Anda di halaman 1dari 10

Widagdyo: EKSTRAKSI KAFEINA DARI SERBUK KOPI JAVA ROBUSTA DENGAN PELARUT ...

EKSTRAKSI KAFEINA DARI SERBUK KOPI JAVA ROBUSTA


DENGAN PELARUT MINYAK JAGUNG

Dimas Rizky Widagdyo1), Velina Agustien Budiman1), Aylianawati2), Nani Indraswati2)


Email: d1masz@yahoo.com

ABSTRAK

Kopi menjadi salah satu minuman yang sangat digemari oleh masyarakat baik kalangan muda maupun
dewasa. Kopi Java Robusta merupakan salah satu jenis kopi lokal yang mempunyai kadar kafeina tertinggi yang
memiliki dampak negatif bagi konsumen. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, maka dibutuhkan cara
untuk mengurangi kadar kafeina yaitu dengan cara ekstraksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mempelajari pengaruh waktu ekstraksi dan perbandingan massa serbuk kopi dengan pelarut minyak jagung
terhadap jumlah kafeina terekstrak dan kondisi proses ekstraksi. Selain itu juga untuk membandingkan kadar
kafeina pada serbuk kopi setelah ekstraksi dengan produk kopi dekafeinasi komersial. Proses ekstraksi
dilakukan pada suhu 100oC dengan variasi perbandingan massa serbuk kopi dengan pelarut minyak jagung dan
waktu ekstraksi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin besar perbandingan massa serbuk kopi dengan
volume pelarut minyak jagung dan semakin lama waktu ekstraksi, semakin banyak kafeina yang terekstrak.
Kondisi maksimum proses ekstraksi didapatkan pada perbandingan 1:15 g/mL dan waktu ekstraksi 90 menit
dengan % kafeina terekstrak sebesar 41,33%.

Kata kunci: kafeina, massa kopi, volume minyak jagung, waktu ekstraksi

PENDAHULUAN Indonesia, kopi (biji kopi) Indonesia juga


Dewasa ini, telah banyak dikenal mampu mencapai pasar internasional. Hal
berbagai jenis minuman kopi baik dalam bentuk tersebut terbukti dari besarnya angka ekspor
bubuk maupun instan. Dari berbagai jenis kopi (biji kopi) Indonesia yang mencapai angka
minuman kopi tersebut, kafeina merupakan sekitar 14.016,27 ton per tahunnya[3].
senyawa utama yang terkandung di dalamnya. Kafeina sendiri merupakan senyawa
Sebagian besar masyarakat tidak menyadari alami yang terkandung di dalam kopi (biji
bahwa kafeina sebenarnya memiliki dampak kopi). Kafeina tersebut memang memiliki
negatif yang cukup besar bagi tubuh jika berbagai dampak positif bagi para penikmatnya
dikonsumsi secara berlebihan. Kenyataan seperti peningkatan kesadaran dan konsentrasi
tersebut dapat mengganggu kenyamanan secara temporer, mencegah penyakit asma,
masyarakat dalam menikmati secangkir kopi. peningkatan produksi asam pencernaan, serta
Data menunjukkan bahwa jenis biji kopi lokal mampu meningkatkan performa seorang atlet[4].
Indonesia seperti: Robusta dan Arabika Namun, dibalik dampak positif tersebut,
memiliki kadar kafeina yang cukup tinggi. Biji terkandung juga berbagai dampak negatif yang
kopi jenis Robusta misalnya memiliki kadar diakibatkan oleh kafeina antara lain:
kafeina sekitar 2,4% berat kering setelah mengakibatkan kecanduan, menimbulkan gejala
mengalami proses sangrai. Sedangkan, biji kopi penyakit seperti: pusing, insomnia, tremor,
jenis Arabika memiliki kadar kafeina sedikit menimbulkan perasaan cemas, mengurangi
lebih rendah yaitu sekitar 2,3% berat kering penyerapan kalsium, meningkatkan denyut
setelah melalui proses sangrai[1]. Hal tersebut jantung, dan meningkatkan tekanan darah serta
mengundang banyak pihak untuk melakukan menimbulkan rasa pahit dalam kopi yang
penelitian terkait pengurangan efek negatif dari dikonsumsi[4].
kafeina yang terkandung dalam biji kopi, Kafeina dapat dipisahkan dari kopi (biji
sehingga tidak mempengaruhi kesehatan bagi kopi) dengan cara ekstraksi. Dewasa ini, cara
para penikmatnya. yang lebih dikenal sebagai proses pemisahan
Indonesia, sebagai salah satu negara yang kafeina dari kopi (biji kopi) adalah ekstraksi
berada di daerah tropis, memiliki komoditas padat-cair dengan menggunakan pelarut air. Hal
kopi (biji kopi) yang cukup besar. Tercatat pada tersebut dilakukan karena air dapat melarutkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) Republik kafeina dalam jumlah yang cukup besar.
Indonesia bahwa dalam satu tahun, Indonesia Namun, air tidak mampu mengekstrak kafeina
mampu memproduksi sekitar 28.700 ton biji secara spesifik. Komponen rasa dan aroma dari
kopi[2]. Selain sebagai komoditas lokal kopi juga ikut terekstrak, sehingga kopi yang

