Anda di halaman 1dari 193

BUKU AJAR

ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Wilrahmi Izati, S.Pd.I., M.A


Zulvia Trinova, S.Ag., M.Pd

2019
Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NO 19 TAHUN 2002
TENTANG HAK CIPTA

PASAL 72
KETENTUAN PIDANA
SAKSI PELANGGARAN

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak


mengumumkan atau memperbanyak suatu
Ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 ( satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00
(lima milyar rupiah)

2. Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan,


menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang
hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah ).

i|Ilmu Pendidikan Islam


Ilmu Pendidikan Islam

Wilrahmi Izati, S.Pd.I., M.A, Zulvia Trinova, S.Ag., M.Pd

Buku Ajar Ilmu Pendidikan Islam


Penerbitan dan Percetakan CV Berkah Prima
Alamat Jalan Datuk Perpatih Nan Sabatang 287 Air Mati Solok
Email : cvberkahprima007@gmail.com
Anggota IKAPI Pusat
No Anggota : 016/SBA/18 Tanggal 1 Agustus 2018

Editor : Dr. Rahadian Z, S.Pd., M.Si.


Penerbit CV. Berkah Prima, Padang, 2019
1 (satu) jilid; total halaman 191

ISBN :

Buku Ajar Ilmu Pendidikan Islam


Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi
buku ini dalam bentuk apapun. Secara elektronis maupun
mekanis, termasuk memfotocopy, merekam, atau dengan
teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit

Penyusun : Wilrahmi Izati, S.Pd.I., M.A


Zulvia Trinova, S.Ag., M.Pd
Editor : Tim Editor Dr. Rahadian Z, S.Pd., M.Si.
Layout & Kover : Tim Layout (Putri Azhari)
Bookman Old Style

ii | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis persembahkan ke hadirat Allah SWT


Yang Maha Mengetahui yang telah memberikan kemampuan
lahir dan bathin kepada setiap hamba-Nya. Selanjutnya
karena limpahan karunia-Nya, penulis bisa menyusun buku
Ilmu Pendidikan Islam ini. Shalawat dan salam senantiasa
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikan petunjuk Allah SWT kepada ummat-Nya.

Bahasan tentang konsep dan teori pendidikan hingga kapan


pun selalu relevan dan memiliki ruang yang signifikan untuk
terus dikaji. Hal ini disebabkan karena pendidikan melibatkan
sosok manusia yang dinamis, kemudian pendidikan
memerlukan inovasi akibat perkembangan IPTEK, serta
adanya tuntutan globalisasi berkaitan dengan agama, ras,
budaya. Semua harus dijawab oleh pendidikan demi
kelangsungan hidup manusia dalam situasi dinamis dan
inovatif.

Buku ini merupakan satu upaya untuk menemukan jawaban


terhadap permasalahan yang dihadapi ummat Islam dalam
masalah pendidikan. Penulis menyadari bahwa dalam buku ini
terdapat berbagai kekurangan. Untuk itu, konstruktif dari
pembaca sangat ditunggu demi perbaikan selanjutnya.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis bersyukur atas


dapat diselesaikannya buku ini serta menyerahkan diri
kepada-Nya dan mohon ampun kepada-Nya atas segala
kekurangan dan kekhilafan yang terdapat di dalamnya. Atas
semua saran kami ucapkan terimakasih. Semoga buku ini
bermanfaat untuk pembinaan akhlak ummat, demi kebaikan
hidup dunia dan akhirat.

Padang, Juli 2019

Wilrahmi Izati, S.Pd.I., M.A.


Zulvia Trinova, S.Ag., M.Pd.

iii | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pandangan Islam Terhadap Manusia Dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan
A. Proses Penciptaan Manusia ......................................................1
B. Kedudukan Manusia ................................................................4
C. Potensi Manusia .......................................................................6
D. Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam ...............................10

Bab Ii Konsep Dasar Pendidikan Islam


A. Pengertian Pendidikan Islam...................................................13
B. Batasan Definisi Pendidikan Islam .........................................18

Bab III Sistem Pendidikan Islam


A. Pendidikan Islam Sebagai Sebuah Sistem ...............................21
B. Prinsip Prinsip Sistem Pendidikan Islam .................................23

Bab IV Komponen Komponen Sistem Pendidikan Islam


A. Dasar Dan Tujuan Pendidikan Islam ......................................35
B. Macam Macam Dasar, Fungdi Dan Tujuan Pendidikan Islam .40
C. Hirarki Tujuan ........................................................................44
D. Ranah Tujuan .........................................................................47

Bab V Pendidik Dalam Pendidikan Islam


A. Pendidikan Pendidik/ Tenaga Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan..........................................................................49
B. Pendidik Dalam Islam .............................................................50
C. Hak Dan Kewajiban Pendidik ..................................................51
D. Syarat Dank Kode Etik Pendidik Dalam Pendidikan Islam ......55
E. Kompetensi Dan Profesionalitas Pendidik ...............................59
F. Peran Pendidik........................................................................62

Bab VI Peserta Didik


A. Pengertian Peserta Didik Dan Klasifikasinya...........................65
B. Hak Dan Kewajiban Peserta Didik ..........................................67
C. Dimensi Peserta Didik Yang Akan Dikembangkan ..................68

Bab VII Kurikululm Pendidikan Islam


A. Pengertian Kurikulum Dan Macam Macamnya .......................72
B. Orientasi Kurikulum ...............................................................84
C. Prinsip Prinsip Dan Dasar Penyusunan Kurikulum ................85

iv | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

D. Kerangka Dasar Kurikulum ....................................................87


E. Kurikulum Berbasis Kompetensi ............................................87

Bab VIII Metode Dan Media Pendidikan Islam


A. Pengertian Metode Dan Media.................................................92
B. Jenis Metode Dan Media Dalam Pendidikan Islam ..................95
C. Prinsip Prinsip Penggunaan Metode Dan Media ....................105
D. Peran Metode Dan Media Dalam Pendidikan Islam ...............107

Bab IX Lembaga Pendidikan Islam


A. Pengertian Lembaga Dan Macam Macamnya Dalam Pendidikan
Islam ....................................................................................109

Bab X Evaluasi Dalam Pendidikan Islam


A. Pengertian Evaluasi ...............................................................118
B. Tujuan Dan Objek Evaluasi ...................................................120
C. Jenis Jenis Evaluasi ..............................................................122
D. Prinsip Prinsip Evaluasi ........................................................125
E. Teknik Teknik Evaluasi .........................................................127
F. Penilaian Berbasis Kelas (Pbk) ...............................................129

Bab XI Sumber Pembelajaran Pendidikan Islam


A. Pengertian ............................................................................131
B. Macam Macam Sumber Pembelajaran ..................................131
C. Fungsi Dan Pemanfaatan Sumber Belajar ............................135

Bab XII Pendidikan Seumur Hidup Dalam Pendidikan Islam


A. Konsep Dasar Pendidikan Seumur Hidup .............................138
B. Periode Pra Konsepsi (Qalb Al- Nikah) ...................................142
C. Periode Pranatal (Qalb Al Wiladah) ........................................142
D. Periode Pascanatal (Ba‟da Al Wiladah) ..................................149
E. Strategi Pendidikan Seumur Hidup.......................................153

Bab XIII Lingkungan Pendidikan Islam


A. Pengertian Lingkungan .........................................................154
B. Macam Macam Lingkungan ..................................................155
C. Pengaruh Lingkungan Pendidikan Terhadap Peserta Didik ...162

Bab XIV Dasar Pendidikan Islam


A. Pengertian Inovasi Dalam Islam ............................................167
B. Dasar Dilakukannya Inovasi Pendidikan Islam .....................170
C. Latar Belakang Perlunya Inovasi Lembaga Pendidikan Islam 171
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
INDEKS

v|Ilmu Pendidikan Islam


Ilmu Pendidikan Islam

vi | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

BAB I
PANDANGAN ISLAM TERHADAP MANUSIA DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN

A. Proses Penciptaan Manusia


Manusia sebagai makhluk yang berakal, sudah
sepatutnya mempergunakan akalnya untuk mengkaji siapa
diri mereka, dari mana mereka berasal dan mau kemana
nantinya. Manusia berkewajiban mempergunakan akal yang
telah dianugerahkan Allah SWT kepada mereka.
Dilihat dari proses penciptaannya, Al-Quran
menyatakan proses penciptaan manusia dalam dua tahapan
yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan
primordial. Manusia pertama, Adam a.s, diciptakan dari al-
tin (tanah) yang dibentuk Allah SWT dengan seindah-
indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke
dalam diri (manusia) tersebut. (Al-Rasyidin dan Samsul
Nizar, 2005: 15)
Manusia adalah makhluk yang sangat unik. Dia telah
menjadi sasaran studi sejak zaman dahulu, kini, dan
kemudian hari. Hampir semua lembaga pendidikan tinggi
mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap
dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Di dalam al-Quran manusia disebut antara lain dengan
bani adam (Q.S. al-Isra‟ [17]: 70), basyar (Q.S. al-Kahfi [18]:
110), al-insan (Q.S. Al-Insan [76]: 1), an-nas (Q.S. An-Nas
[114]: 1). Berbagai rumusan tentang manusia telah pula
diberikan orang. Salah satu di antaranya, berdasarkan studi
isi al-Quran dan al-Hadis, berbunyi sebagai berikut: al-Insan
(manusia) adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki
potensi untuk beriman (kepada Allah), dengan
mempergunakan akalnya mampu memahami dan
mengamalkan wahyu serta mengamati gejala-gejala alam,
bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan berakhlak
(Muhammad Daud Ali, 2011: 10-12)

1|Ilmu Pendidikan Islam


Ilmu Pendidikan Islam

Keterangan Q.S. Al An‟aam/6: 2

          

     


Artinya :“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah,
sesudah itu ditentukanNya ajal (kematianmu), dan
ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang
Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu
masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).”

Q.S. Al-Mu‟minuun/23: 12

       


Artinya :“dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.”

Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Tahapan ini


dapat dipahami secara sains. Di dalam proses ini, manusia
diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani
(nuthfah) yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku („alaqah) yang
menggantung dalam rahim. Kemudian dijadikan segumpal
daging (mudghah) kemudian dibalut dengan tulang belulang
lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S. Al-Mu‟minuun/23: 13-
14) (Muhammad Daud Ali, 2011: 16)

          

       

          
Artinya : “(13). kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh

2|Ilmu Pendidikan Islam


Ilmu Pendidikan Islam

(rahim).(14). kemudian air mani itu Kami jadikan


segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami
jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”

Ayat di atas menunjukkan bahwa penciptaan manusia


mengandung bagian atau komponen dan proses, yaitu
adanya pencipta, adanya bahan (materi), cara atau metode
penciptaan, transformasi dan model khusus dari hasil dari
hasil akhir. Proses tersebut berawal dari adanya pencipta
yang telah memiliki konsep berupa gugusan ide yang
meliputi konstruksi, ukuran kekuatan atau kapasitas serta
tujuan yang dicapai. (Samsul Nizar, 2001: 53)

Q.S. As-Sajadah:

           

           

          

  


Artinya : “(7). yang membuat segala sesuatu yang Dia
ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. (8). kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari saripati air yang
hina. (9). kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”

Demikian ungkapan al-Quran mengenai proses


kejadian manusia. Melalui sunnahnya, Nabi Muhammad
SAW menjelaskan pula proses kejadian manusia, antara lain
3|Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam

dalam hadis yang terjemahannya sebagai berikut,


“sesungguhnya setiap manusia dikumpulkan kejadiannya
dalam perut ibunya selama empat puluh hari sebagai nufah
(air mani), empat puluh hari sebagai „alaqah (segumpal
darah) selama itu pula sebagai mudghah (segumpal daging).
Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh
(ciptaan) Allah SWT ke dalam tubuh manusia yang berada
dalam rahim itu.” (H.R Bukhari dan Muslim) (Muhammad
Daud Ali, 2011)
Jika digabungkan dari keterangan-keterangan di atas,
maka susunan proses penciptaan manusia adalah:
1. Dari saripati berasal dari tanah,
2. Sari pati dijadikan air mani yang tersimpan kokoh,
3. Air mani dijadikan segumpal darah,
4. Jadi segumpal daging,
5. Jadilah tulang belulang yang terbungkus dengan daging,
6. Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan afidah
(hati),
7. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan
kedalam tubuhnya ruh ciptaan-Nya, kemudian jadilah
makhluk yang terbentuk lain,
8. Setelah itu benar-benar manusia akan mati,
9. Kemudian akan dibangkitkan di hari kiamat.

B. Kedudukan Manusia
Menurut Ibnu Khaldun, manusia adalah makhluk
berfikir. Hal ini membedakannya dari hewan dan makhluk
lainnya. Kesanggupan berfikir ini merupakan sumber dari
segala kesempuraan, puncak dari segala kemuliaan, dan
ketinggian di atas makhluk lain.
Muhammad Qosim membagi kedudukan manusia
menurut agama Islam sebagai berikut:
1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang
baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
“sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya,” (QS.At-Tin: 95).
2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan ynag
mungkin dikembangkan) beriman kepada Allah SWT,
sebab sebelum ruh (ciptaan) Allah SWT dipertemukan
dengan jasad di rahim ibunya, ruh yang ada di alam ghaib
itu akan ditanyai Allah SWT apakah mereka mengakui

4|Ilmu Pendidikan Islam


Ilmu Pendidikan Islam

Allah sebagai Tuhan mereka, seraya berkata “alastu


birabbikum”, mereka menjawab, “qalu bala syahidna”
(Dalam surat al-A‟raaf: 172). Dengan pengakuan itu
sesungguhnya manusia itu sejak awal, dari tempat
asalnya manusia telah mengakui adanya Tuhan, telah
bertuhan dan berketuhanan.
3. Manusia diciptakan Allah SWT untuk mengabdi kepada-
Nya. Tugas manusia untuk mengabdi kepada Allah SWT
dengan tegas dinyatakanNya dalam Q.S. az-Zariyat: 56:

      


Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Mengabdi kepada Allah SWT dapat dilakukan


manusia melalui dua jalur yaitu jalur khusus seperti salat
lima waktu sehari semalam, zakat, shaum, dan haji.
Sedangkan jalur umum. Dapat diwujudkan dengan
melakukan perbuatan-perbuatan baik dengan niat ikhlas
untuk mencari keridhaan Allah.
4. Manusia diciptakan Allah SWT untuk menjadi khalifah di
bumi. Hal itu dinyatakan Allah SWT dalam al-Quran
surat al-Baqarah ayat 30 dinyatakan bahwa Allah
menciptakan manusia untuk menjadi khalifahNya di
bumi. Perkataan ”menjadi khalifah” dalam ayat tersebut
mengandung makna bahwa Allah SWT menjadikan
manusia itu sebagai wakil atau pemegang kekuasaanNya
mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang
diridhaiNya di muka bumi ini.
5. Manusia sebagai warasatul anbiya (Muhaimin) manusia
selaku cendikiawan dan intelektual muslim yang
mewarisi misi kerasulan Nabi Muhammad Saw. Dituntun
untuk mengembangkan serta menempuh dengan
berbagai jalan untuk melestarikan misi tersebut. Dalam
kaitan pendidikan, misi tersebut dapat dilakukan dalam
proses belajar mengajar, yang di satu pihak menjadi
pendidik dan di pihak lain menjadi anak didik. Nabi Saw
bersabda yang artinya: “Para ilmuan atau pendidik
adalah pewaris para Nabi”.

5|Ilmu Pendidikan Islam


Ilmu Pendidikan Islam

C. Potensi Manusia
Berkali-kali Allah SWT mengingatkan kepada manusia
agar mengenal diri sendiri karena dengan dari potensi
ruhaninya, yang terdiri dari empat unsur pokok, yaitu Ruh,
Qalb, Aqlu, dan Nafsu. Keempat unsur ruhani itulah yang
dapat menentukan subtansi manusia. (Aziz, 2009: 40)

1. Potensi Jasad dan Ruh


Keberadaan jasad dapat dilihat dan ditandai dengan
apa yang disebutkan dengan bagian kepala, badan, dan
kaki dengan segala bagian-bagiannya. Jasad sesuai
dengan asal-usulnya maka ia tunduk sepenuhnya dengan
hukum-hukum Allah SWT yang berkenaan dengan materi
yang disebut dengan sunnatullah. Juga lazim kita kenal
sebagai hukum alam atau hukum sebab-akibat. Oleh
karena itu, pula manusia secara jasadiyah kalau telah
habis masa berlakunya (hidupnya) ia akan kembali
menjadi materi yaitu tanah sebagai asal, oleh karena
itulah dapat diteliti, diukur, diamati, diurai, dan dipelajari
oleh akal manusia.
Sedangkan keberadaan ruh tidak demikian. Ruh
hanya dapat diketahui melalui firman Allah: Q.S. Al-Israa
17: 85

           

   


Artinya : 85. dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh.
Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku,
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit"
Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa dzat yang
multidimensi sebagai gabungan lumpur dan ruh Allah
SWT. Lumpur selaku unsur materi atau jasad yang
berasal dari bermacam-macam bahan yang terdapat
dalam tanah, dan ruh selaku unsur nonmateri atau
rohani yang berasal dari Tuhan.
Tuhan hanya mengisyaratkan keberadaan ruh itu
dengan adanya: as-sam‟a, al-abshara, dan al-af‟idah,

6|Ilmu Pendidikan Islam


Ilmu Pendidikan Islam

sebagaimana di dalam firman Allah (Q.S. as-Sajadah: 9,


Q.S. al-Mu‟minun: 78, Q.S. an-Nahl: 78)

2. Potensi Akal
Akal merupakan potensi yang mampu membuat
manusia menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu yang bersifat obyektif tetapi relatif, menghasilkan
kebenaran yang bersifat relatif pula. Kegiatan akal yang
lebih lanjut lagi disebut falsafah. Berfalsafahlah artinya
berfikir secara benar dan mendasar dalam mencari
kebenaran. Namun sifatnya tetap subjektif dan spekulatif
sehingga kebenarannya bersifat relatif dan spekulatif
pula. (Deden Makbuloh, 2011: 49-61)
Atas dasar di atas, akal yang benar ialah akal yang
dibimbing dengan petunjuj-petunjuk Allah SWT. Al-
Quran adalah hidayah (petunjuk) yang nyata bagi potensi
akal manusia. Oleh karena itu, potensi akal perlu dididik
agar tumbuh sehat dan genius. Petunjuk-petunjuk Allah
yang harus senantiasa menjadi pedoman (Q.S. Al-
Baqarah [2]: 38)

          

       


Artinya : “Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari
surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku
kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti
petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas
mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".

3. Potensi Qalbu (hati)


Qalbu merupakan pusat penalaran, pemikiran dan
kehendak, yang berfungsi untuk berfikir. Allah berfirman
(Q.S. Al-Hajj [22]: 46)

7|Ilmu Pendidikan Islam


Ilmu Pendidikan Islam

         

         

    


Artinya : “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka
bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan
itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar? karena sesungguhnya bukanlah
mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati
yang di dalam dada.”
Untuk memahami sesuatu, Al-Qalbu dapat
dikategorikan pandangan yang dalam, yang mempunyai
rasa keindahan dan kehidupannya dari sinar mentari
yang membawa manusia pada kebenaran, dan sebagai
alat untuk mengenal kebenaran ketika penginderaan
tidak memainkan peranannya.
Qalbu manusia dapat mengetahui hakikat dari segala
yang ada. Jika Tuhan telah melimpahkan cahayanya
kepada qolbu, manusia dapat mengetahui segala sesuatu
yang gaib. Dengan qalbu pula, manusia dapat mengenal
sifat-sifat Allah, yang nantinya ditransfer pada kehidupan
manusia sehari-sehari.

4. Potensi Nafsu
Al-Ghozali memberi arti nafsu dengan dua pengertian
seperti yang dikutip oleh Kasmiran Wuryo Sanadji, yaitu:
a. Nafsu adalah dorongan dua kekuatan yang
mempunyai ciri yang berlawanan, pertama sebagai
dorongan ghadlab (menjauh) dan dorongan syahwat
(mendekat). Pada nafsu ini, tidak ada gambaran untuk
mengenal Tuhan, bahkan berusaha menjauhinya, dan
semakin dekat dengan setan karena kecenderungan
nafsu ini menginginkan “kejelekan” belaka (Q.S. Yusuf
[12]: 53)

8|Ilmu Pendidikan Islam


Ilmu Pendidikan Islam

          

     


Artinya : “dan aku tidak membebaskan diriku (dari
kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali
nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”

b. Nafsu yang mempunyai sifat halus yang merupakan


cermin personalitas manusia karena mempunyai
kecenderungan pada kebaikan.
Dilihat dari gejala yang ditimbulkan nafsu
manusia, dibedakan lima yaitu:
1) Emosional, kekuatan yang mendorong di dalam diri
manusia dan merupakan penyesuaian organis yang
timbul secara otomatis pada diri manusia dalam
menghadapi situasi tertentu.
2) Serakah, meransang selera diri untuk kehidupan
duniawi dan ukhrawi serta mencari kesempurnaan
tanpa adanya cacat secara irrasional.
3) Menipu diri, nafsu yang mengajak diri tidak
sebagaimana adanya, melainkan melalui tutup muka
untuk menutup kekurangan dan kelemahan.
4) Tergesa-gesa
5) Bebas, artinya kebebasan menggunakan kapasitas
yang diperoleh dari hereditas, serta menggunakan
abilitas (kemampuan) yang keduanya suatu saat
akan menjalani kecenderungan liar. (Sukarto
Mulyomartono: 81)
5. Potensi Fitrah
Fitrah berarti kondisi penciptaan manusia yang
mempunyai kecendrungan untuk menerima kebenaran.
Secara fitrah, manusia cendrung dan berusaha mencari
serta menerima kebenaran walaupun hanya bersemayam
dalam hati kecilnya. Adakalanya manusia telah
menemukan kebenaran, namun karena faktor eksogen

9|Ilmu Pendidikan Islam


Ilmu Pendidikan Islam

yang mempengaruhinya, ia berpaling dari kebenaran yang


diperoleh, sebagaimana Fir‟aun sewaktu hidupnya ia
tidak mengakui adanya kebenaran (Allah SWT), tetapi
ketika ia mulai tenggelam dan ajalnya sudah dekat, ia
mengakui adanya kebenaran itu.
Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan
secara kodrati cenderung pada kebenaran hanif
sedangkan pelengkapnya adalah dhamir (hati nurani)
sebagai pancaran keinginan kepada kebaikan, kesucian,
dan kebenaran. Di sinilah tampak bahwa tujuan hidup
manusia adalah dari, oleh, dan untuk kebenaran yang
mutlak, yaitu kebenaran yang terakhir dan kebenaran
Tuhan Yang Maha Esa, karena kebenaran Tuhan
merupakan asal dan tujuan dari segala kenyataan. (Aziz:
36)

D. Implikasinya terhadap Pendidikan Islam


Para ahli pendidikan muslim umumnya sependapat
bahwa teori dan praktek pendidikan Islam harus didasarkan
pada konsepsi dasar tentang manusia. Menurut Ali Ashraf,
pendidikan Islam tidak akan dapat dipahami secara jelas
tanpa terlebih dahulu memahami penafsiran Islam tentang
pengembangan individu seutuhnya.
Pada uraian terdahulu telah dikemukan tentang filsafat
penciptaan manusia. Dari uraian tersebut, ada dua
implikasi terpenting dalam hubungannya dengan
pendidikan Islam (Al-Rasyidin dan Samsul Nizar: 21-23),
yaitu:
1. Karena manusia adalah makhluk yang merupakan
resultan dari dua komponen (materi dan immateri), maka
konsepsi itu menghendaki proses pembinaan yang
mengacu ke arah realisasi dan pengembangan komponen-
komponen tersebut. Hal ini berarti bahwa sistem
pendidikan harus dibangun di atas konsep kesatuan
(integrasi) antara pendidikan Qalbiyah dan „Aqliah
sehingga mampu menghasilkan manusia muslim yang
pintar secara intelektual dan terpuji secara moral. Jika
kedua komponen itu terpisah atau dipisahkan dalam
proses pendidikan Islam, maka manusia akan kehilangan
keseimbangannya dan tidak akan pernah menjadi
pribadi-pribadi yang sempurna (al-insan al-kamil)

10 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

2. Al-Quran menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia


di alam ini adalah sebagai khalifah dan „abd. Untuk
melaksanakan fungsi ini Allah SWT membekali manusia
dengan seperangkat potensi. Dalam konteks ini, maka
pendidikan Islam harus merupakan upaya yang ditujukan
ke arah pengembangan potensi yang dimiliki manusia
secara maksimal sehingga dapat diwujudkan dalam
bentuk konkret, dalam arti berkemampuan menciptakan
sesuatu yang bermanfaat bagi diri, masyarakat dan
lingkungannya sebagai realisasi fungsi dan tujuan
penciptaannya, baik sebagai khalifah dan „abd.

Kedua hal di atas harus menjadi acuan dasar dalam


menciptakan dan mengembangkan sistem pendidikan Islam
masa kini dan masa depan. Fungsionalisasi pendidikan
Islam dalam mencapai tujuannya sangat tergantung pada
sejauhmana kemampuan umat Islam menerjemahkan dan
merealisasikan konsep filsafat penciptaan manusia dan
fungsi penciptaannya dalam alam semesta ini. Dalam
konteks ini dipahami bahwa posisi manusia sebagai khalifah
menghendaki program pendidikan yang menawarkan
sepenuhnya penguasaan ilmu pengetahuan secara totalitas,
agar manusia tegar sebagai khalifah dan taqwa sebagai
subtansi dan aspek „abd.
Muhaimin membagi implikasi fungsi kehidupan
manusia dalam proses pendidikan Islam ke dalam 5 (lima)
bagian yaitu:
1. Memberikan kontribusi antar person dan antar ummat
untuk hidup saling mengisi dan melengkapi kekurangan
masing-masing.
2. Menjadikan alam sebagai salah satu sumber ilmu
pengetahuan, obyek pendidikan, alat pendidikan, serta
media pendidikan.
3. Melatih manusia menjadi manajer dan pemimpin yang
berkompetensi tinggi dengan kemampuan yang
profesional untuk mengabdi kepada Allah SWT.
4. Melatih sikap dan jiwa manusia apakah ia pantas diberi
amanah, serta apakah ia mampu memikul amanah
tersebut, dan sejauhmana ia bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan amanat itu.

11 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

5. Membentuk manusia seutuhnya, yaitu manusia yang


mampu mentransfer dan menginternalisasikan sifat-sifat
Allah yang tertuang dalam asmaul husna.

12 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

BAB II
KONSEP DASAR PENDIDIDKAN ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Islam


Ilmu (sains/science) adalah pengetahuan yang logis dan
empiris. Sekalipun demikian, hendaknya diketahui juga
bahwa berlandaskan kesepakatan umum pemakai istilah di
Indonesia, ilmu berarti juga pengetahuan (knowledge). Di
Indonesia istilah ilmu (sains/science) sering juga diganti
dengan ilmu pengetahuan. Dalam buku ini, yang dimaksud
dengan ilmu dalam pengertian sains (science), yaitu
pengetahuan yang logis-empiris tersebut. Jadi, ilmu
penidikan islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan
Islam.

1. Secara Etimologi (lughat/bahasa)


Dalam Al-Qur‟an tidak terdapat kata al-tarbiyat,
namun terdapat kata yang seakar dengannya, yaitu al-
rabb, rabbayaani, murabbiy, yurbiy. Menurut Abdul Mujib
masing-masing tersebut sebenarnya memiliki kesamaan
makna, walaupun dalam konteks tertentu memiliki
perbedaan. (Ibnu Manzur dan abi Al-Fadhl Al-Din
Muhammad Mukarrom: 94-96)
Menurut Mu‟jam (kamus) kebahasaan, kata al-
tarbiyah memiliki 3 (tiga) akar kebahasaan, yaitu:
a. Rabba: Yarbu: Tarbiyah: yang memiliki arti tambah
(zad) dan berkembang (nama), pengertian ini
didasarkan atas Q.S. Al-Ruum ayat 39
b. Rabbi: Tarbiyati: Yurabbi: yang memiliki arti tumbuh
(nasya‟) dan menjadi besar (tara‟ra‟a)
c. Rabb: Yurabbi: Tarbiyati: yang memiliki arti
memperbaiki (ashlaha) menguasai urusan, memelihara,
merawat, menunaikan.

Menurut Abdul A‟la Al-Maududi kata rabbun terdiri


dua huruf “ra” dan ”ba” tasydid yang merupakan pecahan
dari kata tarbiyah, yang berarti “pendidikan”, pengasuh
dan sebagainya. Selain itu, kata ini mencakup banyak arti
seperti “kekuasaan”, perlengkapan pertanggungjawaban,
perbaikan, penyempurnaan, dan lain-lain. Kata ini juga

13 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

merupakan predikat bagi suatu kebesaran, keagungan,


kekuasaan, dan kepemimpinan. (Musthafa Al-Maraghi:
30)
Penunjukan kata ta‟lim pada pengertian pendidikan,
sesuai dengan firman Allah sebagai berikut:

          

         

          


Artinya: “Dan dia mengajarkan („allama) kepada Adam
nama-nama benda-benda seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada malaikat lalu
berfirman: “sebutkanlah kepada-Ku nama-nama
benda itu jika kamu memang orang-orang yang
benar” (Q.S. Al-Baqarah: 30)”
Berdasarkan pengertian yang ditawarkan dari kata
ta‟lim dan ayat di atas, terlihat pengertian pendidikan
yang dimaksudkan mengandung makna yang terlalu
sempit. Pengertian ta‟lim hanya sebatas proses
pentransferan seperangkat nilai antar-manusia. Ia hanya
dituntut untuk menguasai nilai yang ditransfer secara
kognitif dan psikomotorik dan tetapi tidak dituntut pada
domain efektif. (Samsul Nizar, 1999: 40). Ia hanya sekedar
memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak
mengandung arti pembinaan kepribadian yang
disebabkan pemberian pengetahuan.
Istilah ta‟dib menurut kamus bahasa arab Al-Mu‟jam
Al-Wasit biasa diterjemahkan dengan “pelatihan atau
pembiasaan” mempunyai kata dan makna dasar sebagai
berikut:
a. Ta‟dib berasal dari kata dasar “adaba – ya‟dubu” yang
berarti melatih, untuk berperilaku yang baik dan sopan
santun.
b. Ta‟dib berasal dari kata “adaba – ya‟dibu” yang berarti
mengadakan pesta atau perjamuan yang berarti
berbuat dan berperilaku sopan.

14 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

c. Kata “addaba” sebagai bentuk kata kerja ta‟dib


mengandung pengertian mendidik, melatih,
memperbaiki, mendisiplin, dan memberi tindakan.
(Mu‟jam, 1965: 27)
Kata addaba yang berarti mendidik menurut Ibnu
Manzur merupakan padanan kata „allama dan oleh Az-
Zajjaz dikatakan sebagai cara Tuhan mengajar Nabinya.
Masdar addaba yakni ta‟dib yang telah diterjemahkan
sebagai pendidikan yang mempunyai arti sama, dan kita
dapat rekanan konseptualnya di dalam istilah ta‟lim.
Pada masa sekarang istilah yang paling populer di
pakai orang adalah “Tarbiyah” karena menurut M.
Atthiyah Al-Abrasyi yang mencakup keseluruhan kegiatan
pendidikan tarbiyah merupakan upaya yang
mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih
sempurna etikanya, sistematis dalam berpikir, memiliki
ketajaman intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi
pada yang lain, berkompeten dalam mengungkap bahasa
lisan dan tulisan, serta memiliki beberapa keterampilan.
Sedangkan istilah yang lain merupakan bagian dari
kegiatan tarbiyah. Dengan demikian istilah pendidikan
Islam disebut istilah Islamiyah.
Abdurrahman Al-Nahlawi (1989: 31-33) juga
merumuskan definisi pendidikan dari kata al-tarbiyah.
Dari segi bahasa, menurut pendapatnya, kata al-tarbiyah
berasal dari tiga kata, yaitu: pertama, kata raba-yarbu
yang berarti bertambah, bertumbuh, seperti yang terdapat
di dalam Al-Quran surat Ar-Ruum ayat 39; kedua, rabiya-
yarba yang berarti menjadi besar; ketiga dari kata, rabba-
yarabbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan,
menuntun, menjaga, memelihara. Menurut Al-Baidlabi di
dalam tafsirnya (lihat Al-Nahlabi, 1989: 31) arti asal al-
rabba adalah al-tarbiyah, yaitu menyampaikan sesuatu
sedikit demi sedikit sehingga sempurna. Ashfahani (lihat
Al-Nahlabi: 32)

2. Secara Terminologi (istilah)


Kalau ditinjau dari sisi terminologi (istilah) ada 4
(empat) macam pengertian:
a. Tarbiyah

15 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Musthofa Al-Maraghy membagi kegiatan al-


tarbiyah menjadi dua macam:
1) Tarbiyah khalqiyah, yaitu penciptaan, pembinaan,
dan pengembangan jasmani peserta didik agar dapat
dijadikan sebagai sarana bagi pengembangan
jiwanya.
2) Tarbiyah diniyah tazhibiyah, yaitu pembinaan jiwa
manusia dan kesempurnaannya melalui petunjuk
wahyu ilahi. Berdasarkan pembagian tersebut, maka
ruang lingkup al-tarbiyah mencakup berbagi
kebutuhan manusia, baik jasmani maupun rohani,
kebutuhan dunia dan akhirat, serta kebutuhan
terhadap diri sendiri, sesamanya, alam lingkungan,
dan relasinya dengan Tuhan.
Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa tarbiyah
adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan
sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap
jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya),
teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam
pekerjaannya, manis tutur katanya, baik dengan lisan
maupun dengan tulisan.

b. Ta‟lim
Menurut Rasyid Ridho, ta‟lim adalah proses
transmisi berbagi ilmu pengetahuan pada jiwa individu
tanpa ada batasan atau ketentuan tertentu.
Pemaknaan ini didasarkan atas Q.S. Al-Baqarah ayat
31 tentang „allama Tuhan kepada Adam AS.
Kemudian menurut Al-Maraghi pengajaran
dilaksanakan bertahap, sebagaimana tahapan Adam AS
mempelajari, menyaksikan dan menganalisa asma-
asma yang diajarkan oleh Allah SWT kepadanya. Hal ini
berarti bahwa al-ta‟lim mencakup aspek kognitif saja,
belum mencapai pada domain lainnya.

c. Ta‟dib
Menurut Al-Naquib Al-Attas, al-ta‟dib adalah
pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang tepat
dari segala sesuatu yang di dalam tatanan penciptaan
sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah
pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan

16 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.


Pengertian ini didasarkan atas sabda Nabi SAW sebagai
berikut:
Artinya: ”Tuhan telah mendidikku sehingga menjadi
baik pendidikan ku”.

d. Al-Riyadhah
Al-Ghazali yang menawarkan istilah al-riyadhah,
baginya al-riadhah adalah proses pelatihan individu
pada masa kanak-kanak. Berdasarkan pengertian
tersebut, Al-Ghazali hanya mengkhususkan
penggunaan al-riyadhah untuk fase kanak-kanak,
sedangkan fase yang lain tidak tercakup di dalamnya.
Adapun pengertian yang lain ilmu pendidikan
Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam.
Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Islam berisi seperangkat ajaran
tentang kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan
berdasarkan dan bersumber pada Al-Quran dan Hadist
serta Akal. Pengguna dasar ini haruslah berurutan: Al-
Quran lebih dahulu, bila tidak ada atau tidak jelas di
dalam Al-Quran maka dicari di dalam Hadist atau
argument (akal) yang menjamin teori tersebut. Jadi,
pembuatan dan penulisan teori dalam ilmu pendidikan
Islam tidak jauh berbeda dari perbuatan dan penulisan
teori dalam Fiqih.
Dari sini, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
Islam adalah pengembangan seluruh potensi anak didik
secara bertahap menurut ajaran Islam. Jika
diperhatikan secara teliti, agaknya benar apa yang tadi
dikatakan Al-Attas, bahwa Al-tarbiyah terlalu luas
cakupannya. Bidlawi dan Al-Bani di sini kelihatannya
dengan sengaja membatasi ketiga istilah itu (raba-
rabiya-rabba), hal ini perlu ditekankan karena istilah
yang digunakan sekarang untuk pendidikan adalah Al-
tarbiyah, bukan Al-ta‟dib seperti yang diusulkan Al-
Attas secara tersirat. Kita mengenal istilah fakultas
tarbiyah (fakultas pendidikan), di dalam buku teks,
istilah yang digunakan Al-tarbiyah.

17 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

B. Batasan Definisi Pendidikan Islam


1. Batasan yang Luas
Pendidikan dalam arti luas adalah segala
pengalaman belajar yang dilalui peserta didik dengan
segala lingkungan, dan sepanjang hayat. Sebagaimana
Rasul SAW bersabda:
Artinya: “Tuntutlah ilmu dari buayan sampai ke liang
lahat”
Pada hakekatnya kehidupan mengandung unsur
pendidikan karena adanya interaksi dengan lingkungan,
namun yang penting bagaimana peserta didik
menyesuaikan diri dan menempatkan diri dengan sebaik-
baiknya dengan berinteraksi dengan semua itu dan
dengan siapapun. Peribahasa adat Minangkabau
menyebut “alam takambang jadi guru”. Pendidikan dalam
pengertian yang luas ini belum mempunyai sistem,
sebagai pendidik tentu saja memiliki tanggungjawab yang
besar dalam memberikan warna Islami pada
lingkungannya.
Karakteristik pendidikan dalam arti luas adalah:
a. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat;
b. Lingkungan pendidikan adalah semua yang ada di
dalam diri peserta didik;
c. Bentuk kegiatan mulai dari yang tidak ada disengaja
dampai kepada yang terprogram;
d. Tujuan pendidikan berkaitan dengan setiap
pengalaman belajar; dan
e. Tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Kegiatan pendidikan dalam garis besarnya dapat


dibagi 3 (tiga), yaitu:
a. Kegiatan pendidikan oleh diri sendiri;
b. Kegiatan pendidikan oleh lingkungan; dan
c. Kegiatan pendidikan oleh orang lain terhadap orang
tertentu.

