ABSTRAK
Kopi menjadi salah satu minuman yang sangat digemari oleh masyarakat baik kalangan muda maupun
dewasa. Kopi Java Robusta merupakan salah satu jenis kopi lokal yang mempunyai kadar kafeina tertinggi yang
memiliki dampak negatif bagi konsumen. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, maka dibutuhkan cara
untuk mengurangi kadar kafeina yaitu dengan cara ekstraksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mempelajari pengaruh waktu ekstraksi dan perbandingan massa serbuk kopi dengan pelarut minyak jagung
terhadap jumlah kafeina terekstrak dan kondisi proses ekstraksi. Selain itu juga untuk membandingkan kadar
kafeina pada serbuk kopi setelah ekstraksi dengan produk kopi dekafeinasi komersial. Proses ekstraksi
dilakukan pada suhu 100oC dengan variasi perbandingan massa serbuk kopi dengan pelarut minyak jagung dan
waktu ekstraksi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin besar perbandingan massa serbuk kopi dengan
volume pelarut minyak jagung dan semakin lama waktu ekstraksi, semakin banyak kafeina yang terekstrak.
Kondisi maksimum proses ekstraksi didapatkan pada perbandingan 1:15 g/mL dan waktu ekstraksi 90 menit
dengan % kafeina terekstrak sebesar 41,33%.
Kata kunci: kafeina, massa kopi, volume minyak jagung, waktu ekstraksi
1)
Mahasiswa di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2)
Staf Pengajar di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 (1-10)
2
Widagdyo: EKSTRAKSI KAFEINA DARI SERBUK KOPI JAVA ROBUSTA DENGAN PELARUT …
3. Kafeina
Kafeina merupakan salah satu
senyawa golongan alkaloid xantina dengan
rumus kimia 1,3,7-trimethylxanthine yang
dapat ditemukan pada komoditas: kopi,
teh, dan coklat[9]. Kafeina ini merupakan
suatu senyawa berbentuk serbuk berwarna
putih pada suhu ruang dan juga tidak
berbau. Senyawa kafeina (1,3,7-
trimethylxanthine) memiliki titik leleh
berkisar 235-237oC dan titik sublimasi
sekitar 176oC[7]. Rumus bangun senyawa
kafeina disajikan pada Gambar 3 sebagai
berikut:
3
WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 (1-10)
4
Widagdyo: EKSTRAKSI KAFEINA DARI SERBUK KOPI JAVA ROBUSTA DENGAN PELARUT …
Asam stearat mempunyai jumlah atom ppm xanthophyl dan 0,5 ppm carotene
C sebanyak 18 dengan titik cair 69oC pada proses pemurnian.
dan jumlahnya sekitar 3% dari minyak
jagung. Rumus bangun asam stearat adalah 5. Ekstraksi Senyawa Kafeina
sebagai berikut: Ekstraksi senyawa kafeina biasanya
digunakan dalam proses dekafeinasi.
CH3-(CH2)15-CH2COOH Dekafeinasi adalah suatu proses untuk
mengurangi kadar kafeina dalam kopi,
4.2. Asam Lemak Tak Jenuh Minyak coklat, teh, serta bahan-bahan lainnya yang
Jagung[17] mengandung kafeina. Untuk mengurangi
Golongan asam lemak tidak jenuh kadar kafeina dapat dilakukan dengan dua
yang menyusun trigliserida minyak cara, yaitu metode ekstraksi dan proses
jagung berjumlah 86% yang terdiri dari: CO2 superkritis.
1. Asam oleat (cis 9-oktadikenoat) Metode ekstraksi sering digunakan
Asam oleat mempunyai titik cair untuk dekafeinasi biji kopi. Biji kopi
sekitar 16,3oC dan dalam minyak jagung diuapi dengan uap air terlebih dahulu
jumlahnya sekitar 30% dari berat minyak. selama 30 menit kemudian diekstraksi
Rumus bangun asam oleat adalah sebagai selama 10 jam menggunakan pelarut.
berikut: Setelah dipisahkan dari pelarut, biji kopi
diuapi dengan uap air kembali untuk
CH3-(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH2 menghilangkan sisa pelarut. Solven yang
dapat digunakan adalah benzena,
2. Asam linoleat (cis-cis-oktodekadienoat) diklorometana, trikloroetana, dan
Asam linoleat mempunyai titik cair kloroform. Namun, karena alasan
sekitar -5oC dan dalam minyak keselamatan, dampak lingkungan, harga,
jagung jumlahnya sekitar 56% dari berat dan rasa, maka pelarut tersebut dapat
minyak. Rumus bangun asam oleat adalah digantikan dengan bahan yang lebih tidak
sebagai berikut: berbahaya seperti: etanol, etil asetat, dan
trigliserida[18].
