Anda di halaman 1dari 12

Makalah Kelompok

Mata Kuliah Ulumul Hadist

Tersambung atau Terputusnya Sanad


Dosen Pengampu : Darmaizar Arif, Lc, M.Ag

Oleh
Mohammad Rafinda Tri Saputra 2041912014
Muhammad Fadlullah Bilal 2041912007

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


JURUSAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis merupakan salah satu dasar pengambilan hukum Islam setelah
Al-Qur’an. Sebab hadis mempunyai posisi sebagai penjelas terhadap makna
yang dikandung Al-Qur’an. Apalagi, banyak terdapat ayat-ayat yang masih
global dan tidak jelas maknanya.Hadis diposisikan sebagai sumber hukum.
Tidak lain karena adanya kesesuaian antara hadis dengan teks suci yang
ditranmisikan kepada Nabi Muhammad. Bisa juga dikatakan bahwa hadis
merupakan wahyu Tuhan yang tidak dikodifikasikan dalam bentuk kitab sebab
lebih banyak hasil dari proses berpikirnya Nabi dan hasil karya Nabi. Akan
tetapi bukan berarti hadis adalah Al-Qur’an.

Dengan alasan itu maka selayaknya hadis mendapat perhatian yang


khusus bagi tokoh cendekiawan Muslim selain studi Al-Qur’an. Agar khazanah
ajaran islam benar-benar mengakar dengan melakukan kontektualisasi terhadap
realitas dimana hadis itu hadir. Dalam memahami hadis Nabi, realitas
mempunyai posisi yang sangat penting. Agar hadis Nabi mampu
mengakomodir segala realitas yang komplek dan beragam. Dengan itu, maka
hadis Nabi tidak akan pernah mati dan terus hidup sampai penutupan zaman.
Akan tetapi, dalam beberapa hal terdapat ciri - ciri tertentu yang spesifik,
sehingga dalam mempelajarinya diperlukan perhatian khusus.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja macam-macam hadis yang tersambung sanadnya?

2. Apa saja macam-macam hadis yang terputus sanadnya?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Macam-macam Hadis yang Tersambung Sanadnya

1. Hadis Muttasil
Hadis yang muttasil adalah hadis yang bersambungan sanadnya
sehingga hadis itu benar-benar berasal dari Rasulullah SAW. Kata muttasil
secara etimologi berarti sambung sanadnya, baik sampai kepada
Rasulullah maupun kepada sahabat. Berdsarkan beberapa definisi dari para
ulama, dapat dikatakan bahwa hadis muttasil ialah hadi yang didengar oleh
masing-masing periwayatnya dari periwayat yang di atasnya sampai
kepada ujung sanadnya hadis muttasil disebut juga hadis mausul. Hadis
muttasil dibagi menjadi dua, yaitu muttasil marfu’ dan muttasil mauquf.1
a. Contoh hadis muttasil marfu’:
Dari Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Nafi’ dari Abdullah
bin Umar sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang
tidak mengerjakan salah Asar seakan-akan menimpakan bencana
kepada keluarga dan hartanya.” (H.R. Abu Dawud: 351).

b. Contoh hadis muttasil mauquf:


Diriwayatkan oleh Malik dari Nafi’ bahwa ia mendengar Abdullah
bin Umar berkata, “Barang siapa yang mengutangi orang lain
maka tidak boleh menentukan syarat lain kecuali keharusan
membayarnya.”

2. Hadis Musnad
Menurut Al-Hakim bahwa hadis musnad ialah hadis yang
bersambung sanadnya sampai kepada Rasulullah saw.2 Kata musnad
secara etimologi berarti disandarkan atau dikategorikan. Secara
terminologi adalah hadis yang bersambung sanadnya dari yang
menceritakan sampai akhir sanad kepada Rasulullah SAW. Hadis musnad

1
Mukarom Faisal R. dkk, Menelaah Ilmu Hadis, (Solo: Tiga Serangkai, 2017), h. 118.

2
Ibid, h. 119.
memiliki dua syarat, yaitu hadisnya harus marfu’ dan sanadnya
bersambung. Contoh hadis musnad;
Telah bercerita kepada kami Abdullah bin Yusuf dari Malik dari Abi
Zinad dari Al-A’raj dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah
saw. bersabda, “Jika seekor anjing meminum di dalam bejana kalian,
maka cucilah sebanyak tujuh kali.” (H.R. Al-Bukhari: 167).