Adapun binaan pendidikan dalam garis besarnya


mencakup 3 (tiga) daerah:
a. Daerah jasmani;
b. Daerah akal; dan
c. Daerah hati.

18 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Tempat pendidikan juga ada 3 (tiga) yang pokok,


yaitu:
a. Di dalam rumah tangga;
b. Di masyarakat; dan
c. Di sekolah.

Dalam pengertian yang luas, pendidikan adalah


pengembangan pribadi dalam semua aspeknya. Dengan
penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi
ialah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri,
pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang
lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan
hati.

2. Batasan yang Sempit


Pendidikan dalam batasan yang sempit adalah
proses pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga
pendidikan formal (madrasah/sekolah), dan batasan
sempit ini pendidikan Islam muncul dalam bentuk sistem
yang lengkap.
Karakteristik pendidikan dalam arti yang sempit
adalah:
a. Masa pendidikan terbatas;
b. Lingkungan pendidikan berlangsung di Sekolah/
Madrasah;
c. Bentuk kegiatan sudah terprogram; dan
d. Tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar
(Sekolah/ Madrasah).

Pada dasarnya mengambil pendidikan dalam arti


sempit, bila dirumuskan, kira-kira sama dengan definisi
pendidikan dari Marimba, yaitu “bimbingan yang
diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran
Islam.” Bila disingkat, pendidikan Islam ialah bimbingan
terhadap seseorang agar ia menjadi muslim semaksimal
mungkin.
Jika hendak mengambil pengertian pendidikan yang
sangat sempit. Ia menyatakan bahwa pendidikan adalah
pembinaan keterampilan menggunakan pengetahuan.
Lodge (1974: 23) menyatakan bahwa pendidikan dalam

19 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

pengertian sempit malahan sekedar pendidikan sekolah.


Bila pengertian yang sempit yang digunakan, maka
pengaruh selain dari seseorang kepada orang lain harus
dianggap bukan pendidikan.

3. Batasan yang Luas Terbatas


Pendidikan dalam arti luas terbatas adalah segala
usaha sadar yang dilakukan oleh Keluarga, Sekolah,
Masyarakat dan pemerintah melalui pendidikan
pengajaran dan latihan yang diselenggarakan oleh
lembaga pendidikan formal (Sekolah) nonformal
(Masyarakat) dan informal (keluarga) dan dilaksanakan
sepanjang hayat, dalam rangka mempersiapkan peserta
didik agar berperan dalam berbagai kehidupan,
pendidikan dalam pengertian yang sempit sudah
mempunyai sistem namun sistem tersebut terutama di
lembaga pendidikan nonormal dan informal tidak begitu
terikat secara ketat dengan peraturan yang berlaku.
Karakteristik pendidikan dalam arti luas terbatas
adalah:
a. Masa pendidikan sepanjang hayat namun kegiatan
pendidikan kegiatan pendidikan terbatas pada waktu;
b. Lingkungan pendidikan juga terbatas;
c. Bentuk kegiatan pendidikan berbentuk pendidikan,
pengajaran dan latihan; dan
d. Tujuan pendidikan merupakan kombinasi antara
pengembangan potensi peserta didik dengan social
demand.

20 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

BAB III
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

A. Pendidikan Islam sebagai Sebuah Sistem


Berdasarkan definisinya, Rupert C.Lodge dalam
philosophy of education menyatakan bahwa dalm pengertian
yang luas pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman.
Sehingga dengan kata lain, kehidupan adalah pendidikan
dan pendidikan adalah kehidupan itu. Sedangkan Joe Pack
merumuskan pendidikan sebagai ”the art or process of
imparting or acquiring knomledge and habit through
instructional a study”. Dalam definisi ini tekanan kegiatan
pendidikan diletakkan pada pengajaran (instruction),
sedangkan segi kepribadian yang dibina adalah aspek
kognitif dan kebiasan.
Theodore Mayer Greene mengajukan definisi
pendidikan yang sangat umum. Menurutnya pendidikan
adalah usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk
suatu kehidupan yang bermakna. Alfred North Whitehead
menyusun definisi pendidikan yang menekankan segi
keterampilan menggunakan pengetahuan. (Ramayulis:
2004)
Untuk itu, pengertian pendidikan secara umum, yang
kemungkinan dihubungkan dengan Islam sebagai suatu
sistem keagamaan menimbulkan pengertian-pengertian
baru yang secara implisit menjelaskan karakteristik-
karakteristik yang dimilikinya. Pengertian pendidikan
dengan seluruh totalitasnya, dalam konteks Islam inheren
dalam konotasi istilah tarbiyah, ta‟lim, dan ta‟dib yang harus
dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah itu
mengandung makna yang amat dalam menyangkut manusia
dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya
dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-
istilah itu sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan
Islam informal, formal, dan nonformal.
Qodri Azizy menyebutkan batasan tentang definisi
pendidikan agama Islam dalam 2 (dua) hal, yaitu:
1. Mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai atau akhlak Islam

21 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

2. Mendidik peserta didik untuk mempelajari materi Islam.


(Arifin, 1991: 68)
Pengertian pendidikan agama Islam merupakan usaha
secara sadar dalam memeberikan bimbingan kepada anak
didik untuk berperilaku sesuai dengan ajaran Islam dan
memberikan pelajaran denga materi-materi tentang
pengetahuan Islam.
Dengan kata lain, sistem dapat disimpulkan suatu
kumpulan yang secara keseluruhan yang bersifat kompleks
dan tarorganisir yang di dalamnya terdapat himpunan
komponen yang saling berkaitan secara bersama-sama dan
berfungsi untuk mencapai tujuan sistem. Jika dikaitkan
dengan pendidikan, sistem pendidikan mempunyai makna
satu rangkaian pemikiran dalam bidang pendidikan yang
terorganisasai atau sistem pendidikan dapat disebut juga
sebagai sekelompok dari unsur-unsur pedidikan yang paling
berkaitan dan bekerja bersama-sama. Unsur-unsur
pendidikan tersebut antara lain sebagai berikut: asas
pendidikan, tujuan pendidikan, materi pendidikan, subyek
pendidikan, media pendidikan, evaluasi pendidikan, dan
lingkungan pendidikan. Untuk menjalankan sistem
pendidikan yang baik dan untuk menjalankan sistem
pendidikan yang baik dan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan maka unsur-unsur pendidikan
tersebut di atas harus saling berkaitan dan bekerja sama.
Salah satu aspek penting dan mendasar dalam
pendidikan adalah aspek tujuan. Merumuskan tujuan
pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefinisikan
pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas
konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta
dengan pertimbangan-pertimbangan prinsip-prinsip
dasarnya. Hal tersebut disebabkan pendidikan adalah upaya
yang paling utama, bahkan satu-satunya untuk membentuk
manusia menurut apa yang dikehendakinya. Oleh karena
itu menurut para ahli pendidikan pada hakekatnya
merupakan rumusan-rumusan dari berbagai harapan
ataupun keinginan manusia.
Sebagai salah satu komponen pendidikan, tujuan
pendidikan menduduki posisi yang sangat penting di antara
komponen-komponen lainnya. Dapat dikatakan bahwa
segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan

22 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

dilakukan semata-mata ditujukan untuk pencapaian


tersebut. Tujuan pendidikan berfungsi sebagai arah yang
ingin dituju dalam aktivitas pendidikan. Dengan adanya
tujuan yang jelas, maka komponen-komponen pendidikan
yang lain serta aktivitas senantiasa berpedoman kepada
tujuan, sehingga efektivitas proses pendidikannya selalu
diukur apakah dapat mencapai tujuan atau tidak. Dalam
praktek pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat luas, banyak tujuan pendidikan yang
diinginkan oleh pendidik agar dapat dicapai oleh peserta
didik.
Dalam perspektif Islam, sebagaimna yang dikemukakan
oleh Yusuf Amir Faisal, tujuan pendidikan Islam pada
hakekatnya sama dengan tujuan diturunkannya agama
Islam yaitu untuk membentuk manusia yang bertakwa
(muttaqin).

B. Prinsip-prinsip Sistem Pendidikan Islam


Pandangan Islam yang bersifat filosofi terhadap alam
semesta dan jagat raya, manusia, masyarakat, pengetahuan
dan akhlak, secara jelas dan tercermin dalam prinsip-
prinsip pendidikan Islam. Pendidik merupakan fasilitator
dalam proses belajar mengajar. Ia harus mampu
memberdayagunakan beraneka ragam sumber belajar.
Dalam memimpin proses pembelajaran, pendidik perlu
memperhatikan prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam dan
senantiasa mempedomaninya, bahkan sejauh mungkin
merealisasikannya bersama-sama dengan peserta didik.
Menurut (Samsul Nizar: 2009), adapun yang menjadi
prinsip-prinsip pendidikan Islam adalah:

1. Prinsip Integral dan Seimbang


a. Prinsip integral
Pendidikan Islam tidak mengenal adanya
pemisahan antara sains dan agama. Keduanya harus
terintegrasi secara harmonis. Dalam ajaran Islam, Allah
SWT adalah pencipta alam semesta termasuk manusia.
Allah SWT pula yang menurunkan hukum-hukum
untuk mengelola dan melestarikannya. Hukum-hukum
mengenai alam fisik disebut sunnatullah, sedangkan
pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan

23 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

manusia telah ditentukan pula dalam ajaran agama


yang disebut dinnullah yang mencakup aqidah dan
syariah.
Dalam ayat Al-Qur‟an yang pertama kali
diturunkan, Allah SWT memerintahkan agar manusia
untuk membaca yaitu dalam Q.S. Al-Alaq: 1-5. Di
tempat lain ditemukan ayat yang menafsirkan perintah
membaca tersebut, seperti dalam firman Allah Q.S. Al-
Ankabut:

         

        

     


Artinya: “bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar dan sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain), dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”

Di sini, Allah SWT memberikan penjelasan bahwa


Al-Qur‟an yang harus dibaca. Ia merupakan ayat yang
diturunkan Allah SWT (ayat tanziliyah, qur‟aniyah).
Selain itu, Allah memerintahkan agar munusia
membaca ayat Allah yang berwujud fenomena-
fenomena alam (ayat kauniah, sunnatullah), antara lain,
”Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan
di bumi” (Q.S. Yunus: 101)
Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah
SWT memerintahkan agar manusia membaca Al-Qur‟an
(ayat-ayat quraniyah) dan fenomena alam (ayat
kauniyah) memberikan tekanan terhadap salah satu
jenis ayat yang dimaksud. Hal itu berarti bahwa
pendidikan Islam harus dilaksanakan secara terpadu
(integral)
24 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

b. Prinsip Seimbang
Pendidikan Islam selalu memperhatikan
keseimbangan di antara berbagai aspek yang meliputi
keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu
dan amal, urusan hubungan dengan Allah SWT dan
sesama manusia, hak dan kewajiban.
Keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat
dalam ajaran Islam harus mejadi perhatian. Rasul
diutus Allah untuk mengajar dan mendidik manusia
agar mereka dapat meraih kebahagiaan dua alam itu.
Implikasinya pendidikan harus seantiasa diarahkan
untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Hal ini
senada dengan firman Allah SWT:

        

         

          


Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah SWT kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam


pembelajaran, pendidik harus memperhatikan
keseimbangan dengan menggunakan pendekatan yang
relevan. Selain mentransfer ilmu pengetahuan,
pendidik harus mengkondisikan secara bijak dan

25 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

profesional agar peserta didik dapat mengaplikasikan


ilmu yang telah didapat di dalam maupun di luar kelas.
2. Prinsip Bagian dari Proses Rubbiyah
Al-Quran menggambarkan bahwa Allah SWT adalah
Al-Khaliq dan Rabb Al-Amin (pemelihara semesta alam).
Dalam proses penciptaan alam semesta termasuk
manusia. Allah SWT menampakkan proses yang
memperlihatkan konsistensi dan keteraturan. Hal
demikian kemudian dikenal sebagai aturan-aturan yang
diterapkan Allah SWT atau disebut Sunnatullah.
(Langgulung, 1996: 26)
Sebagaiman Al-Kailani yang dikutip oleh Bukhori
Umar menjelaskan bahwa peranan manusia dalam
pendidikan secara teologis dimungkinkan karena
posisinya sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling
sempurna dan dijadikan sebagai khalifatullahfi al-ardh.
Sebagai khalifah manusia juga mengemban fungsi
rubbiyah Allah SWT terhadap alam semesta termasuk diri
manusia sendiri. Dengan perimbangan tersebut dapat
dikatakan bahwa karakter hakiki pendidikan islam pada
intinya terletak pada fungsi rubbiyah Allah SWT secara
praktis dikuasakan atau diwakilkan kepada manusia.
Dengan kata lain, pendidikan islam tidak lain adalah
keseluruhan proses dan fungsi rubbiyah Allah SWT
terhadap manusia, sejak dari proses penciptaan samapai
dewasa dan sempurna.

3. Prinsip Membentuk Manusia yang Seutuhnya


Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah
manusia yang telah tergambar dan terangkum dalam Al-
Quran dan Hadist. Potret manusia dalam pendidikan
sekuler diserahkan pada orang-orang tertentu dalam
masyarakat atau pada seseorang individu karena
kekuasaannya, yang berarti diserahkan kepada angan-
angan seseorang atau kelompok orang semata.
Pendidikan Islam dalam hal ini merupakan usaha
untuk mengubah kesempurnaan potensi yang dimiliki
oleh peserta didik menjadi kesempurnaan aktual, melalui
setiap tahapan hidupnya. Dengan demikin, fungsi
pendidikan Islam adalah menjaga keutuhan unsur-unsur

26 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

individual peserta didik dan mengoptimalkan potensinya


dalam garis keridhaan Allah SWT.
Peserta ini harus direalisasikan oleh pendidik dalam
proses pembelajaran. Pendidik harus mengembangkan
baik kecerdasan intelektual, emosional, maupun spiritual
secara simultan.
4. Prinsip Selalu Berkaitan dengan Agama
Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu
usaha untuk menumbuhkan dan memantapkan
kecenderungan tauhid yang telah menjadi fitrah manusia.
Agam menjadi petunjuk dan penuntut ke arah itu. Oleh
karena itu, pendidikan agama Islam selalu
menyelenggarakan pendidikan agama. Namun, agama di
sini lebih kepada fungsinya sebagai sumber moral nilai.
Sesuai dengan ajaran Islam pula, pendidikan Islam
bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu sebagai materi, atau
keterampilan sebagai kegiatan jasmani semata, melainkan
selalu mengaitkan semua itu dengan kerangka praktik
(„amaliyyah) yang bermuatan nilai dan moral. Jadi,
pengajaran agama dalam Islam tidak selalu dalam
pengertian (ilmu agama) formal, tetapi dalam pengertian
esensialnya yang bisa saja berada dalam ilmu-ilmu lain
yang sering dikategorikan secara tidak proporsional
sebagai ilmu sekuler.

5. Prinsip Terbuka
Dalam Islam diakui adanya perbedaan manusia.
Akan tetapi, perbedaan hakiki ditentukan oleh amal
perbuatan manusia (Q.S. Al-Mulk: 2), atau ketakwaan
(Q.S. Al-Hujurat: 13). Oleh karena itu, pendidikan Islam
pada dasarnya bersifat terbuka, demokratis, dan
universal. Menurut Jalaludin yang dikutip oleh Bukhori
Umar menjelaskan bahwa keterbukaan pendidikan Islam
ditandai dengan kelunturan untuk mengadopsi unsur-
unsur positif dan luar, sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan masyarakatnya, dengan tetap menjaga dasar-
dasarnya yang original (shalih), bersumber pada Al-Quran
dan Hadist.

27 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

6. Menjaga Perbedaan Individual (Ahmad Tafsir, 1992: 85)


Perbedaan individual antar seorang manusia dengan
orang lain dikemukakan oleh Al-Quran dan Hadist.
Contoh:

      

       


Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan
bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya
pada yang demikan itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”
Perbedaan-perbedaan yang dimiliki manusia
melahirkan perbedaan tingkah laku karena setiap orang
akan berbuat sesuai dengan keadaannya masing-masing.
Menurut Asy-Syaibani yang dikutip oleh Ramayulis
menjelaskan bahwa pendidikan Islam sepanjang
sejarahnya telah memelihara perbedaan individual yang
dimiliki oleh peserta didik.

7. Landasan-landasan Prinsip Pendidikan Islam (Abdul


Rahman Abdullah, 2000: 31)
a. Prinsip memberikan suasana kegembiraan
Prinsip ini dapat dijabarkan dari sabda Nabi
Muhammad SAW, kepada sahabat beliau yang harus
diutus untuk melakukan dakwah kepada gubernur
Romawi di Damaskus, yaitu Mu‟azd jabal dan Musal Al-
Asy‟ary.
b. Prinsip Memberikan Layanan dan Santunan dengan
Lembut
Hal yang dijelaskan Allah SWT dalam Q.S. Ali-
Imran: 159, yang berbunyi:

           

        

28 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

           


Artinya: “ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
Berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu [246]. kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

c. Prinsip Kebermaknaan bagi Peserta Didik


Allah SWT berfirman dalam Q.S. Muhammad: 16,
yang berbunyi:

         

          

    


Artinya: “Dan di antara mereka ada orang yang
mendengarkan perkataanmu sehingga apabila
mereka keluar dari sisimu orang-orang berkata
kepada orang yang telah diberi ilmu
pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): "Apakah
yang dikatakannya tadi?" mereka itulah orang-
orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah
SWT dan mengikuti hawa nafsu mereka.”

29 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

d. Prinsip Komunikasi Terbuka


Guru mendorong manusia didik untuk membuka
diri untuk segala hal atau bahan-bahan pelajaran yang
disajikan mereka, sehingga mereka dapat menyerapnya
menjadi bahan untuk appersepsi dalam pikirannya.
Dalam kitab suci Al-Quran terdapat banyak firman
Allah yang mendorong manusia untuk membuka hati
dan pikirannya, perasaannya, pendengarannya, dan
penglihatannya untuk menyerap pesan-pesan yang ada
pada Al-Quran kepada mereka, sehingga apa yang
mereka serap sebagai pesan-pesan itu akan diminta
pertanggungjawabannya di hadapan-Nya.
e. Prinsip Pemberian Pengetahuan yang Baru
Minat dan perhatian anak didik harus diarahkan
kepada bahan-bahan pengetahuan yang baru bagi
mereka. Dalam ajaran Islam terhadap prinsip
pembaharuan dalam belajar, baik tentang fenomena-
fenomena alamiah maupun fenomena yang terdapat
dalam diri mereka sendiri. Seperti studi tentang alam
sekitar yang mengandung ilmu-ilmu baru.
Firman Allah yang mendorong manusia untuk
menciptakan ilmu-ilmu alam dan biologi serta psikologi
tersebut dalam Al-Quran sebagai berikut:

         

          
Artinya: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka
tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri,
hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa
sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu?”

f. Prinsip Memberikan Model yang Baik


Anak didik dapat memperoleh contoh bagi
perilakunya melalui pengamatan dan peniruan yang

30 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

tepat guna dalam proses belajar mengajar, misalnya


seperti firman Allah SWT:

          

      


Artinya: “Sesungguhnya telah ada pula (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebutkan Allah SWT.” (al-Ahzab: 21)

8. Perbedaan Sistem Pendidikan Islam dengan Non-Islam


Pendidikan Islam adalah sebuah sarana untuk
menyiapkan masyarakat muslim yang benar-benar
mengerti tentang Islam. Di sini para pendidik muslim
mempunyai satu kewajiban dan tanggung jawab untuk
menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada anak
didiknya, baik melalui pendidikan formal maupun non
formal.
Pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan lain.
Pendidikan Islam lebih mengedepankan nilai-nilai
keislaman dan tertuju pada terbentuknya manusia yang
berakhlakul karimah serta taat dan tunduk kepada Allah
semata. Sedangkan pendidikan selain Islam, tidak terlalu
memprioritaskan pada unsur-unsur dan nilai-nilai
keislaman, yang menjadi prioritas hanyalah pemenuhan
inderawi semata.
Indonesia adalah sebuah negara besar yang memiliki
penduduk ratusan juta jiwa. Indonesia juga adalah
negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama
Islam. Menurut sebuah perhitungan sebuah perhitungan
manusia Muslim Indonesia adalah jumlah pemeluk agama
Islam terbesar di dunia. Jika dibanding dengan negara-
negara Muslim lainnya, maka penduduk Muslim
Indonesia dari segi jumlah tidak ada yang menandingi.
Jumlah yang besar tersebut sebenarnya merupakan
sumber daya manusia dan kekuatan yang sangat besar,
bila mampu mengoptimalkan peran dan kualitasnya.

31 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Jumlah yang sangat besar tersebut juga mampu menjadi


kekuatan sumber ekonomi yang luar biasa. Jumlah yang
besar di atas juga akan menjadi kekuatan politik yang
cukup signifikan dalam persatuan nasional.
Namun realitas membuktikan lain, jumlah manusia
muslim yang besar tersebut ternyata tidak memiliki
kekuatan sebagaimana seharusnya yang dimiliki. Jumlah
yang sangat besar di atas belum didukung oleh kualitas
dan kekompakan serta loyalitas masyarakat Muslim
sesama, agama, dan para fakir miskin yang sebagian
besar adalah kaum muslim juga. Kualitas kaum muslim
belum teroptimalkan secara individual apalagi secara
massal.
Kalau kembali ke sejarah pendidikan Islam di
Indonesia, maka akan ditemukan bahwa pada awal
munculnya pendidikan Islam tidak terlepas dari peran
para pembawa Islam ke Indonesia sendiri. Jadi, sebelum
pendidikan Islam ada, terlebih dahulu manusia dimasuki
oleh para penyebar Islam, walau menurut kajian sejarah
bahwa para ahli berbeda pendapat tentang waktu dan
pembawanya masuk Islam ke Indonesia.
Langgulung membagi perbedaan sistem pendidikan
Islam dengan pendidikan non-Islam sebagai berikut:
a. Sistem Ideologi
Islam memiliki ideologi Al-Tauhid yang bersumber dari
Al-Quran dan Sunnah, sedangkan non-islam memiliki
berbagai macam ideologi yang bersumber dari isme-
isme materialis, komunis, atheis, kapitalis, dan
sebagainya.
b. Sistem Nilai
Pendidikan Islam dimulai dari Al-Quran dan Sunnah,
sedangkan pendidikan non-islam bersumber hanya dari
nilai dari hasil pemikiran, hasil penelitian para ahli,
dan adat kebiasaan masyarakat.
c. Orientasi Pendidikan
Pendidikan Islam berorientasi kepada dunia dan
akhirat, sedangkan pendidikan non-islam berorientasi
hanya kepada dunia saja.
Berdasarkan hal tersebut, pendidikan Islam
berfungsi untuk menghasilkan manusia yang dapat
menempuh kehidupan yang indah di dunia dan di akhirat

32 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

sehingga terhindar dari siksaan Allah SWT yang sangat


pedih.

9. Sistem Pendidikan Islam di Indonesia


a. Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan nasional seperti yang dijelaskan
dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS
adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling
terkait secara terpadu untuk mencapai persetujuan
pendidikan nasional.
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, dan cakap (BAB II
pasal 3 ayat 1-6).
b. Sistem Informal
Sistem pendidikan Islam informal ini, terutama
yang berjalan dalam lingkungan keluarga sudah diakui
keampuahannya dalam menanam sendi-sendi agama
dalam jiwa anak-anak. Anak-anak didik dengan ajaran-
ajaran agama sejak kecil dalam keluarganya. Mereka
dibiasakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan
dengan didahului membaca basmalah. Mereka dilatih
membaca Al-Quran, melakukan shalat berjamaah,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan lain-lain.
Demikianlah sistem pendidikan formal, sekolah
atau madrasah, mulai tersebar di mana-mana, bahkan
di kalangan pesantren sudah diterapkan pula sistem
sekolah.
c. Sistem Pendidikan pada Pondok
Pesantren ini masih sama seperti sistem
pendidikan di surau, atau mesjid, hanya lebih intensif
dan dalam waktu yang lebih lama. Di pondok
pesantren, murid-murid, besar kecil duduk melingkar
mengelilingi sang guru. Mereka menerima pelajaran
yang sama. Tiada dirancang kurikulum tertentu
berdasarkan umur, lama belajar, atau tingkat
pengetahuan.

33 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Sistem pendidikan agama Islam mengalami


perubahan sejalan dengan perubahan zaman dan
pergeseran kekuasaan di Indonesia. Sejalan dengan itu
pemerintahan jajahan (Belanda) mulai mengenalkan
sistem pendidikan formal yang lebih sistematis dan
teratur yang mulai menarik kaum muslimin untuk
memasukinya.

34 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

BAB IV
KOMPONEN-KOMPONEN SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

A. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam


1. Dasar Pendidikan Islam
Setiap aktivitas yang disengaja untuk mencapai
suatu tujuan harus mempunyai dasar atau landasan
tempat berpijak kokoh dan kuat. Dasar adalah pangkal
tolak suatu aktivitas. Dasar adalah landasan untuk
berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah memberikan arah
kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai
landasan untuk berdirinya sesuatu.
Agar pendidikan dapat melaksanakan fungsinya
sebagai agent of culture dan bermanfaat bagi manusia itu
sendiri, maka perlu acuan pokok yang mendasarinya.
Dasar pendidikan Islam tentu saja didasarkan pada
falsafah hidup umat Islam dan tidak didasarkan kepada
falsafah hidup suatu negara, sebab sistem pendidikan
Islam tersebut dapat dilaksanakan dimana saja dan
kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.
(Ramayulis, 2002: 121)
Dasar pendidikan Islam dapat dibagi kepada 3 (tiga)
kategori, yaitu:
a. Dasar Pokok
1) Al-Qur‟an
Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan Al-Qur‟an
sebagai berikut:
“Kalam Allah yang diturunkan melalui Malaikat Jibril
kepada hati Rasulullah SAW, anak Abdullah dengan
lafaz Bahasa Arab dan makna hakiki untuk menjadi
hujjah bagi Rasulullah SAW atas kerasulannya dan
menjadi pedoman bagi manusia dengan petunjuknya
serta beribadah membacanya.”
Al-Qur‟an merupakan kitab Allah SWT yang memiliki
perbendaharaan luas dan besar bagi pengembangan
kebudayaan umat Islam. Ia merupakan sumber
pendidikan yang terlengkap, baik itu pendidikan
kemasyarakatan (sosial), moral (akhlak), maupun
spritual (kerohanian) serta material (kejasmanian)
dan alam semesta. (Samsul Nizar)

35 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

2) As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun
pengakuan Rasul. Pengakuan merupakan kejadian
atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah
SAW dan beliau membiarkan saja kejadian atau
perbuatan itu berjalan. (Zakiyah Darajat, 2004: 20).
Sunnah merupakan sumber ajaran kedua setelah Al-
Qur‟an. Sunnah berisi aqidah dan syari‟ah, petunjuk
untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala
aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia
seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk
memperkuat kedudukan sunnah sebagai sumber
inspirasi ilmu pengetahuan, Allah berfirman dalam
Q.S. An-Nisa‟ ayat 80:

         

   


Artinya:”Barangsiapa yang menaati Rasul itu,
Sesungguhnya ia telah mentaati Allah SWT. dan
Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu),
Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka”

b. Dasar Tambahan
1) Perkataan, Perbuatan dan Sikap para Sahabat
Pada masa Khulafa al-Rasyidin sumber
pendidikan dalam Islam sudah mengalami
perkembangan. Selain Al-Qur‟an dan As-Sunnah
juga perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat.
Perkataan mereka dapat dijadikan pegangan karena
Allah sendiri memberikan pernyataan di dalam Q.S.
At-Taubah ayat 100:

    

       

36 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

       

      

Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-


tama masuk Islam di antara orang-orang
Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik Allah SWT
ridha kepada mereka dan mereka pun ridha
kepada Allah SWT dan Allah SWT menjadikan
bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di
dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”.

2) Ijtihad
Ijtihad adalah jalan yang dilalui dengan semua
daya dengan kesungguhan yang diwujudkan oleh
akal memalui ijma‟, qiyas, istihsan dengan zhan
(mendekati keyakinan) untuk mengistinbathkan
hukum daripada dalil-dalil Al-Qur‟an dan As-Sunnah
untuk menentukan batas yang ditentukan.
Ijtihad di bidang pendidikan sangat diperlukan,
sebab ajaran Islam yang terdapat di dalam Al-Qur‟an
dan As-Sunnah, hanya berupa prinsip-prinsip pokok
saja. Bila ternyata ada yang agak terinci, maka
rincian itu merupakan contoh Islam dalam
menerapkan prinsip pokok tersebut.
3) Mashlahah Mursalah (Kemashlahatan Umat)
Mashlahah Mursalah yaitu menetapkan
peraturan atau ketetapan Undang-Undang yang
tidak disebutkan alam Al-Qur‟an dan As-Sunnah
atas pertimbangan penarikan kebaikan dan
menghindarkan kerusakan. Contohnya, adanya surat
nikah, walaupun tidak disebutkan secara tegas
dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah, namun surat nikah
tersebut diperlukan agar menjadi bukti yang sah dan
mendapat perlindungan hukum atas
pernikahannya.

37 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

4) Urf (Nilai-nilai dan Adat Istiadat Masyarakat)


Urf secara harfiah berarti sesuatu yang sudah
dibiasakan dan dipandang baik untuk dilaksanakan.
Secara terminologi, Urf adalah kebiasaan
masyarakat baik berupa perkataan, perbuatan
maupun kesepakatan yang dilakukan secara terus-
menerus dan selanjutnya membentuk semacam
hukum tersendiri. (Abudin Nata, 2010: 84)

c. Dasar Operasional Pendidikan Islam


Dasar Operasional Pendidikan Islam adalah dasar
yang terbentuk sebagai aktualisasi dari dasar ideal.
Menurut Hasan Langgulung, dasar operasional itu ada
6 (enam) macam, antara lain:
1) Dasar Historis
Dasar Historis yaitu dasar yang memberikan andil
kepada pendidikan dari hasil pengalaman masa lalu
berupa peraturan dan budaya masyarakat.
2) Dasar Sosial
Dasar Sosial yaitu dasar yang memberikan kerangka
budaya dimana pendidikannya itu berkembang,
seperti memindahkan, memilih dan mengembangkan
budaya.
3) Dasar Ekonomi
Dasar Ekonomi adalah dasar yang memberi
perspektif terhadap potensi manusia berupa materi
dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya
yang bertanggung jawab terhadap anggaran
pembelanjaannya.
4) Dasar Politik
Dasar Politik yaitu dasar yang memberikan bingkai
dan ideologi dasar yang digunakan sebagai tempat
bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan
dan rencana yang telah dibuat.
5) Dasar Psikologi
Dasar Psikologi yaitu dasar yang memberi informasi
tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru, cara-cara
terbaik dalam praktek, pencapaian dan penilaian dan
pengukuran secara bimbingan.

38 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

6) Dasar Fisiologis
Dasar Fisiologis yaitu dasar yang memberikan
kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah
suatu sistem, mengontrol dan memberi arah kepada
semua dasar-dasar operasional lainnya.

2. Tujuan Pendidikan Islam


Secara sederhana, tujuan adalah arah atau maksud
yang hendak dicapai lewat upaya atau aktivitas. Tujuan
Pendidikan Islam menurut Samsul Nizar adalah
menjadikan manusia sebagai insan pengabdi Khaliqnya,
guna mampu membangun dunia dan mengelola alam
semesta sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan
Allah SWT.
Dalam kehidupan sehari-hari, indikator tercapainya
tujuan pendidikan Islam adalah bergaul dengan sesama
manusia dengan baik dan benar serta mengamalkan amar
ma‟ruf nahi mungkar kepada sesama manusia. Anak didik
yang telah dibina dan digembleng oleh pola pendidikan
Islam adalah anak didik yang sukses dalam kehidupan
karena ia memiliki kemampuan dan kemauan yang kuat
untuk menjalani kehidupan berbekal ilmu-ilmu keislaman
yang diridhai Allah SWT dan Rasul-Nya. (Hasan Basri.
2002: 189)
Adapun tujuan pendidikan Islam menurut beberapa
ahli:
a. Menurut Muhammad Fadhil Al-Jumaly, tujuan
pendidikan Islam adalah membina kesadaran atas diri
manusia itu sendiri dan atas sistem sosial yang Islami.
b. Menurut Abdul Munir Mulkhan, tujuan pendidikan
Islam adalah sebagai proses pengaktualan akal peserta
didik yang secara teknis dengan kecerdasan terampil,
dewasa dan berkepribadian muslim yang paripurna.
c. Menurut Ibn Khaldun, tujuan pendidikan Islam adalah
berupaya bagi pembentukan aqidah/keimanan yang
mendalam, menumbuhkan dasar-dasar akhlakul
karimah melalui jalan agamis yang diturunkan untuk
mendidik jiwa manusia serta menegakkan akhlak yang
akan membangkitkan kepada perbuatan yang terpuji.
d. Menurut hasil Kongres Pendidikan Islam Sedunia
Tahun 1980 di Islamabad, bahwa pendidikan Islam

39 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

haruslah bertujuan mencapai pertumbuhan


kepribadian manusia yang menyeluruh, secara
seimbang, melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia
yang rasional, perasaan dan indera.
e. Menurut Quraish Shihab, tujuan pendidikan Islam
adalah pencapaian tujuan yang diisyaratkan Al-Qur‟an,
yaitu serangkaian upaya yang dilakukan oleh seorang
pendidik dalam membina anak didik menjalankan
fungsinya di muka bumi, baik pembinaan pada aspek
material maupun spritual.
Munir Hasan menjabarkan tujuan pendidikan Islam
menjadi:
a. Bahagia di dunia dan di akhirat,
b. Menghambakan diri kepada Allah,
c. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani
kepentingan masyarakat Islam,
d. Akhlak mulia.

B. Macam-Macam Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan


Islam
1. Macam-Macam Dasar
Abudin Nata membagi dasar pendidikan Islam dibagi
menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
a. Dasar Religius
Dasar Religius adalah dasar yang diturunkan dari
ajaran agama. Adapun tujuan dari agama yaitu
memelihara jiwa manusia, memelihara agama,
memelihara akal pikiran, memelihara keturunan dan
memelihara harta benda. Dasar Religius adalah dasar
yang bersifat humanisme-teocentris, yaitu dasar yang
memperlakukan dan memuliakan manusia sesuai
dengan petunjuk Allah SWT.
b. Dasar Filsafat Islam
Dasar Filsafat adalah dasar yang digali dari hasil
pemikiran spekulatif, mendalam sistematik, radikal,
dan universal tentang berbagai hal yang selanjutnya
digunakan sebagai dasar bagi perumusan konsep ilmu
pendidikan Islam. Dasar Filsafat Islam membahas
tentang ketuhanan, alam jagat raya, manusia,
masyarakat, ilmu pengetahuan dan akhlak.

40 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

c. Dasar Ilmu Pengetahuan


Dasar Ilmu Pengetahuan adalah dasar nilai guna
dan manfaat yang terdapat dalam setiap ilmu
pengetahuan bagi kepentingan pendidikan dan
pengajaran. Dasar Ilmu Pengetahuan ini meliputi: Ilmu
Psikologi, Ilmu Sejarah, Ilmu Sosial dan Budaya, Ilmu
Ekonomi, Ilmu Politik dan Ilmu Administrasi.

2. Macam-Macam Fungsi Pendidikan Islam


Fungsi Pendidikan Islam menurut Samsul Nizar
dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu:
a. Dimensi Mikro (internal), yaitu manusia sebagai subyek
dan obyek pendidikan. Pada dimensi ini, pendidikan
yang dilakukan berfungsi memelihara dan
mengembangkan fitrah (potensi) insani yang ada dalam
diri anak didik seoptimal mungkin sesuai dengan
norma agama. Dengan kata lain, fungsi pendidikan
Islam adalah sebagai upaya menuju terbentuknya
kepribadian insan muslim seutuhnya.
b. Dimensi Makro (eksternal), yaitu perkembangan
kebudayaan dan peradaban manusia sebagai hasil
akumulasi dengan lingkungannya. Pada dimensi ini,
pendidikan yang dilakukan berfungsi sebagai sarana
pewarisan budaya dan identitas suatu komunitas yang
didalamnya manusia melakukan berbagai bentuk
interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan
yang lain.
Menurut Khurshid Ahmad, ada 2 (dua) fungsi
pendidikan Islam, yaitu:
Pertama, sebagai alat untuk memelihara,
memperluas, dan menghubungkan tingkat-tingkat
kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide
masyarakat dan nasional.
Kedua, sebagai alat untuk mengadakan perubahan,
inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya
mencakup ilmu pengetahuan dan keterampilan yang baru
ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang
produktif untuk menemukan perubahan sosial dan
kemapanan ekonomi secara seimbang.

41 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Menurut Achmad D. Marimba, fungsi tujuan itu ada


4 (empat) macam, yaitu:
a. Sebagai standar mengakhiri usaha,
b. Mengarahkan usaha,
c. Merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-
tujuan lain, di samping itu juga dapat membatasi ruang
gerak usaha agar kegiatan dapat terfokus pada apa
yang dicita-citakan, dalam segi lainnya fungsi tujuan
juga mempengaruhi dinamika dari usaha itu,
d. Memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu.

