E95218970
Ilmu hadis/ Usulludin
UAS/ hadis maudu'i
ِ ع َْن َأن،ح
َس ب ِْن َ انَ ب ِْنCCَ ع َْن َأب،رC
ٍ ِالC ص ٍ Cَ ِد هَّللا ِ ْب ِن َأبِي َج ْعفC ع َْن ُعبَ ْي،َ َع ِن اب ِْن لَ ِهي َعة، َأ ْخبَ َرنَا ْال َولِي ُد بْنُ ُم ْسلِ ٍم،َح َّدثَنَا َعلِ ُّي بْنُ حُجْ ٍر
" ال ُّدعَا ُء ُم ُّخ ْال ِعبَا َد ِة:ال
َ َ َع ِن النَّبِ ِّي ق،ك
ٍ َِمال
Terjemmah: telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujrin, telah mengabarkan kepada
kami Al Walid Bin Muslim , dari Ibnu Abi Lahi’ah, dari Absullah bin Abi Ja’far, dari Aban
Bin Solih, dari Anas Bin Malik, dari Anbi Sallallahualaihi wasallam, beliu bersanbda: “Doa
adalah inti sari dari ibadah”
Kritik Sanad:
Tobaqot: 9
Tobaqot: 8
Ibnu Lahi’ah
Tobaqot: 7
Tobaqot: 5
Tobaqot: 5
Tobaqot: 1
Jika dilihat dari segi keterkaitan antara murid dan guru maka rangkain hadis diatas
memenuhi criteria keittisoluan sanad, dan juga tahun tahun lahir dan wafat, serta tobaqot
yang mendukung keselarasan Ittisoluan sanad. Sedangkan dari segi rincian perwinya rata rata
dinilai Tsiqoh oleh para kritikus hadis, namun ada satu rowi bernama Ibnu Lahi’ah yang
dinytakan oleh ibnu hajar dengan kalimat Soduuq yang artinya orang yang jujur. Berasarkan
hal ini maka rangkain sanad hadis diatas adalah Hasan. Karna kalimat soduq dalam sighah
jarh wa takdil menempati peringkat keempat dalam takdil yang berarti dalam peringkat
Hasan. Sedangkan dari segi matannya… . Sama sekali tidak bertentangan dengan al quran
maupun hadis yang lebih tinggi derajatnya dari hadis ini (hadis sohih).
1. Hadis sohih: adalah Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan
oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di
dalamnya syadz dan ‘illah.” hadis sohih dibagi dua yakni: a. Hadits Shahih Lidzatihi
(Murni) Yaitu hadist yang memenuhi sifat-sifat penerimaan hadist pada tingkat
tertinggi, atau dengan kata lain memenuhi lima kriteria di atas secara sempurna.
Kedua yakni b. Hadits Shahih Lighorihi (Tidak murni) Yaitu hadits yang tidak
memenuhi lima kriteria hadits shahih secara sempurna. Merupakan bentuk dari
ketidaksempurnaan misalnya suatu hadist diriwayatkan oleh perawi yang adil namun
dlabitnya tidak sempurna sehingga digolongkan dalam hadits hasan. Namun karena
didukung oleh hadits lain yang semakna, dengan jalur sanad lain yang kualitasnya
sama atau lebih baik maka naik menjadi hadist shahih.
2. Hadis hasan: adalah Hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi
adil, namun kualitas hafalannya tidak terlalu baik atau tidak sampai ke hadits shahih,
tidak terdapat syadz dan ‘illah. Hadis hasan dibagi menjadi 2 yakni: a. Hadits Hasan
li-Dzati adalah Hadits yang sanadnya bersambung dengan periwayatan yang adil,
dhabit meskipun tidak sempurna, dari awal sanad hingga akhir sanad tanpa ada
kejanggalan (syadz) dan cacat (Illat) yang merusak hadits. Yang kedua yakni: b.
Hadits Hasan lli-Ghairihi adalah Hadits yang pada sanadnya ada perawi yang tidak
diketahui keahliannya, tetapi dia bukanlah orang yang terlalu benyak kesalahan dalam
meriwayatkan hadits, kemudian ada riwayat dengan sanad lain yang bersesuaian
dengan maknanya. Jumhur ulama muhaddisin memeberikan definisi tentang haditst
hasan li-Ghairihi sebagai berikut: Yaitu hadits hasan yang sanadnya tidak sepi dari
seorang mastur (tak nyata keahliannya), bukan pelupa yang banyak salahnya, tidak
tampak adanya sebab yang menjadikan fasik dan matan haditsnya adalah baik
berdasarkan periwayatan yang semisal dan semakna dari sesuatu segi yang lain.
Haditst hasan li-Ghairihi pada dasarnya adalah hadits dhaif. Kemudian ada petunjuk
lain yang menolongnya, sehingga ia meningkat menjadi hadits hasan. Jadi, sekiranya
tidak ada yang menolong, maka hadits tersebut akan tetap berkualitas dhaif.
3. Hadis dhoif: adalah hadis yang sanadnya terputus, perawinya tidak dhobit dan
matannya terdapat ‘illat. Singkatnya, hadis dhaif adalah hais yang tidak memenuhi
persyaratan hadits shahih dan hadits hasan. Hadis doif terbagi menjadi banyak. Yakni:
1) Dhaif karena tidak bersambung sanadnya
(a) Hadits Munqathi : Hadits yang gugur sanadnya di satu tempat atau lebih, atau pada
sanadnya disebutkan nama seseorang yang tidak dikenal.
(b) Hadits Muallaq : Hadits yang rawinya digugurkan seorang atau lebih dari awal
sanadnya secara berturut-turut.
(c) Hadits Mursal : Hadits yang gugur sanadnya setelah tabiin. Yang dimaksud
dengan gugur di sini, ialah nama sanad terakhir tidak disebutkan. Padahal sahabat
adalah orang yang pertama menerima hadits dari Rasul saw.
(d)Mursal al-Jali : Hadits yang tidak disebutkannya (gugur) nama sahabat dilakukan
oleh tabiin besar.
(e) Mursal al-Khafi : Pengguguran nama sahabat dilakukan oleh tabiin yang masih
kecil. Hal ini terjadi karena hadits yang diriwayatkan oleh tabiin tersebut meskipun ia
hidup sezaman dengan sahabat, tetapi ia tidak pernah mendengar sebuah hadits.
(f) Hadits Mudhal : hadits yang gugur rawinya, dua orang atau lebih, berturut-turut,
baik sahabat bersama tabi'i, tabi'i bersama tabi' al-tabi'in maupun dua orang sebelum
shahabiy dan tabi'iy.
(g) Hadits Mudallas : yaitu hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan
bahwa hadits itu tidak terdapat cacat.