2019
Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam
PASAL 72
KETENTUAN PIDANA
SAKSI PELANGGARAN
ISBN :
ii | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
Kata Pengantar
iii | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pandangan Islam Terhadap Manusia Dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan
A. Proses Penciptaan Manusia ......................................................1
B. Kedudukan Manusia ................................................................4
C. Potensi Manusia .......................................................................6
D. Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam ...............................10
iv | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
vi | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
BAB I
PANDANGAN ISLAM TERHADAP MANUSIA DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN
Q.S. Al-Mu‟minuun/23: 12
Artinya : “(13). kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
Q.S. As-Sajadah:
B. Kedudukan Manusia
Menurut Ibnu Khaldun, manusia adalah makhluk
berfikir. Hal ini membedakannya dari hewan dan makhluk
lainnya. Kesanggupan berfikir ini merupakan sumber dari
segala kesempuraan, puncak dari segala kemuliaan, dan
ketinggian di atas makhluk lain.
Muhammad Qosim membagi kedudukan manusia
menurut agama Islam sebagai berikut:
1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang
baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
“sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya,” (QS.At-Tin: 95).
2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan ynag
mungkin dikembangkan) beriman kepada Allah SWT,
sebab sebelum ruh (ciptaan) Allah SWT dipertemukan
dengan jasad di rahim ibunya, ruh yang ada di alam ghaib
itu akan ditanyai Allah SWT apakah mereka mengakui
C. Potensi Manusia
Berkali-kali Allah SWT mengingatkan kepada manusia
agar mengenal diri sendiri karena dengan dari potensi
ruhaninya, yang terdiri dari empat unsur pokok, yaitu Ruh,
Qalb, Aqlu, dan Nafsu. Keempat unsur ruhani itulah yang
dapat menentukan subtansi manusia. (Aziz, 2009: 40)
2. Potensi Akal
Akal merupakan potensi yang mampu membuat
manusia menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu yang bersifat obyektif tetapi relatif, menghasilkan
kebenaran yang bersifat relatif pula. Kegiatan akal yang
lebih lanjut lagi disebut falsafah. Berfalsafahlah artinya
berfikir secara benar dan mendasar dalam mencari
kebenaran. Namun sifatnya tetap subjektif dan spekulatif
sehingga kebenarannya bersifat relatif dan spekulatif
pula. (Deden Makbuloh, 2011: 49-61)
Atas dasar di atas, akal yang benar ialah akal yang
dibimbing dengan petunjuj-petunjuk Allah SWT. Al-
Quran adalah hidayah (petunjuk) yang nyata bagi potensi
akal manusia. Oleh karena itu, potensi akal perlu dididik
agar tumbuh sehat dan genius. Petunjuk-petunjuk Allah
yang harus senantiasa menjadi pedoman (Q.S. Al-
Baqarah [2]: 38)
4. Potensi Nafsu
Al-Ghozali memberi arti nafsu dengan dua pengertian
seperti yang dikutip oleh Kasmiran Wuryo Sanadji, yaitu:
a. Nafsu adalah dorongan dua kekuatan yang
mempunyai ciri yang berlawanan, pertama sebagai
dorongan ghadlab (menjauh) dan dorongan syahwat
(mendekat). Pada nafsu ini, tidak ada gambaran untuk
mengenal Tuhan, bahkan berusaha menjauhinya, dan
semakin dekat dengan setan karena kecenderungan
nafsu ini menginginkan “kejelekan” belaka (Q.S. Yusuf
[12]: 53)
10 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
11 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
12 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
BAB II
KONSEP DASAR PENDIDIDKAN ISLAM
13 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
14 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
15 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
b. Ta‟lim
Menurut Rasyid Ridho, ta‟lim adalah proses
transmisi berbagi ilmu pengetahuan pada jiwa individu
tanpa ada batasan atau ketentuan tertentu.
Pemaknaan ini didasarkan atas Q.S. Al-Baqarah ayat
31 tentang „allama Tuhan kepada Adam AS.
Kemudian menurut Al-Maraghi pengajaran
dilaksanakan bertahap, sebagaimana tahapan Adam AS
mempelajari, menyaksikan dan menganalisa asma-
asma yang diajarkan oleh Allah SWT kepadanya. Hal ini
berarti bahwa al-ta‟lim mencakup aspek kognitif saja,
belum mencapai pada domain lainnya.
c. Ta‟dib
Menurut Al-Naquib Al-Attas, al-ta‟dib adalah
pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang tepat
dari segala sesuatu yang di dalam tatanan penciptaan
sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah
pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan
16 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
d. Al-Riyadhah
Al-Ghazali yang menawarkan istilah al-riyadhah,
baginya al-riadhah adalah proses pelatihan individu
pada masa kanak-kanak. Berdasarkan pengertian
tersebut, Al-Ghazali hanya mengkhususkan
penggunaan al-riyadhah untuk fase kanak-kanak,
sedangkan fase yang lain tidak tercakup di dalamnya.
Adapun pengertian yang lain ilmu pendidikan
Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam.
Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Islam berisi seperangkat ajaran
tentang kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan
berdasarkan dan bersumber pada Al-Quran dan Hadist
serta Akal. Pengguna dasar ini haruslah berurutan: Al-
Quran lebih dahulu, bila tidak ada atau tidak jelas di
dalam Al-Quran maka dicari di dalam Hadist atau
argument (akal) yang menjamin teori tersebut. Jadi,
pembuatan dan penulisan teori dalam ilmu pendidikan
Islam tidak jauh berbeda dari perbuatan dan penulisan
teori dalam Fiqih.