3. Hadis Mu’an’an dan Muannan


A. Hadis Mu’an’an
Secara terminologi, hadis mu’an’an adalah hadis yang jalannya
di-isnad-kan dengan kata-kata ‘an.3 Suatu hadis dikategorikan mu’an’an
apabila rawinya diketahui seorang mudallis, seolah ia menerima suatu
hadis secara langsung padahal tidak. Hadis ini termasuk kategori lemah
(da’if), kelemahan ini bias hilang jika rawi-rawinya orang jujur, bukan
mudallis dan ada keterangan yang menunjukkan bahwa seorang rawi
bertemu dengan rawi lainnya. Contoh hadis mu’an’an:
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim, telah menceritakan
kepada kami Zakaria, dari Amir, ia berkata, saya mendengar Nu’man
bin Basyir, ia berkata, aku pernah mendangar Rasulullah saw.
bersabda, “Barang yang halal itu sudah jelas, dan yang haram pun
sudah jelas, tetapi antara keduanya ada beberapa barang yang samar-
samar yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya…..” (H.R. Al-
Bukhari: 50).

B. Hadis Muannan
Hadits Muannan adalah hadits yang diriwayatkan dengan
menggunakan lafadz anna "‫ "اَ َّن‬atau "sesungguhnya/ bahwa". Hadits
Muannan bisa dikatakan hadits muttashil (sambung sanadnya) jika
sudah memenuhi syarat sebagaimana hadits mu'an'an di atas.

Contoh Hadits Muannan : "Sesungguhnya Fulan bin Fulan berkata,


sesungguhnya Fulan bin Fulan berkata, bahwa Rasulullah SAW
bersabda ......”

3
Ibid, h. 120.
4. Hadis Musalsal
Secara terminologi, hadis musalsal ialah hadits yang disampaikan
para perawi secara berurutan dan sama dalam keadaan dan situasi tertentu,
baik secara perbuatan maupun perkataan. Disebut musalsal karena ada
kesamaan antara rantai yang satu dengan rantai setelahnya. Macam-macam
hadis musalsal, yaitu musalsal bi Ahwali ar-Ruwah, musalsal bis-Sifat ar-
Ruwah, musalsal bis-Sifat ar-Riwayah. Suatu hadis dapat menjadi
musalsal karena dari awal sampai akhir dan terkadang terputus di
pemulaan atau akhir. Di antar kitab musalsal yang terkenal, yaitu Al-
Musalsalat Al- Kubra karya as-Suyuti memuat 85 buah hadis, Al-
Musalsalat karya Al-Hafiz Ismail bin Ahmad bin at-Fadil at-Taimi.
Contohnya:
“Diriwayatkan dari Muadz bin Jabal: Aku berjumpa Rasulullah SAW,
beliau berkata: ‘Wahai Mu’adz, sungguh aku mencintaimu (sebagai
sahabat).’ Kemudian aku menjawab, ‘Begitupun aku wahai Rasulullah.’
Kemudian Nabi bersabda, ‘Sungguh, aku mewasiatkanmu dengan doa
yang hendaknya kamu baca ketika usai shalat: Allahumma a’innî ‘alâ
dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibâdatik’.”

Hadits tersebut diriwayatkan dalam Musnad Ahmad bin Hanbal. Dalam


proses periwayatan, para perawi disebutkan meriwayatkan hadits itu
sebagaimana Nabi melakukannya, yaitu dengan mengucapkan “Ya Fulan,
inni lauhibbuk” (Wahai Fulan, sungguh aku mencintaimu). Hadits ini
adalah contoh periwayatan hadits musalsal secara perkataan.