1)
Mahasiswa di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2)
Staf Pengajar di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 (1-10)

rendah kafeina (kopi dekafeinasi) lebih Kopi merupakan minuman yang


cenderung kehilangan rasa dan aroma asli dari sangat populer di kalangan masyarakat
kopi. Kelemahan tersebut yang kemudian baik remaja maupun dewasa. Dalam kopi
memancing berbagai pihak untuk mulai (biji kopi) itu sendiri, terkandung suatu
mencari jalan untuk mengurangi kadar kafeina senyawa yaitu kafeina. Setiap jenis kopi
dalam kopi (biji kopi) yang tidak memiliki kadar kafeina yang berbeda-beda.
menghilangkan rasa dan aroma khas dari kopi Dari data yang diperoleh, kadar kafeina
itu sendiri[5]. dalam biji kopi Robusta yang telah
Penelitian yang telah dilakukan disangrai mencapai sekitar 2,4% (berat
menunjukkan bahwa kafeina dapat dilarutkan kering). Sedangkan kadar kafeina yang
dalam minyak jojoba dan minyak zaitun[6]. terkandung dalam biji kopi Arabica yang
Berdasarkan penelitian tersebut, maka pada telah disangrai hanya sekitar 1,2% (berat
penelitian ini, digunakan jenis minyak lain yaitu kering)[8]. Kadar kafeina dalam jenis biji
minyak jagung untuk digunakan sebagai pelarut kopi yang sering ditemukan di Indonesia
dalam proses ekstraksi kafeina dari serbuk kopi. disajikan dalam Tabel 1.
Selain itu, pada penelitian ini juga digunakan
kopi lokal Indonesia dengan jenis Java Robusta
yang memiliki kadar kafeina paling tinggi Tabel 1. Kadar Kafeina Berbagai Jenis Biji Kopi[8]
dibanding kopi lokal Indonesia lainnya. Kadar Kafeina
Jenis Biji Kopi
Secara khusus, tujuan dari penelitian ini (% berat kering)
adalah untuk mempelajari pengaruh Arabika (green) 1,3
perbandingan jumlah serbuk kopi dan pelarut Robusta (green) 2,3
minyak jagung serta waktu ekstraksi terhadap Arabika (sangrai) 1,2
jumlah kafeina terekstrak dan kondisi proses Robusta (sangrai) 2,4
ekstraksi. Sebagai akhir dari tujuan penelitian,
dilakukan pula perbandingan antara kadar
kafeina pada kopi yang telah melalui proses 2. Kopi Java Robusta
ekstraksi dengan kopi dekafeinasi komersial. Java Robusta mulai diperkenalkan di
Indonesia pada tahun 1900-an sebagai
TINJAUAN PUSTAKA pengganti kopi Java Arabica yang hancur
1. Kopi saat terjadi penyakit tumbuhan yang
Buah kopi terdiri atas tiga bagian, menyerang tanaman kopi Java Arabica.
yaitu lapisan kulit luar (excocarp), lapisan Kopi Java Robusta yang lebih tahan
daging (mesocarp), lapisan kulit tanduk terhadap hama tanaman dianggap sebagai
(endoscarp), kulit ari, dan biji kopi. alternatif yang tepat terutama untuk
Penampang melintang biji kopi disajikan perkebunan kopi di daerah dataran
pada Gambar 1. rendah[9]. Kopi ini bisa tumbuh mencapai
Komposisi kimia biji kopi berbeda- ketinggian sekitar 10 meter dan
beda, tergantung jenis kopi, tanah tempat memerlukan waktu berkisar 10-11 bulan
tumbuh dan pengolahan kopi. Komponen sampai bijinya bisa dipanen. Secara umum
terpenting yang terdapat dalam kopi adalah kopi jenis Java Robusta lebih tahan
kafeina dan kafeol. Kafeina adalah bahan terhadap cuaca dan mudah
aktif yang menstimulasi kerja saraf. pemeliharaannya dibandingkan kopi Java
Sedangkan kafeol adalah bahan aktif yang Arabica. Jenis kopi Java Robusta yang
memberikan rasa dan aroma yang harum digunakan dalam penelitian ini disajikan
pada kopi[7]. pada Gambar 2.
Robusta adalah spesies kopi yang
asalnya dari Afrika Barat dan banyak
tumbuh di Afrika serta Brazil, biasa
disebut Conillon. Kopi ini juga tumbuh di
Asia Tenggara ketika kolonial Perancis
memperkenalkannya di akhir abad ke-19 di
Vietnam. Hal ini menyebabkan Vietnam
hanya memproduksi kopi Robusta saja
sekaligus menjadi penghasil kopi Robusta
terbesar di dunia.
Gambar 1. Penampang Melintang Biji Kopi