Dari sini, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
Islam adalah pengembangan seluruh potensi anak didik
secara bertahap menurut ajaran Islam. Jika
diperhatikan secara teliti, agaknya benar apa yang tadi
dikatakan Al-Attas, bahwa Al-tarbiyah terlalu luas
cakupannya. Bidlawi dan Al-Bani di sini kelihatannya
dengan sengaja membatasi ketiga istilah itu (raba-
rabiya-rabba), hal ini perlu ditekankan karena istilah
yang digunakan sekarang untuk pendidikan adalah Al-
tarbiyah, bukan Al-ta‟dib seperti yang diusulkan Al-
Attas secara tersirat. Kita mengenal istilah fakultas
tarbiyah (fakultas pendidikan), di dalam buku teks,
istilah yang digunakan Al-tarbiyah.
17 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
18 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
19 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
20 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
BAB III
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM
21 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
22 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
23 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
b. Prinsip Seimbang
Pendidikan Islam selalu memperhatikan
keseimbangan di antara berbagai aspek yang meliputi
keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu
dan amal, urusan hubungan dengan Allah SWT dan
sesama manusia, hak dan kewajiban.
Keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat
dalam ajaran Islam harus mejadi perhatian. Rasul
diutus Allah untuk mengajar dan mendidik manusia
agar mereka dapat meraih kebahagiaan dua alam itu.
Implikasinya pendidikan harus seantiasa diarahkan
untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Hal ini
senada dengan firman Allah SWT:
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah SWT kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.”
25 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
26 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
5. Prinsip Terbuka
Dalam Islam diakui adanya perbedaan manusia.
Akan tetapi, perbedaan hakiki ditentukan oleh amal
perbuatan manusia (Q.S. Al-Mulk: 2), atau ketakwaan
(Q.S. Al-Hujurat: 13). Oleh karena itu, pendidikan Islam
pada dasarnya bersifat terbuka, demokratis, dan
universal. Menurut Jalaludin yang dikutip oleh Bukhori
Umar menjelaskan bahwa keterbukaan pendidikan Islam
ditandai dengan kelunturan untuk mengadopsi unsur-
unsur positif dan luar, sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan masyarakatnya, dengan tetap menjaga dasar-
dasarnya yang original (shalih), bersumber pada Al-Quran
dan Hadist.
27 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
28 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
Artinya: “ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
Berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu [246]. kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
29 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
Artinya: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka
tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri,
hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa
sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu?”
30 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
31 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
32 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
33 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
34 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
BAB IV
KOMPONEN-KOMPONEN SISTEM PENDIDIKAN ISLAM
35 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
2) As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun
pengakuan Rasul. Pengakuan merupakan kejadian
atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah
SAW dan beliau membiarkan saja kejadian atau
perbuatan itu berjalan. (Zakiyah Darajat, 2004: 20).
Sunnah merupakan sumber ajaran kedua setelah Al-
Qur‟an. Sunnah berisi aqidah dan syari‟ah, petunjuk
untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala
aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia
seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk
memperkuat kedudukan sunnah sebagai sumber
inspirasi ilmu pengetahuan, Allah berfirman dalam
Q.S. An-Nisa‟ ayat 80:
b. Dasar Tambahan
1) Perkataan, Perbuatan dan Sikap para Sahabat
Pada masa Khulafa al-Rasyidin sumber
pendidikan dalam Islam sudah mengalami
perkembangan. Selain Al-Qur‟an dan As-Sunnah
juga perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat.
Perkataan mereka dapat dijadikan pegangan karena
Allah sendiri memberikan pernyataan di dalam Q.S.
At-Taubah ayat 100:
36 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
2) Ijtihad
Ijtihad adalah jalan yang dilalui dengan semua
daya dengan kesungguhan yang diwujudkan oleh
akal memalui ijma‟, qiyas, istihsan dengan zhan
(mendekati keyakinan) untuk mengistinbathkan
hukum daripada dalil-dalil Al-Qur‟an dan As-Sunnah
untuk menentukan batas yang ditentukan.
Ijtihad di bidang pendidikan sangat diperlukan,
sebab ajaran Islam yang terdapat di dalam Al-Qur‟an
dan As-Sunnah, hanya berupa prinsip-prinsip pokok
saja. Bila ternyata ada yang agak terinci, maka
rincian itu merupakan contoh Islam dalam
menerapkan prinsip pokok tersebut.
3) Mashlahah Mursalah (Kemashlahatan Umat)
Mashlahah Mursalah yaitu menetapkan
peraturan atau ketetapan Undang-Undang yang
tidak disebutkan alam Al-Qur‟an dan As-Sunnah
atas pertimbangan penarikan kebaikan dan
menghindarkan kerusakan. Contohnya, adanya surat
nikah, walaupun tidak disebutkan secara tegas
dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah, namun surat nikah
tersebut diperlukan agar menjadi bukti yang sah dan
mendapat perlindungan hukum atas
pernikahannya.
37 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
38 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
6) Dasar Fisiologis
Dasar Fisiologis yaitu dasar yang memberikan
kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah
suatu sistem, mengontrol dan memberi arah kepada
semua dasar-dasar operasional lainnya.
39 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
40 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
41 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
3. Macam-Macam Tujuan
Adapun macam-macam tujuan pendidikan Islam
adalah:
a. Tujuan Umum
Tujuan Umum ialah tujuan yang akan dicapai
dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan
pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi
seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap,
tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan.
Menurut Abdul Fattah Jalal, tujuan umum
pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai
hamba Allah. Adapun cara atau alat yang paling efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan adalah
pengajaran.
b. Tujuan Akhir
Tujuan akhir artinya pendidikan Islam itu
berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya
terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir
pula. Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami
perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan
konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran
mutlak dan universal. Tujuan akhir/tertinggi ini
dirumuskan dalam satu istilah yang disebut insan
kamil (manusia paripurna).
