DisusunOleh :
Kelas : Gizi 2A
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa
perkataan, perbuatan, pernyataan, taqrir, dan sebagainya. Namun pada kasus ini, tidak
semua hadits yang disandarkan kepada Nabi adalah benar. Kadang adanya sebuah
penambahan pada matan, kecacatan pada rawi, terputusnya sanad dan berbagai bentuk
ketidakbenaran lainnya. Dari kasus seperti ini, maka diadakanlah kodifikasi hadits atau
pembukuan hadits secara rinci yang membagi tingkatan-tingkatan hadits dari
keshahihannya sampai kedhaifannya.
Pada makalah ini akan dibahas tentang hadits dhaif. Di mana hadits dhaif ini
adalah salah satu tingkatan hadits yang menjadi sasaran penting untuk dipelajari dalam
disiplin ilmu hadits.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu hadist dhoi’if dan hadist maudhu’?
2. Apa saja yang terkandung dalam hadis dho’if dan hadist maudhu’?
BAB II
PEMBAHASAN
C. Kedudukan Hadits Dhaif
Para muhadditsin mengemukakan sebab-sebab tertolaknya hadis dari dua jurusan.
Yakni dari jurusan sanad dan jurusan matan.
Dari jurusan sanad diperinci menajadi dua bagian:
1. Terwujudnya cacat-cacat pada rawinya, baik tentang keadilannya maupun
kehafalannya, seperti : dusta, tertuduh dusta, fasik, banyak salah, lengah dalam
menghafal, banyak waham, menyalahi orang kepercayaan, tidak diketahui
identitasnya, penganut bid’ah dan tidak baik hafalannya.
2. Tidak bersambungnya sanad, dikarenakan adanya seorang rawi atau lebih, yang
digugurkan atau saling tidak bertemunya satu dengan yang lainnya.
Sebab-sebab tertolaknya hadis karena sanad digugurkan (tidak bersambung) :
1. Kalau yang digugurkan itu sanad pertama.
2. Kalau yang digugurkan itu sanad terakhir (sahabat)
3. Kalau yang digugurkan itu dua orang rawi atau lebih berturut-turut.
Dari jurusan matan, hadis dhaif yang disebabkan suatu sifat yang terdapat pada matan
ialah:
a. Hadis maufuq ilah hadis yang disandarkan kepada sahabat, baik berupa perkataan,
perbuatan maupun ketetapan baik sanadnya bersambung atau tidak, dengan syarat
sunyi dari tanda-tanda marfu’. Kalau tidak sunyi maka hukumnya marfu’. Seperti
riwayat Bukhari :” adalah Ibnu Umar dan Ibnu Abbas keduanya berbuka puasa dan
meringkas shalat pada perjalanan empat burad (12 mil).
b. Hadis maqthu ialah hadis yang disandarkan kepada tabiin dan orang-orang yang
datang sesudahnya, baik berupa perkataan, perbuatan maupu ketetapan, baik
sanadnya bersambung atau tidak, tetapi dengan syarat sunyi dari tanda-tanda
marfu’ dan mauquf. Contohnya : perkataan tabiin”berbuat demikian”.
Contoh hadis dhaif
من قا م ليلتي العيد ين محتسبا هللا لم يمت قلبه يو م تمو ت
Arinya: Barang siapa menyamarakkan malam dua hari raya hanya sematmmma-mata
mengharap ridha Allah, maka hatinya tidak akan mati di hari ketika manusia mati.
Hadis ini sangat dhaif. Telah dikeluarkan oleh Ibnu Majah dengan sanad dari
buqayah bin al-walid, dari Tsur bin Yazid dari Khalid bin Ma’dan, dari Abu Umamlah r.a,
sanad riwayat ini dhaif dikarenakan Buqayah dikenal sebagai orang yang suka
mencampuradukkan perawi, dengan demikian yang dinyatakan al-Hafizh al-
Iraqi dalam Tahrij al-Ihya-nya.
G. Kedudukan Hadits Maudhu’
Jumhur ahli hadis juga berpendapat, bahwa berdusta termasuk dosa besar. Semua
ahli hadis menolak khabar pendusta. Bahkan Syeikh Abu Muhammad al-juwainiy
mengkafirkan pemalsu hadis. Semua hadis maummmmdhu bathil lagi tertolak dan tidak
bisa dijadikan pegangan, karena merupakan kedustan atas diri rasul SAW.
Disamping sepakat mengenai keharaman membuat hadis palsu, ulama juga
sepakat mengenai keharaman meriwayatknnya, tanpa menjelaskan kemaudhuannya dan
kedustaannya. MerekaM tidak memperbolehkan meriwayatkan sedikit pun hadis palsu,
baik berkenaan dengan kisah, tarhib, targthib, hukum-hukum ataupun tidak, berdasarkan
sabda Rasulullah SAW
من احذث عني بحد ير انه كذب فهواحدالكاذبين
Artinya:” Barang siapa yang meriwayatkan dariku sebuah hadis dan terlihat bahwa
mhadis itu dusta, maka Ia juga termasuk satu diantara para pendusta”.