3. Macam-Macam Tujuan
Adapun macam-macam tujuan pendidikan Islam
adalah:
a. Tujuan Umum
Tujuan Umum ialah tujuan yang akan dicapai
dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan
pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi
seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap,
tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan.
Menurut Abdul Fattah Jalal, tujuan umum
pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai
hamba Allah. Adapun cara atau alat yang paling efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan adalah
pengajaran.
b. Tujuan Akhir
Tujuan akhir artinya pendidikan Islam itu
berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya
terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir
pula. Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami
perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan
konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran
mutlak dan universal. Tujuan akhir/tertinggi ini
dirumuskan dalam satu istilah yang disebut insan
kamil (manusia paripurna).
Al-Abrasyi merinci tujuan akhir pendidikan Islam
menjadi:
1) Pembinaan akhlak
2) Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan di
akhirat
3) Penguasaan ilmu

42 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

4) Keterampilan bekerja dalam masyarakat.


c. Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang akan
dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman
tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum
pendidikan formal. Tujuan sementara pada umumnya
merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam
rangka menjawab segala tuntutan kehidupan.
d. Tujuan Operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang
akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan
tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-
bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan
mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional.
Dalam pendidikan formal, tujuan operasional ini
disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya
dikembangkan menjadi instruksional umum dan
tujuan instruksional khusus (TIU dan TIK). Tujuan
instruksional ini merupakan tujuan pengajaran yang
direncanakan dalam unit-unit kegiatan pengajaran.
Adapun aspek-aspek tujuan pendidikan Islam
menurut Zakiyah Darajat adalah:
a. Tujuan Jasmaniah
Orientasi tujuan pendidikan jasmaniah, dalam
konteks ini dikaitkan dengan tugas manusia sebagai
khalifah di bumi. Dalam melaksanakan tugasnya ini,
manusia senantiasa dituntut untuk melakukan
interaksi secara aktif dengan lingkungan dimana ia
berada. Agar tugasnya bisa terlaksana dengan baik,
manusia harus memiliki jasmani yang sehat dan kuat.
Tanpa ditunjang bentuk jasmani yang sempurna,
manusia akan sulit untuk melaksanakan tugasnya
sebagai khalifah dengan optimal. Tujuan pendidikan
jasmaniah diarahkan untuk membentuk manusia
muslim yang sehat dan kuat jasmaninya serta memiliki
keterampilan yang tinggi.
b. Tujuan Rohaniah
Orientasi tujuan pendidikan rohaniah, berkaitan
dengan kemampuan manusia dalam menerima ajaran
Islam secara kaffah. Inti dari tujuan ini ialah
terbinanya keimanan dan ketundukan kepada semua

43 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

perintah dan larangan Allah. Tujuan pendidikan


rohaniah diarahkan untuk mempersiapkan peserta
didik yang ideal dan berakhlak mulia (insan kamil).
c. Tujuan Akal
Orientasi tujuan pendidikan akal bertumpu pada
pengembangan intelegensia (kecerdasan) otak peserta
didik.
d. Tujuan Sosial
Tujuan sosial ini merupakan pembentukan
kapribadian yang utuh dari Rab, tubuh dan akal.
Identitas individu di sini tercermin sebagai manusia
yang hidup pada masyarakat yang plural (majemuk).
Tujuan pendidikan sosial ini penting artinya karena
manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi seyogyanya
mempunyai kepribadian yang utama dan seimbang
yang karenanya tidak mungkin manusia menjauhkan
diri dari kehidupan bermasyarakat.

C. Hirarki Tujuan
1. Tujuan Pendidikan Islam secara Universal
Rumusan tujuan pendidikan yang bersifat universal
dapat dirujuk pada hasil kongres sedunia tentang
pendidikan Islam yang artinya:
“Bahwa pendidikan harus ditujukan untuk
menciptakan keseimbangan pertumbuhan kepribadian
manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa,
akal pikiran, perasaan dan fisik manusia. Dengan
demikian, pendidikan harus mengupayakan tumbuhnya
seluruh potensi manusia, baik yang bersifat spiritual,
intelektual, daya khayal, fisik, ilmu pengetahuan,
maupun bahasa, baik secara perorangan maupun
kelompok, dan mendorong tumbuhnya seluruh aspek
tersebut agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan.
Tujuan akhir pendidikan terletak pada terlaksananya
pengabdian yang penuh kepada Allah SWT, baik pada
tingkat perseorangan, kelompok maupun kemanusiaan
dalam arti yang seluas-luasnya.” (Abudin Nata: 62)
Ciri-ciri tujuan pendidikan Islam yang bersifat
universal, adalah:
a. Mengandung prinsip universal antara aspek akidah,
ibadah, akhlak dan muamalah; keseimbangan dan

44 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

kesederhanaan antara aspek pribadi, komunitas dan


kebudayaan; kejelasan terhadap aspek kejiwaan
manusia dan hukum setiap masalah; kesesuaian atau
tidak bertentangan antara berbagai unsur dan cara
pelaksanaannya; realisme dan dapat dilaksanakan,
tidak berlebih-lebihan, praktis, realistik, sesuai dengan
fitrah dan kondisi sosioekonomi, sosiopolitik,
sosiokultural yang ada; sesuai dengan perubahan yang
diinginkan, baik pada aspek rohaniah dan nafsaniyah,
serta perubahan kondisi psikologis, sosiologis,
pengetahuan, konsep, pikiran, kemahiran, nilai-nilai,
sikap peserta didik untuk mencapai dinamisasi
kesempurnaan pendidikan; menjaga perbedaan
individu, serta prinsip dinamis dalam menerima
perubahan dan perkembangan yang terjadi pada pelaku
pendidikan serta lingkungan di mana pendidikan itu
dilaksanakan.
b. Mengandung keinginan untuk mewujudkan manusia
yang sempurna yang di dalamnya memiliki kawasan
kaffah agar mampu menjalankan tugas-tugas
kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris Nabi.

2. Tujuan Pendidikan Islam secara Nasional


Tujuan pendidikan Islam secara Nasiomal adalah
tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan oleh setiap
negara (Islam). Tujuan pendidikan Islam secara Nasional
dapat dirujuk pada tujuan pendidikan yang terdapat
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa
pendidikan bertujuan untuk:
“Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.” (Depdiknas, 2003:
11)

3. Tujuan Pendidikan Islam secara Institusional


Tujuan pendidikan Islam secara Institusional adalah
tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh masing-masing
lembaga pendidikan Islam, mulai dari tingkat taman

45 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

kanak-kanak atau raudhatul athfal sampai dengan


perguruan tinggi.

4. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Program Studi


(Kurikulum)
Tujuan pendidikan Islam pada tingkat program studi
ialah tujuan pendidikan yang disesuaikan dengan
program studi.

5. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Mata Pelajaran


Tujuan pendidikan Islam pada tingkat mata
pelajaran yaitu tujuan pendidikan yang didasarkan pada
tercapainya pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
ajaran Islam yang terdapat pada bidang studi atau mata
pelajaran tertentu. Contohnya, tujuan mata pelajaran
tafsir yaitu agar peserta didik dapat memahami,
menghayati, dan mengamalkan ayat-ayat Al-Qur‟an
secara benar, mendalam an komprehensif.

6. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Pokok Bahasan


Tujuan pendidikan Islam pada tingkat pokok
bahasan yaitu tujuan pendidikan yang didasarkan pada
tercapainya kecakapan (kompetensi) utama dan
kompetensi dasar yang terdapat pada pokok bahasan
tersebut. Contohnya, pokok bahasan tarjamah, maka
kompetensi dasarnya ialah agar para siswa memiliki
kemampuan menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur‟an secara
benar, sesuai kaidah-kaidah penerjemahan.

7. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Sub Pokok


Bahasan
Tujuan pendidikan Islam pada tingkat subpokok
bahasan yaitu tujuan pendidikan yang didasarkan paa
tercapainya kecakapan (kompetensi) yang terlihat pada
indikator-indikatornya secara terukur. Misalnya
menerjemahkan kosakata yang berkaitan dengan alat-alat
tulis, kosakata yang berkaitan dengan tempat tinggal, dan
sebagainya.
Dengan tercapainya kecakapan (kompetensi) pada
tingkat subpokok bahasan, maka akan tercapailah
kecakapan (kompetensi) pada tingkat pokok bahasan.

46 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Dengan tercapainya kecakapan pada tingkat pokok


bahasan, maka akan tercapailah kecakapan pada tingkat
mata pelajaran. Dengan tercapainya kecakapan pada
tingkat mata pelajaran, maka tercapailah kecakapan pada
tingkat program studi atau kurikulum. Dengan
tercapainya kecakapan pada tingkat program studi atau
kurikulum, maka tercapailah kecakapan pada tingkat
institusional. Dengan tercapainya kecakapan pada tingkat
institusional, maka tercapailah kecakapan pada tingkat
nasional. Dengan tercapainya kecakapan pada tingkat
nasional, maka tercapailah kecakapan pada tingkat
universal. Semakin tinggi tingkat kecakapan yang ingin
dicapai, maka semakin banyak waktu, tenaga, sarana
prasarana, dan biaya yang dibutuhkan.

D. Ranah Tujuan
Tujuan pendidikan Islam dibagi kepada 3 (tiga) ranah
(domain), yaitu:
1. Ranah Kognitif (cognitive domain), berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian dan keterampilan berpikir. Menurut Bloom,
dkk, ranah ini berisi tentang pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah Afektif (affective domain), berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti
minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri.
Menurut Krathwol, Bloom, dkk, ranah ini berisi tentang
penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan
pembentukan pola hidup.
3. Ranah Psikomotor (psychomotor domain), berisi perilaku-
perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik
seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin. Menurut klasifikasi Simpson,
ranah ini berisi persepsi, kesiapan, gerekan terbimbing,
gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks,
penyesuaian dan kreativitas.
Ranah tujuan pendidikan Islam sebenarnya lebih luas
lagi dari ranah di atas. Selain kognitif, afektif dan
psikomotor, juga meliputi ranah konatif dan performance.
Konatif berhubungan dengan motivasi atau dorongan dari
dalam atau disebut dengan niat. Sedangkan performance

47 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

adalah kualitas/kinerja yang dilakukan seseorang.


Misalnya, ranah tujuan ibadah shalat. Ranah kognitif,
pengetahuan tentang shalat. Ranah konatif, niat (motivasi)
melaksanakan shalat. Ranah psikomotor, pengamalan
shalat. Ranah afektif, pengaruh shalat terhadap mental.
Ranah performance, seperti khusu‟, tawadhu‟, dan
tuma‟ninah. (Ramayulis)

48 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

BAB V
PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan


manusia, maka dari itu diperlukanlah adanya bimbingan atau
pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada
perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan
tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya
sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Secara umum
pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang
sempurna atau insanul kamil. Dalam mengemban tugasnya
sebagai khalifah di bumi maka iapun butuh pendidikan.
Begitu juga manusia sebagai seorang hamba Allah dia sangat
membutuhkan pendidikan.
Pendidik merupakan salah satu komponen dalam sistem
pendidikan. Dalam mengemban tugasnya yang terpuji tersebut
sehingga ia diberi gelar bapak rohani (spiritual father) bagi
peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu,
pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang
buruk. Oleh karena itu, pendidik memiliki kedudukan yang
tinggi dalam Islam.

A. Pengertian Pendidik/Tenaga Pendidik dan Tenaga


Kependidikan
Kata pendidik (bahasa Indonesia) merupakan padanan
dari kata educator (bahasa Inggris). Di dalam kamus
Webster kata educator berarti educationist atau
educationalist yang padananya dalam bahasa Indonesia
adalah pendidik, spesialis di bidang pendidikan, atau ahli
pendidikan.
Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta
didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi
peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta),
maupun psikomotorik (karsa). (Bukhari amar, 2010: 83)
1. Tenaga Pendidik
Dalam pasal 39 UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, menyatakan bahwa Pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

49 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,


serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi.
Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ditegaskan bahwa
pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki
empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik,
kepribadian, profesional dan sosial.
2. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat
yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan, yang di dalamnya
termasuk pendidik. Secara lebih luas tenaga
kependidikan termaktub UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas, yaitu sebagai berikut:
a. Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pengelola
satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, dan
pengembang, di bidang pendidikan, pustakawan
laboran, teknisi sumber belajar, dan penguji.
b. Tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar,
dan pelatih.
c. Pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala
sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan
pendidikan luar sekolah.

B. Pendidik dalam Islam


Pendidik dalam Islam disebut juga dengan bapak
rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan
akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Oleh
karena itu, pendidik memiliki kedudukan yang tinggi
dalam Islam. Dalam beberapa hadits disebutkan: “jadilah
engkau sebagai guru, atau pelajar, atau pendengar, atau
pecinta dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima
sehingga engkau menjadi rusak”. Dalam hadits nabi
Muhammad SAW. Yang lain: “tinta seorang ilmuan (yang
menjadi guru) lebih berharga ketimbang darah para
syuhada”. (Sudarman Damin, 2008: 24)
Al-Ghazali menukil beberapa hadits nabi tentang
keutamaan seorang pendidik. Ia berkesimpulan bahwa

50 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

pendidik tersebut sebagai orang-orang besar (great


individuals) yang aktivitasnya lebih baik dari pada ibadah
setahun. Selanjutnya Al-Ghazali menukil dari perkataan
para ulama yang menyatakan bahwa penddik merupakan
pelita (siraj) segala zaman, orang yang hidup semasa
dengannya akan memperoleh pancaran cahaya (nur)
keilmiahannya. Andaikata dunia tidak memiliki pendidik,
niscaya manusia seperti binatang, sebab “pendidik adalah
upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan,
(baik binatang buas maupun binatang jinak) kepada sifat
insaniyah dan ilahiyah“.

C. Hak dan Kewajiban Pendidik


1. Hak Pendidik
Hak adalah kewenangan yang diberikan oleh hukum
obyektif kepada subyek hukum. Kewenangan dimaksud
adalah kewenangan untuk menguasai, menjual,
menggadaikan, menggarap dll. Hak dibedakan menjadi
dua:
a. Hak mutlak, pemegang hak dapat mempertahankan
terhadap siapapun (hak asasi, hak publik, hak
keperdataan).
b. Hak relatif/nisbi, hak yang memberikan kewenangan
kepada seseorang atau beberapa orang untuk
menuntut agar orang lain melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu

Hak seorang guru antara lain:


a. Mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh Sertifikat
Pendidik bagi pendidik yang telah memiliki Kualifikasi
Akademik S-1 atau D-IV
b. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup
minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.
c. Mendapat tunjangan profesi, tunjangan fungsional
dan subsidi tunjangan fungsional bagi pendidik yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki satu atau lebih Sertifikat Pendidik yang
telah diberi satu nomor registrasi Guru oleh
Departemen memenuhi beban kerja sebagai
pendidik.

51 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

2) Mengajar sebagai Guru mata pelajaran dan/atau


Guru kelas pada satuan pendidikan yang sesuai
dengan peruntukan Sertifikat Pendidik yang
dimilikinya.
3) Berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun; dan
tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi
selain satuan pendidikan tempat bertugas.
d. Mendapat Maslahat Tambahan dalam bentuk:
1) Tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan,
beasiswa, atau penghargaan bagi Guru.
2) Kemudahan memperoleh pendidikan bagi putra
dan/atau putri Guru, pelayanan kesehatan, atau
bentuk kesejahteraan lain.
e. Mendapat penghargaan dalam bentuk tanda jasa,
kenaikan pangkat prestasi kerja luar biasa baiknya,
kenaikan jabatan, uang atau barang, piagam,
dan/atau bentuk penghargaan lain.
f. Mendapat tambahan angka kredit setara untuk
kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi 1 (satu) kali
bagi Guru yang bertugas di Daerah Khusus.
g. Mendapatkan penghargaan bagi Guru yang gugur
dalam melaksanakan tugas pendidikan.
h. Mendapatkan promosi sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja dalam bentuk kenaikan pangkat
dan/atau kenaikan jenjang jabatan fungsional.
i. Memberikan penilaian hasil belajar dan menentukan
kelulusan kepada peserta didik
j. Memberikan penghargaan kepada peserta didik yang
terkait dengan prestasi akademik dan/atau prestasi
non-akademik
k. Memberikan sanksi kepada peserta didik yang
melanggar aturan.
l. Mendapat perlindungan dalam melaksanakan tugas
dalam bentuk rasa aman dan jaminan keselamatan
m. Mendapatkan perlindungan hukum dari tindak
kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif,
intimidasi atau perlakuan tidak adil
n. Mendapatkan perlindungan profesi terhadap:
1) Pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2) Pemberian imbalan yang tidak wajar

52 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

3) Pembatasan dalam menyampaikan pandangan,


pelecehan terhadap profesi, dan
4) Pembatasan atau pelarangan lain yang dapat
menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
o. Mendapatkan perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja dari satuan pendidikan dan
penyelenggara satuan pendidikan terhadap:
1) Resiko gangguan keamanan kerja,
2) Kecelakaan kerja
3) Kebakaran pada waktu kerja
4) Bencana alam
5) Kesehatan lingkungan kerja dan/atau
6) Resiko lain.
p. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan hak
atas kekayaan intelektual sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
q. Memperoleh akses memanfaatkan sarana dan
prasarana pembelajaran
r. Berserikat dalam Organisasi Profesi Guru.
s. Kesempatan untuk berperan dalam penentuan
kebijakan pendidikan
t. Kesempatan untuk mengembangkan dan
meningkatkan Kualifikasi Akademik dan
kompetensinya, serta untuk memperoleh pelatihan
dan pengembangan profesi dalam bidangnya berhak
memperoleh cuti studi.

2. Kewajiban Pendidik
Kewajiban adalah beban yang diberikan oleh hukum
kepada orang atau badan hukum. Kewajiban sebagai guru
adalah kewajiban yang diberikan kepada orang pribadi
sebagai individual sekaligus subyek hukum. Bisa diartikan
dengan sebutan tugas bila melihat kewajiban dari yang
bersifat absolut dan disebut peran bila bersifat relatif.
Kewajiban seorang pendidik antara lain:
a. Memiliki Kualifikasi Akademik yang berlaku (S1 atau D
IV)
b. Memiliki Kompetensi Pedagogik, yang meliputi:
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
2) Pemahaman terhadap peserta didik
3) Pengembangan kurikulum atau silabus

53 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

4) Perancangan pembelajaran
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis
6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran
7) Evaluasi hasil belajar
8) Pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
c. Memiliki Kompetensi Kepribadian, yang meliputi:
1) Beriman dan bertakwa
2) Berakhlak mulia
3) Arif dan bijaksana
4) Demokratis
5) Mantap
6) Berwibawa
7) Stabil
8) Dewasa
9) Jujur
10) Sportif
11) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
12) Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri
13) Mengembangkan diri secara mandiri dan
berkelanjutan.
d. Memiliki Kompetensi Sosial, yang meliputi:
1) Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara
santun
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional;
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
dengan mengindahkan norma serta sistem nilai
yang berlaku; dan
5) Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan
semangat kebersamaan.
e. Memiliki Kompetensi Profesional, yang meliputi :
1) Mampu menguasai materi pelajaran secara luas
dan mendalam sesuai dengan standar isi program
satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan

54 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

2) Mampu menguasai konsep dan metode disiplin


keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang
secara konseptual menaungi atau koheren dengan
program satuan pendidikan, mata pelajaran,
dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.
f. Memiliki Sertifikat Pendidik
g. Sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
h. Melaporkan pelanggaran terhadap peraturan satuan
pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik kepada
pemimpin satuan pendidikan
i. Menaati peraturan yang ditetapkan oleh satuan
pendidikan, penyelenggara pendidikan, Pemerintah
Daerah, dan Pemerintah.
j. Melaksanakan melaksanakan pembelajaran yang
mencakup kegiatan pokok :
1) Merencanakan pembelajaran
2) Melaksanakan pembelajaran
3) Menilai hasil pembelajaran
4) Membimbing dan melatih peserta didik
5) Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada
pelaksanaan kegiatan pokok.(Abdul Mujib. 2010:
93)

D. Syarat dan Kode Etik Pendidik dalam Pendidikan Islam


Syarat terpenting bagi guru dalam Islam ialah sebagai
berikut:
1. Umur, (harus sudah dewasa)
Tugas mendidik adalah tugas yang amat penting
karena menyangkut perkembangan seseorang. Oleh
karena itu, tugas itu harus dilakukan
secara bertanggung-jawab. Itu hanya dapat dilakukan
oleh orang yang telah dewasa.
2. Kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani
Jasmani yang tidak sehat akan menghambat
pelaksanaan pendidikan, bahkan dapat membahayakan
anak didik bila mempunyai penyakit menular. Dari segi
rohani, orang gila berbahaya dalam mendidik dan tidak
bisa bertanggung jawab

55 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

3. Keahlian
Harus menguasai bidang yang diajarkannya dan
menguasai ilmu mendidik (termasuk ilmu mengajar). Ini
penting sekali bagi pendidik, termasuk guru. Orang tua di
rumah sebenarnya perlu sekali mempelajari teori-teori
ilmu pendidikan. Dengan pengetahuannya diharapkan ia
akan lebih berkemampuan menyelenggarakan pendidikan
bagi anak-anaknya di rumah.
4. Harus berkepribadian muslim, berkesusilaan dan
berdedikasi tinggi
Syarat ini amat penting dimiliki untuk melaksanakan
tugas-tugas mendidik selain mengajar. Dedikasi tinggi
tidak hanya diperlukan dalam meningkatkan mutu
mengajar. Selain itu juga harus berkepribadian muslim

Dalam melaksanakan tugasnya, pendidik perlu


memahami dan mengikuti norma-norma yang mengatur
hubungan kemanusiaan (relationship) antara pendidik dan
peserta didik, orang tua peserta didik, kolega dan
atasannya. Itulah yang disebut dengan kode etik pendidik.
Suatu jabatan yang melayani orang lain selalu memerlukan
kode etik. Demikian pula dengan jabatan pendidik. Bentuk
kode etik dalam suatu lembaga pendidikan tidak harus
sama, tetapi secara intrinsik mempunyai kesamaan konten
yang berlaku umum. Pelanggaran terhadap kode etik akan
mengurangi nilai dan kewibawaan identitas pendidik.
Menurut Ibnu jama‟ah, yang dikutip oleh Abd Al-Amir
Syams Ad-Din (1984: 18-24), etika pendidik terbagi atas tiga
macam, yaitu sebagai berikut:
1. Etika yang terkait dengan dirinya sendiri, yaitu:
a. Memiliki sifat-sifat keagamaan (diniyyah) yang baik,
meliputi patuh dan tunduk terhadap syariat Allah
dalam bentuk ucapan dan tindakan, baik yang wajib
maupun yang sunnat; senantiasa membaca Al-Quran,
zikir kepada Allah baik dengan hati maupun lisan (lahir
dan bathin).
b. Memiliki sifat-sifat akhlak yang mulia (akhlaqiyyah),
seperti menghias diri (tahalli) dengan memelihara diri,
khusu‟, rendah hati, menerima apa adanya, zuhud dan
memiliki daya dan hasrat yang kuat.

56 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

2. Etika terhadap peserta didik, yaitu:


a. Sifat-sifat sopan santun (adabiyyah), yang terkait
dengan akhlak yang mulia seperti di atas.
b. Sifat-sifat memudahkan, menyenangkan, dan
menyelamatkan (muhniyyah).
3. Etika dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a. Sifat-sifat memudahkan, menyenangkan, dan
menyelamatkan (muhniyyah).
b. Sifat-sifat seni, yaitu seni mengajar yang
menyenangkan, sehingga peserta didik tidak merasa
bosan.
Dalam merumuskan kode etik, al-ghazali lebih
menekankan betapa berat kode etik yang diperankan
seorang pendidik daripada peserta didiknya. Kode etik
pendidik terumuskan sebanyak 17 bagian. Sementara kode
etik peserta didik hanya 11 bagian. Hal itu terjadi karena
guru dalam konteks ini memegang banyak peran, yang
tidak saja menyangkut keberhasilan dalam menjalankan
profesi keguruan, tetapi juga tanggung jawabnya di
hadapan Allah SWT kelak.
Adapun kode etik pendidik yang dimaksud adalah
sebagai berikut.
1. Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan
sikap yang terbuka dan tabah.
2. Bersikap penyantun dan penyayang. (Q.S. Ali Imran (3):
159)
3. Menjaga kewibawaan dan kehormatan dalam bertindak.
4. Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh
terhadap sesama. (Q.S. Al-Najm (53): 32).
5. Bersifat rendah hati ketika menyatu dengan
sekelompok masyarakat. (Q.S. Al-Hijr (15): 88).
6. Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-
sia.
7. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik
yang tingkat IQ-nya rendah, serta membinanya sampai
pada taraf maksimal.
8. Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem
peserta didik.
9. Memperbaiki sikap peserta didik, dan lemah lembut
terhadap peserta didik yang kurang lancar bicara.

57 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

10. Meninggalkan sifat yang menakutkan bagi peserta


didik, terutama pada peserta didik yang belum
mengerti atau mengetahui.
11. Berusaha memperhatikan pertanyaan-pertanyaan
peserta didik, walaupun pertanyaannya terkesan tidak
bermutu atau tidak sesuai dengan masalah yang
diajarkan.
12. Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didik.
13. Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses
pendidikan, walaupun kebenaran itu datangnya dari
peserta didik.
14. Mencegah dan mengontrol peserta didik mempelajari
ilmu yang membahayakan. (QS. Al-baqarah (2): 195)
15. Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, serta
terus menerus mencari informasi guna disampaikan
pada peserta didik yang akhirnya mencapai tingkat
taqarrub kepada Allah SWT. (Q.S. Al-Bayyinah (98): 5).
16. Mencegah peserta didik mempelajari ilmu fardhu
kifayah (kewajiban kolektif, seperti ilmu kedokteran,
psikologi, ekonomi, dan sebagainya) sebelum
mempelajari ilmu fardhu „ain (kewajiban individual,
seperti akidah, syariah, dan akhlak).
17. Mengaktualisasikan informasi yang mengajarkan
kepada peserta didik. (Q.S. Al-Baqarah (2): 44, Ash-
Shaffat (61): 2-3)
Dalam ungkapan yang berbeda, Muhammad Athiyah
Al-Abrasyi menentukan kode etik pendidik dalam
pendidikan Islam adalah:
1. Mempunyai watak kebapakan sebelum menjadi seorang
pendidik, sehingga ia menyayangi peserta didik seperti
menyayangi anaknya sendiri.
2. Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan
peserta didik. Pola komunikasi dalam interaksi dapat
diterapkan ketika terjadi proses belajar mengajar.
3. Memperhatikan kemampuan peserta didik. Pemberian
materi pelajaran harus diukur dengan kadar
kemampuannya. Sabda nabi saw:
”kami para nabi diperintahkan untuk menempatkan
pada posisinya, berbicara dengan seorang sesuai dengan
kemampuan akalnya.” (H.R. Abu Bakr bin Asy Syakhir).

58 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

4. Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus kepada


sebagian peserta didik, misalnya hanya memprioritaskan
anak yang memiliki IQ tinggi.
5. Mempunyai sifat-sifat keadilan, kesucian, dan
kesempurnaan.
6. Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya, tidak banyak
menuntut hal yang di luar kewajibannya.
7. Mengaitkan materi satu dengan materi lainnya
(menggunakan pola integrated curriculum) dalam
pengajarannya.
8. Memberi bekal peserta didik dengan ilmu yang mengacu
pada masa depan, karena ia tercipta berbeda dengan
zaman yang dialami oleh pendidiknya.
9. Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kepribadian
yang kuat, bertanggung jawab, dan mampu mengatasi
problem peserta didik, serta mempunyai rencana yang
matang untuk menatap masa depan yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh.

E. Kompetensi dan Profesionalitas Pendidik


1. Kompetensi Pendidik dalam Perspektif Islam
Untuk menjadi pendidik yang profesional
sesungguhnya bukanlah hal yang mudah karena harus
memiliki kompetensi yang handal. Kompetensi dasar
(basic competency) bagi pendidik ditentukan oleh tingkat
kepekaannya dari bobot potensi dasar dan kecenderungan
yang dimilikinya. Hal tersebut karena potensi itu
merupakan tempat dan bahan untuk memproses semua
pandangan dan juga sebagai bahan untuk menjawab
semua rangsangan yang datang darinya. Potensi dasar ini
adalah milik individu sebagai hasil dari proses yang
tumbuh karena adanya inayah Allah SWT, dan situasi
yang mempengaruhinya baik langsung maupun tidak.
Berhubungan dengan itu kompetensi menurut W.
Robert Houston mendefinisikan pengertian kompetensi
dengan “Competence ordinarly is defined as adequacy for
to ask of possession of require knowledge” (kompetensi
adalah suatu tugas yang memadai atau pemilikan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang
dituntut oleh jabatan seseorang).

59 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Dalam pendidikan Islam seorang pendidik itu


haruslah memiliki pengetahuan dan kemampuan lebih
dan mampu mengimplisitkan nilai relevan (dalam ilmu
pengetahuan itu), yakni sebagai penganut Islam yang
patut dicontoh dalam ajaran Islam yangdiajarkan dan
bersedia mentransfer pengetahuan Islam serta nilai-nilai
pendidikan yang diajarkan. Namun demikian untuk
menjadi pendidik yang profesional masih diperlukan
persyaratan yang lebih dari itu. Untuk mewujudkan
pendidik yang profesional sekaligus yang berkompeten
dalam pendidikan Islam, didasari dari tuntutan Nabi SAW
karena beliau satu-satunya pendidik yang paling berhasil
dalam rentang waktu yang singkat, sehingga diharapkan
dapat mendekatkan realitas pendidik dengan yang ideal,
yaitu Nabi SAW. Keberhasilan Nabi SAW, sebagai pendidik
didahului oleh bekal kepribadian (personality) yang
berkualitas unggul ini ditandai dengan kepribadian Rasul
yang dijuluki Al-Amin yakni orang yang sangat jujur dan
dapat dipercaya, kepedulian Nabi terhadap masalah-
masalah sosial religius, serta semangat dan ketajamannya
dalam “iqra‟ bismirabbik”. Kemudian beliau mampu
mempertahankan dan mengembangkan kualitas iman
dan amal saleh, berjuang dan bekerja sama menegakkan
kebenaran.
Berikut ini adalah kompetensi pendidik dan
pendidikan Islam:
a. Kompetensi Personal-Religius
Kemampuan dasar (kompetensi) yang pertama bagi
pendidik adalah menyangkut kepribadian agamis,
artinya pada dirinya melekat nilai-nilai lebih yang akan
diinternalisasikan kepada peserta didiknya. Misalnya
nilai kejujuran, musyawarah, kebersihan, keindahan,
kedisiplinan, ketertiban dan sebagainya. Nilai tersebut
perlu dimiliki pendidik sehingga akan terjadi
transinternalisasi (pemindahan penghayatan nilai-nilai)
antara pendidik dan anak didik baik langsung maupun
tidak langsung atau setidak-tidaknya terjadi transaksi
(alih tindakan) antara keduanya.
b. Kompetensi Sosial-Religius
Kemampuan dasar kedua bagi pendidik adalah
menyangkut kepeduliannya terhadap masalah-masalah

60 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

sosial selaras dengan ajaran Islam. Sikap gotong


royong, tolong menolong, egalitarian (persamaan derajat
antara sesama manusia), sikap toleransi dan
sebagainya juga perlu dimiliki oleh pendidik untuk
selanjutnya diciptakan dalam suasana pendidikan
Islam dalam rangka transinternalisasi sosial atau
transaksi sosial antara pendidik dan anak didik.

c. Kompetensi Profesional-Religius
Kemampuan dasar yang ketiga ini menyangkut
kemampuan untuk menjalankan tugasnya secara
professionaldalam arti mampu membuat keputusan
keahlian atas beragamnya kasus serta mampu
mempertanggung jawabkan berdasarkan teori dan
wawasan keahliannya dalam perspektif Islam.

Kompetensi di atas dapat dijabarkan dalam


kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
a. Mengetahui hal-hal yang perlu diajarkan, sehingga ia
harus belajar dan mencari informasi tentang materi
yang diajarkan
b. Menguasai keseluruhan bahan materi yang akan
disampaikan pada akan didiknya
c. Mempunyai kemampuan menganalisa materi yang
diajarkan dan menghubungkannya dengan konteks
komponen-komponen secara keseluruhan melalui pola
yang diberikan Islam tentang bagaimana cara berpikir
(way of thinking) dan cara hidup (way of life) yang perlu
dikembangkan melalui proses edukasi
d. Mengamalkan terlebih dahulu informasi yang telah
didapat sebelum disajikankepada anak didiknya.
e. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan yang sedang
dan sudah dilaksanakan.
f. Memberi hadiah (tabsyir/reward) dan hukuman
(tanzir/punishment) sesuai dengan usaha dan upaya
yang dicapai anak didik dalam rangka memberikan
persuasi dan motivasi dalam proses belajar.
g. Memberikan uswatun hasanah dan meningkatkan
kualitas dan keprofesionalannya yang mengacu pada
futuristic tanpa melupakan peningkatan
kesejahteraannya, misalnya; gaji, pangkat, kesehatan,

61 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

perumahan sehingga pendidik benar-benar


berkemampuan tinggi dalam transfer of heart, transfer
of head, dan transfer of hand kepada anak didik dan
lingkungannya.

2. Profesionalitas Pendidik
Profesionalitas guru memang menjadi salah satu
syarat utama mewujudkan pendidikan bermutu. Dan
karenanya, pemerintah telah mengupayakan langkah-
langkah strategis untuk meningkatkan profesionalitas
guru-guru di Tanah Air. Menyadari begitu pentingnya
peran guru, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono
mencanangkan guru sebagai profesi pada tanggal 2
Desember 2004. Melalui pencanangan ini diharapkan
status sosial guru akan meningkat secara signifikan dan
tidak lagi hanya dilirik oleh mereka yang mencari kerja.[1]
Eksistensi guru tersebut dikukuhkan dalam UU No. 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang
ditandatangani Presiden RI pada 30 Desember 2005.