Al-Abrasyi merinci tujuan akhir pendidikan Islam
menjadi:
1) Pembinaan akhlak
2) Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan di
akhirat
3) Penguasaan ilmu
42 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
43 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
C. Hirarki Tujuan
1. Tujuan Pendidikan Islam secara Universal
Rumusan tujuan pendidikan yang bersifat universal
dapat dirujuk pada hasil kongres sedunia tentang
pendidikan Islam yang artinya:
“Bahwa pendidikan harus ditujukan untuk
menciptakan keseimbangan pertumbuhan kepribadian
manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa,
akal pikiran, perasaan dan fisik manusia. Dengan
demikian, pendidikan harus mengupayakan tumbuhnya
seluruh potensi manusia, baik yang bersifat spiritual,
intelektual, daya khayal, fisik, ilmu pengetahuan,
maupun bahasa, baik secara perorangan maupun
kelompok, dan mendorong tumbuhnya seluruh aspek
tersebut agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan.
Tujuan akhir pendidikan terletak pada terlaksananya
pengabdian yang penuh kepada Allah SWT, baik pada
tingkat perseorangan, kelompok maupun kemanusiaan
dalam arti yang seluas-luasnya.” (Abudin Nata: 62)
Ciri-ciri tujuan pendidikan Islam yang bersifat
universal, adalah:
a. Mengandung prinsip universal antara aspek akidah,
ibadah, akhlak dan muamalah; keseimbangan dan
44 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
45 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
46 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
D. Ranah Tujuan
Tujuan pendidikan Islam dibagi kepada 3 (tiga) ranah
(domain), yaitu:
1. Ranah Kognitif (cognitive domain), berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian dan keterampilan berpikir. Menurut Bloom,
dkk, ranah ini berisi tentang pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah Afektif (affective domain), berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti
minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri.
Menurut Krathwol, Bloom, dkk, ranah ini berisi tentang
penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan
pembentukan pola hidup.
3. Ranah Psikomotor (psychomotor domain), berisi perilaku-
perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik
seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin. Menurut klasifikasi Simpson,
ranah ini berisi persepsi, kesiapan, gerekan terbimbing,
gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks,
penyesuaian dan kreativitas.
Ranah tujuan pendidikan Islam sebenarnya lebih luas
lagi dari ranah di atas. Selain kognitif, afektif dan
psikomotor, juga meliputi ranah konatif dan performance.
Konatif berhubungan dengan motivasi atau dorongan dari
dalam atau disebut dengan niat. Sedangkan performance
47 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
48 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
BAB V
PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
49 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
50 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
51 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
52 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
2. Kewajiban Pendidik
Kewajiban adalah beban yang diberikan oleh hukum
kepada orang atau badan hukum. Kewajiban sebagai guru
adalah kewajiban yang diberikan kepada orang pribadi
sebagai individual sekaligus subyek hukum. Bisa diartikan
dengan sebutan tugas bila melihat kewajiban dari yang
bersifat absolut dan disebut peran bila bersifat relatif.
Kewajiban seorang pendidik antara lain:
a. Memiliki Kualifikasi Akademik yang berlaku (S1 atau D
IV)
b. Memiliki Kompetensi Pedagogik, yang meliputi:
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
2) Pemahaman terhadap peserta didik
3) Pengembangan kurikulum atau silabus
53 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
4) Perancangan pembelajaran
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis
6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran
7) Evaluasi hasil belajar
8) Pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
c. Memiliki Kompetensi Kepribadian, yang meliputi:
1) Beriman dan bertakwa
2) Berakhlak mulia
3) Arif dan bijaksana
4) Demokratis
5) Mantap
6) Berwibawa
7) Stabil
8) Dewasa
9) Jujur
10) Sportif
11) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
12) Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri
13) Mengembangkan diri secara mandiri dan
berkelanjutan.
d. Memiliki Kompetensi Sosial, yang meliputi:
1) Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara
santun
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional;
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
dengan mengindahkan norma serta sistem nilai
yang berlaku; dan
5) Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan
semangat kebersamaan.
e. Memiliki Kompetensi Profesional, yang meliputi :
1) Mampu menguasai materi pelajaran secara luas
dan mendalam sesuai dengan standar isi program
satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan
54 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
55 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
3. Keahlian
Harus menguasai bidang yang diajarkannya dan
menguasai ilmu mendidik (termasuk ilmu mengajar). Ini
penting sekali bagi pendidik, termasuk guru. Orang tua di
rumah sebenarnya perlu sekali mempelajari teori-teori
ilmu pendidikan. Dengan pengetahuannya diharapkan ia
akan lebih berkemampuan menyelenggarakan pendidikan
bagi anak-anaknya di rumah.
4. Harus berkepribadian muslim, berkesusilaan dan
berdedikasi tinggi
Syarat ini amat penting dimiliki untuk melaksanakan
tugas-tugas mendidik selain mengajar. Dedikasi tinggi
tidak hanya diperlukan dalam meningkatkan mutu
mengajar. Selain itu juga harus berkepribadian muslim
56 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
57 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
58 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
59 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
60 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
c. Kompetensi Profesional-Religius
Kemampuan dasar yang ketiga ini menyangkut
kemampuan untuk menjalankan tugasnya secara
professionaldalam arti mampu membuat keputusan
keahlian atas beragamnya kasus serta mampu
mempertanggung jawabkan berdasarkan teori dan
wawasan keahliannya dalam perspektif Islam.
61 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
2. Profesionalitas Pendidik
Profesionalitas guru memang menjadi salah satu
syarat utama mewujudkan pendidikan bermutu. Dan
karenanya, pemerintah telah mengupayakan langkah-
langkah strategis untuk meningkatkan profesionalitas
guru-guru di Tanah Air. Menyadari begitu pentingnya
peran guru, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono
mencanangkan guru sebagai profesi pada tanggal 2
Desember 2004. Melalui pencanangan ini diharapkan
status sosial guru akan meningkat secara signifikan dan
tidak lagi hanya dilirik oleh mereka yang mencari kerja.[1]
Eksistensi guru tersebut dikukuhkan dalam UU No. 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang
ditandatangani Presiden RI pada 30 Desember 2005.