5. Hadis ‘Ali
Hadis ‘ali adalah hadis yang rawi-rawi sanadnya sedikit
dibandingkan dengan sanad lain dari hadis yang sama. Hadis ‘ali terbagi
menjadi dua, yaitu hadis ‘ali mutlaq dan hadis dan ‘ali nisbi atau idafi.
Hadis ‘ali mutlaq ialah hadis yang lebih sedikit rantai periwayatnya hingga
kepada Rasulullah SAW. dibandingkan dengan sanad yang lain.
Sedangkan hadis ‘ali nisbi atau idafi ialah hadis yang lebih sedikit rantai
periwayatnya hingga pada imam tertentu dengan ketentuan. Contohnya:
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata
yang baik atau berdiam diri; Siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaklah memuliakan tetangganya; dan Siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya."

Hadits dari bukhari yang bersanad Qutaibah bin Sa'id, Abul-Akhwash,


Abu Hashin, Abu Shalih dan abu hurairah (5 orang) adalah hadits 'ali,
karena sanadnya lebih sedikit.

6. Hadis Nazil
Hadis nazil adalah hadis yang rawi-rawi sanadnya lebih banyak
dibandingkan sanad lain dari hadis itu juga. Hadis nazil merupakan
kebalikan dari hadis ‘ali. Macam-macam hadsi nazil sebagai berikut:
a. Sanad yang rantai periwayatnya lebih banyak sampai kepada Nabi.
b. Sanad yang rantai periwayatnya lebih banyak sampai kepada salah
seorang Imam hadis.
c. Sanad yang rantai periwayatnya lebih banyak sampai kepada suatu
kitab hadis yang mu’tabarah.
d. Sanad yang di dalamnya terdapat periwayat yang menerima hadis
dari seorang syekh kemudian meninggal, juga dari periwayat lain
yang menerima dari syekh itu.
e. Sanad yang di dalamnya terdapat periwayat yang mendengar hadis
dari seorang syekh, kemudian (belakangan) periwayat itu menerima
hadis dari periwayat lain yang juga mendengar dari syekh itu.4

B. Macam-macam Hadis yang Terputus Sanadnya

1. Hadis Munqhati’
4
Ibid, h. 127.
Semua hadis yang sanadnya tidak bersambung tanpa melihat letak
dan keadaan putusnya sanad. Setiap hadis mu'dhal adalah munqathi’,
namun tidak sebaliknya. Contoh hadis munqhati’ adalah

(Abu Dawud as-Sijistaniy menyatakan) Telah menceritakan kepada


kami Abdul Malik bin Marwaan al-Ahwaziy (ia berkata) telah
menceritakan kepada kami Abu Amir dan Abu Dawud dari Ibnu Abi Dzi’b
dari Ishaq bin Yazid al-Hudzaliy dari Aun bin Abdillah dari Abdullah bin
Mas’ud ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Jika
salah seorang dari kalian ruku’ ucapkanlah 3 kali: Subhaana Robbiyal
‘Adzhiim. Itu adalah paling sedikit. Jika sujud ucapkanlah Subhaana
Robbiyal A’laa 3 kali. Itu adalah yang paling sedikit (H.R Abu Dawud)

Abu Dawud menyatakan: Aun tidak pernah berjumpa dengan Abdullah


bin Mas’ud. Dinyatakan munqothi’ oleh al-Iraqiy dalam al-Mughniy an
Hamlil Asfaar (1/291).
2. Hadis Mursal

Mursal adalah hadits yang hilang atau tidak disebutkan perawi dari
golongan sahabat. Ciri hadits mursal adalah sebuah hadits yang
disampaikan oleh tabi’in (baik tabi’in kecil maupun besar) tanpa
menyebutkan nama sahabat, dan langsung menyebut nama Rasulullah
SAW. Contoh hadis mursal ialah tentang doa berbuka puasa:

(Abu Dawud menyatakan) Telah menceritakan kepada kami Musaddad


(ia berkata) telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Hushain dari
Muadz bin Zuhroh bahwasanya telah sampai berita kepadanya
bahwasanya Nabi shollallahu alaihi wasallam jika berbuka
mengucapkan: Allaahumma Laka Shumtu wa ‘alaa rizqika afthortu (H.R
Abu Dawud)
Syaikh al-Albaniy melemahkan hadits itu dengan menyatakan:
Sanadnya lemah lagi mursal. Muadz ini (Muadz bin Zuhroh adalah
seorang Tabi’i yang majhul (tidak dikenal). Al-Hafidz al-Mundziri
menganggap riwayat ini memiliki illat karena mursal (Dhaif Abi Dawud
(2/264))

Jadi, hadits itu lemah setidaknya karena 2 hal, yaitu:


1. Di dalam sanadnya terdapat perawi yang majhul, yaitu Muadz bin
Zuhroh.
2. Tidak ada Sahabat Nabi dalam mata rantai perawi pada hadits tersebut.
3. Hadis Mu’allaq

Hadits mu’allaq menurut istilah adalah hadits yang gugur


perawinya, baik seorang, baik dua orang, baik semuanya pada awal sanad
secara berturutan. Di antara bentuknya adalah bila semua sanad
digugurkan dan dihapus, kemudian dikatakan : “Rasulullah bersabda
begini………”. Atau dengan menggugurkan semua sanad kecuali seorang
shahabat, atau seorang shahabat dan tabi’in. Contoh hadis mu’allaq:

Diriwayatkan oleh Bukhari pada Muqaddimah Bab Maa Yudzkaru fil-


Fakhidzi (Bab tentang Apa yang Disebutkan Tentang Paha), Abu Musa
Al-Asy’ary berkata,”Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menutup
kedua pahanya ketika ‘Utsman masuk”. 
Hadits ini mu’allaq karena Bukhari menghilangkan semua sanadnya
kecuali seorang shahabat yaitu Abu Musa Al-Asy’ary.
4. Hadis Mu’dhal

Hadis yang dalam sanadnya ada dua orang rawi atau lebih yang
tidak dicantumkan secara berurut. Contoh hadis mu’dhal:

“Tidaklah sempurna iman seorang hamba hingga keadaan yang sedikit


lebih ia sukai dibandingkan keadaan yang banyak, dan sampai ia tidak
dikenal (orang lain) lebih ia sukai dibandingkan ia dikenal” (disebutkan
dalam Ihya’ Ulumuddin).
Al-Imam al-Iraqiy (salah seorang Ulama hadits Syafiiyyah) menilai hadits
ini mu’dhol dari Ali bin Abi Tholhah yang mendengar dari Tabi’in yang
lain (al-Mughniy ‘an Hamlil Asfaar (2/1161)). Sehingga, hadits itu
terputus sanadnya, tidak diketahui siapa Sahabat Nabi yang meriwayatkan.
Tidak diketahui pula siapa murid Sahabat (Tabi'in) yang menyampaikan
kepada Ali bin Abi Tholhah. Terputusnya sanad pada 2 atau lebih perawi.5

5. Hadis Mudallas

5
Nor Kandir, Syarah Ringkas Manzhumah Al-Baiquniyah, (Surabaya: Pustaka Syabab, 2016)
Seseorang yang meriwayatkan dari rawi fulan sementara hadis
tersebut tidak didengarnya langsung dari rawi fulan tersebut, namun ia
tutupi hal ini sehingga terkesan seolah ia mendengarnya langsung dari rawi
fulan. Hadis mudallas ada dua macam, yaitu Tadlis Isnad
(menyembunyikan sanad) dan tadlis Syuyukh (menyembunyikan
personal).

6. Hadis Mursal Khafi

Mursal Khafi menurut istilah adalah sebuah hadits yang


diriwayatkan oleh seorang perawi dari seorang syaikhnya yang semasa
dengannya atau bertemu dengannya, tetapi ia tidak pernah menerima satu
pun hadits darinya, namun ia meriwayatkannya dengan lafadh yang
menunjukkan adanya kemungkinan ia mendengar dari syaikh itu. Contoh
hadis mursal khafi:

“Seperti contoh sebuah hadits riwayat Ibn Majjah dari jalur Umar bin
Abdul Aziz dari Uqbah bin Ami, yang diriwayatkan secara marfu (dari
Rasul Saw). “Allah Swt mengampuni para pengawal atau tentara.”