F. Peran Pendidik
Efektivitas dan efisien belajar individu di sekolah
sangat bergantung kepada peran guru. Dalam pengertian
pendidikan secara luas, seorang guru yang idealnya dapat
berperan sebagai:
1. Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan
sumber norma kedewasaan;
2. Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan;
3. Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada
peserta didik;
4. Transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut
melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya,
dalam proses interaksi dengan sasaran didik;
5. Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif
yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal
(kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya)
maupun secara moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan
yang menciptakannya).
Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas,
dengan mengutip pemikiran Gagne dan Berliner,

62 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

mengemukakan peran guru dalam proses pembelajaran


peserta didik, yang mencakup:
Guru sebagai perencana (planner) yang harus
mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses
belajar mengajar (pre-teaching problems).
Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat
menciptakan situasi, memimpin, merangsang,
menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar
sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang
sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang
bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi)
selama proses berlangsung (during teaching problems).
Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus
mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan akhirnya
harus memberikan pertimbangan (judgement), atas tingkat
keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria
yang ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya
maupun kualifikasi produknya.
Selanjutnya, dalam konteks proses belajar mengajar di
Indonesia, satu peran lagi yaitu sebagai pembimbing
(teacher counsel), di mana guru dituntut untuk mampu
mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami
kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa,
dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus
membantu pemecahannya (remedial teaching).
Di lain pihak, Moh. Surya (1997) mengemukakan
tentang peranan guru di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Di sekolah, guru berperan sebagai perancang pembelajaran,
pengelola pembelajaran, penilai hasil pembelajaran peserta
didik, pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta
didik. Sedangkan dalam keluarga, guru berperan sebagai
pendidik dalam keluarga (family educator). Sementara itu di
masyarakat, guru berperan sebagai pembina masyarakat
(social developer), penemu masyarakat (social inovator), dan
agen masyarakat (social agent).
Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru
yang berhubungan dengan aktivitas pengajaran dan
administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari
sudut pandang psikologis.
Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran
dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai:

63 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan;


a. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan
sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat
dalam pendidikan;
b. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai
bahan yang harus diajarkannya;
2. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para
peserta didik melaksanakan disiplin;
3. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru
bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung
dengan baik;
4. Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung
jawab untuk mengarahkan perkembangan peserta didik
sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa
depan; dan
5. Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan
untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented),
seorang guru berperan sebagai :
1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorangyang harus
memberikan pelayanan kepada masyarakat;
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa
belajar secara terus menerus untuk mengembangkan
penguasaan keilmuannya. Orang tua, artinya guru adalah
wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta didik di
sekolah; model keteladanan, artinya guru adalah model
perilaku yang harus dicontoh oleh para peserta didik dan
pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta
didik diharapkan akan merasa aman berada dalam
didikan gurunya. (Athiyah Al- Abrasyi, 1970:19)

64 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

BAB VI
PESERTA DIDIK

A. Pengertian Peserta Didik dan Klasifikasinya


1. Pengertian
Peserta didik adalah salah satu komponen dalam
sistem pendidikan Islam. Peserta didik merupakan “raw
material” (bahan mentah) di dalam proses transformasi
yang disebut pendidik. (Ramayulis, 2013: 133). Bahan
mentah yang akan diolah oleh seorang yang ahli dan
profesional agar bisa menjadi “bahan jadi” yang seperti
diinginkan.
Peserta didik adalah orang yang sedang berada
dalam fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara
fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan
merupakan ciri dari proses pendidikan yang kesemuanya
itu perlu bimbingan dari pendidik. (Abudin Nata, 1992:
77). Bimbingan diperlukan selama seorang itu selalu
dalam proses pendidikan, dan seperti yang kita ketahui
bahwa proses pendidikan itu berlangsung seumur hidup.
Menurut Pasal 1 ayat 4 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya
melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu.
Syamsul Nizar mendeskripsikan 6 kriteria peserta
didik:
a. Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa
b. Peserta didik memiliki periodesasi perkembangan dan
pertumbuhan
c. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki
perbedaan individu
d. Peserta didik adalah orang yang memiliki 2 unsur,
seperti jasmani-rohani, akal nurani dan nafsu
e. Peserta didik adalah makhluk yang memiliki potensi
atau fitrah yang dapat dikembangkan
f. Peserta didik adalah manusia yang memiliki
kebutuhan. (Al-Rasyidin, 2005: 48)

65 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

2. Klasifikasi Peserta didik


a. Peserta didik dalam lingkungan keluarga
Keluarga merupakan tempat terjadinya proses
belajar mengajar perdana. Dimana seorang peserta
didik menerima pendidikan pertama dari keluarganya.
Keluarga adalah masyarakat alamiah yang pergaulan
diantara anggotanya bersifat khas. Pendidik utama
dalam keluarga ini adalah orang tuanya. Anak akan
cenderung mencontoh apa yang dilakukan orang
tuanya. Anak yang dalam lingkungan keluarga
harmonis, yang ditelantarkan, pasti akan mendapatkan
pendidikan yang sangat berbeda juga akan membentuk
watak yang sangat berbeda.
b. Peserta didik dalam Lingkungan Asrama
Setiap asrama memiliki suasana tersendiri dalam
mengayomi peserta didik. Anggota kelompok mereka
juga berbeda, jenis dan bentuk peserta didik di
lingkungan asrama bermacam-macam di antaranya
adalah:
1) Asrama yatim piatu
2) Asrama tampungan
3) Asrama untuk anak-anak nakal, kelainan fisik dan
mental
Kesemuanya itu membutuhkan pendidikan dan
bimbingan yang berbeda.
c. Peserta didik dalam lingkungan perkumpulan remaja
Dalam perkumpulan remaja seperti organisasi-
organisasi, dapat menyalurkan keinginan dan kegiatan,
yang pada umumnya terdapat pada peserta didik yang
berumur di atas 12 tahun.
d. Peserta didik dalam lingkungan kerja
Peserta didik dalam lingkungan kerja ini adalah
peserta didik yang sudah dewasa yang mengutamakan
ketahanan fisik dan mental, karena di pundak mereka
terdapat beban yang berat, karena itu pulalah
pendidikan mereka dibutuhkan pendidikan yang
berbobot, berakhlak dan berketerampilan.
e. Peserta didik dalam lingkungan sekolah
Sekolah merupakan tempat berkumpulnya anak-
anak yang berbeda kelas dan tingkat pengetahuannya.
Ini mereka dapatkan dari guru di sekolah tersebut

66 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

mereka disebut dengan siswa (http://jimmyandrio.


blogspot.com)

B. Hak dan Kewajiban Peserta Didik


Dalam UU no 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 4 seperti
yang telah disebutkan di atas peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui
proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu. Kemudian pasal 6 ayat 1 disebutkan bahwa setiap
warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar (SD dab SMP). Pada pasal 12 disebutkan
bahwa:
1. Setiap peserta didik mendapatkan haknya antara lain:
a. Mendapat pendidikan agama sesuai dengan agama
yang dianutnya
b. Mendapatkan layanan pendidikan menurut bakat,
minat dan kemampuannya
c. Mendapatkan beasiswa bagi peserta didik yang tidak
mampu dan berprestasi
d. Mendapatkan biaya pendidikan bagi orang tuanya yang
tidak mampu membiayainya
e. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dangan
kecepatan belajar dan tidak menyimpang dari
ketentuan batas waktu yang ditetapkan.
f. Mendapatkan kasih sayang dari orang tua, guru dan
orang lain. (Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, 2012:
130)
2. Menurut, M.Athiyah al-Abrasyi menyebutkan 1 kewajiban
yang harus dilakukan peserta didik:
a. Sebelum belajar, siswa harus membersihkan dirinya
dari segala sifat yang buruk, karena belajar dianggap
ibadah
b. Memiliki niat yang mulia
c. Meninggalkan kesibukan duniawi
d. Menjalin hubungan baik dengan guru
e. Menyenangkan hati guru
f. Memuliakan guru
g. Menjaga rahasia guru
h. Sopan santun pada guru
i. Tekun dan sungguh-sungguh dalam belajar
j. Memilih waktu yang tepat

67 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

k. Belajar sepanjang hayat


l. Memelihara persaudaraan dan persahabatan. (Abudin
Nata, 2010:183-186)

C. Dimensi Peserta Didik yang akan Dikembangkan


Menurut Widodo Supriyono, manusia merupakan
makhluk multi dimensional yang berbeda dengan makhluk
lainnya. Secara garis besar ia membagi manusia menjadi
dua dimensi yaitu fisik dan psikis. Secara fisik manusia
memiliki persamaan dengan binatang, akan tetapi secara
psikis atau rohani manusia memiliki potensi kerohanian
yang tak terhingga banyaknya. Potensi itu nampak dalam
bentuk memahami sesuatu (ulil albab), dapat berpikir dan
merenung, mempergunakan akalnya, beriman, bertaqwa,
mengingat, berilmu, berseni dan berteknologi.(Widodo
Supriyono, 1996: 179-180)
Zakiyah Darajat, membagi manusia kepada 7 dimensi
pokok yang masing-masing dapat dibagi ke dalam dimensi-
dimensi kecil. Ketujuh dimensi tersebut adalah:
1. Dimensi Fisik (Jasmani)
Fisik atau jasmani terdiri dari organisme fisik.
Organisme fisik manusia lebih sempurna dibandingkan
organisme-organisme makhluk-makhluk lainnya. Dalam
dimensi ini manusia memiliki kesamaan dengan hewan
atau tumbuhan. Hasil penelitian membuktikan bahwa
jasad manusia tersusun dari sel-sel yang berbentuk dari
bagian-bagian yang disebut organel yang tersusun dari
molekul-molekul senyawa unsur-unsur kimiawi yang
terdapat di bumi. Namun manusia merupakan makhluk
yang sempurna dan terbaik penciptaannya. Seperti dalam
QS At Tin: 4
Keempat unsur penciptaan manusia adalah materi
abiotik (tidak hidup) ia akan hidup bila diberi energi
kkehidupan yang bersifat fisik. Energi kehidupan itulah
yang disebut nyawa. Jadi aspek jasmani memiliki dua
unsur kongkret dan abstrak.
Mendidik jasmani dalam Islam memiliki dua tujuan
sekaligus yaitu:
Pertama, Membina tubuh supaya mencapai
pertumbuhan yang sempurna. Kedua, Mengembangkan

68 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

energi potensi berdasarkan fisik, sesuai dengan


perkembangan fisik manusia
2. Dimensi Akal (intelektual)
Dalam dunia pendidikan, fungsi intelektual atau
kemampuan akal anak didik dikenal dengan istilah
kognitif. Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang
padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti
yang luas kognitif ialah perolehan, penataan dan
penggunaan pengetahuan. Kognitif sebagai salah satu
dari peran psikis yang berpusat di otak, meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan
masalah, kesenjangan dan keyakinan. Pendidikan akal,
tidak lain adalah mengaktualkan potensi dasarnya.
Potensi dasar itu sudah ada sejak manusia lahir, tetapi
masih berada dalam alternatif berkembang menjadi akal
yang baik, atau sebaliknya tidak berkembang
sebagaimana mestinya. Dengan pendidikan yang baik,
akal yang masih berupa potensi akhirnya menjadi akal
yang setiap dipergunakan. Sebaliknya, membiarkan
potensi akal tanpa pengarahan yang positif, akibatnya
bisa fatal. Karenanya pendidikan akal memiliki arti yang
penting. Dengan pendidikan tenaga akal itu akan
terhindar dari cengkraman hal-hal yang gaib yang tidak
bisa dijangkaunya. (Ramayulis: 2002)
3. Dimensi Keberagamaan
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan atau
disebut homodifinous (makhluk yang percaya adanya
tuhan) atau disebut juga dengan homoreligius artinya
makhluk yang beragama. Berdasarkan hasil riset dan
observasi, hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat
bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan
dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini
melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan
mengatasi kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan
kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati,
berupa keinginan untuk mencintai dan dicintai tuhan.
Dalam pandangan islam, sejak lahir manusia telah
mempunyai jiwa agama, jiwa yang mengakui adanya zat
yang maha pencipta dan maha kuasa yaitu Allah. Sejak di

69 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

alam roh, manusia telah mempunyai komitmen bahwa


Allah adalah tuhannya.

4. Dimensi Akhlak
Salah satu dimensi manusia yang sangat
diutamakan dalam pendidikan Islam adalah akhlak.
Pendidikan agama berkaitan rapat dengan pendidikan
akhlak. Tidak berlebih-lebihan kalau dikatakan bahwa
pendidikan akhlak dalam pendidikan islam adalah bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama.
Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama
dan yang buruk adalah yang dianggap buruk oleh agama,
sehingga nilai-nilai akhlak, keutamaan akhlak dalam
masyarakat islam adalah akhlak dan keutamaan akhlak
yang diajarkan oleh agama. Dengan demikian seorang
muslim tidak sempurna agamanya bila akhlaknya tidak
baik. (Ramayulis: 2003)
5. Dimensi Rohani
Dimensi kejiwaan merupakan suatu dimensi yang
sangat penting, dan memiliki pengaruh dalam
mengendalikan keadaan manusia agar dapat hidup sehat,
tentram dan bahagia. Penciptaan manusia mengalami
kesempurnaa setelah Allah sebagian roh ciptaanNya.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hijr: 29 yang
berbunyi:

         
Artinya: Maka apabila aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya
ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadaNya
dengan bersujud.

6. Dimensi Seni
Seni adalah ekspresi roh dan daya manusia yang
mengandung dan mengungkapkan keindahan. Seni
adalah bagian dari hidup manusia. Allah telah
menganugerahkan kepada manusia berbagai potensi
rohani maupun indrawi (mata, telinga dan sebagainya).
Seni sebagai salah satu potensi rohani, maka nilai seni
dapat diungkapkan oleh perorangan sesuai dengan

70 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

kecenderungannya, atau sekelompok masyarakat sesuai


dengan budayanya, tanpa adanya batasan yang ketat
sesuai dengan budayanya.
7. Dimensi Sosial
Seorang manusia adalah makhluk individual dan
secara bersamaan adalah makhluk sosial. Keserasian
antar individu dan masyarakat tidak mempunyai
kontradiksi antara tujuan sosial dan tujuan individu.
Dalam Islam tanggungjawab tidak terbatas pada
perorangan tapi juga sosial sekaligus. Tanggungjawab
perorangan pada pribadi merupakan asas, tapi ia tidak
mengabaikan tanggungjawab sosial yang merupakan
dasar pembentuk masyarakat. (Ramayulis: 2003)

71 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

BAB VII
KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Kurikulum dan Macam-Macamnya


Kurikulum berasal dari bahasa latin “Curriculum”,
semula berarti “a running course, spesially a chariot race
course” dan terdapat pula dalam bahasa Prancis “Courir”
artinya “to run” artinya “berlari”. Istilah ini digunakan
untuk sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
untuk mencapai gelar atau sarjana.
Secara tradisional kurikulum diartikan sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta
didik untuk memperoleh ijazah. (Armai Arief, 2002: 2)
Dalam kata lain kurikulum dianggap sebagai jembatan
yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu
perjalanan. Hamalik (2001) memberikan beberapa tafsiran
kurikulum dalam tiga hal, yaitu:
1. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran.
Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus
ditempuh dan dipelajari siswa untuk memperoleh
pengetahuan.

2. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran.


Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
disediakan untuk membelajarkan siswa

3. Kurikulum sebagai pengalaman belajar.


Dalam hal ini kurikulum merupakan serangkaian
pengalaman belajar.
(M.Joko susilo, 2012)

Berikut ini beberapa pengertian kurikulum yang


dikemukakan oleh para ahli dari dunia barat dan UU No 20
tahun 2003:
1. Pengertian Kurikulum kurikulum adalah semua
menurut Neagley dan pengalaman yang
Evans (1967): dirancang dan
dikemukakan oleh pihak
sekolah.

72 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

2. Pengertian Kurikulum Kurikulum adalah


menurut Beauchamp dokumen tertulis yang
(1968): mengandung isi mata
pelajaran yang diajar
kepada peserta didik
melalui berbagai mata
pelajaran, pilihan disiplin
ilmu, rumusan masalah
dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Pengertian Kurikulum Kurikulum adalah
menurut UU No. 20 seperangkat rencana dan
Tahun 2003: pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai
pedoman
penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk
mencapai tujuan
pendidikan nasional.

Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan


kata-kata “manhaj” yang berarti jalan yang terang yang
dilalui oleh pendidik bersama dengan anak didiknya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
mereka. Selain itu kurikulum juga dipandang sebagai
suatu program pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Macam-macam Kurikulum:
1. Berdasarkan Konsep dan Pelaksanaannya:
a. Kurikulum Ideal
Yakni kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal
dan yang dicita-citakan. Kurikulum ini diharapkan
dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai acuan atau
pedoman guru dalam proses belajar dan mengajar.
Oleh karena itu, kurikulum ideal merupakan pedoman
bagi guru maka kurikulum ini juga dinamakan
kurikulum formal atau kurikulum tertulis (written
curriculum). Contoh dari kurikulum ini adalah

73 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

kurikulum sebagai suatu dokumen seperti kurikulum


SMU 1989, kurikulum SD 1975 yang berlaku pada
tahun itu, dan sebagainya.

b. Kurikulum actual
Yakni kurikulum yang dilaksanakan dalam
proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada
umumnya memang jauh berbeda dengan harapan,
namun seharusnya mendekati dengan kurikulum
ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua
istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum
merujuk kepada bahan ajar yang telah direncanakan
yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang.
Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan
kurikulum tersebut secara bertahap dalam belajar
mengajar. Selain itu kurikulum aktual juga dapat
diartikan sebagai kurikulum yang secara real dapat
dilaksanakan oleh guru sesuai dengan keadaan dan
kondisi yang ada. Kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan kurikulum aktual di
antaranya adalah sarana yang tersedia di sekolah,
kemampuan sumberdaya manusia khususnya guru
dan kebijakan-kebijakan sekolah.

c. Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)


Yakni segala sesuatu yang terjadi pada saat
pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum
aktual. Segala sesuatu itu bisa berupa pengaruh guru,
kepala sekolah, tenaga administrasi, atau bahkan dari
peserta didik itu sendiri. Makna lain dari kurikulum
tersembunyi yaitu segala sesuatu yang tidak
direncanakan atau tidak diprogramkan yang dapat
mempengaruhi perubahan prilaku siswa. Segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi itu bisa adat
istiadat, kebudayaan, kebiasaan dan sebagainya
termasuk perilaku guru dan organisasi kelas. Segala
sesuatu itu bisa berupa pengaruh guru, kepala
sekolah, tenaga administrasi, atau bahkan dari
peserta didik itu sendiri. Kebiasaan guru datang tepat
waktu ketika mengajar di kelas, sebagai contoh akan
menjadi kurikulum tersembunyi yang akan

74 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

berpengaruh kepada pembentukan kepribadian


peserta didik. Dalam konteks pengembangan
kurikulum mikro hidden curriculum bisa dilihat dari
dua konteks, yakni tujuan yang tidak dideskripsikan
(tersembunyi) akan tetapi pencapaiannya harus
dipertimbangkan serta kejadian yang tidak
direncanakan yang dapat digunakan sebagai jembatan
untuk mengajarkan topik tertentu.

2. Berdasarkan Struktur dan Materi Mata Pelajaran yang


Diajarkan
a. Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum):
Yaitu kurikulum mata pelajarannya dirancang
untuk diberikan secara terpisah-pisah. Misalnya,
mata pelajaran sejarah diberikan terpisah dengan
mata pelajaran geografi, dan seterusnya.
b. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Yaitu kurikulum yang bahan ajarnya diberikan
secara terpadu. Misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial
merupakan fusi dari beberapa mata pelajaran sejarah,
geografi, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya. Dalam
proses pembelajaran dikenal dengan pembelajaran
tematik yang diberikan di kelas rendah Sekolah Dasar.
Mata pelajaran matematika, sains, bahasa Indonesia,
dan beberapa mata pelajaran lain diberikan dalam
satu tema tertentu.
c. Kurikulum terkorelasi (correlated curriculum)
Yaitu kurikulum yang bahan ajarnya dirancang
dan disajikan secara terkorelasi dengan bahan ajar
yang lain.

3. Berdasarkan Pengembangannya dan Penggunaannya


a. Kurikulum Nasional (national curriculum)
Yaitu kurikulum yang disusun oleh tim
pengembang tingkat nasional dan digunakan secara
nasional.
b. Kurikulum negara bagian (state curriculum)
Yaitu kurikulum yang disusun oleh masing-
masing negara bagian (provinsi)

75 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

c. Kurikulum sekolah (school curriculum)


Yaitu kurikulum yang disusun oleh satuan
pendidikan sekolah. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum sekolah
yang lahir dari keinginan untuk melakukan
diferensiasi dalam kurikulum.

Di Indonesia dari zaman pasca kemerdekaan


mengalami banyak perubahan kurikulum, namun hal ini
tidak lain demi penyempurnaan pendidikan di Indonesia
agar semakin berkembang dan dapat mengikuti
perkembangan zaman, bisa menghasilkan generasi
Indonesia baru yang mampu bersaing dalam lingkup
nasional maupun internasional.

Perubahan kurikulum dari pra kemerdekaan sampai


reformasi mengalami berbagai perubahan, yaitu:
1. Kurikulum Pendidikan Masa Orde Lama
a. Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan
namanya Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu
penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan
(rencana pelajaran) ketimbang istilah curriculum dalam
bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat
politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan
masih menerapkan kurikulum Belanda, yang orientasi
pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk
kepentingan kolonialis Belanda. Asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Situasi perpolitikan dengan
gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran
1947, baru diterapkan pada tahun 1950. Oleh karena
itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut
kurikulum 1950. Susunan Rencana Pelajaran 1947
sangat sederhana, hanya memuat dua hal pokok,
yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
serta garis-garis besar pengajarannya. Rencana
Pelajaran 1947 lebih mengutamakan pendidikan
watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, dari
pada pendidikan pikiran. Materi pelajaran
dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani. Mata

76 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

pelajaran untuk tingkat Sekolah Rakyat ada 16,


khusus di Jawa, Sunda, dan Madura diberikan
bahasa daerah.
Daftar pelajarannya adalah Bahasa Indonesia,
Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat,
Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni
Suara, Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian, Gerak
Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi
Pekerti, dan Pendidikan Agama. Pada awalnya
pelajaran agama diberikan mulai kelas IV, namun
sejak 1951 agama juga diajarkan sejak kelas 1. Garis-
garis besar pengajaran pada saat itu menekankan
pada cara guru mengajar dan cara murid mempelajari.
Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana
cara bercakap-cakap, membaca, dan menulis. Ilmu
Alam mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-
hari, bagaimana mempergunakan berbagai perkakas
sederhana (pompa, timbangan, manfaat bes berani),
dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari,
misalnya mengapa lokomotif diisi air dan kayu,
mengapa nelayan melaut pada malam hari, dan
bagaimana menyambung kabel listrik.
Pada perkembangannya, rencana pelajaran lebih
dirinci lagi setiap pelajarannya, yang dikenal dengan
istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata
pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu
mata pelajaran”. Pada masa itu juga dibentuk Kelas
Masyarakat. yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6
tahun yang tidak melanjutkan ke SMP.
Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan,
seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan.
Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang
SMP, bisa langsung bekerja.
b. Rencana Pelajaran Terurai 1952-1964
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran
yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952.
“Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru
mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad,
Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-
1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah
guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau. Di

77 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana


Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya
pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya,
dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:
moral, kecerdasan, emosional/artistic dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
2. Kurikulum Masa Orde Baru
a. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis:
mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan
sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada
pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum
1968 menekankan pendekatan organisasi materi
pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah
pelajarannya 9. Djauzak menyebut Kurikulum 1968
sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata
pelajaran pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya
pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada
siswa di setiap jenjang pendidikan.
b. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar
pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective)
yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi,
Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini
dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana
pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk
menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.

78 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

c. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung proses skill
approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga
sering disebut “Kurikulum 1975 yang
disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melapor-
kan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting
dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr.
Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum
Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP
Jakarta sekarang Universitas Negeri Jakarta periode
1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis
dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi
saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak
sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang
terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran
siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar,
dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model
berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
d. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya
memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
“Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum
1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,”
kata Mudjito menjelaskan. Sayang, perpaduan tujuan
dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran
beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan
nasional hingga lokal. Materi muatan lokal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-
masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai
kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga
mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam
kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma
menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim
Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen

79 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada


menambal sejumlah materi.

3. Kurikulum pada Masa Reformasi


Era reformasi telah memberikan ruang yang cukup
besar bagi perumusan kebijakan-kebijakan pendidikan
baru yang bersifat reformatif dan revolusioner. Bentuk
kurikulum menjadi berbasis kompetensi. Begitu pula
bentuk pelaksanaan pendidikan berubah dari sentralistik
(orde lama) menjadi desentralistik. Pada masa ini
pemerintah menjalankan amanat UUD 1945 dengan
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya 20% dari anggaran pendapatan belanja
negara. Dengan didasarkan oleh UU No. 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah, yang diperkuat dengan UU
No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat
dan daerah, maka pendidikan digiring pada
pengembangan lokalitas, di mana keberagaman sangat
diperhatikan. Masyarakat dapat berperan aktif dalam
pelaksanaan satuan pendidikan.
Pendidikan di era reformasi 1999 mengubah wajah
sistem pendidikan Indonesia melalui UU No 22 tahun
1999, dengan ini pendidikan menjadi sektor
pembangunan yang didesentralisasikan. Pemerintah
memperkenalkan model “Manajemen Berbasis Sekolah”.
Sementara untuk mengimbangi kebutuhan akan sumber
daya manusia yang berkualitas, maka dibuat system
“Kurikulum Berbasis Kompetensi” atau yang kerap
disebut kurikulum KBK.
a. Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004)
Pada pelaksanaan kurikulum ini, posisi siswa
kembali ditempatkan sebagai subjek dalam proses
pendidikan dengan terbukanya ruang diskusi untuk
memperoleh suatu pengetahuan. Siswa justru dituntut
untuk aktif dalam memperoleh informasi. Peran guru
diposisikan kembali sebagai fasilitator dalam perolehan
suatu informasi. KBK berupaya untuk menekankan
pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil
belajar keberagaman. Kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi,

80 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber


belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Hal ini
mutlak diperlukan mengingat KBK juga memiliki visi
untuk memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik
siswa sebagai subjek pendidikan.
KBK merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang
harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar
mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan
dalam pengembangan kurikulum sekolah (Depdiknas,
2002). Kurikulum ini menitik beratkan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi)
tugas-tugas dengan standar performasi tertentu,
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik,
berupa penguasaan terhadap serangkat kompetensi
tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap
dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu
dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan
dengan penuh tanggung jawab:
Karakteristik sebagi beri kut:
1) Menekankan pencapaian kompetensi siswa, bukan
tuntasnya materi
2) Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan
disesuaikan dengan potensi siswa (normal, sedang,
dan tinggi).
3) Berpusat pada siswa
4) Orientasi pada proses dan hasil.
5) Pendekatan dan metode yang digunakan beragam
dan bersifat kontekstual
6) Guru bukan satu-satunya sumber ilmu
pengetahuan
7) Buku pelajaran bukan satu-satunya sumber
belajar.
8) Belajar sepanjang hayat;
9) Belajar mengetahui (learning how to know),
10) Belajar melakukan (learning how to do),
11) Belajar menjadi diri sendiri (learning how to be)
12) Belajar hidup dalam keberagaman (learning how to
live together).

81 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Meski demikian, kurikulum 2004 merupakan


kurikulum eksperimen yang diterapkan secara terbatas
di beberapa sekolah/madrasah. Ketentuan ini belum
mendapatkan payung hukum dari peraturan
pemerintah. Namun demikian, pemerintah tetap
menghargai terhadap sekolah/madrasah yang
menerapkan kurikulum KBK tersebut. Setidaknya ini
tercermin dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
RI No. 20/2005 tentang ujian nasional tahun ajaran
2005/2006 yang menyatakan bahwa bahan ujian
nasional disusun berdasarkan kurikulum 1994 atau
standar kompetensi lulusan kurikulum 2004.

b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006


Secara umum KTSP tidak jauh berbeda dengan
KBK namun perbedaan yang menonjol terletak pada
kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu
pada desentralisasi sistem pendidikan. Pemerintah
pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar, sedangkan sekolah dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan
penilaiannya sesuaidengan kondisi sekolah dan
daerahnya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan
(sekolah/madrasah). Sedangkan pemerintah pusat
hanya memberi rambu-rambu yang perlu dirujuk
dalam pengembangan kurikulum. Jadi pada kurikulum
ini sekolah sebagai satuan pendidikan berhak untuk
menyusun dan membuat silabus pendidikan sesuai
dengan kepentingan siswa dan kepentingan
lingkungan. KTSP lebih mendorong pada lokalitas
pendidikan. Karena KTSP berdasar pada pelaksanaan
KBK, maka siswa juga diberikan kesempatan untuk
memperoleh pengetahuan secara terbuka berdasarkan
sistem ataupun silabus yang telah ditetapkan oleh
masing-masing sekolah.
Dalam kurikulum ini, unsur pendidikan
dikembalikan kepada tempatnya semula yaitu unsur
teoritis dan praksis. Namun, dalam kurikulum ini

82 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

unsur praksis lebih ditekankan daripada unsur teoritis.


Setiap kebijakan yang dibuat oleh satuan terkecil
pendidikan dalam menentukan metode pembelajaran
dan jenis mata ajar disesuaikan dengan kebutuhan
siswa dan lingkungan sekitar.
c. Kurikulum 2013
Dalam pemaparannya di Griya Agung Gubernuran
Sumatera Selatan (kemdikbud.go.id), Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ir. Muhammad Nuh,
DEA menegaskan bahwa kurikukulum terbaru 2013 ini
lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran
kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Adapun ciri kurikulum 2013 yang paling
mendasar ialah menuntut kemapuan guru dalam
berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan
sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang
telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui
perkembangan teknologi dan informasi. Sedangkan
untuk siswa lebih didorong untuk memeiliki tanggung
jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal,
antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir
kritias. Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif. Khusus untuk tingkat SD,
pendekatan tematik integrative member kesempatan
siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema
dalam berbagai mata pelajaran. Pelajaran IPA ndan IPS
diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Seperti yang dirilis kemendikbud dalam
kemendikbud.go.id ada empat aspek yang harus diberi
perhatian khusus dalam rencana implementasi dan
keterlaksanaan kurikulum 2013.
1) Kompetensi guru dalam pemahaman substansi
bahan ajar, yang menyangkut metodologi
pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji
kompetensi guru (UKG) baru mencapai rata-rata
44,46
2) Kompetensi akademik di mana guru harus
menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan
kepada siswa.

83 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

3) Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar


tidak bertindak asocial kepada siswa dan teman
sejawat lainnya.
4) Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena
guru sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru
siswa.

B. Orientasi Kurikulum
Kurikulum pendidikan Islam berorientasi kepada:
1. Orientasi pelestarian nilai
Dalam pandangan Islam, nilai terbagi dua macam,
yaitu: nilai yang diturunkan dari allah SWT, yang
disebut dengan nilai ilahiah, dan nilai yang tumbuh dan
berkembang dari peradaban manusia sendiri yang
disebut dengan nilai insaniah.

2. Orientasi pada peserta didik


Orientasi ini memberikan kompas pada kurikulum
untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang
disesuaikan dengan bakat, minat dan potensi yang
dimilikinya, serta kebutuhan peserta didik. Orientasi ini
diarahkan kepada pembinaan tiga dimensi peserta didik:
a. Dimensi kepribadian sebagai manusia, yaitu
kemampuan untuk menjaga integritas antara sikap,
tingkah laku dan moralitas.
b. Dimensi produktivitas yang menyangkut apa yang
dihasilkan anak didik dalam jumlah yang lebih
banyak kualitas yang lebih baik setelah ia
menamatkan pendidikannya.
c. Dimensi kreativitas yang menyangkut kemampuan
anak didik untuk berpikir dan berbuat, menciptakan
sesuatu yang berguna bagi diri sendiri dan
masyarakat.
3. Orientasi pada social demand
Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang
ditandai oleh munculnya berbagai peradaban dan
kebudayaan sehingga masyarakat tersebut mengalami
perubahan dan perkembangan yang pesat. Orientasi
kurikulum adalah bagaimana memberikan kontribusi
positive dalam perkembangan sosial dan kebutuhannya
sehingga lembaga pendidikan mampu menjawab dan

84 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

mengatasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.


(Muhaimin dan Abd Mujid,1993)

C. Prinsip-prinsip dan Dasar Penyusunan Kurikulum


Dalam penyusunan kurikulum yang harus
diperhatikan adalah prinsip-prinsip yang dapat mewarnai
kurikulum pendidikan Islam.
1. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
a. Prinsip berasaskan islam termasuk ajaran dan nilai-
nilainya. Maksudnya segala bentuk hubungan-
hubungan dalam lembaga-lembaga pendidikan harus
berdasarkan pada agama dan aklak Islam.
b. Prinsip mengarah kepada tujuan adalah seluruh
aktivitas dalam kurikulum diarahkan untuk mencapai
tujuan yang dirumuskan sebelumnya.
c. Prinsip relevansi adalah adanya kesesuaian
pendidikan dengan lingkungan hidup murid, relevansi
dengan kehidupan masa sekarang dan akan datang,
relevansi dengan tuntutan pekerjaan.
d. Prinsip Fleksibilitas, adalah terdapat ruang gerak yang
memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak, baik
yang berorientasi pada fleksibilitas pemilihan program
pendidikan maupun dalam mengembangkan program
pengajaran.
e. Prinsip integritas adalah, kurikulum tersebut dapat
menghasilkan manusia seutuhnya, manusia yang
mampu mengintegrasikan dzikir dan pikir, serta
manusia yang dapat menyelaraskan struktur
kehidupan dunia dan struktur kehidupan akhirat.
f. Prinsip kontinuitas dan kemitraan adalah bagaimana
susunan kurikulum yang terdiri dari bagian yang
berkelanjutan dengan kaitan-kaitan kurikulum
lainnya, baik secara vertical (berjenjangan, tahapan)
maupun secara horizontal.
g. Prinsip individualitas adalah bagaimana kurikulum
memperhatikan perbedaan pembawaan dan
lingkungan anak dan pada umumnya yang meliputi
seluruh aspek pribadi anak didik, seperti perbedaan
jasmani, watak intelegensi, bakat serta kelebihan dan
kekurangannya.

85 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

h. Prinsip keseimbangan, adalah bagaimana kurikulum


dapat mengembangkan sikap potensi peserta didik
secara harmonis. (Ramayulis, 2006: 162)
2. Dasar penyusunan kurikulum
Kurikulum sebagai salah satu komponen
pendidikan yang sangat berperan dalam mengantarkan
pada tujuan pendidikan yang diharapkan, harus
mempunyai dasar-dasar yang merupakan kekuatan
utama yang mempengaruhi dan membentuk materi
kurikulum, susunan dan organisasi kurikulum.

Oleh karena itu yang menjadi dasar dalam


penyusunan kurikulum pendidikan islam adalah:
1. Dasar Agama Segala sistem yang ada dalam
masyarakat termasuk pendidikan
Dasar agama ini dalam kurikulum
pendidikan islam jelas harus
didasarkan pada al-qur‟an dan al-
sunnah.
2. Dasar Dasar ini memberikan arah dan
Falsafah kompas tujuan pendidikan Islam,
dengan dasar filosofis, sehingga
suasana kurikulum pendidikan
Islam mengadung suatu
kebenaran terutama dari sisi
nilai-nilai sebagai pandangan
hidup yang diyakini
kebenarannya.
3. Dasar Asas ini memberi arti bahwa
Psikologis kurikulum pendidikan Islam
hendaknya disusun dengan
mempertimbangkan tahapan-
tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang dilalui anak
didik. Kurikulum pendidikan
Islam harus dirancang sejalan
dengan ciri-ciri perkembangan
anak didik, tahap kematangan
bakat, jasmani, intelektual,
bahasa, emosi, dan sosial,
kebutuhan dan keinginan, minat,

86 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

kecakapan, perbedaan individual,


dan sebagainya yang
berhubungan dengan aspek
psikologis.
4. Dasar Sosial Maksudnya ialah dalam
penerapan kurikulum masyarakat
harus diikutsertakan dalam
kelangsungan pelaksanaan/
penerapan pembelajaran di
sekolah guna untuk
mempertahankan kebudayaan
yang ada di masyarakat.

D. Kerangka Dasar Kurikulum


Pengertian kerangka dasar ialah tatanan konseptual
kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar
nasional pendidikan pasal 77. Adapun yang menjadi isi dari
kerangka dasar kurikulum ialah, berisi Landasan filosofis,
sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan.
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum
menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai
kurikulum yang akan lebih baik lagi penerapannya dalam
pendidikan, sehingga akan dapat menghasilkan manusia
Indonesia yang berkuliatas yang tercantum dalam tujuan
pendidikan nasional, selain itu landasan filosofis juga
berguna sebagai pemberi rambu-rambu apa dan bagaimana
seharusnya pendidikan itu dilaksanakan.

E. Kurikulum Berbasis Kompetensi


1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Dari beberapa sumber dapat ditemukan bahwa
kurikulum dapat dimaknai dalam tiga konteks, yaitu
kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran, kurikulum
sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai
perencana proses belajar.
Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik,
merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini
banyak mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan,

87 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran sering


dihubungkan dengan usaha untuk memperoleh ijazah,
sedangkan ijazah itu sendiri menggambarkan
kemampuan.
Pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar,
mengandung makna bahwa kurikulum adalah seluruh
kegiatan yang dilakukan siswa baik di dalam maupun
diluar sekolah asal kegiatan tersebut berada di bawah
tanggung jawab guru (sekolah).
Dalam dokumen kurikulum 2004 dirumuskan bahwa
kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat
rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil
belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan
belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan. Dari uraian di atas dapat dirumuskan, bahwa
KBK bertumpu pada konsep seperti yang dikemukakan
Hilda Taba, yaitu kurikulum sebagai suatu rencana. Ini
berarti dalam KBK yang lebih ditekankan adalah
kompetensi atau kemampuan apa yang harus dimiliki
oleh setiap siswa setelah mereka melakukan proses
pembelajaran tertentu.
Menurut Mc Ashan, kompetensi adalah suatu
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atau
kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah
menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku
kognitif, afektif, dan psikomoriknya.
Dari pengertian di atas, maka jelas bahwa kurikulum
berbasis kompetensi adalah suatu konsep kurikulum
yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan
oleh peserta didik dan harus didukung oleh pengetahuan,
sikap, dan apresiasi. Artinya, tanpa pengetahuan dan
sikap tidak mungkin muncul suatu kompetensi tertentu.
Sejalan dengan pendapat diatas, Gordon menjelaskan
aspek yang harus terkandung dalam kompetensi sebagai
berikut:
a. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan seseorang
untuk melakukan sesuatu,
b. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif
dan afektif yang dimiliki oleh individu, misalnya

88 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

seorang siswa dapat memecahkan masalah ekonomi


manakalah ia memahami konsep-konsep dari ekonomi
tersebut.
c. Keterampilan (skill), adalah suatu yang dimiliki individu
untuk melakukan tugas yang dibebankan. Misalnya
siswa hanya mungkin dapat melakukan pengamatan
tentang microorganisme manakalah ia memiliki
keterampilan bagaimana cara menggunakan microscope
sebagai alat.
d. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah
diyakini dan secara psikologis telah menjadi bagian dari
dirinya, sehingga akan mewarnai dalam segala
tindakannya, misalnya standar perilaku siswa dalam
melaksanakan proses berpikir seperti keterbukaan,
kejujuran, demokratis, kasih sayang, dll.
e. Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap
suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya
perasaan senang atau tidak senang terhadap
munculnya aturan baru.
f. Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk
melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Misalnya
minat untuk mempelajari dan memperdalam meteri
pelajaran.
Dari uraian di atas, maka kompetensi bukan hanya
ada dalam tataran pengetahuan akan tetapi sebuah
kompetensi harus tergambar dari perbuatan. Artinya,
seseorang dikatakan memiliki kompetensi tertentu,
apabila ia bukan hanya sekedar tahu tentang sesuatu itu,
akan tetapi bagaimana ia mengimplementasikan terhadap
perilakunya sehari-hari.
Adapun kompetensi yang harus dicapai oleh KBK
ialah sebagai berikut:
a. Kompetensi akademik, artinya peserta didik harus
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
mengatasi tantangan hidup secara independen.
b. Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus
memiliki kesiapan dan mampu beradaptasi terhadap
dunia kerja.
c. Kompetensi kultural, artinya peserta didik harus
mampu menempatkan diri sebaik-baiknya dalam
system budaya dan tata nilai masyarakat.

89 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

d. Kompetensi temporal, artinya peserta didik tetap eksis


dalam menjalani kehidupannya, serta mampu
memamfaatkan ketiga kemampuan dasar yang telah
dimiliki sesuai dengan perkembangan zaman.
(Ramayulis, 2003)

2. Latar belakang muncul KBK


Kurikulum berbasis kompetensi dapat dikatakan
sebagai salah satu bentuk inovasi kurikulum.
Kemunculan kurikulum berbasis kompetensi seiring
dengan munculnya semangat reformasi pendidikan,
diawali dengan munculnya kebijakan pemerintah
diantaranya lahir Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
tentang pemerintahan daerah, Undang-Undang No.25
tahun 2000 tentang kewenangan pemerintahan dan
kewenangan provinsi sebagai otonom serta lahirnya Tap
MPR No.IV/MPR/1999 tentang arah kebijakan pendidikan
di masa depan.
Pemberlakuan undang-undang tersebut menuntun
pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi
dalam penyelenggaraan pendidikan, yang diikuti oleh
kebijakan perubahan pengelolaan pendidikan dari bersifat
sentralistik ke desentralistik, bila sebelumnya pengelolaan
pendidikan merupakan wewenang pusat, maka dengan
berlakunya undang-undang tersebuut kewenangan untuk
mengelola berada pada pemerintahan daerah
kota/kabupaten.
Di samping itu, rendahnya kualitas pendidikan
merupakan factor pendorong lain perlunya perubahan
kurikulum dalam konteks reformasi pendidikan. Misalnya
hasil laporan Bank Dunia (1992) berdasarkan studi IAEA
(International Association for the Evaluation of education
Achievement) dibeberapa Negara Asia, menunjukkan
keterampilan membaca siswa kelas IV SD, berada pada
tingkat terendah. Anak-anak SD kita ternyata hanya
mampu menguasai 30 persen dari materi bacaan. Rata-
rata untuk skor tes membaca untuk siswa SD adalah
Hong Kong 75.5, Singapura 74.0, Thailand 65.1, Filiphina
52.6, dan Indonesia 51.7. (Wina Sanjaya: 8-10)
Adapun jika kita ingin mengetahui sedikit pengertian
KTSP serta perbedaan dan persamaan antara KTSP

90 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan KBK


(Kurikulum Berbasis Kompetensi), sebagai berikut: KTSP
dalam standar nasional pendidikan pasal 1 ayat 15
dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum opersional
yang disusun oleh masing-masing satuan pendidikan,
penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memperhatikan dan berdasarkan standar
kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan
oleh Badan Standar Nasional.
Adapun untuk persamaan dan perbedaannya ialah:
Persamaannya ialah:
a. KBK dan KTSP sama-sama memiliki tujuan yang sama
terhadap kemajuan dunia pendidikan di Indonesia
yaitu bertujuan untuk menciptakan sumber daya
manusia yang berkompeten dan cerdas dalam
membangun identitas budaya dan bangsa, berbudi
pekerti yang luhur dan bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa
b. Sama-sama bergantung pada materi yang mengacu
kepada silabus. (Samsul Nizar, 2003)
Perbedaannya ialah:
a. Dalam KBK guru lebih aktif menjelaskan materi dan
siswa hanya menanyakan apa saja yang belum di
mengertinya, sedangkan pada KTSP guru cenderung
menunggu pendapat siswa sehingga siswa yang lebih
aktif.
b. KBK lebih mengutamakan diskusi sedangkan KTSP
lebih mengutamakan kelompok kerja sehingga
diperoleh kemampuan individu.
c. KBK membahas dua sub materi setiap pertemuan agar
tidak memakan waktu lebih banyak banyak, sedangkan
KTSP membahas satu sub materi setiap pertemuan
agar lebih afektif dalam pembelajaran.
d. Jumlah pembelajaran KBK lebih banyak dari pada
KTSP.