F. Peran Pendidik
Efektivitas dan efisien belajar individu di sekolah
sangat bergantung kepada peran guru. Dalam pengertian
pendidikan secara luas, seorang guru yang idealnya dapat
berperan sebagai:
1. Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan
sumber norma kedewasaan;
2. Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan;
3. Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada
peserta didik;
4. Transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut
melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya,
dalam proses interaksi dengan sasaran didik;
5. Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif
yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal
(kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya)
maupun secara moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan
yang menciptakannya).
Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas,
dengan mengutip pemikiran Gagne dan Berliner,
62 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
63 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
64 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
BAB VI
PESERTA DIDIK
65 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
66 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
67 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
68 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
69 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
4. Dimensi Akhlak
Salah satu dimensi manusia yang sangat
diutamakan dalam pendidikan Islam adalah akhlak.
Pendidikan agama berkaitan rapat dengan pendidikan
akhlak. Tidak berlebih-lebihan kalau dikatakan bahwa
pendidikan akhlak dalam pendidikan islam adalah bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama.
Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama
dan yang buruk adalah yang dianggap buruk oleh agama,
sehingga nilai-nilai akhlak, keutamaan akhlak dalam
masyarakat islam adalah akhlak dan keutamaan akhlak
yang diajarkan oleh agama. Dengan demikian seorang
muslim tidak sempurna agamanya bila akhlaknya tidak
baik. (Ramayulis: 2003)
5. Dimensi Rohani
Dimensi kejiwaan merupakan suatu dimensi yang
sangat penting, dan memiliki pengaruh dalam
mengendalikan keadaan manusia agar dapat hidup sehat,
tentram dan bahagia. Penciptaan manusia mengalami
kesempurnaa setelah Allah sebagian roh ciptaanNya.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hijr: 29 yang
berbunyi:
Artinya: Maka apabila aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya
ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadaNya
dengan bersujud.
6. Dimensi Seni
Seni adalah ekspresi roh dan daya manusia yang
mengandung dan mengungkapkan keindahan. Seni
adalah bagian dari hidup manusia. Allah telah
menganugerahkan kepada manusia berbagai potensi
rohani maupun indrawi (mata, telinga dan sebagainya).
Seni sebagai salah satu potensi rohani, maka nilai seni
dapat diungkapkan oleh perorangan sesuai dengan
70 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
71 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
BAB VII
KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
72 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
Macam-macam Kurikulum:
1. Berdasarkan Konsep dan Pelaksanaannya:
a. Kurikulum Ideal
Yakni kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal
dan yang dicita-citakan. Kurikulum ini diharapkan
dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai acuan atau
pedoman guru dalam proses belajar dan mengajar.
Oleh karena itu, kurikulum ideal merupakan pedoman
bagi guru maka kurikulum ini juga dinamakan
kurikulum formal atau kurikulum tertulis (written
curriculum). Contoh dari kurikulum ini adalah
73 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
b. Kurikulum actual
Yakni kurikulum yang dilaksanakan dalam
proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada
umumnya memang jauh berbeda dengan harapan,
namun seharusnya mendekati dengan kurikulum
ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua
istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum
merujuk kepada bahan ajar yang telah direncanakan
yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang.
Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan
kurikulum tersebut secara bertahap dalam belajar
mengajar. Selain itu kurikulum aktual juga dapat
diartikan sebagai kurikulum yang secara real dapat
dilaksanakan oleh guru sesuai dengan keadaan dan
kondisi yang ada. Kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan kurikulum aktual di
antaranya adalah sarana yang tersedia di sekolah,
kemampuan sumberdaya manusia khususnya guru
dan kebijakan-kebijakan sekolah.
74 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
75 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
76 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
77 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
78 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
c. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung proses skill
approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga
sering disebut “Kurikulum 1975 yang
disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melapor-
kan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting
dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr.
Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum
Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP
Jakarta sekarang Universitas Negeri Jakarta periode
1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis
dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi
saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak
sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang
terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran
siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar,
dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model
berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
d. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya
memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
“Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum
1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,”
kata Mudjito menjelaskan. Sayang, perpaduan tujuan
dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran
beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan
nasional hingga lokal. Materi muatan lokal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-
masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai
kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga
mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam
kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma
menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim
Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen
79 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
80 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
81 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
82 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
83 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
B. Orientasi Kurikulum
Kurikulum pendidikan Islam berorientasi kepada:
1. Orientasi pelestarian nilai
Dalam pandangan Islam, nilai terbagi dua macam,
yaitu: nilai yang diturunkan dari allah SWT, yang
disebut dengan nilai ilahiah, dan nilai yang tumbuh dan
berkembang dari peradaban manusia sendiri yang
disebut dengan nilai insaniah.
84 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
85 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
86 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
87 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
88 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
89 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
90 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
91 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
BAB VIII
METODE DAN MEDIA PENDIDIKAN ISLAM
92 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
93 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
94 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
95 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
97 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
Artinya : “Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan
rasa takut menunggu-nunggu dengan
khawatir, dia berdoa: "Ya Tuhanku,
selamatkanlah aku dari orang-orang yang
zalim itu.”
98 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
h. Metode kisah
Metode kisah yaitu memberikan materi
pelajaran melalui kisah atau cerita. Dengan
menceritakan atau mengisahkan peristiwa sejarah
hidup manusia masa lampau yang menyangkut
ketaatannya atau kemungkarannya dalam hidup
terhadap perintah dan larangan Tuhan yang
dibawakan nabi atau rasul yang hadir di tengah
mereka.(Arifin, 2011:71)Misalnya dalam ayat yang
mengandung nilai pendidikan dalam sejarah
digambarkan Tuhan sebagai berikut.
