Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HADIST DHAIF

Kata dhaif menurut bahasa berasal dari kata dhuifun yang berarti lemah lawan dari kata
qawiy. Sedangkan dhaif berarti hadist yang tidak memeuhi hadist hasan. Hadist dhaif disebut juga
hadist mardud (di tolak). Menurut suyitno (2010) mengemukakan bahwa secara istilah ada beberapa
definisi hadist dhaif yang dikemukakan oleh ulama seperti:

a. Al-Nahwawi

‫مالم يوجد فيه شروط الصحة والشروط الحسن‬

hadist dhaif adalah hadist yang didalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadist syahih 1 dan syarat-
syarat hadist hasan2.

b. Ajjal Al-Khatib

‫كل حديث لم يجتمع فيه صفات القبول‬

hadist dhaif adalah segala hadist yang didalamnya tidak terkumpul sifat-sifat maqbul3

c. Nur al-din

‫مافقدشروطالحديثالمقبول‬

hadist dhaif adalah hadist yang hilang salah satu sayaratnya dari syarat-syarat hadist maqbul.
Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa hadist dhaif adalah hadist yang kehilangan sa-
lah satu syarat atau lebih dari sayat-sayarat hadist syahih atau hadist hasan.
Contoh hadist dhaif iala hadist yang berbunyi:

‫اناانبي صل هللا عليه و سلم وتو ضا و مسح عل الجوربئن‬

“bahwasanya nabi SAW wudhu dan beliau mengusap kedua kaos kakinya.”

Hadist tersebut dikatakan dshaif karena riwayatnya dari Abu Qais Al-Audi,seorang rawi4 yang masih
dipersoalkan.

1
Hadist yang berasal dari orang yang dipercaya yang tidak ada keraguan di dalamnya.
2
Berasal dari kata al-jamal yaitu indah yang berarti hadist yang tidak meimiliki informasi yang bohong,tidak
bertentangan dengan hadist lain dan Al-quran dan informasinya kabur erta memiliki lebih dari satu sanad
3
Dibenarkan atau diluruskan

Hadist dhaif dan macam-macamnya 1


2.2 MACAM-MACAM HADIST DHAIF

Hadits dlaif sangat banyak macamnya, masing-masing memiliki derajat yang berbeda satu
sama lain. Hadits dlaif yang memiliki kekurangan 1 syarat dari syarat-syarat hadits shahih dan hasan
lebih baik daripada Hadits dlaif yang memiliki kekurangan 2 syarat dari syarat-syarat hadits shahih
dan hasan dan begitu seterusnya.
Berdasarkan sebab-sebab di atas maka macam-macam hadits dhoif ini digolongkan menjadi
beberapa kelompok di antaranya:
a. dhaif karena keterputusan sanadnya
1. Muallaq
Muallaq adalah setiap hadits yang tidak disebutkan rangkaian sanadnya dari awal sanad, baik
satu orang rawi yang tidak disebutkan, dua rawi, maupun lebih. Yang terpenting, perawi hadits tidak
disebutkan dari awal sanad.

‫المعلق هو ما حذف من مبدأ إسناده راو فأكثر على التوالي‬

Artinya, “Muallaq ialah hadits yang dihilangkan perawinya dari awal sanad, baik satu orang
ataupun berturut-turut.”
Misalnya, bila seseorang mengatakan “Rasulullah berkata” atau “Dari Sahabat Abu Hurairah
bahwa Rasulullah berkata” tanpa menyebutkan rangkaian sanadnya dari awal, maka hadits tersebut
dinamakan hadits mu’allaq.
2. Mursal
Mursal berarti:

‫ما سقط من آخر اسناده من بعد التابعي‬

Artinya, “Hadits yang dihilangkan perawi setelah thabi’in (sahabat) dari akhir sanadnya.”

Maksudnya hadits yang tidak disebutkan nama sahabat dalam rangkaian sanadnya. Peri-
wayatan hadits pasti melalui sahabat, karena tidak mungkin tabi’in bertemu Rasulullah langsung. Bila
ada hadits yang tidak menyebutkan sahabat dalam rangkaian sanadnya, dari tabi’in langsung lompat
kepada Rasulullah, maka hadits itu bermasalah.