Berdasarkan penuturan al-Mîzî dalam kitab al-Aṭrâf, Umar ibn Abd


al-Azîz tidak bertemu dengan Uqbah. Namun dalam hadits ini ia
meriwayatkan dari Uqbah, sehingga hadits ini tergolong sebagai Mursal
Khafi. Hadits Mursal Khafi bisa diketahui dengan beberapa hal:

a. Pengakuan para ulama bahwa rawi tersebut tidak pernah mendengar


hadits dari gurunya.

b. Pengakuan dari rawi sendiri.

c. Adanya tambahan seorang rawi lain di antara rawi dan gurunya


dalam sanad lain. (namun hal ini diperdebatkan oleh para ulama,
karena bisa jadi hal ini tergolong dalam kasus al-mazîd fî muttaṣil al
asânid).6

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

6
Mahmûd al-Ṭaḥḥân, Taysîr Muṣṭalah al-Ḥadîts, (Riyadh: Maktabah Marifah, 2004), h. 147.
Pada materi hadits dhaif ini, dapat kita petik kesimpulan bahwa kajian
ke-islaman itu sangatlah luas. Menunjukkan betapa maha kuasanya Allah
dalam memberikan kepahaman terhadap hamba-hambanya.

ِ َّ‫َوهّللا ُ غَالِبٌ َعلَى أَ ْم ِر ِه َولَـ ِك َّن أَ ْكثَ َر الن‬


َ‫اس الَ يَ ْعلَ ُمون‬
“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahuinya.” (QS. Yûsuf [12]: 21)
Meskipun ada sebagian kaum muslimin mengingkari Al-Qur’an dan hadits
(terlebih hadits dhaif ), maka itulah yang perlu kita luruskan bersama.

Terbaginya hadits dhaif dalam dua bagian; karena gugurnya rawi dan
atau karena cacat pada rawi atau matan semakin memudahkan kita untuk
mengetahui sebab-sebab mengapa hadits-hadits menjadi dhaif, baik dari segi
rawinya (orang yang meriwayatkan), sanad, maupun matannya. Dengan
mengetahui Ilmu Hadits (di sini lebih dikhususkan hadits dhaif), tentu akan
membuat aqliyah kita menjadi semakin terpacu untuk berpikir dan menggali
pengetahuan secara lebih mendalam serta dilandasi nafsiyah (sikap) keimanan
dan ketakwaan yang mantap, termotivasi untuk terus mencari dan
mengamalkannya karena pembahasan dalam makalah ini hanyalah berisi
sebagian kecilnya saja.

B. Saran

Sebaiknya, sebelum kita menggunakan sebuah hadis ada baiknya kita


mengetahui tingkatan hadis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim (1423 H/2002 M). Al-Manar Al-Munif fi Ash-Shahih


wa Adh-Dhaif. Daarul Atsar. 
https://www.kompasiana.com/kamedunt/5517f6e9a333117607b66186/mengupas-
berbagaihadist#:~:text=Hadits%20munqathi'%20menurut%20etimologi
%20ialah,akhir%20sanad%20adalah%20tabi'in.
https://islam.nu.or.id/post/read/104099/kajian-hadits-mursal-dan-pembagiannya
https://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/16/hadist-mursal-khafi/
https://www.atsar.id/2020/02/pengertian-hadits-mursal-dan-contohnya.html
https://www.atsar.id/2020/04/pengertian-hadits-munqathi-dan-hadits-mudhal.html
https://www.terjemahmatan.com/2017/03/download-buku-syarah-ringkas-
manzhumah-albaiquniyah.html
https://islam.nu.or.id/post/read/104262/mengenal-hadits-mursal-khafi

Anda mungkin juga menyukai