2
Widagdyo: EKSTRAKSI KAFEINA DARI SERBUK KOPI JAVA ROBUSTA DENGAN PELARUT …
 

3. Kafeina
Kafeina merupakan salah satu
senyawa golongan alkaloid xantina dengan
rumus kimia 1,3,7-trimethylxanthine yang
dapat ditemukan pada komoditas: kopi,
teh, dan coklat[9]. Kafeina ini merupakan
suatu senyawa berbentuk serbuk berwarna
putih pada suhu ruang dan juga tidak
berbau. Senyawa kafeina (1,3,7-
trimethylxanthine) memiliki titik leleh
berkisar 235-237oC dan titik sublimasi
sekitar 176oC[7]. Rumus bangun senyawa
kafeina disajikan pada Gambar 3 sebagai
berikut:

Gambar 2. Penampang Biji Kopi Singa Jenis


Java Robusta

Sekitar sepertiga produksi kopi dunia


ialah kopi Robusta. Kopi ini lebih mudah
perawatannya dibandingkan dengan jenis
kopi lainnya, sehingga biaya produksinya
juga lebih murah. Selain itu, karena kopi
Java Arabica dikenal dengan kualitas yang
lebih baik, maka kopi Java Robusta
biasanya dibuat menjadi kopi instant, Gambar 3. Rumus Bangun Senyawa Kafeina
espresso dengan tingkat kafeina hampir 2 (1,3,7-trimethylxanthine)
kali lipat dibandingkan kopi Java Arabica.
Kloroform sebenarnya merupakan
Roasting merupakan salah satu proses pelarut yang efektif untuk melarutkan
pengolahan biji kopi yang sangat kafeina dalam suhu kamar dibandingkan
menentukan warna, aroma dan cita rasa dengan air pada suhu yang sama. Namun,
dari biji kopi tersebut. Roasting merupakan oleh karena alasan keamanan, dampak
proses penyangraian biji kopi yang lingkungan, dan biaya serta rasa, maka
tergantung pada waktu dan suhu yang pelarut tersebut kemudian digantikan
ditandai dengan perubahan kimiawi yang dengan pelarut air yang lebih murah dan
signifikan[9]. Data tentang komposisi biji aman. Untuk meningkatkan kelarutan dari
kopi Robusta sangrai dapat dilihat pada kafeina dalam air, maka suhu air
Tabel 1. ditingkatkan menjadi sekitar 100oC untuk
mencapai kelarutan kafeina yang optimum.
Sedangkan pada suhu yang lain, kelarutan
Tabel 1. Komposisi Biji Kopi Robusta Sangrai[7] kafeina dalam air tidak maksimal.
Jumlah Kelarutan dari kafeina juga bervariasi
Senyawa
(% berat kering)
tergantung dari pelarut yang digunakan[10].
Kafeina 2,0
Trigonelin 0,3-0,6
Data kelarutan dari senyawa kafeina dalam
Lemak 11,0-16,0 berbagai pelarut disajikan pada Tabel 2 di
Asam Klorogenat bawah ini.
3,9-4,6
Total
Asam Alifatik 1,0-1,5
Oligosakarida 0-3,5
Protein 13,0-15,0

