka puasa:
Hadis yang dalam sanadnya ada dua orang rawi atau lebih yang
tidak dicantumkan secara berurut. Contoh hadis mu’dhal:
5. Hadis Mudallas
5
Nor Kandir, Syarah Ringkas Manzhumah Al-Baiquniyah, (Surabaya: Pustaka Syabab, 2016)
Seseorang yang meriwayatkan dari rawi fulan sementara hadis
tersebut tidak didengarnya langsung dari rawi fulan tersebut, namun ia
tutupi hal ini sehingga terkesan seolah ia mendengarnya langsung dari rawi
fulan. Hadis mudallas ada dua macam, yaitu Tadlis Isnad
(menyembunyikan sanad) dan tadlis Syuyukh (menyembunyikan
personal).
“Seperti contoh sebuah hadits riwayat Ibn Majjah dari jalur Umar bin
Abdul Aziz dari Uqbah bin Ami, yang diriwayatkan secara marfu (dari
Rasul Saw). “Allah Swt mengampuni para pengawal atau tentara.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
6
Mahmûd al-Ṭaḥḥân, Taysîr Muṣṭalah al-Ḥadîts, (Riyadh: Maktabah Marifah, 2004), h. 147.
Pada materi hadits dhaif ini, dapat kita petik kesimpulan bahwa kajian
ke-islaman itu sangatlah luas. Menunjukkan betapa maha kuasanya Allah
dalam memberikan kepahaman terhadap hamba-hambanya.
Terbaginya hadits dhaif dalam dua bagian; karena gugurnya rawi dan
atau karena cacat pada rawi atau matan semakin memudahkan kita untuk
mengetahui sebab-sebab mengapa hadits-hadits menjadi dhaif, baik dari segi
rawinya (orang yang meriwayatkan), sanad, maupun matannya. Dengan
mengetahui Ilmu Hadits (di sini lebih dikhususkan hadits dhaif), tentu akan
membuat aqliyah kita menjadi semakin terpacu untuk berpikir dan menggali
pengetahuan secara lebih mendalam serta dilandasi nafsiyah (sikap) keimanan
dan ketakwaan yang mantap, termotivasi untuk terus mencari dan
mengamalkannya karena pembahasan dalam makalah ini hanyalah berisi
sebagian kecilnya saja.
B. Saran