Misalnya, Imam Muslim bin Hajjaj pernah meriwayatkan hadits dari Muhammad bin Rafi’,
dari Hujain, dari Al-Laits, dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab, dari Sa’id bin Musayyab, bahwa Rasulullah
pernah melarang jual beli dengan cara muzabanah, yaitu jual beli tanpa takaran. Redaksi haditsnya
sebagai berikut:

4
Orang yang meriwayatkan hadist

Hadist dhaif dan macam-macamnya 2


‫عن سعيد ابن المسيب أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم نهى عن بيع المزابنة‬

Artinya, “Dari Sa’id bin Musayyab bahwa Rasulullah SAW melarang jual beli dengan cara muza-
banah.”

Ulama menghukumi hadits di atas dengan mursal karena Sa’id bin Musayyab adalah seorang
tabi‘in yang tidak mungkin bertemu Rasulullah SAW. Pasti Sa’id bin Musayyab mendengar hadits itu
dari sahabat. Tetapi dalam rangkaian sanad hadits di atas tidak disebutkan nama sahabat yang menjadi
perantara antara Sa’id bin Musayyab dan Rasulullah.

Di tinjau dari segi siapa yang menggugurkan dan sifat-sifat pengguguran hadist, hadist ini
terbagi menjadi 3 yaitu

a. Mursal jail yaitu bila pengguguran yang dilakukan oleh rawi sangat jelas untuk diketahui, bahwa
orang yang menggugurkan itu tidak hidup sezaman/semasa dengan orang yang yang mempunyai beri-
ta.

b. Mursal Shahabi, yaitu pemberitaan sahabat yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW, tetapi
ia tidak mendengar atau menyaksikan sendiri apa yang ia beritakan, Karena pada saat itu sahabat ter-
sebut masih kecil atau terakhir masuknya ke dalam agama islam.

c. Mursal Khafi, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh tabiin yang hidup sezama dengan shahabi tetapi
ia tidak pernah mendengar sebuah hadistpun darinya.

3. Mu’dhal

yang dimaksud hadist Mu’dhal adalah hadist yang terputus sanadnya, dua orang periwayatnya
atau lebih secara berturut-turut. Hadist ini termasuk hadist yang dimursalkan oleh tabi’ al-tabi’i.
menurut ulama hadist, apabila kalangan ulama fiqh, misalnya al-Sya-fi;iy menyatakan dalam kitab-
nya. “telah bersabda Rosulullah SAW….,” maka hadist tersebut adalah Mu’dhal. Karena ulama fiqh
yang sezaman dengan al-Sya-fi’iy pada umumnya hidup sesudah generasi al-tabi’in. dengan demikian
mereka menerima riwayat hadist nabi melalui sedikitnya dua generasi.

‫اثنان فأكثر على التوالي ما سقط من إسناده‬

Artinya, “Hadits yang dalam rangkaian sanadnya terdapat dua perawi yang dihilangkan secara ber-
turut-turut.”

Hadist dhaif dan macam-macamnya 3


Maksudnya, dalam rangkaian sanad ada dua perawi yang dihilangkan, syaratnya harus ber-
turut-turut. Kalau tidak berturut-turut, misalnya di awal sanadnya ada perawi yang hilang, kemudian
satu lagi di akhir sanad, maka ini tidak bisa dinamakan hadits mu’dhal.

Contoh hadist mudhal adalah hadiat yang diriwayatkan oleh imam hakim dalam kitab “ma’rifat
ulumil hadiat” dengan aanadnya yang terhubung kepada al-o’nabi dari malik bahwa telah aampai
kepadanya bahwa abu hurairah ra berkata:
Rosulullah SAW bersabda:
ُ ‫ط َعا ُمهُ َو ِكس َْوتُهُ بالمعروف َواليُ َكلَّللف ِمنَ ل َع َم ِل ِإال َما ي ُِط‬
‫يق‬ ِ َ‫ِللً َم ْمل‬
َ ‫وك‬

4. Munqathi’

‫ما لم يتصل إسناده على أي وجه كان انقطاعه‬

Artinya, “Hadits yang rangkaian sanadnya terputus di manapun terputusnya.”

Persyaratan hadits munqathi’ lebih longgar daripada sebelumnya. Hadits munqathi’ tidak
mensyaratkan harus berturut-turut atau jumlah perawi yang hilang ditentukan, selama ada dalam
rangkaian sanad itu rawi yang hilang atau tidak disebutkan, baik di awal, pertengahan, maupun akhir
sanad, maka hadits itu disebut munqathi’.