3
WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 (1-10)

dengan minyak kelapa sawit, yaitu


Tabel 2. Kelarutan Kafeina dalam Berbagai memiliki smoke point yang tinggi, non-
Pelarut[6, 12] kolesterol, namun harganya lebih mahal
Kelarutan daripada minyak lainnya[14]. Minyak
Pelarut
(mg/mL)
jagung merupakan minyak yang memiliki
Air, 25oC 22
komposisi asam lemak tak jenuh yang
Air, 100oC 667
sangat tinggi. Kandungan asam linoleat
Alkohol 15
Etil Asetat 25 dalam minyak jagung memiliki jumlah
Minyak Zaitun 6,64 yang cukup tinggi dan sangat baik untuk
Minyak Jojoba 7,11 mencegah kelebihan kadar kolesterol
dalam darah. Komposisi asam lemak yang
4. Minyak Jagung terutama adalah linoleat (59%), oleat
Minyak jagung diperoleh dari biji (27%), palmitat (12%), stearat (2%), dan
tanaman atau Zea mays L., yaitu pada linolenat (0,8%)[15]. Spesifikasi mutu dari
bagian inti biji jagung (kernel) atau benih minyak jagung menurut Standar Nasional
jagung. Inti biji jagung ini memiliki Indonesia (SNI) disajikan pada Tabel 3 di
kandungan minyak jagung sekitar 83% bawah ini.
dengan kelembaban sekitar 14%.
Kandungan asam lemak dalam minyak
Tabel 3. Spesifikasi Mutu Minyak Jagung Menurut
jagung yang paling banyak adalah asam
SNI[16]
linoleat (C18:2). Minyak jagung memiliki
No Jenis Uji Persyaratan
warna merah gelap dan setelah dimurnikan Keadaan
akan berwarna kuning keemasan[13]. 1 Warna Kuning
Minyak jagung diperoleh dengan cara Bau dan Rasa Normal
mengekstrak bagian lembaga. Sistem 2 Air dan Kotoran, (b/b) Maks. 0,20 %
ekstraksi yang digunakan biasanya sistem Maks. 10
pres (pressing) atau kombinasi sistem pres 3 Bilangan Peroksida
MegO2/kg
dan pelarut (pressing and solvent Asam lemak Bebas
4 Maks. 0,2 %
extraction). Lemak jagung terutama (sebagai asam oleat), (b/b)
terdapat dalam lembaga dengan kadar 103 – 28 g
5 Bilangan Iod (Wijs)
lemak sekitar 30%. Kadar lemak biji iod/100 g
jagung secara keseluruhan yaitu berkisar Komposisi Asam (GC)
4,2-5%. Dari komposisi minyak jagung, C 12 : 0 (Asam Laurat) < 0,3 %
persentase trigliserida sekitar 98,6%, C 14 : 0 (Asam Miristat) < 0,3 %
sedangkan sisanya adalah senyawa non C 16 : 0 (Asam Palmitat) 9 – 14 %
C 16 : 1 (Asam Palmitoleat) < 0,5 %
minyak seperti: abu, zat warna atau lilin.
6 C 18 : 0 (Asam Stearat) 0,5 – 4 %
Minyak jagung tersusun atas: asam lemak
C 18 : 1 (Asam Oleat) 24 – 42 %
jenuh dan asam-asam lemak tidak jenuh. C 18 : 2 (Asam Linoleat) 34 – 62 %
Jumlah asam lemak jenuh sekitar 13% C 18 : 3 (Asam Linolenat) < 2,0 %
yang terdiri dari: asam palmitat dan asam C 20 : 1 (Asam Eikosenoat) < 0,5 %
stearat. Sejumlah 86% asam lemak tidak
jenuh tersebut terdiri dari: 56% asam 4.1. Asam Lemak Jenuh Minyak Jagung[17]
linoleat dan 30% asam oleat. Berdasarkan Jumlah asam lemak jenuh dalam
sifat fisika-kimianya, bobot jenis minyak minyak jagung sekitar 13%. Golongan
jagung sekitar 0,918-0,925, nilai indeks asam lemak jenuh yang menyusun
bias pada suhu 25oC berkisar 1,4657- trigliserida minyak jagung adalah :
1,4659. Kekentalan minyak ini berkisar 58 1. Asam palmitat
cP pada suhu 25oC serta larut di dalam Asam palmitat mempunyai atom C
etanol dan isopropil alkohol. Minyak sebanyak 16 dengan titik cair 62,9oC
jagung mengandung sekitar 99% dan besarnya kurang lebih sekitar 10% dari
trigliserida dengan komposisi 59% asam berat minyak. Rumus bangun asam
lemak tak jenuh tinggi, 24% asam lemak palmitat adalah sebagai berikut:
tak jenuh tunggal, dan 13% asam
lemak jenuh. CH3-(CH2)13-CH2COOH2
Minyak jagung memiliki kualitas 2. Asam stearat
lebih baik dan keunggulan dibandingkan

4
Widagdyo: EKSTRAKSI KAFEINA DARI SERBUK KOPI JAVA ROBUSTA DENGAN PELARUT …
 
Asam stearat mempunyai jumlah atom ppm xanthophyl dan 0,5 ppm carotene
C sebanyak 18 dengan titik cair 69oC pada proses pemurnian.
dan jumlahnya sekitar 3% dari minyak
jagung. Rumus bangun asam stearat adalah 5. Ekstraksi Senyawa Kafeina
sebagai berikut: Ekstraksi senyawa kafeina biasanya
digunakan dalam proses dekafeinasi.
CH3-(CH2)15-CH2COOH Dekafeinasi adalah suatu proses untuk
mengurangi kadar kafeina dalam kopi,
4.2. Asam Lemak Tak Jenuh Minyak coklat, teh, serta bahan-bahan lainnya yang
Jagung[17] mengandung kafeina. Untuk mengurangi
Golongan asam lemak tidak jenuh kadar kafeina dapat dilakukan dengan dua
yang menyusun trigliserida minyak cara, yaitu metode ekstraksi dan proses
jagung berjumlah 86% yang terdiri dari: CO2 superkritis.
1. Asam oleat (cis 9-oktadikenoat) Metode ekstraksi sering digunakan
Asam oleat mempunyai titik cair untuk dekafeinasi biji kopi. Biji kopi
sekitar 16,3oC dan dalam minyak jagung diuapi dengan uap air terlebih dahulu
jumlahnya sekitar 30% dari berat minyak. selama 30 menit kemudian diekstraksi
Rumus bangun asam oleat adalah sebagai selama 10 jam menggunakan pelarut.
berikut: Setelah dipisahkan dari pelarut, biji kopi
diuapi dengan uap air kembali untuk
CH3-(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH2 menghilangkan sisa pelarut. Solven yang
dapat digunakan adalah benzena,
2. Asam linoleat (cis-cis-oktodekadienoat) diklorometana, trikloroetana, dan
Asam linoleat mempunyai titik cair kloroform. Namun, karena alasan
sekitar -5oC dan dalam minyak keselamatan, dampak lingkungan, harga,
jagung jumlahnya sekitar 56% dari berat dan rasa, maka pelarut tersebut dapat
minyak. Rumus bangun asam oleat adalah digantikan dengan bahan yang lebih tidak
sebagai berikut: berbahaya seperti: etanol, etil asetat, dan
trigliserida[18].
CH3-(CH2)4CH=CH-CH2-CH=CH(CH2)7COOH Secara sederhana ekstraksi dapat
didefinisikan sebagai proses pemindahan
Minyak jagung juga mengandung satu atau lebih komponen dari satu fase ke
bahan yang tidak tersabunkan, yaitu: fase lainnya. Metode ekstraksi
1. Sitosterol dalam minyak jagung dikembangkan berdasarkan perpindahan
berkisar antara 0,91-18%. Jenis sterol massa komponen menuju kesetimbangan,
yang terdapat dalam minyak jagung sehingga kinetika perpindahan massa tidak
adalah campesterol (8-12%), dapat diabaikan.
stigmasterol (0,7-1,4%), betasterol (86- Secara garis besar, proses pemisahan
90%) dari sterol yang ada. Setelah secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah
proses pemurnian, kadar sterol akan dasar, yaitu[19]:
turun menjadi berkisar 11-12%; 1. Penambahan sejumlah massa pelarut
2. Lilin merupakan salah satu fraksi untuk dikontakkan dengan sampel,
berupa kristal yang dapat dipisahkan biasanya melalui proses difusi;
pada waktu pemurnian minyak 2. Solut akan terpisah dari sampel dan
menggunakan suhu rendah. Fraksi lilin larut dalam pelarut membentuk fase
terdiri dari mirsil tetrakosnate dan ekstrak;
mirsil isobehenate. 3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel.
3. Tokoferol yang paling penting adalah Ada beberapa faktor yang dapat
alfa dan beta tokoferol yang jumlahnya mempengaruhi ekstraksi kafeina, di
sekitar 0,078%. antaranya adalah:
Karotenoid pada minyak jagung kasar 1. Suhu[20]
terdiri dari xanthophyl (7,4 ppm). Kelarutan bahan yang diekstraksi dan
Kadar tersebut akan menurun menjadi 4,8 difusivitas biasanya akan meningkat
dengan meningkatnya suhu, sehingga
diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Pada
beberapa kasus, batas atas untuk suhu