99 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
100 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
101 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
102 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
103 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
104 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
105 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
106 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
107 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
108 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
BAB IX
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
109 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
b. Sekolah
Yaitu pendidikan sekunder yang mendidik anak
mulai dari usia masuk sekolah sampai ia keluar atau
tamat dari sekolah tersebut. Pendidiknya adalah
seluruh guru yang ada disekolah tersebut.
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat
penting sesudah keluarga, semakin besar anak
semakin banyak kebutuhannya. Karena
keterbasannya, orang tua tidak mampu memenuhi
kebutuhan anak tersebut. Oleh karena itu, orang tua
menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada
sekolah. (Bukhari Umar:2010, 149)
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
melaksanakan pembinaan, pendidikan, dan
pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana.
Pendidkan yang berlangsung disekolah bersifat
sistematis, berjemjang, dibagi dalam waktu-waktu
tertentu, yang berlangsung dari taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi.
110 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
111 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
112 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
114 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
115 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
b. Sekolah
1.) Merealisasikan pendidikan yang didasarkan atas
prinsip piker, akidah, yang diarahkan untuk
mencapai tujuan pendidikan.
2.) Memelihara fitrah peserta didik sebagai insane
yang mulia, agar ia tidak menyimpang dari tujuan
Allah menciptakannya.
3.) Membersihkan pikiran dan jiwa peserta didik dari
pengaruh subjektifitas karena pengaruh zaman.
4.) Memberikan wawasan nilai dan moral serta
peradaban manusia yang membawa khazanah
pemikiran peserta didik menjadi berkembang.
5.) Menciptakan suasana kesatuaan dan kesamaan
antara peserta didik.
c. Masyarakat
1.) Membuat suatu perkumpulan pemuda dan
pemudi untuk memupuk rasa kebersamaan dan
menjalin tali silaturahim.
2.) Masyarakat secara bersama-sama memberikan
bantuan untuk membuat suatu fasilitas yang
116 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
117 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
BAB X
EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Evaluasi
1. Secara etimologi
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris: Evaluation
akar katanya value yang berarti nilai atau harga. Nilai
dalam bahasa Arab disebut al-Qimah atau al-Taqdir. (Anas
Sudion, 2005:1)Dengan demikian secara harfiah, evaluasi
pendidikan al-Taqdir al-tarbawiy dapat diartikan sebagai
penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan.(Ramayulis2002:331)
Istilah nilai (Valuel al-qimah) pada mulanya
dipopulerkan oleh filosof dan Plato yang pertama kali
mengemukakannya. Pembahasan “nilai” secara khusus
diperdalam diskusus filsafat, terutama pada aspek
aksiologisnya. Kata nilai menurut filosof pengertiannya
adalah “idea of world”.Selanjutnya kata nilai menjadi
popular, bahkan menjadi istilah yang ditemukan dalam
dunia ekonomi, kata nilai biasanya dipautkan dengan
harga.
2. Secara Terminologi
Para ahli mendevinisikan evaluasi sebagai berikut :
a. Menurut Edwind Wandt, evaluasi mengandung
pengertian : suatu tindakan atau proses dalam
menentukan nilai sesuatu.(Chabib Thoha,1990:1)
b. Menurut M. Chabib Thoha, evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan.
Dengan demikian evaluasi bukan sekedar nilai suatu
aktivitas secara spontan dan incidental, melainkan
merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara
terencana, sistematik, dan berdasarkan atas tujuan yang
jelas.
118 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
3. Evaluasi Pendidikan
Menurut Lembaga Pendidikan Administrasi Negara
batasan mengenai evaluasi pendidikan adalah sebagai
berikut :
a. Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan
pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditemukan.
b. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan
balik (Feed Back) bagi penyempurnaan pendidikan
119 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
Artinya :“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman:"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
benda itu jika kamu mamang benar orang-orang
yang benar!", Mereka menjawab: "Maha Suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana (Q.S. Al-Baqarah ayat 31-32)
Dari ayat tersebut ada empat hal yang dapat
diketahui. Pertama, Allah SWT dalam ayat tersebut
bertindak sebagai guru memberikan pengajaran kepada
Nabi Adam as. kedua, para malaikat tidak memperoleh
pengajaran sebagaimana yang telah diterima Nabi Adam.
Ketiga, Allah SWT memerintah kepada Nabi Adam agar
mendemonstrasikan ajaran yang diterima dihadapan para
malaikat. Keempat, materi evaluasi atau yang diujikan
haruslah yang pernah diajarkan.
120 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
2. Objek Evaluasi
Objek atau sasaran evaluasi pendidikan adalah
segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau
proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian
atau pengamatan, karena pihak penilaian ingin
memperoleh informasi tentang proses pendidikan
tersebut.
Objek evaluasi dalam pendidikan Islam dalam arti
umum adalah peserta didik. Sementara dalam arti
khusus adalah aspek-aspek tertentu dalam peserta didik.
Peserta didik tidak hanya sebagai objek evaluasi tetapi
juga sebagai subjek evaluasi, karena dalam pendidikan
Islam evaluasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Evaluasi terhadap diri sendiri adalah dengan
melakukan perhitungan terhadap diri sendiri. Evaluasi
ini tentu dengan kesadaran internal yang bertujuan
untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas
(amal shaleh) pribadi.
b. Evaluasi terhadap orang lain adalah bagian dari
pendidikan islam, yang berdasarkan niat yang
bertujuan untuk melakukan perbaikan perbuatan
sesama umat Islam untuk ke arah yang lebih baik.