5. Mudallas

Dikatalan mudallas karena dalam hadist itu terdapat tadlis yaitu bercampurnya gelap dan ter-
ang. Adapun hadist mudallas dinamai demikian karena ia mengandung kesamaan dan ketertutupan.
Jadi yang dimaksud dengan hadist mudallas adalah hadist yang didalamnya ada sesuatu yang disem-
bunyikan.

Ulama membagi dua macam hadits mudallas: tadlis isnad dan tadlis syuyukh.

a.Tadlis Isnad

‫أن يروي الراوي عمن قد سمع منه ما لم يسمع منه من غير أن يذكر أنه سمعه منه‬

Artinya, “Perawi hadits meriwayatkan hadits dari gurunya, tetapi hadits yang dia sampaikan itu tid-
ak didengar langsung dari gurunya tanpa menjelaskan bahwa dia mendengar hadits darinya.”

Hadist dhaif dan macam-macamnya 4


Maksudnya, seorang rawi mendapatkan hadits dari orang lain, tetapi dia meriwayatkan
dengan mengatasnamakan gurunya, di mana sebagian hadits dia terima dari gurunya tersebut. Padahal
untuk kasus hadits itu dia tidak mendengar dari gurunya, tetapi dari orang lain.

b. Tadlis Syuyukh

‫ فيسميه أو يكنيه أو ينسبه أو يصفه بما ال يعرف به كي ال‬،‫أن يروي الراوي عن شيخ حديثا سمعه منه‬
‫يعرف‬

Artinya, “Seorang perawi meriwayatkan hadits yang didengar dari gurunya, tetapi dia menyebut
gurunya tersebut dengan julukan yang tidak populer, tujuannya supaya tidak dikenal orang lain.”

Perawi sengaja menyebut gurunya dengan nama atau gelar yang tidak populer supaya orang
lain tidak tahu siapa guru sebenarnya. Karena kalau disebut nama asli gurunya, bisa jadi guru perawi
itu tidak tsiqah (dipercaya) dan haditsnya nanti menjadi bermasalah. Untuk menutupi kekurangan itu,
dia mengelabui orang dengan menyebut nama yang tidak populer untuk gurunya.

Hadist dhaif dan macam-macamnya 5


B. Dhaif Karena Ketercelaan Sanadnya

Selain macam-macam hadis yang telah dikemukakan di atas, masih ada lagi jenis hadis yang
termasuk terputus sanad-nya. Yakni, hadis-hadis mawquf, maqthu’, syadz, dan mu’all (mu’allal). Dua
macam hadis yang disebutkan pertama, sanad-nya tidak sampai kepada Nabi, sedang dua macam
yang disebutkan terakhir, sebagaimana telah dikemukakan dalam pembahasan terdahulu, bentuk
keterputusan sanad-nya cukup beragam.
Adapun hadis yang tidak memenuhi unsur-unsur periwayat bersifat adil dan atau periwayat
bersifat dhabit, jenisnya cukup banyak. Hal ini di-sebabkan karena kualitas ketercelaan periwayat
hadis cukup banyak macam-nya.
Ibn Hajr al-’Asqalaniy membagi periwayat hadis, dilihat dari sifat ketercelaan yang dimiliki
oleh para periwayat, kepada sepuluh macam peringkat. Sifat ketercelaan periwayat yang disebutkan
lebih dahulu memiliki peringkat yang lebih buruk daripada sifat ketercelaan yang disebutkan beri-
kutnya. Urutan peringkat itu diberi istilah-istilah sebagai berikut:
a) al-kadzib, maksudnya: dikenal suka berdusta.
b) al-tuhmat bi al-kadzib, maksudnya: tertuduh telah berdusta.
c) fahusya ghalathuhu, maksudnya: riwayatnya yang salah lebih banyak daripada yang benar.
d) al-ghaflat ‘an al-itqan, maksudnya: lebih menonjol sifat lupanya daripada hafalnya.
e) al-fisq, maksudnya: berbuat atau berkata fasik tetapi belum sampai men-jadikannya kafir.
f) al-wahm, maksudnya: riwayatnya diduga mengandung kekeliruan.
g) al-mukhalafah ‘an al-siqat, maksudnya: riwayatnya ber-lawanan dengan riwayat orang-orang
yang siqat
h) al-jahalah, maksudnya: tidak dikenal jelas pribadi dan keadaan periwayat itu.
i) al-bid’at, maksudnya: berbuat bid’ah yang mengarah ke fasik, tetapi belum menjadi-kannya
kafir.
j) su’ al-hijzh, maksudnya: hafalannya jelek sehingga riwayatnya banyak salah, tetapi di
samping itu ada juga yang benar.