91 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

BAB VIII
METODE DAN MEDIA PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Metode dan Media


1. Pengertian Metode
a. Secara Etimologi
Dalam bahasa Arab kata metode diungkapkan
dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata
atthariqah, manhaj, dan alwashilah. Thariqah berarti
jalan, ,manhaj berarti sistem, dan washilah berarti
perantara atau mediator. (Abudin Nata, 2005: 144)
Istilah thariqah yang berarti langkah-langkah
strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan,
maka metode itu harus diwujudkan dalm proses
pendidikan dalam rangka mengembangkan sikap
mental dan kepribadian agar peserta didik menerima
pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna
dengan baik.
Metode pengajaran dapat diartikan sebagai cara
yang dipergunakan oleh guru dalam membelajarkan
peserta didik saat berlangsungnya proses
pembelajaran.
b. Secara Terminologi
Para ahli mendefinisikan metode sebagai
berikut:
1) Hasan langgulung mendefinisikan bahwa metode
adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai tujuan pendidikan.
2) Abd. Al-Rahman Ghunaimah mendefinisikan
bahwa metode adalah cara-cara yang praktis
dalam mencapai tujuan pengajaran.
3) Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa metode
mengajar adalah cara yang paling tepat dan cepat
dalam mengajarkan mata pengajaran.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan dan
teknik yang harus dimiliki dan digunakan oleh
pendidik dalam upaya menyampaikan dan
memberikan pendidikan dan pendidikan dan

92 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

pengajaran kepada peserta didik agar dapat mencapai


tujuan pendidikan yang termuat dalam kurikulum
yang telah ditetapkan.
Metode pendidikan Islam sangat menghargai
kebebasan individu, selama kebebasan tersebut
sejalan dengan fitrah-Nya, sehingga seorang pendidik
dalam mendidik tidak terkesan memaksa peserta
didiknya dengan cara yang bertentangan dengan
fitrah-Nya. Akan tetapi sebaliknya, pendidik harus
bertanggungjawab dalam membentuk karakter
peserta didiknya. Pendidik tidak boleh duduk diam
ketika peserta didiknya memilih jalan yang salah.
Metode pendidikan Islam adalah prosedur
umum dalam dalam penyampaian materi untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dalam penggunaan
metode pendidikan Islam yang perlu dipahami adalah
bagaimana seorang pendidik dapat memahami
hakikat metode dan relevansinya dengn tujuan utama
pendidikan Islam yaitu terbentuknya pribadi yang
beriman yang senantisa mengabdi kepada Allah SWT.
Metode dipandang sebagai alat untuk mencapai
tujuan pendidikan .
Metode dalam pendidikan islam mempunyai
peranan penting dalam mewujudkan tujuan-tujuan
yang diciptakan bersama. Karena itu metode menjadi
sebuah sarana yang bermakna dalam menyajikan
pelajaran, sehingga dapat membantu siswa
memahami bahan-bahan pelajaran untuk mereka.
mengingatkan, bahwa tanpa metode suatu materi
pelajaran tidak akan dapat memproses secara efisien
dan efektik dalam pendidikan.
2. Pengertian Media
Dari beberapa literatur, tidak terdapat perbedaan
pengertian antara alat dan media pendidikan, pengertian
alat pendidikan sama dengan media pendidikan sebagai
sarana pendidikan.
Alat berarti barang sesuatu yang dipakai untuk
mencapai suatu maksud ataupun tujuan.(Zakiyah
darajat, 1984:80) Sedangkan media berasal dari bahasa
latin dan bentuk jamak dari medium yang secara
harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”. Menurut

93 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Association For Education and Communication Technology


(AECT), media adalah segala bentuk yang dipergunakan
untuk suatu proses penyaluran informasi, atau benda
yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca
atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan
dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, atau
sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien
(siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar pada dirinya.
Dalam hal ini, batasan makna media pendidikan
dirumususkan pada beberapa batasan. Diantaranya:
Gegne menyebutkan bahwa media adalah berbagai jenis
komponenen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang peserta didik untuk belajar. Sementara
Briggs mendefinisikan media sebagai segala bentuk alat
fisik yang dapat menyajikan pesan yang dapat
merangsang siswa untuk belajar. Dari dua definisi ini
tampak pengertian media mengacu pada penggunaan
alat yang berupa benda untuk proses penyampaian
pesan.(Arshad Azhar, 2004:3)
Lebih jauh Vernous, sebagaimana dikutip oleh
Zakiah Dradjat menyebutkan bahwa media pendidikan
adalah suber belajar, baik berupa manusia dan benda
atau peristiwa yang membuat peserta didik memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau perubahan sikap.
Vernous juga mengemukakan bahwa disamping media
yang berupa benda yang digunakan untuk menyalurkan
pesan dalam proses pendidikan, pendidik sebagai figur
sentral atau model dalam proses interaksi eduaktif
merupakan alat pendidikan yang juga harus
diperhitungkan.
Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas
media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun
peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan. Akhirnya, dapat
dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang
dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai
tujuan pengajaran.

94 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

B. Jenis Metode dan Media dalam Pendidikan Islam


1. Jenis Metode dalam Pendidikan Islam
Adapaun secara umum metode pendidikan Islam
dapat dikategorikan menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Metode ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara pengajian
atau penyampaian informasi melalui penuturan secar
lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Prinsip
dasar ini di dalam Al-Quran.
Kekurangan metode ini adalah:
a) Guru lebih aktif sedangkan murid pasif karena
perhatian hanya terpusat pada guru saja.
b) Murid seakan diharuskan mengikuti segala apa
yang disampaikan oleh guru, meskipun murid ada
yang bersifat kritis karena guru dianggap selalu
benar.
Untuk bidang studi agama, teknik ceramah ini
masih tepat untuk dilaksanakan. Misalnya, untuk
materi pelajaran akidah,fiqh, dan sejarah, seperti
Iman Kepada Rasul Allah, Hewan yang halal dan
haram dimakan, Sejarah Pertumbuhan Ilmu
Pengetahuan dalam Islam.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar
dimana seorang guru mengajukan beberapa
pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran
yang telah diajarkan atau bacaraan yang telah
mereka baca sedangkan murid memberikan jawaban
berdasarkan fakta.
Kelebihan: situasi kelas akan hidup karena
anak-anak aktif berfikir dan menyampaikan buah
fikiran, melatih agar anak berani mengungkapkan
pendapatnya dengan lisan, timbulnya perbedaan
pendapat diantara anak didik akan menghangatkan
proses diskusi dengan lisan secara teratur,
mendorong murid lebih aktif dan sungguh-sunngguh,
merangsang siswa untuk melatih dan
mengembangkan daya fikir, mengembangkan
keberanian dan ketrampilan siswa dalam menjawab
dan mengemukakan pendapat.

95 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Kekurangannya: memakan waktu lama, siswa


merasa takut apabila guru kurang mampu
mendorong siswanya untuk berani menciptakan
suasana yang santai dan bersahabat, tidak mudah
membuat pertanyaan sesuai dengan tingkat berfikir
siswa.
c. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara
penyajian/penyampaian bahan pembelajaran diaman
pendidik memberikan kesempatan kepada peserta
didik/membicarakan dan menganalisis secara ilmiah
guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau menyusun berbagai alternalif
pemecahan masalah. Prinsip dasar metode ini
terdapat dalam Al-Quran surat Assafat 20-23.

        

       

        

    


Artinya : “Dan mereka berkata: "Aduhai celakalah
kita!" Inilah hari pembalasan. Inilah hari
keputusan yang kamu selalu
mendustakannya. (kepada malaikat
diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang
yang zalim beserta teman sejawat mereka
dan sembahan-sembahan yang selalu
mereka sembah, selain Allah; maka
tunjukkanlah kepada mereka jalan ke
neraka.”

Kelebihan metode ini adalah suasana kelas lebih


hidup, dapat menaikkan prestasi kepribadian
individu, kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami
siswa, sisiwa belajar untuk mematuhi peraturan-
96 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

peraturan dan tata tertib dalam musyawarah.


Kekurangannya : siswa ada yang tidak aktif, sulit
menduga hasil yang dicapai, siswa mengalami
kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat
mereka secara ilmiah dan sistematis.
Untuk mengatasi kelemahan dan segi negatif
dari metode ini: pimpinan diskusi diberikan kepada
murid dan diatur secara bergiliran, guru
mengusahakan seluruh siswa agar berpartisipasi
dalam diskusi, mengusahakan supaya semua siswa
mendapat giliran berbicara, sementara siswa yang
lain belajar mendengarkan pendapat temannya,
mengoptimalkan waktu yang ada untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.
d. Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara
mengajar diaman seorang guru memberikan tugas-
tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil
tersebut diperiksa oleh guru dan murid
mempertanggungjawabkannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode
pemberian tugas adalah cara belajar atau mengajar
yang menekankan pada pemberian tugas oleh
pengajar kepad murid yang harus melakukan tugas
yang diberikan kepadanyaTugas tersebut dapat
berupa:
1) Mempelajari bagian dari suatu teks buku
2) Melaksanakan sesuatu yang tujuannya untuk
melatih kecakapannya
3) Melaksanakan eksperimen
4) Mengatasi suatu permasalahan tertentu
5) Melaksanakan suatu proyek
6) Metode ini dapat diterapkan pada semua Standar
Kompetensi.
e. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu cara mengajar
diaman guru mempertunjukkan tentang proses
sesuatu atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid
memperhatikannya. Tujuan metode ini adalah
memperjelas pengertian konsep atau suatu teori.
Diantara keuntungan metode ini adalah:

97 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

1) Perhatian anak dapat dipusatkan dan titik berat


yang dianggap penting dapat diamati secara tajam
2) Proses belajar anak akan semakin terarah karena
perhatiannya akan lebih terpusat kepada apa yang
didemonstrasikan
3) Apabila anak terlibat aktif, maka mereka akan
memperoleh pengalaman atau pengetahuan yang
melekat pada jiwanya dan ini berguna dalam
pengembangan kecakapannya.
f. Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar
dengan meyuruh murid melakukan sesuatu
percobaan dan setiap proses dan hasil percobaan itu
diamati oleh setiap murid sedangkan guru
memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil
memberikan arahan.
Suatu metode yang dilakukan dalam suatu
pelajaran tertentu terutama yang bersifat objektif,
seperti ilmu pengetahuan alam, baik dilakukan di
dalam/di luar kelas maupun dalam suatu
laboratorum tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, metode penelitian cara mencari kebenaran
dan asas-asas gejala alam, masyarakat, atau
kemanusiaan berdasarkan disiplin ilmu yg
bersangkutan.
g. Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok adalah suatu cara
mengajar dimana guru membagi murid-murid ke
dalam kelompok belajar tertentu dan setiap kelompok
diberi tugas-tugas tertentu dalam rangkai mencapai
tujuan pembelajaran.(Ramayulis, 2002) Sebagai
prinsip dasar metode ini terdapat dalam (QS. Al-
Qashash : 21)

           
Artinya : “Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan
rasa takut menunggu-nunggu dengan
khawatir, dia berdoa: "Ya Tuhanku,
selamatkanlah aku dari orang-orang yang
zalim itu.”

98 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

h. Metode kisah
Metode kisah yaitu memberikan materi
pelajaran melalui kisah atau cerita. Dengan
menceritakan atau mengisahkan peristiwa sejarah
hidup manusia masa lampau yang menyangkut
ketaatannya atau kemungkarannya dalam hidup
terhadap perintah dan larangan Tuhan yang
dibawakan nabi atau rasul yang hadir di tengah
mereka.(Arifin, 2011:71)Misalnya dalam ayat yang
mengandung nilai pendidikan dalam sejarah
digambarkan Tuhan sebagai berikut.

         

      

        


Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah
cerita yang dibuat-buat, akan tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya
dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman.” (Q.S Yusuf : 111).
i. Metode amsal
Metode amsal yaitu guru menyampaikan materi
pembelajaran dengan membuat suatu perumpamaan
atau contoh. Prinsip dasar meode tersebut terdapat
dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 17.

       

       

 

99 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Artinya: “Perumpamaan mereka adalah seperti orang


yang menyalakan api, Maka setelah api itu
menerangi sekelilingnya Allah hilangkan
cahaya (yang menyinari) mereka, dan
membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak
dapat Melihat.” (Q.S Al-Baqarah : 17).

j. Metoode targhib dan tarhib


Metoode targhib dan tarhib yaitu cara mengajar
dimana guru memberikan materi pembelajaran
dengan mengunakan ganjaran terhadap kebaikan
dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik
melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
Jelasnya adalah, semua metode yang telah
dijelaskan tersebut, tidaklah terlepan dari peran Al-
Quran yang memberikan gambaran kepada pendidik
untuk menggunakan berbagai macam metode dalam
pendidikan, terutama dalam pendidikan Islam.
Dalam hal ini pemakalah mengatakan, bahwa
pada dasarnya semua metode yang digunakan dalam
pendidikan baik Islam atau umum tidaklah terlepas
dari metode yang telah disampaikan dalam Al-Quran.
Hanya saja dalam praktenya berbeda. Karena setiap
pendidik memiliki karakter yang berbeda dalam
menyampaikan metode pendidikan, walaupun metode
tersebut sama.

2. Jenis Media dalam Pendidikan Islam


Para ahli telah mengklasifikasikan alat atau media
pendidikan kepada dua bagian : yaitui alat pendidikan
yang bersifat benda (materil) dan alat pendidlikan yang
bukan benda (non materil).
a. Alat Pendidikan yang Bersifat Benda
Alat pendidikan yang berupa benda sebagai
berikut :
1) Media tulis seperti al quran, hadist, tauhid, fiqh
dan sejarah.
2) Benda-benda alam seperti hewan, manusia,
tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
3) Gambar-gambar yang dirancang seperti grafik.

100 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

4) Gambar yang diproyeksikan, seperti video,


transparan, in-focus.
5) Audio recording (alat untuk didengar), seperti
kaset, tape radio
Secara umum alat pendidikan materil terdiri
dari: pertama, bahan-bahan cetakan atau bacaan,
dimana bahan-bahan ini lebih mengutamakan
kegiatan membaca atau penggunaan simbol-simbol
kata dan visual. Kedua, alat-alat audio visual. Ketiga,
sumber-sumber masyarakat, seperti objek-objek
peninggalan sejarah. Keempat, kumpulan benda-
benda (material collection), Seperti dedaunan, benih,
batu, dan sebagainya.
Yang termasuk alat pendidkan material adalah
media grafis, dengan cara menuangkan pesan
pengajaran kedalam simbol-simbol komunikasi
visual. Disamping media viusal dan media auditif,
media audio visual merupakan media yang
berhubungan dengan indra pendengaran dan indra
penglihatan sekaligus dengan menggunakan media
ini pesan pesan pengajaran dapat disaksikan dan
didengarkan langsung. Namun TV belum dapat
menggantikan eksistensi guru di depan kelas.
Demikian juga halnya video, walaupun dapat diputar
berulang-ulang, juga tidak mungkin menggantikan
keberadaan guru dikelas.
Secara umum tidak terdapat perbedaaan yang
berarti tentang alat pendidikan yang berbentuk
benda, perbedaannya hanya terletak pada pemakaian
istilah dalam memformulasikan. Namun yang jelas,
alat pendidikan dalam bentuk benda perlu digunakan
dalam proses pendidikan dan pengajaran secara
bervariasi sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada. Dalam konteks Ilmu Pendidikan Islam, M.Arifin
menuturkan, alat pendidkan harus mengandung
nilai-nilai operasional yang mampu mengantarkan
kepada tujuan pendidikan islam yang sarat dengan
nilai-nilai.
b. Alat Pendidikan yang Bukan Benda
Selain alat/media berupa benda, terdapat pula
alat/media yang bukan berupa benda. Di antara

101 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

alat/media pengajaran yang bukan berupa benda itu


adalah keteladanan, perintah/larangan, ganjaran dan
hukuman yang akan dijelaskan berikut ini :
1) Keteladanan
Pada umumnya manusia memerlukan figur
indetifikasi (uswah al-hasanah) yang dapat
membimbing manusia ke arah kebenaran, untuk
memenuhi keinginan tersebut itu Allah mengutus
Muhammad menjadi tauladan bagi manusia.
Kemmudian kita diperintahkan untuk mengikuti
rasul, diantaranya memberikan tauladan yang
baik. Dalam hal ini Rasulullah juga memberikan
teladan yang baik kepada umatnya. Firman Allah:

         

       


Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri
Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu, yaitu bagi orang-orang yang
mengharapkan rahmat Allah dan
keselamatan hari kiamat dan banyak
menyebut (mengingat) Allah.” (QS. Al-
Ahzab: 21)

Pendidikan dalam konteks Ilmu Pendidikan


Islam, berfungsi sebagai warasalu al anbiya yang
pada hakikatnya mengemban misi sebagai
rahmatan li al‟amin, yakni suatu misi yang
mengajak manusia untuk tunduk dan taat pada
hukum-hukum Allah. Kemudian misi ini
dikembangkan kepada pembentukkan kepribadian
yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal shaleh serta
bermoral tinggi. Sebagai warasah alanbiya
seorang pendidik harus memiliki sifat-sifat yang
terpuji (mahmudah).
Menurut Al-Ghazali, seperti yang disitir oleh
Fathiyah Hasan Sulaiman, terdapat beberapa sifat

102 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai


orang yang diteladani, yaitu
a) Amanah dan tekun bekerja.
b) Bersifat lemah lembut dan kasih sayang
terhadap murid
c) Dapat memahami dan berlapang dada dalam
ilmu serta orang-orang yang mengerjakannya.
d) Tidak rakus pada materi.
e) Berpengetahuan luas.
f) Istiqomah dan memegang teguh prinsip.
Al-Ghazali juga menambahkan bahwa
terdapat beberapa sifat penting yang harus
terinternalisasi dalam diri murid, yaitu rendah
hati, mensucikan diri dari segala keburukan, serta
taat dan istiqomah. Karena beberapa sifat terakhir
perlu dimiliki murid, maka guru hendaknya
menjadi teladan dari sifat-sifat tersebut.
2) Perintah dan Larangan
Perintah adalah suatu keharusan untuk
berbuat atau melakukan sesuatu. Dalam hal ini
perintah itu bukan hanya apa yang keluar dari
mulut seseorang yang harus dikerjakan oleh
orang lain, tetapi termasuk pula anjuran,
pembiasaan dan peraturan-peraturan umum yang
harus ditaati oleh peserta didik. Tiap-tiap perintah
dan peraturan dalam pendidikan mengandung
norma-norma kesusilaan, jadi bersifat memberi
arah atau mengandung tujuan kearah perbuatan
susila. Contoh ayat Al-Qur‟an yang berupa
perintah/anjuran adalah:

        

         


Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu

103 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

kepada Allah, sesungguhnya Allah amat


berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)

Suatu perintah akan mudah ditaati oleh


peserta didik jika pendidik sendiri menaati dan
hidup menurut peraturan-peraturan itu, atau jika
apa yang harus dilakukan oleh anak-anak itu
sudah dimiliki dan menjadi pedormui pula bagi
hidup si pendidik.
Dalam memberikan perintah terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu jangan
memberikan perintah kecuali karena di perlukan,
hendaknya perintah itu dengan ketetapan hati dan
niat yang baik, jangan memerintahkan kedua
kalinya jika perintah pertama belum
dilaksanakan, perintah hendaknya benar-benar
dipertimbangkan akan akibatnya, perintah
hendaknya bersifat umum, bukan bersifat khusus.
Disamping memberi perintah, sering kali pula
pendidik harus melarang perbuatan anak-anak.
Larangan itu biasanya dikeluarkan jika anak
melakukan sesuatu yang tidak baik, yang
mungkin dapat membahayakan dirinya. Larangan
sebenarnya sama saja sepeti perintah. Kalau
perintah merupakan suatu keharusan untuk
berbuat sesuatu yang bermanfaat, maka larangan
merupakan keharusan untuk tidak melakukan
sesuatu yang merugikan.
Misalnya larangan untuk bercakap-cakap
dengan suara besar, larangan melakukan
perbuatan yang tidak baik, larangan untuk
bergaul denagn orang-orang asusila, dan
sebagainya
3) Ganjaran dan Hukuman
Ganjaran adalah sesuatu yang menyenangkan
yang dijadikan sebagai hadiah bagi anak yang
berprestasi baik dalam belajar, dalam sikap
perilaku. Yang terpenting dalam ganjaran hanya
hasil yang dicapai seorang anak, dengan hasil
tersebut pendidikan dapat membentuk kata hati

104 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras


pada anak itu.
Ganjaran itu dapat dilakukan oleh pendidik
dengan cara bermacam-macam, antara lain : guru
mengangguk-anggukan kepala tanda senang dan
membiarkan suatu jawaban yang diberikan oleh
seorang anak, guru memberikan kata-kata yang
menggembirakan (pujian), guru memberikan
benda-benda yang menyenangkan dan berguna
bagi anak-anak, dan sebagainya.
Dengan demikian dipahami bahwa hukuman
diberikan karena ada pelanggaran sedangkan
tujuan pemberian hukuman adalah agar tidak
terjadi pelanggaran secara berulang. Di dalam
bidang pendidikan, hukuman itu dilaksanakan
karena dua hal, yaitu :
a) Hukuman diadakan karena ada pelanggaran,
adanya kesalahan yang diperbuat
(punitur, quina peccatum est).
b) Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak
terjadi pelanggaran (punitur, nepeccatur).
Ciri-ciri hukuman dalam perspektif
pendidikan islam yakni hukuman diberikan untuk
memperoleh perbaikan dan pengarahan,
memberiakan kesempatan kepada anak
memperbaiki kesalahannya sebelum dipikul. Anak
yang belum berusia sepuluh tahun tidak boleh
dipikul, kalaupun tidak boleh dari tiga kali,
pendidik harus tegas dalam melaksanakan
hukuman, artinya apabila sikap keras pendidik
telah dianggap perlu maka harus dilaksanakan
dari sikap lunak dan kasih sayang.

C. Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode dan Media


1. Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode
Prinsip yang di maksud di sini adalah dasar
pemikiran yang di digunakan dalam mengaplikasikan
metode pendidikan islam. Dalam penggunaanya, metode
pendidikan Islam perlu memperhatikan prinsip-prinsip
yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk
tentang pelaksanaan metode pendidikan tersebut.

105 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Prinsip-prinsip tersebut adalah:


a. Prinsip Kemudahan. Metode yang digunakan harus
mampu mempermudah peserta didik untuk
menerima ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
diberikan.
b. Prinsip Berkesinambungan. Dalam menggunakan
metode pendidikan, seorang pendidik perlu
memperhatikan kesinambungan pelaksanaan
pemberian materi. Jangan hanya karena mengajar
target kurikulum, seorang pendidik menggunakan
metode yang meloncat-loncat yang pada gilirannya
akan memberikan pengaruh yang negatif pada
peserta didik, karena peserta didik merasa dibohongi
oleh pendidik.

c. Prinsip Fleksibel dan Dinamis. Metode pendidikan


Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan
dinamis. Sebab, dengan kelenturan dan kedinamisan
metode tersebut, pemakaian metode tidak hanya
monoton dengan satu macam metode. Dengan
memperhatikan prinsip fleksibel dan dinamis dalam
pemilihan sebuah metode, diharapkan akan muncul
metode-metode yang relatif baru dari para pendidik
Islam.

2. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media


Apabila umat Islam mau mempelajari pelaksanaan
pendidikan Islam sejak zaman silam sampai sekarang
ini, tentunya para pendidik itu telah mempergunakan
media pendidikan Islam yang bermacam-macam. Oleh
karena itu, media pendidikan ini harus searah dengan
Al-Qur‟an dan as-sunnah, tidak boleh bertentangan
dengan Al¬-Qur‟an dan as¬sunnah. Prinsip-prinsip yang
dapat dijadikan dasar dalam pengembangan atau
penggalian kesejahteraan manusia di dunia yaitu:
Sabda Rasul yang artinya:
“Mudahkanlah, jangan engkau persulit, berilah
kabar-kabar yang menggembirakan dan jangan sekali-
kali engkau memberikan kabar-kabar yang menyusahkan
sehingga mereka lari menjauhkan diri darimu, saling

106 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

ta‟atlah kamu dan jangan berselisih yang dapat


merenggangkan kamu”. ( Al- Hadits ).
Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan,
bahwa dalam menyelenggarakan kegiatan untuk
kesejahteraan hidup manusia termasuk di dalamnya
penyelenggaraan media pendidikan Islam harus
mendasarkan kepada prinsip, yaitu: memudahkan dan
tidak mempersulit, menggembirakan dan tidak
menyusahkan.

D. Peran Metode dan Media dalam Pendidikan Islam


1. Peran metode dalam pendidikan
Metodologi pendidikan islam memiliki nilai peran
bagi setiap guru atau pendidik yang bergelut di dunia
pendidikan:
a. Sebagai alat yang di pergunakan dengan cara yang
sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil yang sebaik-
baiknya pula.
b. Untuk mengetahui sifat dan ciri khusus dari macam-
macam mata pelajaran, hakikat anak didik, dan lain-
lain. Dengan demikian, akan dapat mengetahui
metode dengan shifat khusus dari suatu mata
pelajaran sekaligus perkembangan dan kemampuan
anak didik.
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
suatu pilihan metode mengajar :
1) Latar belakang sosial siswa dan lingkungan
keluarga.
2) Penggunaan waktu seefektif mungkin dengan
materi yang ada sehingga dapat di sesuaikan dan
memadai.
3) Sebagai strategi persiapan guru dalam mengajar di
tingkat pendidikan yang berbeda-beda.
d. Mempermudah pengajaran agama islam dalam
menerapkan dan menanamkan idiologi yang mantap
hingga tidak hilang kepercayaan murid terhadap
nilai-nilai yang tersimpan dalam al-Quran.

2. Peran Media dalam Pendidikan


Di dalam pendidikan islam, alat/media itu jelas
diperlukan. Sebab alat/mediapengajaran itu mempunyai

107 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

peranan yang besar yang berpengaruh terhadap


pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
Terdapat pendapat beberapa ahli pendidikan mengenai
manfaat atau kegunaan dari alat/media ini dalam
pendidikan atau dalam proses belajar mengajar Yusuf
Hadi Miarso dkk. Menyatakan alat/media itu
mempunyai nilai-nilai praktis yang berupa kemampuan
antara lain :
a. Membuat konkrit konsep yang abstrak.
b. Membawa objek yang sukar didapat ke dalam
lingkungan belajar siswa.
c. Menampilkan objek yang terlalu besar.
d. Menampilkan objek yang tak dapat diamati oleh mata
telanjang.
e. Mengamati gerakan yang terlalu cepat.
f. Memungkinkan keseragaman pengamatan dan
persepsi bagi pengalaman belajar siswa.
g. Membangkitkan motivasi belajar.
h. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan
dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
Selain alat/media yang bukan berupa benda pun
perlu juga mendapatkan perhatian yang serius, sebab
pada umunya alat/media yang bukan berupa benda
lebih banyak tujuannya untuk pembentukan pribadi
yang baik atau sempurna, dan pendidikan islam sangat
berperan sekali untuk tugas itu. Sehingga murid-murid
akan memiliki akhlak, moral yang luhur. Itulah yang
membedakan pendidikan islam dengan pendidikan
lainnya.
Dengan demikian, apabila pendidikan islam
memanfaatkan dan mengembangkan alat/media
pengajaran tersebut didalam pelaksanaan
pendidikannya, maka peserta didik akan memiliki
pemahaman yang bagus tentang materi yang
didapatkan, dan juga akan memiliki moral atau akhlak
yang tinggi.

108 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

BAB IX
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Lembaga dan Macam-Macamnya dalam


Pendidikan Islam
Lembaga menurut bahasa adalah “badan atau
organisasi (tempat berkumpul). Menurut Ahmad D.
Marimba badan (lembaga) pendidikan adalah organisasi
atau kelompok manusia yang karena satu dan lain hal
memikul tanggung jawab pendidkan kepada si terdidik
sesuai dengan badan tersebut. (Bukhari Umar: 2010, 149)
Dalam Bahasa Inggris, lembaga pendidikan disebut
“institute” (dalam pengertian fisik), yaitu sarana atau
organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, dan lembaga
pendidikan dalam pengertian non fisik atau abstrak
disebut institution,, yaitu suatu system norma untuk
memenuhi kebutuhan. Lembaga pendidikan dalam
pengertian fisik disebut juga dengan bangunan, dan
lembaga pendidikan dalam pengertian non fisik disebut
juga pranata. Menurut Amir Daien mendefenisikan
lembaga pendidikan dengan orang atau badan yang secara
wajar mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan.
(Ramayulis: 2002, 314)
Lembaga pendidikan Islam adalah suatu bentuk
organisasi yang diadakan untuk mengembangkan lembaga-
lembaga Islam yang baik, yang permanen, maupun yang
berubah-ubah dan mempunyai pola tertentu dalam
memerankan fungsinya, serta mempunyai struktur
tersendiri yang dapat mengikat individu yang berada dalam
naungannya, sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan
hokum tersendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
lembaga pendidikan Islam adalah tempat atau organisasi
yang menyelenggarakan pendidikan islam, yang
mempunyai struktur yang jelas dan bertanggung jawab
atas terlaksananya pendidikan Islam.
1. Macam – Macam Lembaga Pendidikan Islam
a. Rumah Tangga
Yaitu pendidikan primer untuk fase bayi dan
fase kanak-kanak sampai usia sekolah. Pendidiknya

109 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

adalah orang tua, sanak kerabat, family, saudara-


saudara, teman sepermainan. Keluarga merupakan
lembaga pendidikan yang pertama, tempat peserta
didik pertama kali menerima pendidikan dan
bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga
yang lain. Keluargalah yang meletakkan dasar-dasar
kepribadian pada anak, karena pada masa ini, anak
lebih peka terhadap pengaruh kedua orangtuanya.
Lembaga pendidikan pertama dalam islam
adalah keluarga atau rumah tangga. Dalam sejarah
tercatat bahwa rumah tangga yang dijadikan basis
dan markas pendidikan Islam adlah rumah Arqam
bin Abi Arqam. Rumah sebagi pendidikan dalam
Islam sudah diisyaratkan oleh Alqur‟an, seperti
firman Allah Q.s Asy-Syura ayat 214.

   


Artinya: dan berilah peringatan kepada kerabat-
kerabatmu yang terdekat,

b. Sekolah
Yaitu pendidikan sekunder yang mendidik anak
mulai dari usia masuk sekolah sampai ia keluar atau
tamat dari sekolah tersebut. Pendidiknya adalah
seluruh guru yang ada disekolah tersebut.
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat
penting sesudah keluarga, semakin besar anak
semakin banyak kebutuhannya. Karena
keterbasannya, orang tua tidak mampu memenuhi
kebutuhan anak tersebut. Oleh karena itu, orang tua
menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada
sekolah. (Bukhari Umar:2010, 149)
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
melaksanakan pembinaan, pendidikan, dan
pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana.
Pendidkan yang berlangsung disekolah bersifat
sistematis, berjemjang, dibagi dalam waktu-waktu
tertentu, yang berlangsung dari taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi.

110 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Masa sekolah bukan satu-satunya masa bagi


setiap orang un tuk belajar. Namun disadari bahwa
sekolah merupakn tempat dan saat yang strategis
bagi pemerintah dan masyarakat untuk membina
peserta didik dalam menghadapi kehidupan dimasa
depan. Tugas guru dan pimpinan sekolah, disamping
memberikan pendidikan budi pekerti dan keagamaan,
juga memberikan dasar-dasar ilmu pengetahuan.
Pendidikan budi pekerti dan keagamman disekolah
haruslah merupakan lanjutan, setidak-tidaknya
jangan bertentangan dengan apa yang diberikan
dalam keluarga.
c. Kesatuan sosial
Yaitu pendidikan tersier yang merupakan
pendidikan terakhir tetapi bersifat permanen,
pendidiknya adalah kebudayaan, adat istiadat, dan
suasana masyarakat setempat.
Masyarakat turut serta dalam memikul
tanggung jawab pendidikan. Masyarakat dapat
diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok
yang diikat oleh kesatuan Negara, kebudayaan, dan
agama setiap masyarakat. Masyarakat memilki
pengaruh besar terhadap pendidikan anak, terutama
pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada
didalamnya.
Corak pendidikan yang diterima peserta didik
dalam masyarakat banyak sekali, yaitu meliputi
segala bidang, baik pembentukan kebiasaan,
pengetahuan, sikap dan minat, maupun
pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Diantara
badan pendidikan kemasyarakatan dapat disebutkan
antara lain :
1.) Perkumpulan-perkumpulan pemuda dan pemudi
2.) Perkumpulan-perkumpulan olahraga
3.) Perkumpulan-perkumpulan sementara, seperti
panitia hari besar islam
4.) Kesempatan-kesempatan berjamaah, seperti
sholat jumat, acara tabligh akbar dan sebagainya.
5.) Perkumpulan-perkumpulan perekonomian dan
sebagainya
6.) Kepanduan (pramuka)

111 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Aktivitas dan interaksi antarsesama manusia


dalm badan pendidikan tersebut banyak
mempengaruhi perkembangan kepribadian
anggotanya. Apabila didalamnya hidup suasana yang
islami maka kepribadian anggotanya cenderung
bewarna Islami pula. (Bukhari Umar: 2010, 149)

2. Macam-Macam Lembaga Pendidikan dalam Dunia


Pendidikan Islam
a. Lembaga pendidikan Islam dilihat dari aspek ajaran
Islam sebagai asasnya
Dalam ajaran islam, perbuatan manusia disebut
dengan amal, yang telah melembaga dalam jiwa
seorang muslim, baik amal yang berhubungan
dengan Allah SWT maupun amal yang berhubungan
dengan manusia dan alam semesta. Asas seluruh
ajaran dan amal Islam adalah iman. Islam telah
menetapkan norma-norma dalam mengamalkan
ajaran-ajarannya. Sebagaiman yang dikemukakan
oleh Sidi Ghazalba, bahwa jenis lembaga pendidikan
Islam yang serba tetap dan tidak boleh berubah dan
tidak mungkin berubah adlah sebagi berikut:
1.) Rukun iman adalah asas ajaran dan amal Islam
2.) Ikrar, keyakinan atau pengucapan dua kalimat
syahadat, adlah lembaga pernyataan.
3.) Thaharah, lembaga penyucian
4.) Shalat, lembaga utama agama
5.) Zakat, lembaga pemberian wajib
6.) Puasa, lembaga menahan diri.
7.) Haji. Lembaga kunjungan ke baitullah
8.) Taqwa, lembaga menjaga hubungan dengan Allah

Adapun lembaga-lembaga yang dapat berubah,


karena perubahn norma-norma adlah sebagai
berikut:
1.) Ijtihad, lembaga berpikir
2.) Fiqih, lembaga putusan tentang hokum yang
dilakuka dengan metode ijtihad
3.) Lembaga pergaulan masyarakat
4.) Lembaga ekonomi
5.) Lembaga seni

112 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

6.) Lembaga Negara


7.) Lembaga pengetahuan dan teknik

b. Lembaga pendidikan islam ditinjau dari aspek


penanggung jawab
1.) Lembaga Pendidikan in-formal
Pentingnya serta keutaamaan keluarga
sebagai lembaga pendidikan Islam diisyaratkan
Allah dalam Surah At-Tahrim Ayat 6:

       

      

       


Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.