5
WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 (1-10)

operasi ditentukan oleh beberapa faktor, metode spektrofotometri[23] kemudian dihitung


salah satunya adalah perlunya menghindari massa kafeina yang terkandung dalam sampel
reaksi samping yang tidak diinginkan. serbuk kopi yang diekstrak. Langkah kedua
2. Ukuran partikel[20] adalah analisis kadar kafeina dalam ampas kopi
Semakin kecil ukuran partikel, dengan menggunakan metode
semakin besar luas bidang kontak antara spektrofotometri[23] kemudian dihitung massa
padatan dan pelarut, serta semakin pendek kafeina yang terkandung dalam ampas kopi
jalur difusinya, yang menjadikan laju sesudah ekstraksi. Selisih antara massa kafeina
transfer massa semakin tinggi. yang terdapat dalam serbuk kopi dan massa
3. Faktor pelarut kafeina yang terdapat dalam ampas kopi
Kafeina biasanya diisolasi dengan merupakan massa kafeina yang terekstrak oleh
ekstraksi menggunakan pelarut organik. minyak jagung. Setelah diketahui massa kafeina
Kondisi ekstraksi (pelarut, suhu, waktu, yang terekstrak, maka langkah selanjutnya
pH, dan rasio komposisi pelarut dengan dihitung % kafeina terekstrak dari setiap
bahan) dapat mempengaruhi efisiensi variabel percobaan. Perhitungan % kafeina
ekstraksi kafeina[21]. terekstrak ditentukan dengan persamaan
Ekstraksi fluida superkritis dilakukan berikut:
menggunakan karbon dioksida superkritis
pada tekanan berkisar 73-300 atm selama
10 jam. Setelah itu, tekanan diturunkan
untuk menguapkan CO2, atau CO2
superkritis tersebut dialirkan ke air atau (1)
filter arang untuk menghilangkan kafeina.
Proses ini memiliki keunggulan yaitu dapat Langkah analisis berikutnya adalah
menghindari penggunaan pelarut yang dibuat kurva hasil percobaan antara variabel
berbahaya. Namun, kerugian dari metode waktu dengan % kafeina terekstrak.
ini adalah membutuhkan biaya yang relatif
mahal[22]. Uji Kadar Air dengan Moisture Analyzer[24]
Uji kadar air pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan Moisture
METODE PENELITIAN Analyzer. Uji kadar air dilakukan pada bahan
Pada tahap pertama yang merupakan baku serbuk kopi Java Robusta dan minyak
tahap persiapan bahan baku, biji kopi jagung yang digunakan sebagai pelarut.
dikecilkan ukurannya menjadi serbuk dan Langkah kerja dari uji kadar air ini adalah
diayak dengan ukuran partikel lolos 40 mesh. pertama-tama ditimbang minimal 0,5 gram
Pada tahap pertama ini, dilakukan pula analisis sampel baik serbuk kopi maupun minyak
kadar kafeina awal dengan metode jagung di atas neraca yang terletak pada
spektrofotometri[23] dan kadar air awal[24] dalam moisture analyzer. Setelah massa sampel yang
kopi Java Robusta sekaligus juga dilakukan ditimbang mencukupi, kemudian dicatat hasil
analisis kadar asam lemak bebas (FFA)[25] dan penimbangannya. Langkah selanjutnya adalah
kadar air pada minyak jagung[26] yang mengatur suhu operasi pada moisture analyzer
digunakan sebagai pelarut. sekitar 100oC. Selain kedua hal tersebut,
Tahap kedua adalah proses ekstraksi dilakukan pengaturan pada waktu lama
kafeina dari serbuk kopi dengan menggunakan pemanasan menjadi otomatis. Setelah ketiga hal
pelarut minyak jagung. Proses ekstraksi tersebut diatur, maka proses pemanasan dapat
dilakukan pada suhu sekitar 100°C di mana dimulai. Proses pemanasan akan terhenti
perbandingan volume pelarut dibanding massa dengan sendirinya ketika alat menunjukkan
serbuk kopi dan waktu ekstraksi divariasi. tanda test over. Selanjutnya, dicatat hasil
Kemudian dilakukan analisis kadar kafeina analisis berupa % kadar air serta massa akhir
dalam ampas kopi sisa hasil ekstraksi dengan dari sampel yang tercantum pada alat tersebut.
menggunakan metode spektrofotometri[23].
Uji Kadar Free Fatty Acid (FFA) dalam
Minyak Jagung dengan Metode Titrimetri[25]
Uji Kadar Kafeina Uji kadar Free Fatty Acid (FFA) pada
Langkah awal analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
penelitian ini adalah analisis kadar kafeina metode titrimetri. Uji ini dilakukan untuk
dalam serbuk kopi dengan menggunakan