Jadi, periwayat yang disifati dengan sifat ketercelaan yang termaktub di butir pertama lebih buruk
tingkat ketercelaannya daripada periwayat yang disifati dengan sifat ketercelaan yang termaktub di
butir kedua, dan demikian seterusnya
Menurut Ibn Hajar, lima macam dari kesepuluh peringkat sifat ketercelaan tersebut merusak
keadilan periwayat, sedang lima macam lainnya merusak ke-dhabith-an periwayat.19 Ibn Hajar tidak
menjelaskan secara terinci sifat-sifat ketercelaan yang masing-masing merusak keadilan dan ke-
dhabith-an dimaksud.

Hadist dhaif dan macam-macamnya 6


‘Aliy al-Qariy (wafat 1014 H) menyatakan, sifat-sifat ketercelaan yang dikemukakan oleh Ibn
Hajar yang merusak keadilan periwayat ialah: 1 al-kadzib; 2 al-tuhmat bi al-kadzib; 3 al-fisq; 4 al-
jahalat; dan 5 al-bid’at. Sedang lima macam selainnya merusak ke-dhabith-an peri-wayat.

Adapun hadis-hadis yang dianggap daif karena kecacatan dari periwayat adalah:
a. Hadis Mudha’af.
Yang dimaksud hadis mudha’af adalah hadis yang tidak disepakati kedhaifannya. Sebagian ahli
hadis menilainya mengandung kedha’ifan, baik di dalam sanad maupn dalam matan, dan sebagian
yang lain menilainya kuat. Akan tetapi penilaian dhaif itu lebih kuat. Dengan demikian hadis mudhaf
dianggap sebagai hadi daif yang paling tinggi tingkatannya.

b. Hadis Matruk.
Yaitu hadis yang salah satu periwayat yang tertuduh dusta5[10]. Dusta itu, boleh jadi dalam soal
meriwayatkan hadis maupun soal lain. Hadis semacam ini disebut matruk, bukan maudhu’, karena
periwayat tersebut baru dicurigai berdusta meriwayatkan hadis, bukan terbukti telah membuat hadis.

c. Hadis Mu’allal.
Yaitu hadis. Pada umumnya, cacat itu pada sanad. Misalnya, “menyam-bung” sanad yang
sebenarnya terputus. Sedangkan cacat pada matan, sering kali mengambil bentuk penambahan kalimat
oleh periwayat atas teks hadis, seolah-olah, tam-bahan itu termasuk matan hadis.
Meneliti ‘illat hadis dimaksud sangat rumit, karena, hadis itu kelihatannya sudah shahih. Untuk
penelitian ini di-perlukan intuisi, kecerdasan, kekuatan hafalan, dan banyak-nya hadis yang dihafal.
Kata Imam al-Hakim, kemampuan meneliti ‘illat hadis semacam ini bagaikan kemampuan se-seorang
dapat membedakan uang logam palsu dari yang asli melalui pendengaran lentingannya.

d. Hadis Munkar.
Yaitu hadis yang pada sanadnya ada seorang perawi yang parah kesalahannya atau banyak
kelupaannya atau nampak kefasikannya6[11]. Dengan definisi ini maka ia kebalikan dari hadis
ma’ruf, yang biasa didefinisikan “Hadis yang diriwayatkan oleh periwayat tsiqah yang menyalahi ri-
wayat orang dha’if.”