Keluarga merupakan orang pertama, diman


sifat dan kepribadian akan dibentuk. Seseorang
akan menjadi warga masyarakat yang baik,
tergantung pada sifatnyayang tumbuh dalam
kehidupan keluarga dimana anak dibesarkan.
2.) Lembaga pendidikan formal (sekolah/madrasah)
Di Negara Republik Indonesia ada tiga
lembaga pendidikan yang diidentikkan sebagai
lembaga pendidikan islam, yaitu pesantren,
madrasah dan sekolah milik organisasi islam
dalam setiap jenis dan jenjang yang ada.
Lembaga pendidikan islam di Indonesia yaitu:
a.) Raudhatul Athfal atau Busthanul Athfal, atau
nama lain yang disesuaikan dengan organisasi
pendirinya.
113 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

b.) Madrasah Ibtidaiyyah (MI) atau Sekolah Dasar


Islam (SDI)
c.) Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah
Menengah Pertama Islam (SMPI), Madrasah
Aliyah (MA), dan sebagainya yang sederajat
dengannya.
d.) Perguruan tinggi, seperti Sekolah Tinngi Agama
Islam (STAI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN),
Universitas Islam Negeri (UIN), atau lembaga
sejenis milik yayasan atau organisasi
keislaman.
3.) Lembaga Pendidikan Non-formal (masyarakat)
Islam tidak membebaskan manusia dari
tanggung jawabnya sebagai masyarakat, dia
merupakan bagian yang integral sehingga harus
tunduk pada norma-norma yang berlaku dalm
masyarakatnya. Begitu juga dengan tanggung
jawabnya dalam melaksanakan tugas-tugas
kependidikan.

c. Lembaga pendidikan ditinjau dari aspek waktu dan


tempat
1.) Periode pembinaan
Karakteristik yang menonjol dan pendidikan
islam pada periode ini adalah bahwa pendidikan
itu diberikan dengan Cuma-Cuma dan merupakan
kewajiban bagi setiap orang islam untuk
mendapatkannya serta dapat mendorong anak
didik untuk menggunakan pikiran.
2.) Periode keemasan
Karakteristik yang menonjol pada periode ini
adalah kesempatan yang diberikan kepada anak
setiap orang islam ditunjang dengan sarana dan
fasilitas pendidikan lainnya. Untuk kepentingan
sosial dan pendidikan, masyarakat dan
pemerintah tidak segan-segan mengeluarkan biaya
yang besar.
3.) Periode penurunan
Menurunnya perkembangan kebudayaan ,
peradaban dan pendidikan Islam pada periode ini
disebabkan hilangnya sebagian sebagian

114 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

karakteristik pendidikan yang telah dicapai pada


zaman klasikk, lalu terpusatnya pendidikan pada
studi keagamaan dalam arti sempit sehinnga
timbullah polemic.
4.) Periode stagnasi dan kehancuran
Prestasi dunia Islam yang sangat sederhana
sekali dalam kebudayaan, antara lain disebabkan
sains-sains teknologi dan sains-sains social
humanistic yang ada pada kaum muslimin dan
yang ada diterjemahkan oleh bangsa-bangsa yang
beragama Islam yang tidak berbangsa arab ke
dalam bahasa mereka. Oleh karena itu, ilmu-ilmu
tersebut tidak dapat berkembang dan menyebar
melalui sistem pendidikan dan riset. Keadaan ini
merupakan pukulan pertama mundurnya
kebudayaan dan pendidikan Islam pada periode
ini. Ditambah dengan keadaan lembaga islam
pada masa ini pun mundur dan mengalami
kehancuran.
5.) Periode modern
Pada periode ini umat Islam sudah mulai
sadar akan kelemahan dan kemunduran
kebudayaan dan peradabannya bila dibandingkan
dengan dunia barat yang sudah jauh maju.
Kemajuan yang didapat didunia Islam yaitu
gerakan reformasi yang telah dilancarkan oleh
pemimpin Islam sebelumnya, yang menganjurkan
untuk kembali kepada alqur‟an dan hadits.
(Ramayulis: 2002, 317-329)

3. Fungsi Lembaga Pendidikan Dalam Aktifitas


Pendidikan Islam
a. Keluarga
Orang tua dituntut untuk menjadi pendidik yang
memberikan pengetahuan pada anak-anaknya dan
memberikan sikap serta keterampilan yang memadai,
memimpin keluarga dan mengatur kehidupannya.
Firman allah Q.s An Nisa‟ ayat 9:

115 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

       

       


Artinya: dan hendaklah takut kepada Allah orang-
orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang benar.
Maksud dari ayat tersebut adalah berisi nasehat
sekaligus peringatan bagi orang tua agar mereka
memberikan bekal kepada anak mereka misalnya
berupa pendidikan dan agama agar nantinya hidup
anak-anak yang mereka tinggalkan tidak khawatir
terhadap kesejahteraannya.

b. Sekolah
1.) Merealisasikan pendidikan yang didasarkan atas
prinsip piker, akidah, yang diarahkan untuk
mencapai tujuan pendidikan.
2.) Memelihara fitrah peserta didik sebagai insane
yang mulia, agar ia tidak menyimpang dari tujuan
Allah menciptakannya.
3.) Membersihkan pikiran dan jiwa peserta didik dari
pengaruh subjektifitas karena pengaruh zaman.
4.) Memberikan wawasan nilai dan moral serta
peradaban manusia yang membawa khazanah
pemikiran peserta didik menjadi berkembang.
5.) Menciptakan suasana kesatuaan dan kesamaan
antara peserta didik.

c. Masyarakat
1.) Membuat suatu perkumpulan pemuda dan
pemudi untuk memupuk rasa kebersamaan dan
menjalin tali silaturahim.
2.) Masyarakat secara bersama-sama memberikan
bantuan untuk membuat suatu fasilitas yang

116 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

berguna untuk pendidikan, contohnya membuat


mushalla untuk anak belajar mengaji, dan sekolah
untuk pendidikan untuk anak usia dini.
3.) Masyarakat sama-sama menyadari dan peduli
bahwa pendidikan itu merupakan hal yang sangat
penting bagi setiap orang.

117 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

BAB X
EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Evaluasi
1. Secara etimologi
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris: Evaluation
akar katanya value yang berarti nilai atau harga. Nilai
dalam bahasa Arab disebut al-Qimah atau al-Taqdir. (Anas
Sudion, 2005:1)Dengan demikian secara harfiah, evaluasi
pendidikan al-Taqdir al-tarbawiy dapat diartikan sebagai
penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan.(Ramayulis2002:331)
Istilah nilai (Valuel al-qimah) pada mulanya
dipopulerkan oleh filosof dan Plato yang pertama kali
mengemukakannya. Pembahasan “nilai” secara khusus
diperdalam diskusus filsafat, terutama pada aspek
aksiologisnya. Kata nilai menurut filosof pengertiannya
adalah “idea of world”.Selanjutnya kata nilai menjadi
popular, bahkan menjadi istilah yang ditemukan dalam
dunia ekonomi, kata nilai biasanya dipautkan dengan
harga.

2. Secara Terminologi
Para ahli mendevinisikan evaluasi sebagai berikut :
a. Menurut Edwind Wandt, evaluasi mengandung
pengertian : suatu tindakan atau proses dalam
menentukan nilai sesuatu.(Chabib Thoha,1990:1)
b. Menurut M. Chabib Thoha, evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan.
Dengan demikian evaluasi bukan sekedar nilai suatu
aktivitas secara spontan dan incidental, melainkan
merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara
terencana, sistematik, dan berdasarkan atas tujuan yang
jelas.

118 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

3. Evaluasi Pendidikan
Menurut Lembaga Pendidikan Administrasi Negara
batasan mengenai evaluasi pendidikan adalah sebagai
berikut :
a. Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan
pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditemukan.
b. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan
balik (Feed Back) bagi penyempurnaan pendidikan

4. Evaluasi Pendidikan Islam


Kalau kita kaitkan dengan pengertian evaluasi
pendidikan dengan Islam, maka evaluasi itu berarti suatu
kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu
pekerjaan didalam pendidikan Islam, Al-Wahab
menyatakan bahwa evaluasi atau tagwim itu adalah
sekumpulan kegiatan pendidikan yang menentukan atas
suatu perkara untuk mengetahui tercapainya tujuan
akhir pendidikan dan pengajaran sesuai dengan program-
program pelajaran yang beraneka ragam.
Sedang daftar hasil kegiatan pada waktu itu berupa
kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan, evaluasi
menitik beratkan pada proses pendidikan dan pengajaran
peletakannya berupa catatan-catatan latihan dan juga
pertemuan tatap muka.
Mengenai hal ini berbagai firman Allah SWT
memberitahukan kepada kita, bahwa pekerjaan evaluasi
terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas
penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah
dilaksanakan oleh pendidikan. Hal ini misalnya dapat
dipahami dari ayat yang berbunyi sebagai berikut:

        

       

119 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

           


Artinya :“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman:"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
benda itu jika kamu mamang benar orang-orang
yang benar!", Mereka menjawab: "Maha Suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana (Q.S. Al-Baqarah ayat 31-32)
Dari ayat tersebut ada empat hal yang dapat
diketahui. Pertama, Allah SWT dalam ayat tersebut
bertindak sebagai guru memberikan pengajaran kepada
Nabi Adam as. kedua, para malaikat tidak memperoleh
pengajaran sebagaimana yang telah diterima Nabi Adam.
Ketiga, Allah SWT memerintah kepada Nabi Adam agar
mendemonstrasikan ajaran yang diterima dihadapan para
malaikat. Keempat, materi evaluasi atau yang diujikan
haruslah yang pernah diajarkan.

B. Tujuan dan Objek Evaluasi


1. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi secara umum adalah :
a. Mengumpulkan data yang akan dijadikan sebagai bukti
mengenai taraf perkembangan atau kemajuan yang
dialami siswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dakam jangka waktu tertentu.
b. Memungkinkan para pendidik dalam menilai aktivitas
atau pengalaman mengajar yang telah dilaksanakan.
c. Mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode
pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses
pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
Tujuan evaluasi secara khusus adalah :

120 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

a. Merangsang kegiatan siswa dalam menempuh program


pendidikan. Artinya, tanpa adanya evaluasi maka tidak
akan mungkin timbul kegairahan atau rangsangan
pada diri siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
prestasinya.
b. Mencari dan menentukan faktor-faktor penyebab
keberhasilan atau kegagalan siswa dalam mengikuti
program pendidikan pada umumnya dan program
pembelajaran pada khususnya.
c. Memberikan bimbingan yang sesuai dengan
kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang
bersangkutan.
d. Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan
siswa yang diperlukan oleh orang tua siswa dan
lembaga pendidikan.
e. Memperbaiki mutu proses pembelajaran, baik cara
belajar siswa maupun metode yang digunakan pendidik
dalam mengajar.

2. Objek Evaluasi
Objek atau sasaran evaluasi pendidikan adalah
segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau
proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian
atau pengamatan, karena pihak penilaian ingin
memperoleh informasi tentang proses pendidikan
tersebut.
Objek evaluasi dalam pendidikan Islam dalam arti
umum adalah peserta didik. Sementara dalam arti
khusus adalah aspek-aspek tertentu dalam peserta didik.
Peserta didik tidak hanya sebagai objek evaluasi tetapi
juga sebagai subjek evaluasi, karena dalam pendidikan
Islam evaluasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Evaluasi terhadap diri sendiri adalah dengan
melakukan perhitungan terhadap diri sendiri. Evaluasi
ini tentu dengan kesadaran internal yang bertujuan
untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas
(amal shaleh) pribadi.
b. Evaluasi terhadap orang lain adalah bagian dari
pendidikan islam, yang berdasarkan niat yang
bertujuan untuk melakukan perbaikan perbuatan
sesama umat Islam untuk ke arah yang lebih baik.

121 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Sasaran-sasaran daripada evaluasi pendidikan Islam


secara garis besarnya meliputi 4 kemampuan dasar
manusia didik yaitu :
a. Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan
pribadinya dengan Tuhannya.
b. Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan dirinya
dengan masyarakat.
c. Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan
kehidupannya dengan alam sekitarnya.
d. Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri
selaku hamba Allah dan selaku anggota masyarakatnya
serta selaku “khalifah” di muka bumi. Sebagaimana
firman Allah SWT :

         

        

          


Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."(Q.S. Al-Baqarah ayat 30)

C. Jenis-Jenis Evaluasi
Menurut Yahya Qahar:14-20)Jenis-jenis evaluasi dapat
dipilah-pilah menjadi beberapa jenis:
1. Penilaian Formatif yaitu penilaian untuk mengetahui hasil
belajar yang dicapai oleh para peserta didik setelah
122 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

menyelesaikan program dalam satuan materi pokok pada


suatu bidang studi tertentu. :
a. Fungsi
Untuk memperbaiki proses pembelajaran ke arah yang
lebih baik dan efisien atau memperbaiki satuan atau
rencana pembelajaran.
b. Tujuan
Untuk mengetahui hingga dimana penguasaan peserta
didik tentang materi yang diajarkan dalam satu
rencana atau satuan pelajaran.
c. Aspek aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinilai pada penilaian normative
ialah, hasil kemajuan belajar peserta didik yang
meliputi; pengetahuan, keterampilan, sikap terhadap
materi ajar agama yang diajarkan.
2. Penilaian Sumatif yaitu penilaian yang dilakukan
terhadap hasil belajar peserta didik yang telah selesai
mengikuti pembelajaran dalam satu caturwulan semester,
atau akhir tahun.
a. Fungsi
Untuk mengetahui angka atau nilai murid setelah
mengikuti program pembelajaran dalam satu
caturwulan/semester
b. Tujuan
Untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik setelah melakukan program pembelajaran
dalam satu caturwulan, semester, akhir tahun atau
akhir suatu program pembelajaran pada suatu unit
pendidikan tertentu.
c. Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinilai ialah kemajuan hasil belajar
meliouti pengetahuan, keterampilan, sikap dan
penguasaan murid tentang materi pembelajaran yang
diberikan.
d. Waktu Pelaksanaan
Penilaian ini dilaksanakan sebelum peserta didik
mengikuti proses pembelajaran permulaan atau peserta
didik tersebut baru akan mengikuti pendidikan disuatu
tingkat tertentu.
3. Penilaian penempatan (placement) yaitu penilaian tentang
tentang pribadi peserta didik untuk kepentingan

123 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

penempatan di dalam suatu belajar yang sesuai dengan


kondisi peserta didik.
a. Fungsi
Untuk mengetahui keadaan peserta didik sepintas
lalu termasuk keadaan seluruh peribadinya, peserta
didik tersebut dapat ditempatkan pada posisinya.
Umpamanya; peserta didik yang berbadan kecil jangan
ditempatkan paling belakang, tapi sebaiknya didepan,
agar tidak mengalami kesulitan dalam proses belajar
mengajar.
Begitu juga pada Madrasah Aliyah yang memiliki
banyak jurusan peserta didik yang berbakat Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), jangan ditempatkan pada
jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial sebab peserta didik
tersebut akan menemui hambatan dalam menerima
pelajaran lebih lanjut. Banyak lagi maslah-masalah lain
yang harus diperhatikan dalam penempatan peserta
didik.
b. Tujuan
Untuk menempatkan peserta didik pada
tempatnya yang sebenarnya, berdasarkan bakat, minat,
kemampuan, kesanggupan, serta keadaan diri peserta
didik sehingga peserta didik tidak mengalami hambatan
dalam mengikuti pelajaran atau setiap program bahan
yang disajikan guru.
c. Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinilai meliputi keadaan fisik
dan psycis, bakat, kemampuan, pengetahuan,
pengalaman ketrampilan, sikap dan aspek-aspek lain
yang dianggap perlu bagi kepentingan
pendidikanpaserta didik selanjutnya. Kemungkinan
penilaian ini dapat juga dilakukan setelah peserta didik
mengikuti pelajaran selama satu caturwulan, satu
semester, satu tahun sesuai dengan maksud lembaga
pendidikan yang bersangkutan.
d. Waktu Pelaksanaan
Penilaian ini sebaiknya dilaksanakan sebelum
peserta didik menduduki kelas tertentu sewaktu
penerimaan murid baru atau setelah naik kelas.
4. Penilaian Diagnostik

124 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil


penganalisaan tentang keberadaan belajar peserta didik
baik merupakan kesulitan atau hambatan yang ditemui
dalam proses pembelajaran.
a. Fungsi
Untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita
atau mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik
mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan ketika
mengikuti program pembelajaran dalam suatu bidang
studi. Kesulitan peserta didik tersebut diusahakan
pemecahannya.
b. Tujuan
Untuk membantu kesulitan atau mengetahui
hambatan yang dialami peserta didik waktu mengikuti
kegiatan pembelajaran pada suatu bidang studi atau
keseluruhan program pembelajaran.
c. Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinilai, termasuk hasil belajar
yang diperoleh murid, latar belakang kehidupannya,
serta semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran.
d. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan tes diagnostik ini, sesuai dengan
keperluan pembinaan dari suatu lembaga pendidikan,
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan para
peserta didiknya.

D. Prinsip-prinsip Evaluasi
Unsur melakukan evaluasi, ada beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan. Betapapun baiknya prosedur evaluasi
yang diikuti dan betapapun sempurnanya teknik evaluasi
yang diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan prinsip-
prinsip penunjangnya maka hasilnya pun akan kurang
dari yang diharapkan.
Kita mengenal paling tidak ada 7 prinsip yang harus
diperhatikan oleh pendidik sebagai faktor
pendukung/penunjang dalam melakukan evaluasi, yaitu:
1. Prinsip berkesinambungan (continuity)
Yang dimaksud dengan prinsip ini yaitu bahwa
kegiatan evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi
yang dilaksanakan secara terus-menerus (kontinuitas).

125 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Artinya pendidik harus selalu memberikan evaluasi


kepada siswa sehingga kesimpulan yang diambil akan
lebih tepat.
Dengan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan
secara teratur, terencana dan terjadwal itu,
dimungkinkan bagi pendidik untuk memperoleh
informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai
kemajuan maupun perkembangan siswa dari awal
hingga akhir program pembelajaran.
2. Prinsip Menyeluruh (comprehensive)
Yang dimaksud prinsip menyeluruh adalah
terlaksananya evaluasi hasil belajar dengan baik secara
utuh dan menyeluruh. Hal ini mencakup keseluruhan
aspek tingkah laku siswa, baik aspek berpikir (cognitive
domain), aspek nilai atau sikap (affective domain), dan
aspek keterampilan (psychomotor domain), yang ada pada
masing-masing siswa.
3. Prinsip Objektivitas (objectivity)
Prinsip objektivitas ini terutama dengan hubungan
alat evaluasi yang digunakan. Maksudnya alat evaluasi
yang digunakan hendaklah mempunyai tingkat
kebebasan dari subjektivitas atau bias pribadi pendidik
yang mengganggu. Suatu evaluasi dikatakan memiliki
objektivitas apabila dalam pelaksanaannya tidak ada
faktor subjektif yang mempengaruhi, baik yang
mencakup bentuk evaluasi maupun dari pihak evaluator
itu sendiri.
4. Prinsip Validitas (validity) dan Reliabilitas (reliability)
Validitas atau kesahihan merupakan suatu konsep
yang menyatakan bahwa alat evaluasi yang
dipergunakan benar-benar dapat mengukur apa yang
hendak diukur. Validitas merupakan ketepatan,
misalnya untuk mengukur besarnya partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran bukan diukur melalui nilai
yang diperoleh saat ulangan, tetapi dilihat melalui
kehadiran, konsentrasi pada saat belajar, dan ketepatan
dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
pendidik dalam arti relevan dengan permasalahannya.
Reliabilitas atau ketetapan artinya adalah hasil dari
suatu evaluasi yang dilakukan untuk menunjukkan

126 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

suatu ketetapan ketika diberikan kepada para siswa


yang sama dalam waktu yang berlainan.
5. Prinsip penggunaan kriteria
Penggunaan kriteria yang diperlukan dalam
evaluasi ini adalah pada saat memasuki tingkat
pengukuran, baik pengukuran dengan menggunakan
standar mutlak (penilaian acuan patokan) maupun
pengukuran dengan standar relatif (acuan penilaian
norma). Dalam acuan penilaian, misalnya siswa
diberikan nilai 100 soal dan setiap soal mempunyai
bobot satu, maka kedudukan siswa ditentukan
berdasarkan jumlah jawabannya yang benar terhadap
pertanyaan tersebut.
Apabila angka 70 menunjukkan siswa telah
menguasai materi, maka siswa dinyatakan berhasil
apabila mendapat angka 70 atau lebih. Penilaian acuan
norma dilakukan dengan membandingkan nilai yang
diperoleh oleh seorang siswa dengan siswa-siswa lainnya
di kelas tersebut.
6. Prinsip kegunaan
Prinsip kegunaan ini menyatakan bahwa evaluasi
yang dilakukan hendaklah merupakan sesuatu yang
bermanfaat, baik bagi siswa maupun bagi pelaksana.
Apabila pelaksanaan evaluasi ini hanya akan
menyusahkan siswa tanpa ada manfaat bagi dirinya
secara pedagogis, maka sebaiknya evaluasi itu tidak
dilakukan. Kemanfaatan ini diukur dari aspek waktu,
biaya dan fasilitas yang tersedia maupun jumlah siswa
yang akan mengikutinya.
7. Prinsip praktikabilitas (practicability)
Suatu evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas
yang tinggi apabila evaluasi tersebut bersifat praktis
(mudah dilaksanakan) dan mudah
pengadministrasiannya (mudah pemeriksaannya dan
dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.

E. Teknik-teknik Evaluasi
Teknik atau langkah-langkah evaluasi adalah sebagai
berikut :
1. Penentuan Tujuan Evaluasi

127 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Dalam melakukan seseorang guru mempunyai


tujuan tertentu. Tujuan itu dapat berupa tujuan evaluasi
misalnya untuk mengetahui penguasaan peserta didik
dalam komitensi/subkompitensi tertentu setelah
mengikuti proses pembelajaran.
2. Penyusunan Kisi-kisi Soal
Kisi-kisi soal dikenal pula dengan nama “test blue-
print” atau “table of specification”. Pada intinya, kisi-kisi
ini diperlukan sebelum seseorang menyusun suatu tes
kisi-kisi adalah suatu deskripsi mengenai ruang lingkup
dan isi apa yang akan diujikan, serta memberikan
perincian mengenai soal-soal yang diperlukan dalam
mengevaluasi.
3. Telaah atau “Review dan Revisi” Soal
Langkah ini merupakan hal penting untuk
diperhatikan, karena sering kali kekurangan yang
terdapat pada suatu soal tidak terlihat oleh penulis soal.
4. Uji coba (Try Out)
Uji coba soal pada prinsipnya adalah upaya untuk
mendapatkan informasi empirik mengenai sejauh mana
sebuah soal dapat mengukur apa yang hendak dikukur.
5. Penyusunan Soal
Agar skor diperoleh dapat dipercaya, diperlukan
banyak butir soal. Sebab itu, dalam penyajian butir-
butir soal perlu disusun menjadi suatu alat ukur yang
terpadu.
6. Penyajian Tes
Setelah tersusun, naskah (tes) siap diberikan atau
disajikan kepada peserta didik. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyajian tes ini adalah waktu
penyajian, petunjuk yang jelas mengenai cara menjawab
atau mengerjakan tes, ruangan dan tempat duduk
peserta didik.
7. Scorsing
Scorsing atau pemeriksaan terhadap lembar
jawaban dan pemberian angka merupakan langkah
untuk mendapatkan informasi kuantitatif dari masing-
masing peserta didik. Pada prinsipnya, scorsing ini
harus diusahakan agar dapat dilakukan secara objektif.

128 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

8. Pengolahan Hasil Tes


Setelah dilakukan scorsing, hasilnya perlu diolah
dengan mencari konversi nilai. Dalam proses konversi ini
ada norma dan ada pula skala, yaitu norma relatif dan
Penilaian Acuan Norma (PAN), dan norma mutlak
dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP), masing-
masingnya dengan skala 5 (A, B, C, D, E) skala 9 (1-9)
skala 11 (1-11), skala 100, skala z score, skala T score.
Kemudian dilakukan prosedur statistic mencari rangking
(rank order), mean, media, modus, dan mode
9. Pelaporan Hasil Tes
Setelah tes dilaksanakan dan dilakukan scorsing,
hasil pengetesan tersebut perlu dilaporkan. Laporan
tersebut dapat diberikan kepada peserta didik yang
bersangkutan, kepada orangtua peserta didik, kepada
Kepala Sekolah, dan sebagainya.
10. Pemanfaatan Hasil Tes
Hasil pengukuran yang diperoleh melalui ujian
sangat berguna sesuai dengan tujuan ujian. Informasi
atau data hasil pengukuran dapat dimanfaatkan untuk
perbaikan atau penyempurnaan sistem, proses atau
kegiatan belajar mengajar, maupun sebagai data untuk
mengambil keputusan atau menentukan kebijakan.

F. Penilaian Berbasis Kelas (PBK)


1. Pengertian PBK
Yaitu proses pengumpulan, pelaporan, dan
penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar
peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip
penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti
autentik, akurat, dan konsisten, serta mengidentifikasi
pencapaian kompetensi dan hasil belajar pada mata
pelajaran yang dikemukakan melalui pernyataan yang
jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai
disertai dengan petunjuk kemajuan belajar peserta
didik dan pelopornya.
2. Fungsi PBK
a. Bagi peserta Didik
1) Dalam mewujudkan dirinya dalam merubah atau
mengembangkan penilaiannya dengan mengubah

129 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

atau mengembangkan performans perilakunya ke


arah yang lebih baik (positif) dan maju (progresif)
2) Mendapatkan kepuasan atas apa yang telah
dikerjakannya.
b. Bagi Guru
1) Menetapkan berbagai metode dan media yang
relevan dengan kompetensi yang akan dicapai
pada proses pembelajaran Fiqih
2) Membuat pertimbangan dan keputusan
administratife
3. Tujuan
a. Mengetahui kemajuan belajar peserta didik, baik dari
segi individu maupun kelompok.
b. Mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi berbagai
komponen pembelajaran yang dipergunakan oleh
guru.
c. Menentukan tindak lanjut dari kegiatan
pembelajaran bagi peserta didik
4. Aspek-aspek yang dinilai adalah kumpulan kerja
peserta didik (partofolio), hasil karya (product),
penugasan (project), kinerja (performance), tindakan
(action), dan tes tertulis (subjektif, objektif, dan
proyektif).
5. Waktu pelaksanaan
Penilaian ini dilaksanakan sepanjang waktu secara
berkesinambungan selama peserta didik mengikuti
proses pembelajaran. Dengan dilaksanakannya
kurikulum berbasis kompetensi, maka penilaian yang
populer dilaksanakan adalah Penilaian Berbasis Kelas.
6. Bentuk Penilaian PBK
Ada beberapa bentuk penilaian berbasis kelas :
a. Kuis
b. Pertanyaan lisan
c. Ulangan Harian
d. Tugas individu
e. Tugas kelompok
f. Ulangan semester
g. Ulangan kenaikan
h. Responsi atau ujian praktik.

130 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

BAB XI
SUMBER PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian
Yang dimaksud dengan sumber pembelajaran ialah
segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat
dimana bahan pelajaran terdapat atau asal atau belajar
seseorang. Dengan demikian sumber belajar itu merupakan
bahan untuk menambah ilmu pengetahuan yang
mengandung hal-hal baru. Sebab pada hakikatnya belajar
adalah mendapatkan hal-hal yang baru.

B. Macam-macam Sumber Pembelajaran


1. Sumber Pokok
Sumber pokok Pendidikan Agama Islam adalah Al-
Quran dan Hadits. Pada masa awal pertumbuhan Islam,
Nabi Muhammad SAW telah menjadikan Al-Quran sebagai
sumber belajar pendidikan Agama Islam disamping
Sunnah beliau sendiri (hadits).
Kedudukan AL-Quran, sebagai sumber belajar yang
paling utama dijelaskan oleh Allah dalam Al-Quran:

          

    


Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab
(Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat
menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang beriman.
Selanjutnya firman Allah SWT:

        



131 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Artinya: Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan


kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayat Nya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran.
Kedua ayat ini jelas menunjukkan bahwa pada masa
Nabi Muhammad SAW sumber pokok dan utama yang
dijadikan sumber rujukan pendidikan masa itu hanyalah
Al-Quran. Rasulullah juga menegaskan sebagaimana
sabdanya yang artinya:
“Kutinggalkan untuk kamu dua perkara (pusaka)
tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama
kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah
dan Sunnah Rasulullah.” (H.R Bukharidan Muslim).
2. Sumber Tambahan
Sumber belajar di atas disebut sumber belajar utama
(pokok). Namun, selain sumber belajar pokok di atas
masih ada beberapa sumber belajar lainnya.
a. Manusia Sumber (orang, masyarakat)
Yang merupakan sumber belajar ialah orang atau
masyarakat yang direncanakan dalam kegiatan belajar
mengajar, seperti: guru, konselor, administrator
pendidikan, tutor, dan sebagainya. Untuk kepentingan
yang lain dapat juga diambil dari luar sekolah seperti:
muhaliq, hakim agama, utama, pemegang kebijakan
dalam bidang pendidikan agama. Manusia sebagai
sumber belajar terdapat dalam setiap jenis lembaga
pendidikan (formal, non formal, dan informal).
b. Bahan Pengajaran
Bahan pengajaran berisi pesan. Bahan yang
direncanakan sebagai sumber belajar dinamakan media
pengajaran, yang meliputi: bahan cetak; film strip,
slide, potografi, audiotape, videotape, film, peta,
globechart (label dan bagan) dan sebagainya yang
biasanya merupakan kombinasi dari semua sumber
yang ada. Bahan pengajaran atau media pengajaran
ada yang sepenuhnya disediakan untuk proses
pembelajaran tapi juga dapat dimanfaatkan untuk
keperluan hiburan misalnya program-program
keagamaan di TV, berita/riwayat tokoh dan para

132 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

pejuang Islam, film yang bernuansa keagamaan,


internet yang menyediakan materi-materi up to date.
c. Situasi Belajar
Yang dimaksud dengan situasi belajar (lingkungan)
ialah tempat dan lingkungan belajar yang islami.
Situasi dan lingkungan yang kondusif dapat dijadikan
sumber belajar seperti gedung sekolah yang indah dan
bersih, labor keagamaan, taman yang indah dan
menarik dan sebagainya. Di luar lingkungan sekolah
ada sumber belajar lain seperti: masjid/mushalla,
majlis taklim, dan berbagai jenis kegiatan keagamaan.
d. Teknologi Informasi/ Mass Media
Teknologi informasi dapat dijadikan sumber
belajar bagi anak maupun orang-orang yang
memerlukan. Di zaman modern ini teknologi informasi
merupakan kebutuhan hampir setiap orang
pengaruhnya besar dan sensitif. Jangkauannya luas
sampai ke desa-desa, gerakan cepat seolah-olah dunia
semakin mengecil. Dengan kemajuan teknologi seolah-
olah dunia ini tanpa batas (globalisasi).
Mass media merupakan sumber informasi dan
mengetengahkan hal-hal yang aktual dan serba baru
dari berbagai penjuru dunia serta digunakan untuk
berbagai kepantingan, sehingga penggunaannya perlu
selektif. Penggunaan teknologi informasi dan mass
media sebagai sumber belajar pendidikan agama islam
memerlukan pengolahan, karena umumnya
pengkomunikasian melalui teknologi informasi dan
mass media untuk kehidupan keagamaan masih
relative sedikit. Wujud dari teknologi informasi dan
mass media berbentuk surat kabar, majalah, radio,
televise, internet, tepe recorder, video tape, dan lain-
lain.
e. Alat dan Perlengkapan Belajar
Dalam hal ini diartikan sebagai alat dan
perlengkapan untuk produksi, reproduksi pameran,
peragaan, simulasi, dan sebagainya. Biasanya
berbentuk peralatan seperti: proyektor, slide, overhead
projector (OHP), proyektor film, komputer, video tape/
cassette recorder, pesawat radio, pesawat televise (TV),
internet, cd room dan sebagainya.

133 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

f. Aktivitas (teknik)
Aktivitas sebagai sumber belajar biasanya selaras
dengan kombinasi sumber belajar yang lain. Aktivitas
yang direncanakan sebagai sumber belajar lebih
banyak merupakan teknik khusus yang memberikan
fasilitas belajar. Misalnya simulasi, pameran,
pengajaran berprogram, belajar sendiri, belajar tuntas,
demonstrasi, ceramah, Tanya jawab, dan lain-lain.
g. Alam Lingkungan
Alam lingkungan dapat berfungsi sebagai sumber
belajar bagi anak didik. Kita dapat membedakan tiga
alam lingkungan sebagai sumber belajar yaitu:
1) Alam lingkungan terbuka
Yang dimaksud dengan alam lingkungan
terbuka ialah alam itu sendiri tanpa kehadiran
“manusia” dimana anak dapat mengenal dan
menikmati alam sehingga ia dapat melihat,
merasakan dan menikmati keagungan Tuhan. Anak
dapat menemukan sesuatu yang baru dan
kehidupan makhluk Tuhan untuk bersyukur
kepada-Nya.
2) Alam lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah
Baik berupa tempat-tempat bersejarah maupun
peninggalan sejarah yang telah tersusun seperti
museum. Dan alam lingkungan sejarah ini dapat
memperoleh iktibar atau pengajaran sehingga
peserta didik memperoleh nilai-nilai baru bagi
dirinya.
3) Alam lingkungan manusia
Alam lingkungan manusia, disini dimaksudkan
dengan masyarakat, dan mulai yang terkecil
(keluarga) hingga lingkungan pendidikan. Pengaruh
masyarakat terhadap anak sangat besar. Terutama
pengaruh lingkungan keluarga. Pengaruh
yangberaneka ragam karena keanekaragaman
masyarakat tidak selalu menguntungkan anak.
Dengan demikian penggunaannya sebagai sumber
belajar harus selektif.
h. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan sumber yang sangat
penting dalam menunjang proses pembelajaran,

134 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

karena didalamnya terdapat berbagai koleksi buku-


buku keagamaan, atau bahan bacaan lain yang erat
hubungan pendidikan agama Islam.

C. Fungsi dan Pemanfaatan Sumber Belajar


1. Fungsi Sumber Belajar
Menurut Zainuddin, HRL, d.kk, fungsi sumber
belajar adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan produktivitas pendidikan, dengan jalan:
1) Mempercepat proses pembelajaran dan membantu
guru/ dosen untuk menggunakan waktu secara lebih
baik.
2) Mengurangi beban guru/ dosen dalam menyajikan
informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan
mengembangkan gairah belajar peserta didik/
mahasiswa.
b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya
lebih individual dengan jalan:
1) Mengurangi kontrol guru/ dosen yang kaku dan
tradisional.
2) Memberikan kesempatan bagi peserta didik/
mahasiswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannya.
c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap
pengajaran dengan jalan:
1) Perencanaan program pendidikan yang lebih
sistematis.
2) Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi
oleh penelitian.
d. Lebih menetapkan pengajarn dengan jalan:
1) Meningkatkan kemampuan manusia dengan
berbagai media komunikasi.
2) Penyajian informasi dan data secara lebih konkrit.
e. Memungkinkan belajar secara seketika, karena dapat:
1) Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran yang
bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang
sifatnya konkrit.
2) Memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih
luas, terutama dengan adanya media massa, dengan
jalan pemanfaatan bersama secara lebih luas tenaga

135 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

ataupun kejadian yang langka; penyajian informasi


yang mampu menembus batas geografis.
2. Pemanfaatan Sumber Belajar
Dalam pemanfaatan sumber belajar ada beberapa
langkah yang perlu dilakukan:
a. Identifikasi kebutuhan sumber daya
Pengelola sekolah madrasah perlu dilakukan
identifikasi tentang sumber daya, terutama manusia,
yang tersedia untuk dapat memanfaatkan atau
mengelola sumber-sumber belajar demi pencapaian
tujuan pendidikan. Sebuah ketersediaan sumber
belajar yang ada di sekitar madrasah tidak akan
banyak berarti tanpa ada dukungan sumber daya
manusia yang mampu menggunakannya.
b. Mengidentifikasi potensi sumber belajar yang ada dan
dimanfaatkan untuk pembelajaran. Selain persoalan
ketersediaan sumber daya di sekolah madrasah juga
perlu mengklasifikasikan sumber-sumber belajar
tersebut agar mudah dalam pemanfaatannya.
c. Pengelompokan sumber belajar dalam kelompok
Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa
sumber belajar tidak hanya dipahami sebagai jumlah
benda mati, namun juga berupa makhluk hidup,
termasuk manusia. Karena itu, upaya pengelompokan
sumber belajar oleh pengelola madrasah akan sangat
membantu dalam pemanfaatannya agar sesuai dengan
tujuan belajar dari setiap mata pelajaran.
d. Mencari dan menganalisis relevansi antara kelompok
sumber belajar dengan mata pelajarang yang diampu
guru.
Langkah berikutnya setelah mengelompokkan
sumber-sumber belajar yang tersedia di sekitar sekolah
atau madrasah adalah mengaitkan kelompok sumber
belajar tersebut dengan mata pelajaran yang diampu
guru. Dalam hal ini sangat mungkin terjadi bahwa satu
mata pelajaran menggunakan lebih dari satu kelompok
sumber belajar. Mata pelajaran al-Quran dan hadist
dapat menggunakan media elektronik, narasumber
media cetak, perpustakaan,dan alam sekitar.
e. Menentukan materi dan kompetensi untuk
pembelajaran

136 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Langkah berikutnya yang perlu dicermati adalah


menentukan materi dan kompetensi dasar dan setiap
mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Penggunaan sumber belajar pada dasarnya untuk
mendukung pencapaian kompetensi ini. Kompetensi
yang dimaksud disini mencakup penguasaan
pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding),
keterampilan (skill), nilai (value), sikap (attitude), dan
minat (interest).
f. Pemanfaatan sumber-sumber belajar dalam
pembelajaran
Setelah penentuan materi dan kompetensi dari
setiap mata pelajaran dilakukan, maka langkah
berikutnya adalah memanfaatkan sumber belajar yang
tersedia untuk dapat mencapai kompetensi yang
diinginkan.

137 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

BAB XII
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. Konsep Dasar Pendidikan Seumur Hidup


Konsep Islam tentang pendidikan seumur hidup
didasarkan pada perintah Allah dan Rasulullah SAW., yang
hukumnya wajib bagi umat Islam untuk mencari ilmu.
Sebagaimana terdapat pada hadis Nabi SAW, yang
memerintahkan agar manusia menuntut ilmu sampai ke
negeri Cina. (Beni Saebani, 2009:242)
Dan didukung pula dengan firman Allah dalam surat
an-Nahl ayat 78 :

        

       


Artinya: dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan
Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.

Dalam ilmu pendidikan Islam, konsep pendidikan


seumur hidup didasarkan pula pada prinsip jihad di jalan
Allah. Mengembangkan pendidikan Islam merupakan jihad
atau perjuangan yang dikehendaki oleh ajaran Islam dan
itu merupakan ibadah.
Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan
kepribadian manusia. Sebagai suatu proses, pendidikan
tidak hanya berlangsung pada suatu saat saja. Akan tetapi
harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah
muncul istilah pendidikan seumur hidup (life long
education) atau pendidikan terus menerus (continuing
education). Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan
suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang
terus menerus dari bayi sanpai meninggal dunia.(Fuad
Ihsan, 2005: 40)
Istilah pendidikan seumur hidup (life long education)
tidak dapat diganti dengan istilah-istilah lain.