6
Widagdyo: EKSTRAKSI KAFEINA DARI SERBUK KOPI JAVA ROBUSTA DENGAN PELARUT …
 
mengetahui kadar FFA pada bahan baku
minyak jagung. Langkah awal uji FFA dengan HASIL PENELITIAN DAN
metode titrimetri adalah ditimbang sampel PEMBAHASAN
minyak (dalam penelitian ini digunakan minyak Pada penelitian ini, dilakukan ekstraksi
jagung) dengan teliti sebanyak 28,2 ± 0,2 gram senyawa kafeina dari serbuk kopi Java Robusta
dalam erlenmeyer 250 mL dengan neraca dengan menggunakan pelarut minyak jagung
analitis. Setelah ditimbang, sampel tersebut untuk mempelajari pengaruh perbandingan
kemudian dilarutkan dengan menggunakan jumlah serbuk kopi Java Robusta dengan
alkohol 70% netral. Langkah berikutnya adalah pelarut minyak jagung serta lama waktu
dipanaskan sampel yang telah larut tersebut ekstraksi terhadap persentase (%) kafeina
dalam penangas air selama 10 menit. Langkah terekstrak. Dari hasil penelitian ini, beberapa
selanjutnya yaitu ditambahkan 2 tetes indikator hal yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
PP phenolphthalein (PP) ke dalam sampel 1. Pengaruh perbandingan jumlah serbuk kopi
dalam erlenmeyer tersebut. Kemudian, sampel Java Robusta dengan pelarut minyak jagung
dititrasi dengan larutan natrium hidroksida dan lama waktu ekstraksi terhadap %
(NaOH)  0,1 N sampai terjadi perubahan kafeina terekstrak;
warna. Untuk memastikan hasil analisis yang 2. Kondisi ekstraksi kafeina dari serbuk kopi
valid, maka seluruh prosedur ini diulang Java Robusta dengan pelarut minyak jagung
sebanyak dua kali (duplo). ditinjau dari perbandingan jumlah serbuk
kopi Java Robusta dengan pelarut minyak
Rangkaian Alat Penelitian jagung dan lama waktu ekstraksi yang
Rangkaian alat yang digunakan dalam menghasilkan % kafeina terekstrak paling
penelitian ini disajikan pada Gambar 4 di besar;
bawah ini. 3. Perbandingan kadar kafeina dari serbuk
kopi yang jumlah kafeina terekstrak paling
besar dengan produk kopi dekafeinasi
komersial.
Untuk memperoleh hasil penelitian, maka
diperlukan proses analisis yang mendukung,
sehingga hasil penelitian dapat ditentukan.
Beberapa metode analisis yang dilakukan antara
lain:

Analisis Bahan Baku


Serbuk kopi Java Robusta yang akan
digunakan sebagai bahan baku proses ekstraksi
perlu dilakukan analisis terlebih dahulu untuk
mengetahui kadar kafeina dalam kopi Java
Robusta sebelum diekstraksi. Analisis kadar
kafeina menggunakan metode
spektrofotometri[23] dan didapatkan kadar
kafeina bahan baku sebesar 6,28%.