121 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."(Q.S. Al-Baqarah ayat 30)
C. Jenis-Jenis Evaluasi
Menurut Yahya Qahar:14-20)Jenis-jenis evaluasi dapat
dipilah-pilah menjadi beberapa jenis:
1. Penilaian Formatif yaitu penilaian untuk mengetahui hasil
belajar yang dicapai oleh para peserta didik setelah
122 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
123 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
124 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
D. Prinsip-prinsip Evaluasi
Unsur melakukan evaluasi, ada beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan. Betapapun baiknya prosedur evaluasi
yang diikuti dan betapapun sempurnanya teknik evaluasi
yang diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan prinsip-
prinsip penunjangnya maka hasilnya pun akan kurang
dari yang diharapkan.
Kita mengenal paling tidak ada 7 prinsip yang harus
diperhatikan oleh pendidik sebagai faktor
pendukung/penunjang dalam melakukan evaluasi, yaitu:
1. Prinsip berkesinambungan (continuity)
Yang dimaksud dengan prinsip ini yaitu bahwa
kegiatan evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi
yang dilaksanakan secara terus-menerus (kontinuitas).
125 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
126 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
E. Teknik-teknik Evaluasi
Teknik atau langkah-langkah evaluasi adalah sebagai
berikut :
1. Penentuan Tujuan Evaluasi
127 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
128 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
129 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
130 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
BAB XI
SUMBER PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian
Yang dimaksud dengan sumber pembelajaran ialah
segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat
dimana bahan pelajaran terdapat atau asal atau belajar
seseorang. Dengan demikian sumber belajar itu merupakan
bahan untuk menambah ilmu pengetahuan yang
mengandung hal-hal baru. Sebab pada hakikatnya belajar
adalah mendapatkan hal-hal yang baru.
131 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
132 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
133 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
f. Aktivitas (teknik)
Aktivitas sebagai sumber belajar biasanya selaras
dengan kombinasi sumber belajar yang lain. Aktivitas
yang direncanakan sebagai sumber belajar lebih
banyak merupakan teknik khusus yang memberikan
fasilitas belajar. Misalnya simulasi, pameran,
pengajaran berprogram, belajar sendiri, belajar tuntas,
demonstrasi, ceramah, Tanya jawab, dan lain-lain.
g. Alam Lingkungan
Alam lingkungan dapat berfungsi sebagai sumber
belajar bagi anak didik. Kita dapat membedakan tiga
alam lingkungan sebagai sumber belajar yaitu:
1) Alam lingkungan terbuka
Yang dimaksud dengan alam lingkungan
terbuka ialah alam itu sendiri tanpa kehadiran
“manusia” dimana anak dapat mengenal dan
menikmati alam sehingga ia dapat melihat,
merasakan dan menikmati keagungan Tuhan. Anak
dapat menemukan sesuatu yang baru dan
kehidupan makhluk Tuhan untuk bersyukur
kepada-Nya.
2) Alam lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah
Baik berupa tempat-tempat bersejarah maupun
peninggalan sejarah yang telah tersusun seperti
museum. Dan alam lingkungan sejarah ini dapat
memperoleh iktibar atau pengajaran sehingga
peserta didik memperoleh nilai-nilai baru bagi
dirinya.
3) Alam lingkungan manusia
Alam lingkungan manusia, disini dimaksudkan
dengan masyarakat, dan mulai yang terkecil
(keluarga) hingga lingkungan pendidikan. Pengaruh
masyarakat terhadap anak sangat besar. Terutama
pengaruh lingkungan keluarga. Pengaruh
yangberaneka ragam karena keanekaragaman
masyarakat tidak selalu menguntungkan anak.
Dengan demikian penggunaannya sebagai sumber
belajar harus selektif.
h. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan sumber yang sangat
penting dalam menunjang proses pembelajaran,
134 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
135 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
136 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
137 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
BAB XII
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DALAM PENDIDIKAN ISLAM
138 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
139 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
140 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
141 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
142 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
143 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
ْ َحُ ْن َك ُح ْان ًَزْ أَةُ ِألَرْ بَ ٍع نِ ًَانِيَا ًَنِ َح َس ِبيَا ًَنِ َج ًَانِيَا ًَنِ ِذ ٌْنِيَا ف
ِ اظفَزْ بِ َذا
ث
(ك )رًاه انبخاري ً يسهى عن أبى ىزٌزة َ ج ٌَذَا ْ ان ِّذ ٌْ ِن حَ ِز َب
“Wanita itu dinikahi itu dinikahi karena
empat pertimbangan; karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya dan karena
agamnya. Dapatkanlah wanita yang memiliki
agama, akan beruntunglah kamu”. (HR.
Bukahari Muslim).
2) Artinya :
ُ ع ًَ خَ ٍْ ُز َيخَا ِعيَا ْان ًَزْ أَةُ انصَّانِ َحت
ٌ ان ُّذ ْنٍَا َيخَا
“Dunia ini adalah perhiasan, sebaik-baik
perhiasan adalah wanita yang salehah”. (HR.
Muslim).
3) Artinya :
4) Artinya :
“Seleksi untuk air mani (calon istri) kamu
sekalian, karena sesungguhnya keturunan itu
kuat pengaruhnya”. (HR. Ad- Dailami dan Ibnu
Majah).
5) Artinya :
“Kawinilah olehmu sekalian wanita-wanita
subur yang banyak melahirkan anak dan
penuh kecintaan. Karena sesungguhnya aka
ingin memperbanyak ummat dengan kamu
sekalian”. (HR. Abu Daud, Nasai dan Al-
Hakim).
144 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
145 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
146 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
3. Fase Kehamilan
Salah satu tujuan berumah tangga adalah
untuk mendapatkan keturunan, karena itu
seorang istri sangat mengharapkan ia dapat
melahirkan seorang anak. Sebagai tanda seorang
istri akan memiliki seorang anak adalah melalui
proses kehamilan selama lebih kurang sembilan
bulan.