138 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

1. Pendidikan Sekolah dan Pendidikan Luar Sekolah


Dalam konsep pendidikan seumur hidup
pendidikan sekolah, pendidikan luar sekolah yang
dilembagakan, dan yang tidak dilembagakan saling
mengisi dan saling memperkuat.
a. Pendidikan Sekolah
Pendidikan sekolah adalah pendidikan di
sekolah, yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang
dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang
berlangsung dari taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi.
b. Pendidikan Luar Sekolah yang Dilembagakan
Pendidikan luar sekolah yang dilembagakan
adalah semua bentuk pendidikan yang
diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah dan
berencana diluar kegiatan sekolah.
Pendidikan luar sekolah yang dilembagakan
bersifat fungsional dan praktis, serta pendekatannya
lebih fleksibel. Calon peserta didik pendidikan luar
sekolah yang dilembagakan, yaitu :
1) Penduduk usia sekolah yang tidak pernah
mendapat keuntungan/kesempatan memasuki
sekolah.
2) Orang dewasa yang tidak pernah bersekolah,
3) Peserta didik yang putus sekolah, baik dari
pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi.
4) Peserta didik yang telah lulus satu sistem
pendidikan sekolah, tetapi tidak dapat melanjutkan
ke tingkat yang lebih tinggi.
5) Orang yang telah bekerja, tetapi ingin menambah
keterampilan lain.(Fuad Ihsan)
c. Pendidikan Luar Sekolah yang Tidak Dilembagakan
Pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan
adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang
dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak
sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak
sistematis, sejak seseorang lahir sampai mati, sepert
di dalam keluarga, tetangga, hiburan, pasar, atau di
dalam lingkungan sehari-hari.

139 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

2. Dasar Pemikiran Pentingnya Pendidikan Seumur


Hidup
Ada bermacam-macam dasar pemikiran pendidikan
yang menyatakan bahwa pendidikan seumur hidup
sangat penting.
Dasar pemikiran tersebut ditinjau dari bebrapa segi
antara lain :
a. Ideologis
Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai
hak yang sama, khusunya hak untuk mendapatkan
pendidikan dan peningkatan pengetahuan serta
keterampilannya.
b. Ekonomis
Pendidikan seumur hidup memungkinkan
seseorang untuk:
1) Meningkatkan produktivitas;
2) Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber
yang dimiliki;
3) Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih
menyenangkan dan sehat;
4) Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik
anak-anaknya secara tepat sehingga peranan
pendidikan keluarga menjadi sangat besar dan
penting. (Novan Ardy Wiyani, 2012: 91)
c. Sosiologis
Para orang tua di negara berkembang kerap
kurang menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi
anak-anaknya. Karena itu, anak-anak mereka sering
kurang mendapatkan pendidikan sekolah, putus
sekolah atau tidak bersekolah sama sekali.
(hasbullah,2006:102)
d. Politis
Nagara kita adalah negara demokrasi di mana
seluruh warga negara wajib menyadari hak dan
kwajibannya di samping memahami fungsi pemerintah.
Maka tugas pendidikan seumur hidup berfungsi
sebagai pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan
kepada setiap warga negara. (Abu Ahmadi dan Nur
Uhbiyati,2001:-237)

140 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

3. Arah Pendidikan Seumur Hidup


a. Pendidiksn seumur hidup kepada orang dewasa
Sebagai generasi penerus, kaum muda / dewasa
membutuhkan pendidikan seumur hidup ini dalam
rangka pemenuhan “self interest” yang merupakan
tuntunan hidup mereka serpanjang masa.(Fuad Ihsan)
Diantara self interest tersebur, kebutuhan akan
baca tulis bagi mereka umumnya dan latihan
keterampilan bagi para pekerja, sangat membantu
mereka untuk menghadapi situasi dan persoalan-
persoalan penting yang merupakan kunci keberhasilan.
b. Pendidikan seumur hidup bagi anak
Pendidikan seumur hidup bagi anak, merupakan
sisi lain yang perlu memperoleh perhatian dan
pemenuhan oleh karena anak akan menjadi tempat
awal bagi orang dewasa nantinya dengan segala
kelebihan dan kekurangannya.
Pengetahuan dan kemampuan anak, member
peluang yang besar bagi pembangunan pada masa
dewasa dan pada gilirannya masa dewasanya
menanggung beban hidup yang lebih ringan.

4. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup pada


Program-Program Pendidikan.
a. Memberikan kecakapan membaca, menulis,
menghitung (3 M) yang fungsional bagi anak didik.
b. Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan
untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang
telah dimilikinya.
c. Pendidikan Vokasional. Pendidikan vokasional adalah
program pendidikan di luar sekolah bagi anak di luar
batas usia.
d. Pendidikan Profesional.

B. Periode Pra Konsepsi (qabl al-nikah)


Pendidikan prakonsepsi merupakan awal dari suatu
pernikahan atau disebut juga dengan pemilihan jodoh,
yaitu ketika seorang pria mencari seorang wanita yang
dapat menjadi teman hidupnya dan dapat bekerja sama
dalam membina rumah tangga bahagia atau sebaliknya.

141 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Berikut ini adalah beberapa syarat yang penting untuk


memilih calon istri diantaranya:
1. Saling mencintai.
2. Memilih wanita karena agamanya agar nantinya
mendapat berkah dari Allah SWT. Sebab orang yang
memilih kemuliaan seseoang akan mendapatkan
kehinaan, jika memilih karena hartanya maka akan
mendapatkan kemiskinan, jika memilih karena
kedudukan maka akan memperoleh kerendahan.
3. Wanita yang sholeh.
4. Sama derajatnya dengan calon mempelai.
5. Wanita yang hidup dalam lingkunngan yang baik.
6. Wanita yang jauh keturunannya dan jangan memilih
wanita wanita yang dekat sebab dapat menurunkan
anak yang lemah jasmani dan bodoh.
7. Wanita yang gadis dan subur (bisa melahirkan).
Dalam memilih calon suami atau istri yang ideal perlu
juga diperhatikan berbagai segi agar proses pendidikan
Islam dapat terlaksana dengan baik di suatu rumah tangga
Muslim. Dalam hal ini ada beberapa faktor tang perlu
dipertimbangkan, yaitu :
1. Faktor kekayaan (harta) dimaksudkan agar dapat
mempermudah dalam memenuhi kebutuhan hidup
keluarga. Denga kepemilikan harta tersebut diharapkan
anggota keluarga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,
dan dapat melengkapi fasilitas pendidikan dan
ibadahnya.
2. Faktor keturunan perlu diperhatikan karena keturunan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak.
3. Faktor kecantikan juga tidak kalah pentingnya. Sebab,
kecantikan akan meningkatkan semangat seorang akan
tetap menurut kayu yang ditancapkan di dekatnya,
4. Dari ketiga faktor di atas, faktor agama merupakan hal
yang sangat prinsip dan perlu dipertimbangkan.

C. Priode Pranatal (qabl al-wiladah)


Priode pranatal adalah pendidikan sebalum
masa melahirkan (Ramayulis, 2003: 144) Masa ini
berlangsung sejak pertemuan sel telur seorang ibu
dengan spermatozoid seorang ayah sampai seorang
bayi lahir secara sempurna. Masa pranatal ini sangt

142 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

penting artinya karena ia merupakan awal dari


kehidupan.(Bukhari Umar, 2010:115)
Pada masa ini, hubungan janin sangat erat
dengan ibunya. Oleh karena itu seorang ibu
berkewajiban memelihara kandungannya, antara lain
dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi,
menghindari benturan, menjaga emosi dan perasaan
sedih yang berlarut-larut, menjauhi minuman keras,
dan banyak lagi hal yang harus diperhatikan oleh
seorang ibu pada masa hamil.
Dan masa ini juga ditandai dengan pemilihan
jodoh, pernikahan dan kehamilan.
1. Fase Pemilihan Jodoh
Fase ini adalah fase persiapan bagi seseorang
yang sudah dewasa untuk menghadapi hidup baru
yaitu berkeluarga. Salah satu pendidikan yang
harus dimilikioleh seseorang yang sudah dewasa
itu adalah masalah pemilihan jodoh yang tepat.
Sebab masalah ini sangt mempengaruhi terhadap
kebahagiaan rumah tangga nantinya.
Menurut R.I. Suhartin, memilih jodoh harus
ada syarat dan kriterianya. Kriteria ini dibagi
kepada dua golongan yakni : kriteria umum dan
kriteria yang bersifat khusus. Syarat umum adalah
bahwa jodoh yang dipilih sudah dewasa agar tidak
mengalami kesulitan dalam berkeluarga dan syarat
khusus tentunya sesuai dengan selera masing-
masing, namun syarat yang terpenting adalah
saling mencintai.
Berkenaan dengan pemilihan jodoh dalam
perkawinan, syariat Islam telah meletakkan
kaidah-kaidah dan hukum-hukum bagi masing-
masing pelamar dan yang dilamar, yang apabila
petunjuknya itu dilaksanakan maka perkawinan
akan berada pada puncak keharmonisan,
kecintaan dan keserasiaan.
Rasulullah telah memberikan gambaran
dalam hadisnys mengenai pemilihan calon istri
atau suam. Berikut ini ada beberapa hadis yang
berkenaan dengan pemilihan jodoh diantaranya:

143 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

a. Pemilihan calon istri


Sabada Rasulullah SAW
1) Artinya :

ْ َ‫حُ ْن َك ُح ْان ًَزْ أَةُ ِألَرْ بَ ٍع نِ ًَانِيَا ًَنِ َح َس ِبيَا ًَنِ َج ًَانِيَا ًَنِ ِذ ٌْنِيَا ف‬
ِ ‫اظفَزْ بِ َذا‬
‫ث‬
(‫ك )رًاه انبخاري ً يسهى عن أبى ىزٌزة‬ َ ‫ج ٌَذَا‬ ْ ‫ان ِّذ ٌْ ِن حَ ِز َب‬
“Wanita itu dinikahi itu dinikahi karena
empat pertimbangan; karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya dan karena
agamnya. Dapatkanlah wanita yang memiliki
agama, akan beruntunglah kamu”. (HR.
Bukahari Muslim).

2) Artinya :
ُ ‫ع ًَ خَ ٍْ ُز َيخَا ِعيَا ْان ًَزْ أَةُ انصَّانِ َحت‬
ٌ ‫ان ُّذ ْنٍَا َيخَا‬
“Dunia ini adalah perhiasan, sebaik-baik
perhiasan adalah wanita yang salehah”. (HR.
Muslim).

3) Artinya :

“Seleksilah untuk air mani (calon istri) kamu


sekalian dan kawinilah oleh kamu sekalian
orang-orang yang sama derajatnya”. (HR.
Daruquthni dan Ibnu Majah).

4) Artinya :
“Seleksi untuk air mani (calon istri) kamu
sekalian, karena sesungguhnya keturunan itu
kuat pengaruhnya”. (HR. Ad- Dailami dan Ibnu
Majah).

5) Artinya :
“Kawinilah olehmu sekalian wanita-wanita
subur yang banyak melahirkan anak dan
penuh kecintaan. Karena sesungguhnya aka
ingin memperbanyak ummat dengan kamu
sekalian”. (HR. Abu Daud, Nasai dan Al-
Hakim).

144 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

b. Pemilihan calon suami


Hadis mengenai calon suami tidak banyak
ditemukan sebagai mana hadis tentang calon
istri. Mengenai calon suami Rasulullah
bersabda:

َ‫ْببببَا َد ْنببببن‬، َ َ ‫بببَ ْ إِ َد‬


َ ‫ْ َإبببب ِّْ َع َلَا ْ ب‬،‫بببَ َن ِق َم َ بببب ِّْ ََ ْخ‬
َ ‫نب‬ َ ‫إِ َذا َخ َط‬
َ َ‫بببإ إَِْبببب َم ْن َ َرببببنَ َدي‬
ٌ‫ض ََ َع َسا ٌق َع ِيمَض‬ ِ َ‫ِع َد َ ٌة عِي َاْلَي‬
Artinya:
“Apabila kamu sekalian didatangi oleh seorang
yang agama dan akhlaknya kamu ridhai maka
kawinkanlah ia, jika kamu sekalian tidak
melaksanakannya, maka akan menjadi fitnah di
muka bumu ini dan tersebarlah kerusakan. (HR.
Tirmidzi).

Pemilihan pasangan sebelum menikah


menjadi kepeduliaan utama dalam merancang
pendidikan anak. Apabila salah dalam memilih
pasangan akan mendapatkan murka dan
kemarahan Allah akan membuat manusia
sengsara dunia akhirat.
Rasulullah SAW manganjurkan mengambil
istri orang yang taat beragama, menurut Nashih
Ulwan, karena alasan berikut: “pasangan yang
menetapkan agama sebagai landasan memilih,
tidak akan tertandingi oleh harta, keturunan dan
kecantikan bersifat sementara, sedangkan
agama bersifat abadi bagi kehidupan dunia dan
akhirat”.
Rasulullah SAW tidaklah hanya
menganjurkan kepada seorang pria untuk
memilih calon istri yang taat beragama, akan
tetapi juga manganjurkan kepada perempuan
untuk memilih calon suami yang taat beragama.

2. Fase Perkawinan / Pernikahan


Menurut Abdillah Nasih Ulwan, masalah
perkawinan terdiri dari 2 aspek yakni, perkawinan
sebagai fitrah insani, perkawinan sebagai
kemaslahatan sosial.

145 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Ada beberapa aspek yang dijelaskan oleh


syari‟at Islam yang berhubungan dengan anjuran
pernikahan atau perkawinan di antaranya :

a. Perkawinan merupakan sunnah Rasulullah


Hal ini dijelaskan oleh Nabi dalam hadis
beliau sebagai berikut
Artinya: “siapa saja yang mampu untuk
menikah namun ia tidak menikah maka tidaklah
ia termasuk golongan ku”. (HR. Thabrani dan
Baihaki).

b. Perkawinan untuk ketentraman dan kasih


sayang. Penjelasan ini terdapat dalam firman
Allah SWT.

        

         

  

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya


adalah, Dia untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri supaya cendrung merasa tentram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu
rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir”. (QS. Al-Rum : 21).

c. Perkawinan untuk mendapatkan keturunan.


Keterangan ini dijelaskan Allah SWT.

146 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

        

      

      


Artinya: “Allah telah menjadikan bagi kamu istri-
istri dari sejenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu
anak-anak dan cucu-cucu…” (QS. An-Nahl:
72).
d. Perkawinan untuk memelihara pandangan dan
menjaga kemaluan dan kemaksiatan.
Rasulullah SAW telah bersabda :
َ َ‫ فَإِنَّوُ أَغَضُّ نِ ْهب‬، ْ‫ َي ِن ا ْسخَطَا َع ِي ْن ُك ُى ْانبَا َءةَ فَ ْهٍَخَ َز ًَّج‬،‫ب‬
‫ص ِز‬ ِ ‫ٌَا َي ْع َش َز ان َّشبَا‬
‫ فَإِنَّوُ نَوُ ًِ َجا ٌء‬،‫ ًَ َي ْن نَ ْى ٌَ ْسخ َِط ْع فَ َعهَ ٍْ ِو بِانصٌَّْ ِو‬،‫ج‬ ْ َ ْ‫ًَأَح‬
ِ ْ‫ص ُن نِهفَز‬
Artinya: “Wahai para pemuda, siapa saja diantara
kalian sudah mampu kawin, maka
kawinlah, sebab perkawinan itu akan
dapat lebih memelihara pandangan dan
lebih dapat menjaga kemaluan. Dan siap
saja yang belum mampu untuk kawin
maka hendaklah ia berpuasa karena
sesungguhnya berpuasa itu akan
menahan nafsu”. (HR. Jama‟ah).

3. Fase Kehamilan
Salah satu tujuan berumah tangga adalah
untuk mendapatkan keturunan, karena itu
seorang istri sangat mengharapkan ia dapat
melahirkan seorang anak. Sebagai tanda seorang
istri akan memiliki seorang anak adalah melalui
proses kehamilan selama lebih kurang sembilan
bulan.
Agar dapat memperoleh anak, Islam
mengajarkan agar selalu memohon kepada Allah

147 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

dengan membaca do‟a seperti Nabi Ibrahim,


sebagaimana firman Allah SWT :

     


Artinya: “Ya Tuhan ku berilah aku anak yang saleh”.
(QS. As-Shaffat : 100).

Kemudian setelah terjadi masa konsepsi maka


proses pendidikan sudah bisa dimulai, walau
masih bersifat tidak langsung. Tahap ini sudah
selangkah lebih maju dibanding yang pertama.
Masa pasca konsepsi disebut juga dengan masa
kehamilan. Masa kehamilan ini sangat penting
artinya, karena merupakan awal kehidupan.
Oleh karena itu, proses pendidikan sudah
dimulai semenjak anak dalam kandungan
(Pranatal education) yaitu masa perkembangan
anak sebelum lahir dan masih berada dalam
kandungan ibu. Masa ini dimulai semenjak priode
konsepsi, proses ini berkembang sampai anak itu
lahir kedunia selama waktu lebih kurang sembilan
bulan.
Proses pendidikan itu dilaksanakan secara
tidak langsung seperti berikut:
a. Seorang ibu yang telah hamil harus mendoakan
anaknya. Anak pranatal haruslah didoakan oleh
orang tuanya, karena anak pranatal adalah
semata-mata ciptaan Allah yang maha kuasa,
maka Dia pulalah yang maha kuasa mambuat
anak pranatal menjadi saleh, atau sebaliknya.
Jikalau demikian halnya maka mendoakan anak
kepada-Nya agar dijadikannyanya baik dan saleh
adalah suatu hal yang logis.
b. Ibu harus selalu menjaga dirinya agar tetap
memakan makanan dan meminu minuman yang
halal.
c. Ikhlas mendidik anak, denagan kata lain
mendidik anak pranatal harus diniatkan
beribadah, memperhambakan diri kepada Allah
serta memelihara amanat Allah SWT.

148 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

d. Memenuhi kebutuhan istri. Suami harus


memenuhi kebutuhan istri yang sedang
mengandung, terutama pada masa-masa awal
umur kandungannya.
e. Taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT
melalui ibadah wajib maupun ibadah sunat.
f. Kedua orang tua berakhlak mulia. Karena
akhlak orang tua mempunyai pengaruh yang
besar dan menjadi rangsangan positif bagi anak
dalam kandungan.

D. Periode Pascanatal (Ba’da al-Wiladah)


1. Pendidikan Islam Masa Bayi
Masa bayi ini berlangsung dari usia 0-3
tahun. Setalah anak lahir, perlu dikumandangkan
adzan dekat telinganya, agar pengalaman pertama
lewat pendengaran adalah kalimat tauhid yang
berintikan pengakuan dan pengagungan Allah dan
kerasulan Muhammad SAW.
Masa bayi disebut juga masa mulut,
dikarenakan bayi dapat mencapai pemuasan
kebutuhan hidupnya dengan menggunakan
mulutnya. Perkembangan yang menonjol pada
masa ini adalah indra pendengaran. Indra
pendengaran yang berfungsi yang berfungsi cepat
harus dimanfaatkan untuk mendengarkan kata-
kata suci. Tujuannya tidak lain adalah bagaimana
melestarikan dan mengembangkan naluri tauhid
yang telah diterimanya jauh sebelum masa
kelahiran. Jangan sampai fitrah bayi tersebut
diserobot oleh nilai-nilai yang merusak.
Pada masa bayi ini yang perlu diperhatikan
oleh seorang ibu/ bapak dalam merawat anaknya
adalah:
a. Hendaknya memberikan nama yang baik bagi
anak.
b. Melaksanakan aqikah anak.
c. Melaksanakan kewajiban untuk menyusui
maksimal dan yang paling dianjurkan adalah 2
tahun.

149 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

d. Dalam melaksanakan kewajiban merawat anak,


seorang ibu dan bapak harus menerapkan
akhlak yang baik, seperti membaca basmalah
pada setiap kesempatan, baik saat akan
menyusui, menyuapi, maupun kegiatan lainnya.
e. Dalam pendidikan masa bayi ini dituntut adanya
kerja sama yang baik antara ayah dan ibu,
hindari pertengkaran-pertengkaran yang dapat
mengganggu psikologi anak.

2. Pendidikan Islam Masa Kanak-Kanak


Pendidikan masa kanak-kanak berlangsung
pada usia 3 sampai 12 tahun. Masa kanak-kanak
sering disebut sebagai masa estetika, masa indra,
dan masa menentang orang tua. Perkembangan
pada masa ini berlangsung dari usia 3-12 tahun
dan masa kanak-kanak ini dibagi kepada 3 fase
yaitu:
a. Permulaan masa anak-anak
Pada awal masa ini sekitar usia 3-5 tahun.
Perkembangan ditandai dengan munculnya
sikap ego sentris pada diri setiap anak. Masa ini
disebut juga masa remaja kecil. Pada masa ini
orang tua sebaiknya tidak memaksakan
kehendaknya pada anak-anak, namum di dalam
diri anak-anak harus ditumbuhkan kebiasaan
melakukan sesuatu yang baik dan dikenalkan
disiplin.
b. Pertengahan masa anak-anak
Priode ini berlangsung dari umur 6-9 tahun.
Priode ini sangt penting artinya bagi peletakan
dasar untuk perkembangan selanjutnya melaui
sekolah atau madrasah sebagai lembaga
pendidikan. Awal dari fase ini merupakan
permulaan bai anak-anak untuk mengenal orang
dewasa di luar keluarganya.pada masa ini, anak
yang pada mulanya tertuju kepada dirinya
sendiri dan bersifat ego sentris mulai tertuju
kepada dunia luar, terutama prilaku orang-orang
disekitarnya, sopan santun, dan tata cara

150 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

bertingkah laku yang sesuai degan lingkunagan


rumah dan sekolahnya.
Pada masa ini, bermain juga merupakan
kegiatan yang paling disenangi. Potensi seperti
itu dapa digunakan intuk menanamkan nilai-
nilai pensisikan. Misalnya, bagaimana
kesenangan beraktifitas anak tersebut
digantikan dengan latihan-latihan solat,
kedisiplinan, moral dll.

c. Akhir masa anak-anak


Masa ini belangsung pada usia 9-12 tahun.
Masa ini merupakan lanjutan masa sebelumnya
yang ditandai dengan berbagai kematangan
aspek psikologis yang diperlukan untuk dapat
ikut serta dalam proses pendidikan formal.
Oleh karena itu sejak dini telah diupayakan
terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang baik,
sehingga anak akan lebih mudah bergaul dengan
orang lain. Pada usia ini dengan berkembangnya
sifat sosial yang positif, anak sudah siap untuk
bersekolah di sekolah dasar atau madrasah
ibtidaiyah.
Dengan masuknya anak ke sekolah dasar
atau ibtidayyah maka sikap sosialnya sudah
mulai berkembang, dengan adanya sikap ini
memungkinkan anak bergaul dengan orang
dewasa dan teman sebayanya. Untuk itu orang
tua harus berusaha mencari guru yang
berakhlak baik dan beriman kepada Allah SWT,
demikian pula pada anak-anak usia ini,
sebaiknya bergaul dengan teman-teman sebaya
seagama kerana pengaruh pergaulan sangat
besar bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwa
keagamaannya.
3. Pendidikan Islam Masa Remaja
Masa ini berlangsung dari usia 12-21 tahun
yang terdiri dari atas 3 fase yaitu:
a. Masa Pra-Remaja
Fase ini berlangsung dari umur 12-15
tahun. Fase ini ditandai dengan semakin

151 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

meningkatnya sifat sosial pada anak. Gejala


yang dominan pada masa ini adalah
kecendrungan untuk bersaing yang berlangsung
antar teman sebaya dan lingkungan jenis
kelamin yang sama.
Pada masa remaja, anak biasanya banyak
mengalami keguncagan dan putus asa karena
mungkingagal mendapatkan penerimaan teman
terhadap dirinya atau biasa juga karena
perbedaan dirinya dengan temannya. Oleh
kerena itu, remaja sangat memerlukan kasih
sayang, teman sepermainan, dan orang tuanya
karena pada usia itu remaja bergantung pada
guru, orang tua, dan seseorang yang lebih tua
darinya, baik dari segi usia maupun dari segi
kedudukan sosial.
b. Masa Pubertas
Masa ini berlangsung pada usia 15-18
tahun. Masa ini merupakan tahap akhir bagi
individu dalam mempersiapkan dirinya untuk
menjadi manusia dewasa yang berdiri sendiri.
Pada fase ini anak banyak mengalami krisis,
namun krisis itu tidak akan dirasakan berat jika
sejak awal anak-anak dan para remaja telah
hidup dalam keluarga yang menempatkan ajaran
islam sebagai penuntunnya. Jika di dalam diri
remaja telah tertanam nilai-nilai religi maka
sebagai orang yang beriman, ia akan selalu
mampu menyikapi permasalahan hidup, baik
yang muncul dari dalam maupun dari luar
dirinya.
c. Akhir Masa Remaja
Masa ini berlangsung antara usia 18-21
tahun dan disebut juga masa awal kedewasaan.
Pada masa ini, pembentukan dan perkembangan
suatu sistem moral pribadi sejalan dengan
pertumbuhan pengalaman keagamaan yang
bersifat individual. Melalui kesadaran beragama
dan pengalaman ketuhanan, akhirnya remaja
kan menemukan Tuhannay yang berarti
menemukan kepribadiaannya.

152 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

4. Pendidikan Islam Masa Dewasa


Usia dewasa bisa dikatakan masa ketenangan
jiwa, ketetapan hati dan keimanan yang tegas.
Pada usia dewasa biasanya seseorang sudah
memiliki sifat kepribadiaan yang matang. Mereka
sudah memiliki tanggung jawab terhadap sistem
nilai yang dipilihnya, baik sistem nilai yang
bersumber dari norma-norma agama maupun yang
berada dalam kehidupan ataupun ajaran agama.
E. Strategi Pendidikan Seumur Hidup
Adapun strategi dalam rangka pendidikan seumur
hidup sebagaimana diinventarisir Prof. Sulaiman Joesoef,
meliputi hal-hal berikut : (Hasbullah)
1. Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri.
Pendidikan seumur hidup diartikan tujuan dan
pengalaman-pengalaman pendidikan. Hal ini berarti
pendidikan akan meliputi seluruh rentang usia. Dan
juga konsep pendidikan seumur hidup merupakan ide
formal untuk pengorganisasian dan pensrtukturan
pendidikan.
2. Konsep belajar seumur hidup.
Istilah belajar ini merupakan kegiatan yang dikelola
walaupun tanpa organisasi sekolah. Dalam pendidikan
seumur hidup berarti pelajar belajar karena respons
terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan
angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi
yang membantu belajar.
3. Konsep Pelajar Seumur Hidup
Untuk mengatasi problema, perlu adanya sistem
pendidikan yang bertujuan membantu perkembangan
orang-orang untuk beradaptasi dengan lingkungan
mereka seumur hidup.
4. Kurikulum Yang Membantu Pendidikan Seumur Hidup
Dalam konteks ini, kurikulum didesain atas dasar
prinsip pendidikan seumur hidup yang betul-betul telah
menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara
berurutan melaksanakan belajar seumur hidup. Dan
kurikulum yang didesain atas dasar prinsip pendidikan
merupakan kurikulum yang praktis untuk mencapai
tujuan pendidikan itu sendiri.

153 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

BAB XIII
LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Lingkungan
Lingkungan adalah ruang dan waktu yang menjadi
tempat eksistensi manusia(BeniSaebani dan hendra
Akhdiyat, 2009:262) “Sertain” mengatakan bahwa
lingkungan itu meliputi semua kondisi-kondisi dalam cara-
cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita
kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang
sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.
Dalam arti luas lingkungan mencakup iklim dan
geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, dan
alam. Dengan kata lain, lingkungan ialah segala sesuatu
yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang
senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik
manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang
bergerak , atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-
hal yang pempunyai hubungan dengan seseorang. Sejauh
manakah seseorang berhubungan dengan lingkungannya,
sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh
pendidikan kepadanya.Tetapi keadaan-keadaan itu tidak
selamanya bernilai pendidikan, artinya mempunyai nilai
positif bagi perkembangan seseorang, karena bisa saja
malah merusak perkembangannya.(Zakiyah Daradjat, 2004)
Lingkungan pendidikan adalah suatu institusi atau
kelembagaan dimana pendidikan itu berlangsung.
Lingkungan tersebut akan mempengaruhi proses
pendidikan yang berlangsung. Dalam konsep ajaran
pendidikan Islam, lingkungan yang baik adalah lingkungan
yang di ridhoi oleh Allah dan Rasulullah SAW.Misalnya,
lingkungan sekolah, madrasah, mesjid, majelis ta‟lim, balai
musyawarah, dan lingkungan masyarakat yang
Islami.Adapun lingkungan yang mendapat murka Allah dan
Rasul-Nya adalah lingkungan yang dijadikan tempat
melakukan kemaksiatan dan kemungkaran.Sebenarnya
yang salah atau jelek bukan lingkungannya, melainkan
manusia yang memakai dan mengambil manfaat
lingkungan bersangkutan.

154 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Pada dasarnya, semua lingkungan itu karunia Allah.


Hanya saja, manusia bodoh menjadikan lingkungan itu
kotor.
Bagi umat Islam, lingkungan yang baik dan
berpengaruh dalam meningkatkan akhlak yang mulia
adalah lingkungan yang sehat dan dijadikan tempat
berbagai kegiatan yang bermanfaat, seperti pendidikan
Islam, pengajian, dan aktivitas Islami lainnya.
Jadi, lingkungan pendidikan Islam adalah suatu
lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri ke-Islaman
yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam
dengan baik.

B. Macam-macam Lingkungan
Dalam perkembngan pendidikan, tidak hanya di
Indonesia tetapi juga di seluruh dunia, institusi atau
lingkungan pendidikan dapat disederhanakan menjadi tiga
macam, yaitu lembaga informal (lingkungan keluarga),
formal (lingkungan sekolah), dan non formal (lingkungan
masyarakat). Ketiga macam lembaga pendidikan inilah yang
akan berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan dan
pembinaan pribadi peserta didik.

1. Lingkungan Keluarga
Pada dasarnya, manusia merupakan “homo
educandum” artinya manusia itu pada hakikatnya
merupakan makhluk yang harus dididik dan mendidik.
Pendidikan informal ini merupakan menurut sejarah
pendidikan yang paling luas jangkauannya.Manusia
yang baru dilahirkan perlu memperoleh pendidikan dari
orang tua mereka dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya,
sampai menjadi manusia yang dewasa baik jasmani
maupun rohaninya. Seberapa pentingnya pendidikan
informal dalam keluarga tersebut, diisyaratkan dalam
Q.S at-Tahrim: 6, yang berbunyi:

155 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

        

        

    


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
Dalam memnentuk keluarga yang kondusif, al-
Qur‟an menyebutkan agar keluarga membina
sesuatunya dengan penuh kasih sayang dan ketenangan
sebagaimana tertera dala al-Qur‟an surat ar-Rum: 21,
yang berbunyi:
           

         


Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir”.
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan, bagaimana
seseorang dapat melindungi dirinya dan
keluarganya.Inilah salah satu pentingnya pendidikan
yang dilakukan dalam lingkungan keluarga.
Kemudian merujuk kepada UU Nomor 20 tahun
2004 tentang sisdiknas yang menyebutkan bahwa
keluarga merupakan bagian dari lembaga pendidikan

156 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

informal.Selainitu, keluarga juga disebut sebagai satuan


pendidikan luar sekolah.
Ayat dan Undang-Undang di atasmerupakan tanda
mengenai pentingnya pendidikan di dalam keluarga.
Karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang
dikenali oleh peserta didik.Dalam hal ini, orang tua
sebagai pendidik, dan anak sebagai peserta didik. Oleh
Karena itu, keluarga hendaknya dapat menciptakan
suasana yang edukatif sehingga anakdidiknya tumbuh
dan berkembang menjadi manusia sebagaimana yang
menjadi tujuan ideal dalam pendidikan Islam. Karena
besarnya peran keluarga dalam pendidikan, Sidigazalba,
seperti yang dikutip Ramayulis, mengkategorikannya
sebagai lembaga pendidikan primer, utamanya untuk
masa bayi dan masa kanak-kanak sampai usia sekolah.
Dalam lembaga ini, sebagai pendidik adalah orang tua,
kerabat, family, dan sebagainya.Orang tua sebagai
pendidik, juga sebagai penanggung jawab.Oleh karena
itu, orang tua dituntut menjadi teladan bagi anak-
anaknya. Baik berkenaan dengan ibadah, akhlak, dan
sebagainya. Dengan begitu, kepribadian anak yang
Islami akan terbentuk sejak dini sehingga menjadi modal
awal dan menentukan dalam proses pendidikan
selanjutnya yang akan ia jalani.
Pandangan ini juga sejalan dengan peran orang tua
dalam kajian pendidikan Islam yang sesungguhnya.
Orang tua sangat menentukan pendidikan anak pada
tahap selanjutnya, sebab orang tua adalah orang
pertama yang bersentuhan langsung dengan kepribadian
anak .Karena selain itu, orang tua juga merupakan guru
bagi anak, baik dalam hal mendidik perkembangan
fisiknya, maupun perkembangan rohaninya.Inilah yang
menunjukkkan bahwa besarnya peran dan fungsi orang
tua dalam mendidik anak yang harus dipahami oleh
setiap orang tua.
Dengan pandangan tersebut, pertumbuhan anak
didik telah diukir oleh orang tuanya sejak ia dilahirkan.
Ukiran perilaku anak oleh orang tua dilakukan dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mensyukuri nikmat Allah SWT dan memperbanyak
ibadah kepada-Nya.Sebagaimana perintah-Nya

157 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

tentang bersyukur yang terdapat dalam Q.S Luqman:


12, yang berbunyi:

         

         


Artinya: “Dan Sesungguhnya telah Kami berikan
hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah
kepada Allah. dan Barangsiapa yang
bersyukur (kepada Allah), Maka
Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
sendiri; dan Barangsiapa yang tidak
bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji".

Adapun tentang beribadah kepada-Nya seperti


yang terdapat dalam Q.Saz-Zariyat: 56, yang
berbunyi:
      
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku”.

b. Mencari rezki yang halal. Ini banyak dijelaskan dalam


al-Qur‟an, di antaranya: Q.S al-Jumu‟ah : 10,yang
berbunyi:
          

    


Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-
banyak supaya kamu beruntung”.

158 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

           

     


Artinya: “Allah meluaskan rezki dan
menyempitkannya bagi siapa yang Dia
kehendaki.mereka bergembira dengan
kehidupan di dunia, Padahal kehidupan dunia
itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat,
hanyalah kesenangan (yang sedikit)”. (Q.S. ar-
Rad:26).
c. Membaca asma Allah ketika hendak melakukan
sesuatu
d. Membaca bismillahirrahmanirrahim ketika hendak
melahirkan anak
e. Mengumandangkan azan dan iqomat ke telinga anak
yang baru dilahirkan
f. Mendo‟akan anak agar terlindung dari setan
g. Memandikan anak dari kotoran yang melekat di
tubuhnya
h. Mencukur rambut anak; melaksanakan akikah
sesuai ajaran Rasulullah SAW
i. Memberi nama dengan nama yang baik menurut
Islam
j. Memberi air susu ibu dengan penuh kasih sayang
k. Mengajari anak cara berbicara dengan bahasa yang
baik
l. Menyekolahkan anak dan mendidiknya dengan ilmu
agama Islam sebagai bekal hidup dan keselamatan
menuju akhirat
m. Menyalurkan bakat, minat, dan cita-citanya
n. Menikahkan anak dengan jodoh yang dipilihkan oleh
Allah, dan
o. Melepaskan anak untuk hidup mandiri dan
bertanggung jawab dalam mengarungi kehidupan
baru berkeluarga dan bermasyarakat.

2. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan lembaga
pendidikan formal dan disebut sebagai lembaga
pendidikan kedua yang berperan dalam mendidik

159 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

peserta didik.Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati


menyebutkan bahwa disebut sekolah jika dalam
pendidikan tersebut diadakan di tempat tertentu,
berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi, dan dilaksanakan berdasarkan aturan
resmi yang telah ditetapkan.
Secara historis, keberadaan sekolah merupakan
perkembangan lebih lanjut dari keberadaan
mesjid.Sebab, proses pendidikan yang berlangsung di
mesjid pada periode awal terdapat pendidik, peserta
didik, materi dan metode pembelajaran yang diterapkan
sesuai dengan materi dan kondisi peserta didik. Hanya
saja, dalam mengajarkan suatu materi, terkadang
dibutuhkan tanya jawab, pertukaran pikiran, hingga
dalam bentuk perdebatan sehingga metode seperti ini
kurang serasi dengan ketenangan dan rasa keagungan
yang harus ada pada sebagian pengunjung-pengunjung
mesjid.
Kemudian,pada perkembangan berikutnya didirikan
berbagai model kelembagaan pendidikan Islam yang
mula-mula dinamakan kuttab, yang mengajarkan cara
membaca dan menulis huruf al-Qur‟an serta pengajaran
ilmu agama dan ilmu al-Qur‟an. pembelajaran membaca
dan menulis ini pada waktu itu sangat penting karena
membaca dan menulis dapat dipandang sebagai sumber
ilmu pengetahuan bagi manusia.
Setelah sistem kuttab, kemudian dibentuk sistem
pendidikan klasikal yang dikenal dengan madrasah atau
sekolah.selain sistem madrasah (klasikal) pendidikan
Islam berkembang pula dalam institusi kependidikan
yang disebut zawiyah, yaitu tempat belajar yang
terpisah dari bangunan mesjid.
Di Indonesia sendiri lingkungan pendidikan Islam
formal diidentikkan dengan madrasah. Mulai dari
madrasah Ibtidaiyah (MI), madrasah Tsanawiyah (MTS),
dan madrasah Aliyah (MA) dan sekolah milik organisasi
Islam dalam setiap jenis dan jenjang yang ada, termasuk
perguruan tinggi seperti IAIN dan STAIN. Semua
lembaga ini akan menjalankan proses pendidikan yang
berdasarkan kepada konsep-konsep yang telah dibangun
dalam sistem pendidikan Islam. selain itu, di Indonesia,

160 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

madrasah juga dituntut menyeimbangkan antara


pengetahuan agama dan umum di setiap jenjang
pendidikan. Lembaga pendidikan umum seperti: SD,
SMP, SMA, dan perguruan-perguruan tinggi yang ada.