CH3-(CH2)4CH=CH-CH2-CH=CH(CH2)7COOH Secara sederhana ekstraksi dapat
didefinisikan sebagai proses pemindahan
Minyak jagung juga mengandung satu atau lebih komponen dari satu fase ke
bahan yang tidak tersabunkan, yaitu: fase lainnya. Metode ekstraksi
1. Sitosterol dalam minyak jagung dikembangkan berdasarkan perpindahan
berkisar antara 0,91-18%. Jenis sterol massa komponen menuju kesetimbangan,
yang terdapat dalam minyak jagung sehingga kinetika perpindahan massa tidak
adalah campesterol (8-12%), dapat diabaikan.
stigmasterol (0,7-1,4%), betasterol (86- Secara garis besar, proses pemisahan
90%) dari sterol yang ada. Setelah secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah
proses pemurnian, kadar sterol akan dasar, yaitu[19]:
turun menjadi berkisar 11-12%; 1. Penambahan sejumlah massa pelarut
2. Lilin merupakan salah satu fraksi untuk dikontakkan dengan sampel,
berupa kristal yang dapat dipisahkan biasanya melalui proses difusi;
pada waktu pemurnian minyak 2. Solut akan terpisah dari sampel dan
menggunakan suhu rendah. Fraksi lilin larut dalam pelarut membentuk fase
terdiri dari mirsil tetrakosnate dan ekstrak;
mirsil isobehenate. 3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel.
3. Tokoferol yang paling penting adalah Ada beberapa faktor yang dapat
alfa dan beta tokoferol yang jumlahnya mempengaruhi ekstraksi kafeina, di
sekitar 0,078%. antaranya adalah:
Karotenoid pada minyak jagung kasar 1. Suhu[20]
terdiri dari xanthophyl (7,4 ppm). Kelarutan bahan yang diekstraksi dan
Kadar tersebut akan menurun menjadi 4,8 difusivitas biasanya akan meningkat
dengan meningkatnya suhu, sehingga
diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Pada
beberapa kasus, batas atas untuk suhu
5
WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 (1-10)
6
Widagdyo: EKSTRAKSI KAFEINA DARI SERBUK KOPI JAVA ROBUSTA DENGAN PELARUT …
mengetahui kadar FFA pada bahan baku
minyak jagung. Langkah awal uji FFA dengan HASIL PENELITIAN DAN
metode titrimetri adalah ditimbang sampel PEMBAHASAN
minyak (dalam penelitian ini digunakan minyak Pada penelitian ini, dilakukan ekstraksi
jagung) dengan teliti sebanyak 28,2 ± 0,2 gram senyawa kafeina dari serbuk kopi Java Robusta
dalam erlenmeyer 250 mL dengan neraca dengan menggunakan pelarut minyak jagung
analitis. Setelah ditimbang, sampel tersebut untuk mempelajari pengaruh perbandingan
kemudian dilarutkan dengan menggunakan jumlah serbuk kopi Java Robusta dengan
alkohol 70% netral. Langkah berikutnya adalah pelarut minyak jagung serta lama waktu
dipanaskan sampel yang telah larut tersebut ekstraksi terhadap persentase (%) kafeina
dalam penangas air selama 10 menit. Langkah terekstrak. Dari hasil penelitian ini, beberapa
selanjutnya yaitu ditambahkan 2 tetes indikator hal yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
PP phenolphthalein (PP) ke dalam sampel 1. Pengaruh perbandingan jumlah serbuk kopi
dalam erlenmeyer tersebut. Kemudian, sampel Java Robusta dengan pelarut minyak jagung
dititrasi dengan larutan natrium hidroksida dan lama waktu ekstraksi terhadap %
(NaOH) 0,1 N sampai terjadi perubahan kafeina terekstrak;
warna. Untuk memastikan hasil analisis yang 2. Kondisi ekstraksi kafeina dari serbuk kopi
valid, maka seluruh prosedur ini diulang Java Robusta dengan pelarut minyak jagung
sebanyak dua kali (duplo). ditinjau dari perbandingan jumlah serbuk
kopi Java Robusta dengan pelarut minyak
Rangkaian Alat Penelitian jagung dan lama waktu ekstraksi yang
Rangkaian alat yang digunakan dalam menghasilkan % kafeina terekstrak paling
penelitian ini disajikan pada Gambar 4 di besar;
bawah ini. 3. Perbandingan kadar kafeina dari serbuk
kopi yang jumlah kafeina terekstrak paling
besar dengan produk kopi dekafeinasi
komersial.
Untuk memperoleh hasil penelitian, maka
diperlukan proses analisis yang mendukung,
sehingga hasil penelitian dapat ditentukan.
