Anda di halaman 1dari 1

A.

Pengertian Jumlah Ismiyyah (Kalimat Nominal)


Jumlah Mufidah atau kalimat sempurna (rangkaian kalimat yang terdiri dari dua kata atau lebih)
terdiri atas dua pola, yaitu :
1. Jumlah Fi’liyah atau disebut kalimat verbal adalah susunan kalimat yang diawali
dengan fi’il (kata kerja).
2. Jumlah Ismiyyah atau disebut kalimat nominal adalah susunan kalimat yang mempunyai dua
unsur pokok, yaitu mubtada’ dan khabar (dimulai dengan isim atau kata benda).
Jadi, Jumlah Ismiyyah atau kalimat nominal adalah kalimat yang dimulai dengan isim atau kata
benda. Oleh karena itu, kalimat nominal tersebut berpola mubtada’ dan khabar.
B. Pengertian Mubtada’ dan Khabar
1. Mubtada ialah isim marfu’(kata benda yang berharakat dhommah) yang berperan sebagai
pokok kalimat atau bebas dari amil lafazh (yang merafa’kan mubtada itu bukan amil lafazh,
seperti fa’il atau naibul fa’il. Dengan kata lain bersifat amil maknawi, yaitu dirafa’kan atau
didhommahkan karena menjadi ibtida’ atau permulaan kalimat.
2. Khabar adalah isim marfu’(kata benda yang berharakat dhommah) yang di-musnadkan atau
disandarkan kepada mubtada, yakni tidak akan ada khabar kalau tidak ada mubtada’ dan
mubtada’ itulah yang merafa’kan khabar[6].Dengan kata lain Khabar berfungsi untuk
melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna.
Jadi, Mubtada’ artinya yang diterangkan (subyek), sedangkan Khabar yaitu isim marfu’ yang
menjelaskan tentang mubtada’ (predikat).
Contoh Mubtada’ dan Khabar dalam sebuah kalimat :
َّ ‫ = اَل‬Pohon itu tinggi.
‫س َج َرتُ ُم ْرت َ ِف َعة‬
‫ = ال َمس ِْج ُد َكبِر‬Masjid itu besar.
Dari contoh diatas, yang berfungsi sebagai Mubtada’ (subyek) adalah kata benda yang berada di
depan,yaitu kata ُ‫س َج َرت‬ َّ ‫(اَل‬Al-syajaratu) = Pohon itu dan kata‫(ال َمس ِْجد‬Al-masjidun) = Masjid itu.
Sedangkan yang berfungsi sebagai Khabar (predikat) adalah kata yang memberi keterangan
tentang keadaan subyek, yaitu kata ‫( ُم ْرت َ ِف َعة‬murtafi’atun) = tinggi dan kata َ‫( كَ ِبر‬kabirun) = besar.
C. Syarat Mubtada’ dan Khabar
Syarat mubtada’ antara lain :
 Mubtada’ harus rafa’ atau berharakat dhammah
 Mubtada’ harus berbentuk ma’rifah
Syarat khabar antara lain :
 Khabar harus berharakat rafa’atau dhommah
 Khabar harus nakirah
 Khabar harus disesuaikan dengan mubtada’, baik jenis kelamin, mufrad, mutsanna, dan jamak.
Perhatikan contoh dibawah ini :
َ‫ = َ ْال ُكرسةَُنظِ يِفة‬Buku tulis itu bersih
Dari contoh diatas, kata yang berada didepan yaitu kata ُ‫َ ْال ُكرس َة‬berfungsi sebagai mubtada’,
berbentuk ma’rifah dan berharakat rafa’atau dhammah. Sedangkan kata yang berada
dibelakangnya yaitu kata َ‫ َنظِ ِيفة‬berfungsi sebagai khabar, berbentuk nakirah dan selalu sesuai
dengan khabarnya. Contohnya kata ‫ نظِ ِيفة‬adalah muannast (jenis kelamin perempuan).

Anda mungkin juga menyukai