Agar dapat memperoleh anak, Islam
mengajarkan agar selalu memohon kepada Allah
147 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
148 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
149 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
150 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
151 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
152 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
153 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
BAB XIII
LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Lingkungan
Lingkungan adalah ruang dan waktu yang menjadi
tempat eksistensi manusia(BeniSaebani dan hendra
Akhdiyat, 2009:262) “Sertain” mengatakan bahwa
lingkungan itu meliputi semua kondisi-kondisi dalam cara-
cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita
kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang
sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.
Dalam arti luas lingkungan mencakup iklim dan
geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, dan
alam. Dengan kata lain, lingkungan ialah segala sesuatu
yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang
senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik
manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang
bergerak , atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-
hal yang pempunyai hubungan dengan seseorang. Sejauh
manakah seseorang berhubungan dengan lingkungannya,
sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh
pendidikan kepadanya.Tetapi keadaan-keadaan itu tidak
selamanya bernilai pendidikan, artinya mempunyai nilai
positif bagi perkembangan seseorang, karena bisa saja
malah merusak perkembangannya.(Zakiyah Daradjat, 2004)
Lingkungan pendidikan adalah suatu institusi atau
kelembagaan dimana pendidikan itu berlangsung.
Lingkungan tersebut akan mempengaruhi proses
pendidikan yang berlangsung. Dalam konsep ajaran
pendidikan Islam, lingkungan yang baik adalah lingkungan
yang di ridhoi oleh Allah dan Rasulullah SAW.Misalnya,
lingkungan sekolah, madrasah, mesjid, majelis ta‟lim, balai
musyawarah, dan lingkungan masyarakat yang
Islami.Adapun lingkungan yang mendapat murka Allah dan
Rasul-Nya adalah lingkungan yang dijadikan tempat
melakukan kemaksiatan dan kemungkaran.Sebenarnya
yang salah atau jelek bukan lingkungannya, melainkan
manusia yang memakai dan mengambil manfaat
lingkungan bersangkutan.
154 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
B. Macam-macam Lingkungan
Dalam perkembngan pendidikan, tidak hanya di
Indonesia tetapi juga di seluruh dunia, institusi atau
lingkungan pendidikan dapat disederhanakan menjadi tiga
macam, yaitu lembaga informal (lingkungan keluarga),
formal (lingkungan sekolah), dan non formal (lingkungan
masyarakat). Ketiga macam lembaga pendidikan inilah yang
akan berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan dan
pembinaan pribadi peserta didik.
1. Lingkungan Keluarga
Pada dasarnya, manusia merupakan “homo
educandum” artinya manusia itu pada hakikatnya
merupakan makhluk yang harus dididik dan mendidik.
Pendidikan informal ini merupakan menurut sejarah
pendidikan yang paling luas jangkauannya.Manusia
yang baru dilahirkan perlu memperoleh pendidikan dari
orang tua mereka dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya,
sampai menjadi manusia yang dewasa baik jasmani
maupun rohaninya. Seberapa pentingnya pendidikan
informal dalam keluarga tersebut, diisyaratkan dalam
Q.S at-Tahrim: 6, yang berbunyi:
155 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
156 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
157 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
Artinya: “Dan Sesungguhnya telah Kami berikan
hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah
kepada Allah. dan Barangsiapa yang
bersyukur (kepada Allah), Maka
Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
sendiri; dan Barangsiapa yang tidak
bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji".
158 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
2. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan lembaga
pendidikan formal dan disebut sebagai lembaga
pendidikan kedua yang berperan dalam mendidik
159 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
160 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat sebagai pendidikan non formal, juga
menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, tetapi
tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan
ketat. masyarakat yang terdiri dari sekelompok atau
beberapa individu yang beragam akan mempengaruhi
pendidikan peserta didik yang tinggal di sekitarnya. Oleh
karena itu, dalam pendidikan Islam, masyarakat
memiliki tanggung jawab dalam mendidik generasi muda
tersebut.
Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang
lebih luas turut berperan dalam terselenggaranya proses
pendidikan. Setiap individu sebagai anggota dari
masyarakat tersebut harus bertanggung jawab dalam
menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung.
Oleh karena itu, dalam pendidikan anak pun, umat
Islam dituntut untuk memilih lingkungan yang
mendukung pendidikan anak dan menghindari
masyarakat yang buruk. Sebab, ketika anak atau
peserta didik berada di lingkungan masyarakat yang
kurang baik, maka perkembangan kepribadian anak
tersebut akan bermasalah. Dalam kaitannya dengan
lingkungan keluarga, orang tua harus memilih
lingkungan masyarakat yang sehat dan cocok sebagai
tempat tinggal orang tua beserta anaknya. Begitu pula
sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan
formaljuga perlu memilih lingkungan yang mendukung
dari masyarakat setempat dan memungkinkan
terselenggaranya pendidikan tersebut.
Dalam lingkungan masyarakat, pembinaan di mulai
dengan tercerminnya lingkungan keluarga. Apabila
akhlak semua anggota keluarga telah baik, akan baik
pula lingkungan masyarakatnya. Pembinaan lingkungan
masyarakat dengan pendidikan Islam dapat dilakukan
dengan mengadakan berbagai kegiatan yang bersifat
menumbuh kembangkan pemahaman tentang
161 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
162 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
163 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
164 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
ً كم يٌنٌد عهى انفطزة فابٌاه ٌيٌدانو ا: قا ل اننبً صانى ا هلل عهٍو ً سهى
ٌنصزانو اًًٌجسانو
Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah.Namun kedua orang tuanya (mewakili
lingkungan) mungkin dapat mejadikannya beragama
Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam mengakui potensi
lingkungan yang pengaruhnya dapat sangat kuat.Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan
sangat berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan
Islam. Sebab lingkungan yang juga dikenal dengan institusi
itu merupakan tempat terjadinya proses pendidikan, yang
secara umum lingkungan tersebut dapat dilihat dari tiga
hal, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keluarga sangat diperlukan untuk mendidik anak-
anaknya sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam serta
memberikan bekal kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya ketika berada di
lingkungan sekolah dan masyarakat. Sementara itu, sekolah
juga berperan pentingdalam proses pendidikan.