Pengaruh Waktu Ekstraksi dan


Perbandingan Jumlah Serbuk Kopi dengan
Keterangan Gambar 1: Volume Pelarut Minyak Jagung
1. Statif dan klem Untuk mengetahui pengaruh
2. Bulb Condenser perbandingan jumlah serbuk kopi Java Robusta
3. Sumbat dengan pelarut minyak jagung serta lama waktu
4. Aliran air keluar ekstraksi terhadap jumlah kafeina terekstrak,
5. Sumbat dan termometer disajikan data hasil penelitian dalam bentuk
6. Labu leher tiga grafik sebagaimana disajikan pada Gambar 5.
Gambar 4. Rangkaian Alat Penelitian
Ekstraksi Kafeina

7
WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 (1-10)

kafeina dalam serbuk kopi dengan pelarut


merupakan driving force dari perpindahan
massa kafeina tersebut. Selain itu, kesempatan
berkontak antara serbuk kopi dengan pelarut
semakin besar seiring dengan meningkatnya
perbandingan serbuk kopi dengan pelarut[25].
Semakin besar kesempatan berkontak yang
terjadi, semakin banyak kafeina yang
terekstrak.

Kondisi Proses Ekstraksi


Perbandingan massa serbuk kopi dengan
pelarut minyak jagung sebesar 1:15 g/mL dan
waktu ekstraksi 90 menit merupakan kondisi
proses ekstraksi senyawa kafeina dari kopi Java
Robusta menggunakan pelarut minyak jagung
Gambar 5. Hubungan Antara Waktu Ekstraksi yang menghasilkan jumlah kafeina terekstrak
Terhadap % Kafeina Terekstrak Untuk Beberapa paling banyak.
Perbandingan Massa Bubuk Kopi Dengan Volume
Minyak Jagung
Perbandingan Kadar Kafeina Dari Serbuk
Pengaruh Lama Waktu Ekstraksi Kopi Setelah Ekstraksi Yang Jumlah
Semakin lama waktu ekstraksi, maka Kafeina Terekstrak Terbanyak Dengan
semakin banyak perpindahan massa kafeina Produk Kopi Dekafeinasi Komersial
yang terjadi dari serbuk kopi ke pelarut minyak  
jagung. Selain itu, waktu kontak yang terjadi
akan semakin besar seiring dengan lamanya Kondisi dari proses ekstraksi kafeina dari
waktu ekstraksi, sehingga kafeina yang serbuk kopi Java Robusta dengan pelarut
terekstrak lebih banyak sampai pada akhirnya minyak jagung yang menghasilkan jumlah
akan mencapai kondisi setimbang yang kafeina terekstrak terbanyak adalah pada
ditunjukkan pada Gambar 5. Pada awal perbandingan massa serbuk kopi dengan
ekstraksi, terjadi peningkatan jumlah kafeina volume pelarut minyak jagung = 1:15 g/mL dan
terekstrak yang disebabkan karena pelarut pada waktu 90 menit. Dari hasil penelitian,
mengesktrak senyawa kafeina yang berasal dari diperoleh bahwa kadar kafeina dalam ampas
permukaan partikel serbuk kopi. Selang waktu kopi setelah ekstraksi dengan jumlah kafeina
berikutnya senyawa kafeina yang terekstrak yang teresktrak paling banyak adalah sebesar
berasal dari bagian dalam partikel serbuk kopi, 0,0398 g kafeina/g ampas kopi. Sedangkan
sehingga senyawa kafeina membutuhkan waktu untuk kadar kafeina yang terekstrak dalam
yang cukup lama untuk terekstrak keluar[26]. serbuk kopi dekafeinasi komersial adalah
sebesar 0,0261 g kafeina/g kopi dekafeinasi.
Pengaruh Perbandingan Jumlah Serbuk
Kopi dengan Volume Pelarut Minyak Kadar kafeina yang menghasilkan %
Jagung kafeina terekstrak terbesar pada penelitian ini
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa lebih tinggi daripada kadar kafeina pada produk
perbandingan serbuk kopi dengan volume komersial. Perbedaan kadar kafeina pada
pelarut minyak jagung 1:15 g/mL adalah penelitian ini dari kadar kefeina dalam produk
perbandingan yang menghasilkan % kafeina komersial disebabkan oleh pelarut yang
terekstrak yang terbesar. Hal ini dapat dilihat digunakan pada proses ekstraksi. Pelarut yang
pada Gambar 5. Semakin besar perbandingan digunakan pada produk komersial adalah air,
massa serbuk kopi dengan volume pelarut sedangkan pelarut yang digunakan dalam
minyak jagung, maka % kafeina terekstrak yang penelitian adalah minyak jagung. Kelarutan
dihasilkan akan semakin besar[25,26]. Hal ini kafeina dalam air jauh lebih tinggi
disebabkan karena semakin besar perbandingan dibandingkan dengan kelarutan kafeina dalam
massa serbuk kopi dengan pelarut minyak minyak. Dari data literatur yang diperoleh[6]
jagung, maka perbedaan konsentrasi akan dapat diketahui bahwa kelarutan kafeina dalam
semakin besar karena perbedaan konsentrasi air pada suhu 37oC adalah sebesar 51,21