Beberapa metode analisis yang dilakukan antara
lain:
7
WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 (1-10)
8
Widagdyo: EKSTRAKSI KAFEINA DARI SERBUK KOPI JAVA ROBUSTA DENGAN PELARUT …
mg/mL. Sedangkan kelarutan kafeina dalam [11] Maughan, R. J., Caffeine ingestion and
minyak jojoba dan minyak zaitun pada suhu fluid balance, Human Nutrition Dietetics
37oC berturut-turut sebesar 7,11 mg/mL dan Journal, Leicestershire, London, 2003
dan 6,64 mg/mL. Dari data tersebut dapat [12] Gene, S., Caffeine, CRC Press LLC, New
diketahui bahwa kelarutan kafeina adalah faktor York, 1998
utama mengapa kadar kafeina dalam serbuk [13] Hidayat, N., Rachma, L., Fajarika, D., and
kopi komersial jauh lebih rendah daripada kadar Purwati, Y., Stabilitas Minyak,
kafeina dalam kopi hasil ekstraksi pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
penelitian ini. Namun, proses ekstraksi kafeina Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor,
menggunakan pelarut minyak jagung memiliki 2009
kelebihan yaitu rasa dan aroma dari kopi [14] Soerawidjaja, T. H., Minyak, pati, dan
tersebut tidak ikut terekstrak, sehingga rasa dan produk-produk lain dari jagung, Jurusan
aroma dari kopi tetap terjaga. Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung
(ITB), Bandung, 2005
[15] Ketaren, S., Pengantar Teknologi Minyak
KESIMPULAN dan Lemak Pangan, Penerbit Universitas
Dari hasil penelitian ekstraksi kafeina Indonesia (UI), Jakarta, 1986
dari serbuk kopi Java Robusta dengan pelarut [16] Badan Standarisasi Nasional (BSN),
minyak jagung pada suhu sekitar 100oC dapat Minyak Jagung Sebagai Minyak Makan,
disimpulkan bahwa semakin lama waktu Jakarta: Badan Standarisasi Nasional, 1998
ekstraksi dan semakin besar perbandingan [17] Rahmawati, Dahyaningsih, Ratna dan
jumlah serbuk kopi dengan volume pelarut Nugroho, Minyak Nabati Dari Biji Jagung
minyak jagung, maka semakin banyak jumlah (Zea mays), 2010
kafeina yang terekstrak. Sedangkan kondisi [18] Rahadian, D., Proses Dekafeinasi Kopi,
proses ekstraksi yang menghasilkan jumlah Surakarta, 2011
kafeina terekstrak terbanyak adalah pada waktu [19] Wilson, I., Michael, C., Colin, F. dan
ekstraksi 90 menit dan perbandingan serbuk Edward, R., Encyclopedia of Separation
kopi dengan pelarut minyak jagung 1:15 g/mL. Science. USA, Academic Press, New
York, 2000
[20] Kirk, R. dan Othmer, R., Encyclopedia of
DAFTAR PUSTAKA Chemical Technology, Edisi Keempat, The
[1] Oestreich-Janzen, S., Chemistry of Coffee, Interscience Encyclopedia Inc., New York,
Elsevier Ltd., Hamburg, 2010 1998
[2] Badan Pusat Statistik, Produksi Bulanan [21] Uzunalic, A. P. dkk., “Extraction of active
Perkebunan Besar Indonesia, Badan Pusat ingredients from green tea (Camellia
Statistik Republik Indonesia, Jakarta, 2012 sinensis): Extraction efficiency of major
[3] Badan Pusat Statistik, Tabel Ekspor catechins and caffeine”, Food Chem,
Menurut Komoditi, Badan Pusat Statistik Volume 96, hlm. 597-605, 2006
Republik Indonesia, Jakarta, 2010 [22] Joo, K. W., Duck, K. J. dan Geun, O. S.,
[4] Anonim, Positive and Negative Effects of Separation Science and Technology,
Caffeine, 2011 Korea, 2006
[5] International Coffee Organization, [23] Wanyika, H. N., Gatebe, E. G., Gitu, L.
Decaffeination, www.ico.org, Diakses 15 M., Ngumba, E. K., dan Maritim, C. W.,
Desember 2011 “Determination of caffeine content of tea
[6] Shakeel, F. and Ramadan, W., Colloids and instant coffee brands found in the
and Surfaces B: Biointerfaces, Elsevier, Kenyan Market”, African Journal of Food
Benghazi, 2009 and Science, Nairobi, 2010
[7] Ridwansyah, S., Pengolahan Kopi, [24] Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi,
Universitas Sumatra Utara Digital Library, Prosedur Analisis Untuk Bahan Makanan
Medan, 2003 dan Pertanian, Edisi Ketiga, Penerbit
[8] Oestreich-Janzen, S., Chemistry of Coffee, Liberty, Yogyakarta, 1997
Hlm. 1094, Elsevier Ltd., Hamburg, 2010 [25] Mahlenbacher, V. C., Analysis of Fats and
[9] Anonim, Sejarah Kopi, 2008 Oils, Arrad Press, 1960
[10] Nadjeeb, Alkaloid 2010, [26] W. Bi, W., Zhou, J., dan K. H. Row, K. H.,
http://nadjeeb.wordpress.com, diakses 15 “Decaffeination of coffee bean waste by
Januari 2012
9
WIDYA TEKNIK Vol. 12, No. 1, 2013 (1-10)
10