Hadist dhaif dan macam-macamnya 7


e. Hadis Syadz.
Yaitu yang diriwayatkan oleh orang terpercaya, tetapi bertentangan dengan hadis yang diriwayat-
kan oleh orang yang lebih terpercaya lagi. Jadi, sebuah hadis disebut syadz apabila terdapat di da-
lamnya periwayat yang menyendiri dan bertentangan. Sementara, hadis yang lebih kuat sebagai
bandingannya disebut mahfuzh. Misalnya, sebuah hadis yang mendeskripkan perkataan Nabi tentang
sesuatu, tetapi periwayat lain yang lebih kuat mengatakan bahwa itu adalah perbuatan beliau, bukan
perkataan. Beda antara hadis munkar dengan syadz, kalau hadis munkar diriwayatkan oleh orang yang
“lemah”, sedangkan hadis syadz diriwayatkan oleh orang terpercaya.
Untuk sampai pada kesimpulan bahwa sebuah hadis itu syadz, diperlukan ketekunan yang
sungguh karena kegiatan-nya menghimpun matan hadis yang temanya sama dengan jalur yang ber-
beda-beda.

f. Hadis Mudhtharib
Mudhtharib artinya goncang. Dimaksudkan di sini adalah hadis yang periwayatannya menyam-
paikan berbagai hadis yang isinya bertentangan dan tidak dapat di kelompokkan. . Pertentangan terse-
but tidak dapat disatukan atau salah satunya dikalahkan. Bila salah satunya dapat di kalahkan, maka
yang menang dijadikan dalil. Atau dapat disimpulkan bahwa pertentangan itu, yang satu menghapus
(naskh) terhadap lain, maka hadis yang menghapus dipergunakan sebagai dalil.
Adapun hadis yang diriwayatkan melalui berbagai jalur dengan redaksi yang berbeda tetapi isinya
sama, maka hadis semacam itu tidak termasuk mudhtharib, tetapi riwayat bil-ma’na. Justru, hadis
jalur satu menguatkan jalur yang lain-nya. Misalnya, sebuah hadis yang menyebutkan bahwa Nabi
menikahkan seorang shahabat sebagai tercantum dalam hadis riwayat shahabat yang bernama Sahal
ibn Sa’ad.

g. Hadis Maqlub
Yaitu hadis yang periwayatannya di dalam menyebut matan atau periwayat lain secara terbalik-
balik. Contoh sebuah hadis riwayat Abu Hurairah tentang perilaku sujud dalam salat: Bila salah
seorang di antara kamu bersujud, maka hendaknya ia tidak merebahkan diri seperti onta, tetapi hen-
daknya ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya. Setelah diadakan penelitian, ternyata
hadis ini berten-tangan dengan hadis jalur lain yang mengatakan bahwa ketika sujud itu hendaknya
meletakkan tangan dulu, bukan meletakkan lutut dulu.

Hadist dhaif dan macam-macamnya 8


BAB III
PENUTUP

3.l Kesimpulan
Hadits dhoif merupakan hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shohih dan syarat-
syarat hadits hasan. Hadits dhoif ini memilki penyebeb mengapa bisa tertolak di antaranya dengan
sebab-sebab dari segi sanad dan juga dari segi matan. Kriteria hadits dhoif adalah karena sanadnya
ada yang tidak bersambung,kurang adilnya perawi,kurang dhobiyhnya perawi dan Ada syadz dalam
hadits tersebut. Hadist dhaif jika dilihat dari segi sanadnya terbagi menyadi dua yaitu dhaif karena
keterputusan sanadnya dan dhaif karena ketercelaan sanadnya. Dilihat dri keterputusan sanadnya had-
ist dhaif terbagi lagi menjadi beberapa macam yaitu muallaq,mursal,mu’dhal,munqathi’,mudallas se-
dangkan jika di tinjau dari segi ketercelaan sanadnya terbagi menjadi beberapa macam diantaranya
mudha’af,matruk,muallal,munkar,syadz,mudhtharib,dan maqlub.

Hadist dhaif dan macam-macamnya 9


DAFTAR PUSTAKA

Al-Maliki, Muhammad Alawi. 2009. Ilmu Ushul Hadis. Yogyakarta: Pustaka pelajar
An-Nizar, Baihaqi. 2013. Hadist Dhoif dari segi terputusnya sanad. Http://Baihaqi- anni-
zar.blogspot.com/2015/01/hadist-dhoif-dari-segi-terputusnya-sanad.html?m=1
Sarjanaku. 2016. Hadist dhaif pengertian dan macam macam hadits dhaif.
http://www.sarjanaku.com/2011/11/hadits-dhaif-pengertian-macam-macam.html?m=1

Hadist dhaif dan macam-macamnya 10

Anda mungkin juga menyukai