3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat sebagai pendidikan non formal, juga
menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, tetapi
tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan
ketat. masyarakat yang terdiri dari sekelompok atau
beberapa individu yang beragam akan mempengaruhi
pendidikan peserta didik yang tinggal di sekitarnya. Oleh
karena itu, dalam pendidikan Islam, masyarakat
memiliki tanggung jawab dalam mendidik generasi muda
tersebut.
Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang
lebih luas turut berperan dalam terselenggaranya proses
pendidikan. Setiap individu sebagai anggota dari
masyarakat tersebut harus bertanggung jawab dalam
menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung.
Oleh karena itu, dalam pendidikan anak pun, umat
Islam dituntut untuk memilih lingkungan yang
mendukung pendidikan anak dan menghindari
masyarakat yang buruk. Sebab, ketika anak atau
peserta didik berada di lingkungan masyarakat yang
kurang baik, maka perkembangan kepribadian anak
tersebut akan bermasalah. Dalam kaitannya dengan
lingkungan keluarga, orang tua harus memilih
lingkungan masyarakat yang sehat dan cocok sebagai
tempat tinggal orang tua beserta anaknya. Begitu pula
sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan
formaljuga perlu memilih lingkungan yang mendukung
dari masyarakat setempat dan memungkinkan
terselenggaranya pendidikan tersebut.
Dalam lingkungan masyarakat, pembinaan di mulai
dengan tercerminnya lingkungan keluarga. Apabila
akhlak semua anggota keluarga telah baik, akan baik
pula lingkungan masyarakatnya. Pembinaan lingkungan
masyarakat dengan pendidikan Islam dapat dilakukan
dengan mengadakan berbagai kegiatan yang bersifat
menumbuh kembangkan pemahaman tentang

161 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Islam.Misalnya kegiatan pengajian, gotong-


royong,silaturrahmi, dan dialog-dialog interaktif antara
pendidik dengan peserta dialog yang mengambil tema
mengenai pendidikan Islam dan lingkungan masyarakat
yang Islami.

C. Pengaruh Lingkungan Pendidikan Terhadap Peserta


Didik
Bagaimana sikap individu terhadap lingkungan dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Individu menolak atau menentang lingkungan.
Dalam keadaan ini lingkungan tidak sesuai dengan
yang adadalam diri individu. Dalam keadaan yang tidak
sesuai ini individu dapat memberikan bentukatau
perubahan lingkungan seperti yang dikehendakioleh
individu yang bersangkutan.Misalnya, akibat banjir
sebagian jalan terputus.Untuk mengatasi ini dibuat
tanggul untuk melawan pengaruih dari lingkungan itu,
sehingga orang tidak menerima begitu saja.
Dalam kehidupan bermasyarakat kadang-kadang
orang tidak cocok dengan norma-norma dalam sesuatu
masyarakat. Orang dapat berusaha untuk dapat
mengubah norma yang tidak baik itu menjadi baik. Jadi,
individu secara aktif memberikan pengaruh terhadap
lingkungannya.
2. Individu menerima lingkungan.
Dalam hal ini keadaan sejalan atau sesuai dengan
yang ada dalam diri individu.Dengan demikian, individu
akan menerima lingkungan itu. Ini bisa terjadi jika
sesuatu lingkungan tersebut sejalan dengan apa yang
diinginkan oleh individu.
3. Individu bersikap netral.
Dalam hal ini individu tidak menerima tetapi juga
tidak menolak.(Abu Ahmadi, 2009)
Seperti diketahui bahwa faktor lingkungan dapat
mempengaruhi pendidikan, baik yang berimplikasi positif,
maupun negatif terhadap perkembangan, pertumbuhan,
sikap, akhlak, dan perasaan agama seorang anak.
Dalam lingkungan keluarga, perkembangan
kepribadian anak sudah dimulai sejak dalam kandungan,
yaitu janin mendapat pengaruh sikap dan perasaan

162 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

ibuterhadapnya melalui saraf-saraf pada rahim ibu. Maka


sikap positif ibu terhadap janin dan ketentraman batinnya
mengakibatkan saraf bekerja lancar karena tidak ada
kegoncangan jiwasehingga perkembangan kepribadian anak
yang akan lahir cukup baik dan positif. Selanjutnya ibu
memberikan pendidikan berupaya kasih sayang dengan ASI
selama dua tahun.
Pendidikan dalam keluarga sebagian besar dapat kita
lihat dilaksanakan melalui pembiasaan dan teladan dari
orang tua, lebih-lebih bagi anak usia 0-6 tahun yang belum
dapat memahami hal-hal yang abstrak. Al-Ghazali berkata
bahwa pengaruh pembiasaan terhadap pendidikan anak
sangat besar. Dapat kita lihat orang yang mengetahui
hukum shalat itu wajib, namun tidak dibiasakan shalat oleh
orang tuanya, dia akan malas melaksanakan kewajiban
shalat itu. Setelah anak berusia enam tahun ke atas, lalu
memasuki masa remaja dan masa dewasa, barulah
pendidikan diberikan melalui pengertian dan penghayatan.
Demikianlah pengaruh pendidikan keluarga dalam
pembentukan sikap, akhlak, dan agama seorang anak.
Setelah anak memasuki lingkungan sekolah maka
mulailah anak menerima pengetahuan yang bersifat
sistematis dan konseptual berupa sejumlah mata pelajaran.
Disini anak mulai berinteraksi dengan orang lain, yaitu
teman-teman sebayanya dan guru. Karena itu guru harus
mamiliki kepribadian, agama, akhlak, sikap, penampilan,
pakaian, dan cara bicara yang baik terhadap anak didik. Di
sekolah terkadang anak mencari figur guru idola yang
menurut dia dapat diteladani. Dengan mulainya anak
berinteraksi diharapkan dia dapat hidup layak dan wajar
dengan teman-temannya karena nantinya anak akan
menjadi anggota masyarakat. Sekolah juga memberikan
suatu harapan yang dapat tergambar oleh masyarakat, yaitu
dengan mendapat ijazah untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan selanjutnya ataupun untuk mencari pekerjaan.
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di
sekolah berpengaruh positif pada hal-hal berikut ini:
1. Membantu penumbuhan rasa percaya diri dan
penghargaan pada diri sendiri
2. Meningkatkan capaian prestasi akademik
3. Meningkatkan hubungan orang tua-anak

163 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

4. Membantu orang tua bersikap positif terhadap sekolah,


dan
5. Menjadikan orang tua memiliki pemahaman yang lebih
baik terhadap proses pembelajaran di sekolah.
Perlunya penghayatan dan pengalaman dari
pengetahuan yang diperoleh di sekolah dirasakan sangat
urgen agar anak didik tidak menjadi orang yang pintar
dalam teori, tetapi mengabaikan pengetahuan yang
praktikal.Di sinilah pengaruh pendidikan masyarakat,
dimana anak didik memperoleh pengetahuan praktikal yang
sedikit sekali didapatkan di sekolah. Anak mempelajari
pengetahuan agama dan bahasa Indonesia sehingga dapat
menyusun sebuah pidato. Pidato ini dipraktikan di
muhadharah masjid atau asrama, yang sebelumnya dia
melihat bagaimana cara menampilkan pidato dari seorang
ustadz atau tokoh masyarakat. Jadi cara dia pidato, baik itu
dari segi isi, penyampaian dan sikap dia di hadapan hadirin
dapat dikatakan dia sedang belajar berpidato sehingga
pidato tersebut dapat dilihat baik atau tidak, perlu
perbaikan atau tidak.
Di masyarakat anak didik belajar berinteraksi dengan
orang-orang yang lebih luas.Karenanya jika anak bergaul
dengan masyarakat yang tidak bermoral secara tidak
langsung anak menerima pendidikan yang berakibat
negatif.Sebagai contoh lingkungan anak muda yang suka
membentuk geng, bersaing dengan geng lain, bahkan
sampai ada yang menyediakan minuman terlarang, ekstasi,
dan lain-lain.Kalau sudah memasuki suatu geng secara
langsung atau tidak sengaja, terpaksa, atau kehendak
sendiri, anak otomatis belajar atau setidaknya terpengaruh
pada perbuatan negatif tadi.
Ada satu hal yang juga sangat penting yang
mempengaruhi pendidikan, yaitu individu itu
sendiri.Sebagai subjek pendidikan, anak harus mempunyai
keinginan yang kuat untuk belajar dan berhasil. Anak harus
dapat semaksimal mungkin mengembangkan bakat-bakat
yang baik yang dapat menunjang keberhasilan belajar dan
berusaha menghilangkan sifat yang dapat menghambat
keberhasilan belajar. Dalam hal ini orang-orang yang ada di
sekitarnya seperti orang tua dan guru serta lainnya harus

164 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

mampu membimbing pribadi anak untuk kesuksesan


belajarnya.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab
terhadap kedewasaan anak didik, namun lingkungan
merupakan faktor yang sangat menentukan dan
pengaruhnya sangat besar terhadap anak didik. Sebab,
bagaimanapun seorang anak tinggal dalam suatu
lingkungan, disadari atau tidak, lingkungan tersebut akan
mempengaruhi anak tersebut. Hal ini sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW. Dari riwayat Abu Hurairah:

ً‫ كم يٌنٌد عهى انفطزة فابٌاه ٌيٌدانو ا‬: ‫قا ل اننبً صانى ا هلل عهٍو ً سهى‬
‫ٌنصزانو اًًٌجسانو‬
Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah.Namun kedua orang tuanya (mewakili
lingkungan) mungkin dapat mejadikannya beragama
Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam mengakui potensi
lingkungan yang pengaruhnya dapat sangat kuat.Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan
sangat berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan
Islam. Sebab lingkungan yang juga dikenal dengan institusi
itu merupakan tempat terjadinya proses pendidikan, yang
secara umum lingkungan tersebut dapat dilihat dari tiga
hal, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keluarga sangat diperlukan untuk mendidik anak-
anaknya sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam serta
memberikan bekal kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya ketika berada di
lingkungan sekolah dan masyarakat. Sementara itu, sekolah
juga berperan pentingdalam proses pendidikan.
Sekolahsebagai lembaga pendidikan formal, yang pada
hakikatnya sebagai institusi yang menyandang amanah dari
orang tua dan masyarakat, harus menyelenggarakan
pendidikan yang profesional sesuai dengan prinsip-prinsip
dan karakteristik pendidikan Islam.Sekolah harus
mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan keahlian bagi
peserta didiknya sesuai dengan kemampuan peserta didik
itu sendiri.

165 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Begitu pula masyarakat dituntut perannya dalam


menciptakan tatanan masyarakat yang nyaman dan peduli
terhadap pendidikan.Masyarakat diharapkan terlibat aktif
dalam peningkatan kualitas pendidikan yang ada di
sekitarnya. Jika ditinjau dari segi manfaatnya, pendidikan
non formal berperan dalam:
1. Peningkatan pendidian informal. Artinya potensi-potensi
yang ada dalam setiap individu tidak hanya sekedar
hiasan untuk dirinya pribadi, tetapi harus dapat
bermanfaat terhadap lingkungan masyarakat
2. Kelengkapan pendidikan formal. Pendidikan non formal
sebagai pelengkap, artinya adalah jika ada hal yang
tidakdapat terpenuhi hanya dengan pendidikan formal
maka dapat dilaksanakan pada lembaga non formal.
Kemudian ketiga lingkungan pendidikan tersebut
harus saling bekerja sama secara harmonis sehingga
terbentuklah pendidikan terpadu yang diikat dengan
ajaran Islam. Dengan keterpaduan seperti itu, diharapkan
amar ma‟ruf nahi mungkar dalam komonitas masyarakat
tersebut dapat ditegakkan sehingga terwujudlah
masyarakat yang diberkahi dan tatanan masyarakat yang
baldatun tayyibatun wa rabbun gafuur.

166 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

BAB XIV
INOVASI PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Inovasi Dalam Islam


Inovasi berasal dari kata latin “Innovation” atau tajdid
(Arab) yang berarti pembaruan dan perubahan. Kata
kerjanya “innovo” yang artinya memperbarui dan
mengubah. Inovasi ialah suatu perubahan yang baru
menuju ke arah perbaikan yang lain atau berbeda dari yang
ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan
berencana (tidak secara kebetulan saja). Dalam kamus
Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa inovasi adalah
pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru,
pembaharuan, penemuan baru yang berbeda dari yang
sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan,
metode, atau alat). (KBHI: 1989, 35)
Menurut Muhammad Yunus, inovasi adalah macam-
macam “perubahan” genus. Inovasi sebagai perubahan
yang disengaja, baru, dan khusus untuk mencapai
tujuan-tujuan sistem. Jadi perubahan ini dikehendaki dan
direncanakan. (Mahmud Yunus:1976, 62). Definisi inovasi
tersebut di atas terlihat dengan jelas tidak mengandung
adanya perbedaan yang mendasar. Oleh karena itu, dapat
diambil benang merah bahwa inovasi adalah suatu ide, hal-
hal yang praktis, metode, cara, maupun barang bantuan
manusia yang diamati atau dirasakan sebagai sesuatu yang
baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat).
Hal-hal yang baru itu dapat berupa hasil invensi dan
discovery yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu
dan diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang
atau sekelompok masyarakat. Jadi inovasi adalah bagian
dari perubahan sosial.
Kata inovasi identik dengan modernisasi. Inovasi dan
modernisasi sama- sama bermakna perubahan sosial.
Perbedaannya hanya terletak pada penekanan ciri dari
perubahan. Jika inovasi lebih menekankan pada ciriadanya
sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi
individu atau masyarakat, maka modernisasi menekankan
pada adanya proses perubahan dari tradisional ke modern,
atau dari belum maju ke arah yang sudah maju. Jadi, dapat

167 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

disimpulkan bahwa diterimanya suatu inovasisebagai tanda


adanya modernisasi. Dalam konteks penelitian ini, inovasi
yang dimaksud adalah pembaharuan dalam pembelajaran.
Inovasi merupakan hal baru bagi lembaga pendidikan yang
baru menerima dan tidak baru bagi lembaga pendidikan
yang telah dirancang yang telah dirancang atau
memulainya terlebih dahulu.
Menurut Rogers, hal-hal yang mempengaruhi cepat
lambatnya penerimaan sebuah invoasi antara lain :
1. Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana dianggap
menguntungkan bagi penerimanya.
2. Kompatibel, yaitu kesesuaian inovasi dengan nilai,
pengalaman dan kebutuhan penerima.
3. Kompleksitas dan tingkat kesukaran, yaitu inovasi yang
mudah akan cepat diterima.
4. Triabilitas, yaitu dapat dicoba atau tidak. Artinya, inovasi
yang dapat dicoba akan cepat diterima.
5. Dapat diamati, artinya inovasi yang dapat di amati akan
cepat diterima. (Imam Suprayogo: 1991, 14-16)
Dalam melaksanakan inovasi, ada beberapa hal yang
harus di perhatikan:
1. Memulai dari hal-hal yang sederhana, dan jangan puas
kepada sesuatu yang telah dihasilkan, bahkan sebaiknya
justru ditingkatkan terus- menerus sampai pada hal yang
lebih besar. Hasil tersebut bukan hanya untuk
kepentingan sendiri, tetapi justru dapat menjangkau
kepentingan masyarakat umum.
2. Jika sudah dapat melaksanakan inovasi, jangan lupa diri,
apalagi merasa lebih atau paling berhasil, paling sukses,
dan paling berhak. Hendaknya perasaan “paling” supaya
dihindari dan diganti dengan rasa penuh syukur.
3. Mulailah dari apa yang ada, jangan mengada-ada, apalagi
mengharapkan sesuatu yang diluar jangkauan. Sebaiknya
“berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian”,
bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian,
jangan muluk-muluk diluar jangkauan.
4. Dalam inovasi dituntut adanya suatu keberanian untuk
bertindak mengambil langkah. Melakukan inovasi perlu
resiko. Namun dengan sikap optimisme bahwa kegiatan
yang dilakukan itu akan membawa perubahan yang
berarti.

168 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

5. Agar inovasi itu berari atau membawa kebutuhan. Oleh


karena itu, konsep inovasi harus efektif dan membawa
hasil yang maksimal.
6. Dalam Era Globalisasi, masyarakat menuntut kualitas.
Karena kualitas berada di atas kuantitas.
7. Penguasaan terhadap komunikasi bahasa mutlak
diperlukan pada era globalisasi.
8. Begitu juga kemampuan teknologi digital merupakan
kebutuhan pada Era Globalisasi. Dalam konteks inovasi
pendidikan merupakan suatu keharusan yang tidak dapat
ditawar-tawar lagi.
Dari paradigma tersebut di atas, dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa inovasi adalah hal yang baik dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan, diawali dari hal
yang sederhana, kemudian diteruskan dengan gagasan yang
lebih besar.
Tujuan inovasi pendidikan agama Islam antara lain:
1. Untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan Agama
Islam yang belum dapat diatasi dengan cara konvensional
secara tuntas.
2. Untuk mengatasi masalah pendidikan agama Islam yang
menyongsong kea rah perkembangan yang lebih baik.
Jadi yang dimaksud dengan inovasi pendidikan Islam
dapat diartikan sebagai pembaharuan untuk memecahkan
masalah di dalam pendidikan Islam. Atau dengan perkataan
lain, inovasi pendidikan Islam ialah suatu ide, barang,
metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru
bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik
berupa hasil penemuan (invention), atau discovery, yang
digunakan untuk mencapai tujuan atau memecahkan
masalah pendidikan Islam.
Pembaharuan atau tajdid dalam Islam atau pendidikan
Islam adalah sesuatu yang fitrah atau tabie sifatnya. Islam
bukanlah suatu agama yang beku dalam pemikiran dan
static dalam amalan. Dinamika Islam memberikan ruang
kepada kreativiti wujud. Kreativiti dalam pemikiran adalah
dituntut tanpa menolak factor syara‟. Berfikir reflektif
adalah suatu keperluan karena perubahan hari ini dan hari
depan berasaskan cerminan masa lalu supaya wujud
kesinambungan antara yang lepas dengan hari ini. Apa yang
berlaku pada masa lalu memberikan kita landasan tradisi

169 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

yang baik. Keupayaan umat Islam mengimbangi factor


perubahan zaman ialah kebijaksanaan menjembatani factor
tradisi yang baik dan cemerlang dengan factor perubahan
kini yang tidak lari dari kerangka fitrah.
Berdasarkan pengertian mengenai Inovasi dan
Pendidikan Islam tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
Inovasi Pendidikan Islam merupakan suatu perubahan
atau pembaharuan yang dilakukan menuju kondisi yang
lebih baik untuk tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-
citakan yaitu pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai
luhur agama Islam.

B. Dasar Dilakukannya Inovasi Pendidikan Islam


Dasar adalah pangkal tolak dari suatu aktivitas atau
landasan tempat berpijak atas tegaknya sesuatu. Dasar
pelaksanaan inovasi pendidikan Islam adalah:
1. Al-Qur‟an
Dalam bahasa Arab kata inovasi dibahasakan
dengan kata al-tajdid dengan asal kata al-jadid. Kata al-
jadid mengalami pengulangan dalam berbagai bentuk
kata sebanyak 10 kali dalam Al-Qur‟an. Sebagian besar
dari pengulangan tersebut di dahului dengan kata
khalaqa yang berarti pencipta. Kata khalaqa memiliki
makna yang berbeda dengan kata ja‟ala, walaupun selalu
berhubungan dengan penciptaan.
Kata ja‟ala dalam Al-Qur‟an dipergunakan untuk
mengungkapkan penciptaan sesuatu dari yang sudah
ada, seperti dalam firman Allah surat As-Sajadah ayat 9:

         

      


Artinya: 9. kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Sementara kata khalaqa dipergunakan untuk
mengungkapkan penciptaan atas sesuatu yang berasal
dari yang tidak ada. Seperti firman Allah:

170 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

            

  


Artinya: 10. dan mereka berkata: "Apakah bila Kami telah
lenyap (hancur) dalam tanah, Kami benar-benar
akan berada dalam ciptaan yang baru?" bahkan
mereka ingkar akan menemui Tuhannya.

2. Hadis
Hadis nabi:
” :‫َف ْ َ اق ْق إِم َرا َ َ ا؟ َقا َل‬ ِ ‫ َما َيسَْ َل‬:‫“ َ اق ْقَا إِم َرا َ ْن َ “ قِم َل‬
َ ‫هللا ََ َنم‬
“ْ‫أَ َن ِثيَْا رِنَ َق ََ ِل َ إَِْ َِّ إِ هللا‬

Artinya: Perbaharuilah iman kamu.

3. Yuridis (Undang-undang)
a. Undang-undang system pendidikan nasional nomor 20
tahun 2003 pasal 4 ayat 2, 4, pasal 20 ayat 2 poin a, b,
dan c.
b. Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, pasal 1 ayat 1, 10, pasal 10 ayat 1, pasal 20
poin a dan b.
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16
tahun 2007.

C. Latar Belakang Perlunya Inovasi Lembaga Pendidikan


Islam
Timbulnya gerakan pembaharuan pendidikan ini
berkaitan erat dengan adanya berbagai tantangan dan
persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan pada
dewasa ini. Secara ringkas tantangan-tantangan tersebut
timbul karena akibat dari :
1. Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat pesat dan
sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat untuk
mendapatkan pendidikan yang secara komulatif
menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai.

171 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

2. Berkembangnya ilmu modern yang menghendaki dasar-


dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan
kemampuan dasar-dasar pendidikan menuntut
pendidikan yang lebih lama dan banyak sepanjang umur.
3. Berkembangnya teknologi yang mempermudah manusia
dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan
lingkungannya, tetapi seringkali ditanggapi sebagai
suatu ancaman terhadap kelestarian peranan manusiawi.
Tantangan-tantangan itu lebih berat lagi dirasakan,
karena berbagai persoalan baik di luar maupun di dalam
sistem pendidikan, seperti :
1. Sumber-sumber yang makin terbatas, dan belum
dimanfaatkannya sumber yang ada secara efektif dan
efisien
2. Sistem pendidikan yang masih lemah dengan tujuan yang
masih kabur, kurikulumnya belum serasi, relevan,
suasananya belum menarik.
3. Pengelolaan pendidikan yang belum mekar dan mantap
dan belum peka terhadap perubahan dan tuntutan
keadaan baik pada masa kini maupun masa depan.
4. Masih kabur dan belum mantapnya konsepsi tentang
pendidikan dan interpretasinya dalam praktek.
Keseluruhan tantangan dan persoalan tersebut
memerlukan pemikiran kembali yang mendalam dan
pendekatan baru yang progresif. Pendekatan ini harus
selalu didahului dengan penjelajahan percobaan dan
pengujian serta tidak boleh hanya semata-mata coba-coba.
Ada beberapa latar belakang perlunya Inovasi Lembaga
Pendidikan Islam, yaitu :
1. Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan
kemajuan teknologi yang mempengaruhi kehidupan
sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan
bangsa Indonesia. Sistem pendidikan yang dimiliki dan
dilaksanakan di Indonesia belum mampu mengikuti dan
megendalikan kemajuan-kemajuan tersebut sehingga
dunia pendidikan belum dapat menghasilkan tenaga-
tenaga pembangunan yang terampil, kreatif, dan aktif
sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat.
2. Laju eksplosi penduduk yang cukup pesat, yang
menyebabkan daya tampung, ruang dan fasilitas
pendidikan yang sangat tidak seimbang.

172 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

3. Melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh


pendidikan yang lebih baik, sedangkan (dipihak lain)
kesempatan sangat terbatas.
4. Mutu lembaga pendidikan Islam yang dirasakan makin
menurun, yang belum mampu mengikuri perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Belum mekarnya alat organisasi yang efektif, serta belum
tumbuhnya suasana yang subur dalam masyarakat
untuk mengadakan perubahan-perubahan yang dituntut
oleh keadaan sekarang dan yang akan datang.

173 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, M.Ag, Ilmu Pendidikan Islam, KENCANA


PRENADA MEDIA, Jakarta,2010

Abdul Rahman Abdullah, Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan


Islam, 2000

Abdul Rahman Abdullah, Usun Al-Tarbiah Al-Islamiayah Wa


Turuj Tadrrisi Ha Damaskus: Dar Al-Nahdhah Al Arabiah,
1965

Ahmad Mudzakir, & Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan,


Bandung: CV Pustaka Setia, 1997

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam persfektif Islam,


Bandung: Rosda Karya,1992

Al-Mu‟jam Abdullah, Usus Al-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa Turuj


Tadrisi Ha Damaskus: Dar Al-Nahdhah Al-Arabiyah, 1965

Al-Rasyidin- Samsul Nizar, Filsafat pendidikan Islam,


PT.Ciputat Press, Ciputat

Arifin, Ilmu pendidikan islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,


Jakarta: Ciputat Pers, 2002

Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, Teras, Yogyakarta, 2009

Beni Ahmad Saebani, & hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan


Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009

Beni Ahmad Soebani, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung:


Pustaka setia, 2009

Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2010

Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam, PT.Raja Grafindo,


Jakarta, 2011

174 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta,


2005

Hafni ladjid,Pengembangan Kurikulum, Ciputat, Quantum


Teaching,2005

Hasan Langgulung, manusia dan pendidikan, Jakarta: Pustaka


Al Husna, 1986

Henipurwasih.blogspot.in/2011/12/ilmu-pendidikan-
islam_25.html?m=1

http://alhumaydy.wordpress.com/2014/09/11/macam-
macam-kurikulum/ diakses tanggal 11 september 2014
pukul 16.25

http://tulisanpendidikan.wordpress.com/2013/03/05/perkem
bangan-kurikulum-di-indonesia

Hudzaifah Ismail, Mesin Waktu Al-Quran Menyelisik Informasi


dari Lauh Mahfuzh yang Terekam dalam Al-Quran, Al-
Mahira, Jakarta, 2013

Husein Bahreis, Ajaran-Ajaran Akhalak Imam Ghazali,


Surabaya, Al-Ikhlas, 1981

Ibnu Manzur, abi Al-Fadhl Al-Din Muhammad Mukarrom,


lisan al-arab, Beirut: Daar Al-ahya‟tt

Kasmiran Wuryo Sanadji, Filsafat Manusia, Erlangga, Jakarta,


1955

M.Deryjamaluddin.Page.ti/Lingkungan-Dalam-Pendidikan-
Islam.htm. Diakses pada: Senen, 22 December 2014,
pukul: 11.40 WIB.

M.Deryjamaluddin.page.tl/Lingkungan-Pendidikan-Dalam
Pendidikan-Islam.htm.diakses pada: senin, 22 desember
2014. pukul: 22.02 WIB

175 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Muhaimin dan Abd. Mujid, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian


filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung:
Trigenda karya,1993

Muhammad Al-Naquib Al-Attas, konsep pendidikan dalam


Islam, Bandung, Mizan, 1988,

Muhammad Athiyah Al-Abtasyi, Al-Tarbiyah Al-Islamiyah, Dar


Al-Fikri Al-Arabi,tt

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, PT Grafindo


Persada, Jakarta, 2011

Muhammad joko susilo,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,


Yogyakarta, Pustaka Pelajar,2012

Muhammad kasim, Pemikiran Pendidikan Agama Islam Ibn


Khaldun, Rineta Cipta, Jakarta, 2012 Muhaimin Dkk,
Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalisasinya, Bandung, Trigenda Karya,
1993

Muhammad Nurdin,Kiat Menjadi GURU Profesional,


Jogjakarta,2010

Muhammadtohirpancasila.blogspot.in/2013/01/v,
behaviorurldefaultvmlo.html?m=1

Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (Beirut dan fikr II) juz


ke-1, h. 30

Nasrul H.S, dkk, Pendidikan Agama Islam, Padang: UNP Press


Padang,2011

Novan Ardi Wiyani, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Ar-Ruz


Media, 2012

Prof. Dr. Sudarman Damin, Profesi Kependidikan, ALFABETA,


Bandung 2008

176 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Gaya


Media Pratama, Jakarta, 2001

Samsul Nizar, Peserta Didik Dalam Prespektif Islam, (Sebuah


Pengantar Filsafat Pendidikan Islam), Padang: IAIN Imam
Bonjol Press, 1999

Sukarto Mulyomartono, Nafsiologi: Suatu Pendekatan Alternatif


atas Psikologi, Integritas Press, Jakarta

Wina sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum


Berbasis Kompetensi, Jakarta: Prenada Media Group,
2006

Zahara Idris, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT Gramedia


Widya Sarana Indonesia

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi


Aksara, 2004

177 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

GLOSARIUM

Air mani : cairan kental yang menyembur dari


kelamin laki-laki pada waktu ejakulasi,
merupakan produk dari berbagai organ,
misalnya dari buah zakar, gelembung mani,
kelenjar prostat; sperma

Biologi : ilmu tentang keadaan dan sifat makhluk


hidup (manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan); ilmu hayat

Cendikiawan : orang cerdik pandai; orang intelek, orang


yang memiliki sikap hidup yang terus-
menerus meningkatkan kemampuan
berpikirnya untuk dapat mengetahui atau
memahami sesuatu

Eksogen : berasal dari atau disebabkan oleh faktor-


faktor luar suatu organisme, zat-zat yang
ada di bagian luar tubuh, tetapi sangat
memengaruhi organisme dari tubuh itu

Falsafah : anggapan, gagasan, dan sikap batin yang


paling dasar yang dimiliki oleh orang atau
masyarakat; pandangan hidup

Fasilitator : orang yang menyediakan fasilitas;


penyedia: di dalam konsep belajar mandiri,
guru dan sekolah tidak lagi menjadi titik

178 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

pusat kegiatan, tetapi lebih bersifat sebagai


pendukung dan -- kebutuhan murid

Formal : sesuai dengan peraturan yang sah;


menurut adat kebiasaan yang
berlaku: permohonan itu harus diajukan
secara --, tidak cukup dengan telepon

Resmi : pendidikan -- yang ditempuhnya hanya


sekolah teknik menengah

Ghaib : tidak kelihatan; tersembunyi; tidak


nyata: para ilmuwan mencoba meneliti hal-
hal yang -- di alam semesta ini, hilang;
lenyap: sekalian dewa-dewa itu pun –lah,
tidak diketahui sebab-sebabnya (halnya
dan sebagainya): banyak peristiwa -- yang
belum diselidiki

Hanif : berpegang teguh pada agama (Islam);


bersikap istikamah

Hereditas : penurunan sifat genetik dari orang tua ke


anak

Implikasi : keterlibatan atau keadaan terlibat: --


manusia sebagai objek percobaan atau
penelitian makin terasa manfaat dan
kepentingannya, yang termasuk atau
tersimpul; yang disugestikan, tetapi tidak
179 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

dinyatakan: apakah ada -- dalam pertanyaan


itu

Intelektual :cerdas, berakal, dan berpikiran jernih


berdasarkan ilmu pengetahuan,
(yg)mempunyai kecerdasan tinggi;
cendekiawan, totalitas pengertian atau
kesadaran, terutama yang menyangkut
pemikiran dan pemahaman

Intuisi :daya atau kemampuan mengetahui atau


memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau
dipelajari; bisikan hati; gerak hati

Khalifah : wakil (pengganti) Nabi Muhammad saw.


setelah Nabi wafat (dalam urusan negara
dan agama) yang melaksanakan syariat
(hukum) Islam dalam kehidupan Negara,
(gelar) kepala agama dan raja di negara
Islam, penguasa; pengelola: manusia
diciptakan Allah Swt. sebagai -- di muka
bumi

Kognitif : berhubungan dengan atau melibatkan


kognisi, berdasar kepada pengetahuan
faktual yang empiris

Konotasi : tautan pikiran yang menimbulkan nilai


rasa pada seseorang ketika berhadapan
dengan sebuah kata; makna yang
ditambahkan pada makna denotasi

180 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

Konstruksi : susunan (model, tata letak) suatu


bangunan (jembatan, rumah, dan
sebagainya): rumah itu kokoh karena --nya
beton bertulang, susunan dan hubungan
kata dalam kalimat atau kelompok
kata: makna suatu kata ditentukan oleh --
dalam kalimat atau kelompok kata
Multidimensi : mempunyai berbagai dimensi
(kemungkinan, segi, dan
sebagainya): daerah itu diharapkan dapat
berkembang menjadi daerah -- dalam
industri
Nafsu : keinginan (kecenderungan, dorongan) hati
yang kuat: karena kecewa, --nya untuk
belajar mulai berkurang, dorongan hati
yang kuat untuk berbuat kurang baik;
hawa nafsu: tidak mungkin hal baik itu
dilakukan tanpa melawan – pribadi, selera;
gairah atau keinginan (makan): ikan asin
dan sayur asam menambah – makan, panas
hati; marah; meradang: --nya meluap
ketika melihat saingannya itu
Organis : berkenaan dengan organ (alat-alat),
dilengkapi dengan organ (alat-alat), organik

Personalitas : keseluruhan reaksi psikologis dan sosial


seorang individu; sintesis kehidupan
emosional seseorang dan kehidupan
181 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

mentalnya, tingkah laku dan reaksinya


terhadap lingkungan

Primordial : termasuk dalam bentuk atau tingkatan


yang paling awal, paling dasar
Psikomotorik : berhubungan dengan aktivitas fisik yang
berkaitan dengan proses mental dan
psikologi

Qalbu : pangkal perasaan batin; hati yang suci


(murni); hati
Realisasi : proses menjadikan nyata;
perwujudan, wujud; kenyataan;
pelaksanaan yang nyata
Rohani : roh: di samping jasmani, -- juga
memerlukan santapan, berkaitan dengan
roh; rohaniah: alam --
Ruh : sesuatu (unsur) yang ada dalam jasad
yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab
adanya hidup (kehidupan); nyawa: jika --
sudah berpisah dari badan, berakhirlah
kehidupan seseorang, makhluk hidup yang
tidak berjasad, tetapi berpikiran dan
berperasaan (malaikat, jin, setan, dan
sebagainya), semangat; spirit: kedamaian
bagi seluruh warga sesuai dengan -- Islam

Transformasi : perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan


sebagainya): Asia Tenggara diliputi suasana

182 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

transisi dan -- akibat kemenangan


mereka; terjemahan puisi yang baik kerap
kali menuntut -- secara besar-besaran,
perubahan struktur gramatikal menjadi
struktur gramatikal lain dengan
menambah, mengurangi, atau menata
kembali unsur-unsurnya
Ukhrawi : mengenai akhirat: yang bersifat duniawi
ataupun yang bersifat --; memberi
kebahagiaan duniawi dan --

183 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

INDEKS

A K
Al-Quran, 7, 13, 17, 21, 23, 32, 33, kokoh, 8, 10, 41, 179, 188
34, 36, 38, 39, 62, 101, 102, 105, konsep, 4, 9, 16, 17, 28, 45, 46, 48,
106, 138, 139, 182 51, 61, 84, 93, 94, 95, 103, 114,
133, 145, 146, 160, 161, 167, 176,
B 183, 185

biologi, 8, 36
M
bumi, 11, 14, 30, 31, 34, 36, 46, 49,
50, 55, 74, 129, 165, 187 makhluk, 7, 9, 10, 16, 32, 71, 74, 75,
77, 141, 143, 162, 185, 189
D manusia, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 23, 27,
daging, 8, 9, 10 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37,
darah, 8, 9, 10, 56, 129 38, 39, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48,
49, 50, 51, 55, 57, 67, 71, 74, 75,
F 76, 77, 80, 84, 86, 90, 91, 93, 97,
100, 105, 107, 108, 113, 116, 119,
falsafah, 13, 41 120, 121, 123, 126, 129, 141, 142,
Fitrah, 15, 16 143, 145, 147, 152, 159, 161, 162,
163, 164, 165, 167, 174, 179, 182,
I 185, 186, 187
muslim, 11, 16, 25, 37, 38, 42, 45,
individu, 16, 21, 22, 23, 32, 50, 51, 47, 49, 62, 76, 119
65, 68, 71, 77, 94, 95, 97, 99, 102,
116, 118, 137, 159, 168, 169, 171,
173, 174, 189
P
Indonesia, 19, 37, 38, 39, 40, 55, 69, pengetahuan, 12, 13, 17, 19, 20, 22,
81, 82, 83, 86, 89, 93, 96, 97, 103, 25, 27, 28, 29, 32, 35, 36, 40, 42,
104, 120, 162, 167, 171, 174, 179, 46, 47, 50, 51, 53, 54, 65, 66, 68,
184 70, 75, 78, 79, 84, 86, 87, 88, 89,
islam, 19, 32, 38, 39, 75, 76, 91, 92, 94, 95, 100, 104, 112, 118, 120,
99, 108, 111, 112, 113, 114, 116, 122, 130, 131, 138, 144, 147, 161,
117, 118, 119, 120, 121, 122, 128, 167, 168, 170, 171, 172, 179, 180,
140, 159, 181, 182 187
potensi, 7, 10, 12, 13, 17, 23, 26, 32,
J 39, 44, 47, 50, 51, 55, 60, 65, 71,
74, 75, 76, 87, 90, 92, 143, 162,
jasad, 10, 12, 74, 189 172, 173

184 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m
Ilmu Pendidikan Islam

R T
ruh, 7, 8, 10, 12, 76 teknologi, 13, 60, 61, 70, 89, 122,
140, 176, 179, 180
S Tuhan, 10, 11, 12, 14, 16, 21, 22, 23,
27, 39, 50, 51, 68, 105, 129, 141,
sains, 8, 19, 29, 81, 122 155, 189

185 | I l m u P e n d i d i k a n I s l a m

Anda mungkin juga menyukai