1. Tanda-tanda hadis maudhu
Hadis maudhu dapat diketahui melalui tanda-tandanya baik yang ada pada sanad
maupun pada matan. Tanda-tanda maudhu pada sanad, diantaranya sebagai berikut:
a. Pengkuan dari ornag yang membuat sendiri
Sebagaimana pengakuan abdul Karim bin Abu Al-Auja ketika akan dihukum mati ia
mengatakan: “ demi Allah aku palsukan padamu 4000 buah hadis. Di dalamnya aku
haramkan yang halal dan aku halalkan yang haram”. Kemudian dihukum pancung
lehernya atas instruksi Muhammad bin Sulaiman bin Ali gubernur Basrah (160-173
H). Maysarah bin Abdi Rabbih al-Farisi mengaku banyak membuat hadis maudhu lebih
dari 70 hadis. Demikian Abu Ishmah bin Maryam yang bergelar Nuh Al-Jami mengaku
banyak membuat hadis maudhu yang disandarkan kepada abbas tentang keutamaan al-
quran.
b. Adanya bukti (qarinah) mengenai pengakuan
Seperti seorang yang meriwayatkan hadis dengan ungkapan yang mantap serta
meyakinkan (jazam) dari seorang syeikh padahal dalam sejarah ia tidak pernah bertemu
atau dari seorang syeikh di suatu negeri yang ia tidak pernah ke sana atau seorang syeikh
yang telah wafat sementara ia masih kecil atau belum lahir. Ma’mun bin ahmad al-kharawi
mengaku mendengar hadis dari Hisyam bin Hammar. Al-hafizh bin Hibban bertanya:’
kapan anda datang ke syam?”, Ma’mun menjwab: “ pada tahun 250 H. “ Ibnu Hibban
menjelaskan bahwa Hisyam bin Amar meninggal pada tahun 245 H. sambut Ma’mun :”
Hisyam bin Amar yang lain. Hal ini menunjukkan adanya pengakuan bahwa ia tidak
pernah bertemu dengan Hisyam bin Amar.
c. Adanya bukti pada perawi
Adanya indikasi pada perawi yang menujukkan akan kepalsuannya, misalnya
seorang perawi yang rafidhah dan hadisnya berisikan tentang keutamaan ahlul baith.
d. Kedustaan perawi
Seorang perawi yang dikenal dusta meriwayatkan suatu hadis sendirian dan tidak
ada seorang tsiqah yang meriwayatkannya.
Tanda-tanda maudhu pada matan :
a. Lemah susunan lafal dan maknanya
Dari segi maknanya, maka hadis itu bertentangan dengan al-quran, hadis, dengan
ijma dan logika yang sehat. Secara logis tidak di benarkan bahwa ungkapan itu datang
dmari Rasul. Banyak hadis-hadis panjang yang lemah susunan bahasa dan maknanya.
Seorang yang memiliki ketajaman dalam memahami hadis dari Nabi atau bukan hadis
maudhu ini bukan bahasa Nabi yang mengandung sastra (fashahah), karena sangat rusak
susunanya, Ar-Rabi’ bin Khats yang berkata: sesungguhnya hadis itu bercahaya seperti
cahaya kami mengenalnya dan memilki kegelapan bagaikan gelap malam kami
menolaknya.
b. Rusak maknanya
Maksud rusak maknanya karena bertentangan dengan rasio yang sehat, menyalahi
kaidah kesehatan, mendorong pelampiasan biologis seks dan lain-lain dan tidak bisa
ditakwilkan.
Contoh:
النظرال الوجه الحسن يجاوالبصر والنظرال الوجه القبيح يورث الكا ح
Artinya:” Memandang wajah yang cantik dapat menerangkan mata, memandang wajah
yang jelek dapat menyebabkan sedih”.