Sekolahsebagai lembaga pendidikan formal, yang pada
hakikatnya sebagai institusi yang menyandang amanah dari
orang tua dan masyarakat, harus menyelenggarakan
pendidikan yang profesional sesuai dengan prinsip-prinsip
dan karakteristik pendidikan Islam.Sekolah harus
mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan keahlian bagi
peserta didiknya sesuai dengan kemampuan peserta didik
itu sendiri.
165 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
166 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
BAB XIV
INOVASI PENDIDIKAN ISLAM
167 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
168 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
169 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
170 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
2. Hadis
Hadis nabi:
” :َف ْ َ اق ْق إِم َرا َ َ ا؟ َقا َل ِ َما َيسَْ َل:“ َ اق ْقَا إِم َرا َ ْن َ “ قِم َل
َ هللا ََ َنم
“ْأَ َن ِثيَْا رِنَ َق ََ ِل َ إَِْ َِّ إِ هللا
3. Yuridis (Undang-undang)
a. Undang-undang system pendidikan nasional nomor 20
tahun 2003 pasal 4 ayat 2, 4, pasal 20 ayat 2 poin a, b,
dan c.
b. Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, pasal 1 ayat 1, 10, pasal 10 ayat 1, pasal 20
poin a dan b.
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16
tahun 2007.
171 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
172 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
173 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
DAFTAR PUSTAKA
174 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
Henipurwasih.blogspot.in/2011/12/ilmu-pendidikan-
islam_25.html?m=1
http://alhumaydy.wordpress.com/2014/09/11/macam-
macam-kurikulum/ diakses tanggal 11 september 2014
pukul 16.25
http://tulisanpendidikan.wordpress.com/2013/03/05/perkem
bangan-kurikulum-di-indonesia
M.Deryjamaluddin.Page.ti/Lingkungan-Dalam-Pendidikan-
Islam.htm. Diakses pada: Senen, 22 December 2014,
pukul: 11.40 WIB.
M.Deryjamaluddin.page.tl/Lingkungan-Pendidikan-Dalam
Pendidikan-Islam.htm.diakses pada: senin, 22 desember
2014. pukul: 22.02 WIB
175 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
Muhammadtohirpancasila.blogspot.in/2013/01/v,
behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
176 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
177 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
GLOSARIUM
178 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
180 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
182 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
183 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
INDEKS
A K
Al-Quran, 7, 13, 17, 21, 23, 32, 33, kokoh, 8, 10, 41, 179, 188
34, 36, 38, 39, 62, 101, 102, 105, konsep, 4, 9, 16, 17, 28, 45, 46, 48,
106, 138, 139, 182 51, 61, 84, 93, 94, 95, 103, 114,
133, 145, 146, 160, 161, 167, 176,
B 183, 185
biologi, 8, 36
M
bumi, 11, 14, 30, 31, 34, 36, 46, 49,
50, 55, 74, 129, 165, 187 makhluk, 7, 9, 10, 16, 32, 71, 74, 75,
77, 141, 143, 162, 185, 189
D manusia, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 23, 27,
daging, 8, 9, 10 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37,
darah, 8, 9, 10, 56, 129 38, 39, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48,
49, 50, 51, 55, 57, 67, 71, 74, 75,
F 76, 77, 80, 84, 86, 90, 91, 93, 97,
100, 105, 107, 108, 113, 116, 119,
falsafah, 13, 41 120, 121, 123, 126, 129, 141, 142,
Fitrah, 15, 16 143, 145, 147, 152, 159, 161, 162,
163, 164, 165, 167, 174, 179, 182,
I 185, 186, 187
muslim, 11, 16, 25, 37, 38, 42, 45,
individu, 16, 21, 22, 23, 32, 50, 51, 47, 49, 62, 76, 119
65, 68, 71, 77, 94, 95, 97, 99, 102,
116, 118, 137, 159, 168, 169, 171,
173, 174, 189
P
Indonesia, 19, 37, 38, 39, 40, 55, 69, pengetahuan, 12, 13, 17, 19, 20, 22,
81, 82, 83, 86, 89, 93, 96, 97, 103, 25, 27, 28, 29, 32, 35, 36, 40, 42,
104, 120, 162, 167, 171, 174, 179, 46, 47, 50, 51, 53, 54, 65, 66, 68,
184 70, 75, 78, 79, 84, 86, 87, 88, 89,
islam, 19, 32, 38, 39, 75, 76, 91, 92, 94, 95, 100, 104, 112, 118, 120,
99, 108, 111, 112, 113, 114, 116, 122, 130, 131, 138, 144, 147, 161,
117, 118, 119, 120, 121, 122, 128, 167, 168, 170, 171, 172, 179, 180,
140, 159, 181, 182 187
potensi, 7, 10, 12, 13, 17, 23, 26, 32,
J 39, 44, 47, 50, 51, 55, 60, 65, 71,
74, 75, 76, 87, 90, 92, 143, 162,
jasad, 10, 12, 74, 189 172, 173
184 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam
R T
ruh, 7, 8, 10, 12, 76 teknologi, 13, 60, 61, 70, 89, 122,
140, 176, 179, 180
S Tuhan, 10, 11, 12, 14, 16, 21, 22, 23,
27, 39, 50, 51, 68, 105, 129, 141,
sains, 8, 19, 29, 81, 122 155, 189
185 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m