8
Widagdyo: EKSTRAKSI KAFEINA DARI SERBUK KOPI JAVA ROBUSTA DENGAN PELARUT …
 
mg/mL. Sedangkan kelarutan kafeina dalam [11] Maughan, R. J.,  Caffeine ingestion and
minyak jojoba dan minyak zaitun pada suhu fluid balance, Human Nutrition Dietetics
37oC berturut-turut sebesar 7,11 mg/mL dan Journal, Leicestershire, London, 2003
dan 6,64 mg/mL. Dari data tersebut dapat [12] Gene, S., Caffeine, CRC Press LLC, New
diketahui bahwa kelarutan kafeina adalah faktor York, 1998
utama mengapa kadar kafeina dalam serbuk [13] Hidayat, N., Rachma, L., Fajarika, D., and
kopi komersial jauh lebih rendah daripada kadar Purwati, Y., Stabilitas Minyak,
kafeina dalam kopi hasil ekstraksi pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
penelitian ini. Namun, proses ekstraksi kafeina Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor,
menggunakan pelarut minyak jagung memiliki 2009
kelebihan yaitu rasa dan aroma dari kopi [14] Soerawidjaja, T. H., Minyak, pati, dan
tersebut tidak ikut terekstrak, sehingga rasa dan produk-produk lain dari jagung, Jurusan
aroma dari kopi tetap terjaga. Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung
(ITB), Bandung, 2005
[15] Ketaren, S., Pengantar Teknologi Minyak
KESIMPULAN dan Lemak Pangan, Penerbit Universitas
Dari hasil penelitian ekstraksi kafeina Indonesia (UI), Jakarta, 1986
dari serbuk kopi Java Robusta dengan pelarut [16] Badan Standarisasi Nasional (BSN),
minyak jagung pada suhu sekitar 100oC dapat Minyak Jagung Sebagai Minyak Makan,
disimpulkan bahwa semakin lama waktu Jakarta: Badan Standarisasi Nasional, 1998
ekstraksi dan semakin besar perbandingan [17] Rahmawati, Dahyaningsih, Ratna dan
jumlah serbuk kopi dengan volume pelarut Nugroho, Minyak Nabati Dari Biji Jagung
minyak jagung, maka semakin banyak jumlah (Zea mays), 2010
kafeina yang terekstrak. Sedangkan kondisi [18] Rahadian, D., Proses Dekafeinasi Kopi,
proses ekstraksi yang menghasilkan jumlah Surakarta, 2011
kafeina terekstrak terbanyak adalah pada waktu [19] Wilson, I., Michael, C., Colin, F. dan
ekstraksi 90 menit dan perbandingan serbuk Edward, R., Encyclopedia of Separation
kopi dengan pelarut minyak jagung 1:15 g/mL. Science. USA, Academic Press, New
York, 2000
[20] Kirk, R. dan Othmer, R., Encyclopedia of
DAFTAR PUSTAKA Chemical Technology, Edisi Keempat, The
[1] Oestreich-Janzen, S., Chemistry of Coffee, Interscience Encyclopedia Inc., New York,
Elsevier Ltd., Hamburg, 2010 1998
[2] Badan Pusat Statistik, Produksi Bulanan [21] Uzunalic, A. P. dkk., “Extraction of active
Perkebunan Besar Indonesia, Badan Pusat ingredients from green tea (Camellia
Statistik Republik Indonesia, Jakarta, 2012 sinensis): Extraction efficiency of major
[3] Badan Pusat Statistik, Tabel Ekspor catechins and caffeine”, Food Chem,
Menurut Komoditi, Badan Pusat Statistik Volume 96, hlm. 597-605, 2006
Republik Indonesia, Jakarta, 2010 [22] Joo, K. W., Duck, K. J. dan Geun, O. S.,
[4] Anonim, Positive and Negative Effects of Separation Science and Technology,
Caffeine, 2011 Korea, 2006
[5] International Coffee Organization, [23] Wanyika, H. N., Gatebe, E. G., Gitu, L.
Decaffeination, www.ico.org, Diakses 15 M., Ngumba, E. K., dan Maritim, C. W.,
Desember 2011 “Determination of caffeine content of tea
[6] Shakeel, F. and Ramadan, W., Colloids and instant coffee brands found in the
and Surfaces B: Biointerfaces, Elsevier, Kenyan Market”, African Journal of Food
Benghazi, 2009 and Science, Nairobi, 2010
[7] Ridwansyah, S., Pengolahan Kopi, [24] Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi,
Universitas Sumatra Utara Digital Library, Prosedur Analisis Untuk Bahan Makanan
Medan, 2003 dan Pertanian, Edisi Ketiga, Penerbit
[8] Oestreich-Janzen, S., Chemistry of Coffee, Liberty, Yogyakarta, 1997
Hlm. 1094, Elsevier Ltd., Hamburg, 2010 [25] Mahlenbacher, V. C., Analysis of Fats and
[9] Anonim, Sejarah Kopi, 2008 Oils, Arrad Press, 1960
[10] Nadjeeb, Alkaloid 2010, [26] W. Bi, W., Zhou, J., dan K. H. Row, K. H.,
http://nadjeeb.wordpress.com, diakses 15 “Decaffeination of coffee bean waste by
Januari 2012

9
WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 (1-10)

solid-liquid extraction”, Korean J. Chem. compounds from parsley (Petroselinum


Eng, Korea, 2010 crispum) flakes using a pressurized liquid
[27] Luthria, D. L., “Influence of experimental extractor”, Journal of Food Chemistry,
conditions on the extraction of phenolic Elsevier, New York, 2012

10

Anda mungkin juga menyukai