c. Bertentangan teks Al-Qur’an atau hadis mutawatir
Contoh yang bertentangan dengan Al-Quran adalah tentang jangka usia dunia,
yaitu tujuh ribu tahun. Ini jelas tidak shahih, tentu semau orang akan mengerti kapan
kiamat tiba. Padahal Allah Azza Wa Jalla berfirman:
Sۚ S َوSُ اَّل هSِ إS اSَ هSِ تS ْقSوSَ Sِ لS اSَهS يSِّ لS َجSُ اَل يSۖ S يSِّS بSرSَ S َدS ْنSعSِ S اSَ هS ُمS ْلSعSِ S اSَّ َمS نSِ إSلSْ Sُ قSۖ S اSَهS اS َسSرSْ S ُمSنSَ Sَّ اS يSَ أS ِةS َعSَّ اSسSلS اS ِنS َعSك َ SَنS وSُلSَ أS ْسSَي
S اSSَ هS ُمS ْلS ِعS اSSَّ َمS نSِ إSلSْ SSُ قSۖ S اSSَ هS ْنS َعS ٌّيSِ فSحSَ Sك َ َّSنSَ أS َكSك Sْ Sَ يSۗ Sً ةSَ تS ْغSَ اَّل بSِ إS ْمS ُكS يSِ تSْ أSَ اَل تSۚ Sض
َ SَنS وSُلSَ أS سS ِ SرSْ Sَ أْلS اS َوSت ِ S اSوSَ S اSَّ َمSسSلS اS يSِ فSتSْ Sَ لSُ قSَث
S َنS وS ُمSَ لSعSْ Sَ اَل يSس ِ Sَّ اSنSلS اS َرSَ ثS ْكSَن أ َّS S ِكSَلSٰSوSَ Sِ هَّللاS َدS ْنSِع
Artinya:”Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?"
Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku;
tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu
amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan
datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan
kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari
kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui".(QS. Al-
Araf:187)
Contoh hadis maudhu yang bertentangan dengan hadis mutawatir:
وان كل من يسمي بهذه السماء (محمدواحمد)آليدخل انار
Artinya:” Bahwa setiap orang dinamakan dengan nama-nama (Muhammd Ahmad dan
semisalnya) ini, tidak akan dimaksukkan ke neraka.”
Contoh hadis palsu yang bertentangan dengan hadis shahih adalah hadis-hadis
tentang pujian terhadap prang yang namanya Muhammad atau Ahmad dan bahwa orang-
orang yang namanya seperti itu tidak akan masuk neraka. Jadi hadis tersebut jelas
bertentangan dengan ajaran agama, bahwa neraka tidak akan terpengaruh oleh nama-nama
tertentu. untuk selamat darinya hanya bisa dilakukam dengan beriman dan beramal shaleh.
Setiap hadis yang meriwayatkan Ali adalah shahih yang menyatakan wasiat khalifah
ada pada Ali r.a. tidaklah shahih. Karena ia bertentangan dengan ijma’ ulama, bahwa nabi
SAW tidak menegaskan siapa yang akan mengganti beliau.
d. Menyalahi realita sejarah
Misalnya hadis yang menjelaskan bahwa Nabi memungut jizyah (pajak) para
penuduk khaibar dengan di saksikan oleh Sa’ad bin Mu’ads padahal Sa’ad telah meninggal
pada masa perang khandaq sebelum kejadian tersebut.
e. Hadis sesuai dengan mazhab perawi
misalnya, hadis yang diriwayatkanm oleh Habbah bin Juwaihi, ia berkata: saya
mendengar Ali berkatam
عبدت هللا مع ر سوله قبل ان يعبده ااحدمن هذه اال مة خمس سنين اوسبع سنين
artinya:” Aku menyembah Tuhan bersama Rasul-Nya sebelum menyembah-Nya seorang
pun dari umat ini lima atau tujuh tahun.”
Hadis ini mengkultuskan Ali sesuai dengan prinsip madzhab syiah, tetapi
mengkultuskan itu juga tidak masuk akal, bagaimana Ali beribadah bersama rasul lima
atau tujuh tahun sebelum umat ini.
f. Mengandung pahala yang berlebih bagi amal yng kecil.
Biasanya motif pemalsuan hadis ini disampaikan para tukang kisah yang ingin
menarik perhatian para pendengarnya atau agar menarik pendengar agar melakukan amal
saleh. Tetapi memang tinggi dalam membesarkan suatu amal kecil dengan pahala yang
berlebihan. Misalnya:
من صل الضفي كذاوكذاركعة اعطي ثواب سبعين نبيا
Artinya:”Barang siapa yang sholat d اuha sekian rakaat diberi pahala 70 nabi.”
g. Sahabat dituduh menyembunyikan hadist
Sahabat dituduh menyembunyikan hadis dan tidak menayampaikan atau tidak
meriwayatkan kepada orang lain, padahal hadis itu secara transparan harus
disampaikan Nabi SAW, misalnya, nabi memegang tangan Ali bin Abi Thalib di
hadapan para sahabat semua, kemudian bersabda: ini wasiatku dan saudaraku dan
khalifah setelah aku. Seandainya ini benar wasiat dari Nabi SAW tentu banyak diantara
para sahabat yang meriwayatkannya, karena masalahnya adalah untuk kepentingan
umum yakni kepemimpinan. Tidak mungkin para sahabat diam tidak meriwayatkan
jika hal itu terjadi benar pada diri Rasulullah.
Daftar Pustaka