Anda di halaman 1dari 17

PENUNTUN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PASCAPANEN

OLEH
TIM PENYUSUN

KONSENTRASI AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019

1
TIM PENYUSUN

I MADE SUKEWIJAYA

MADE SUDIANA MAHENDRA

NYOMAN GEDE ASTAWA

A.A. GEDE SUGIARTA

GEDE WIJANA

I PUTU DHARMA

RINDANG DWIYANI

COK. G. A. SEMARAJAYA

2
DAFTAR ISI

1) UJI ORGANOLEPTIK DAN KARAKTER FISIK DAN KIMIA


2) KAJIAN MUTU BERAS
3) PENYAKIT PASCAPANEN PADA BUAH DAN SAYURAN
4) GOOD HANDLING PRACTICES JERUK
5) KAJIAN MUTU KACANG TANAH (GELONDONG/POLONG DAN KUPAS)
6) GOOD HANDLING PRACTICES KENTANG
7) KUNJUNGAN LAPANG

i
PRAKTIKUM I UJI ORGANOLEPTIK DAN KARAKTER FISIK DAN KIMIA
DASAR TEORI Buah yang sedang dalam proses pemasakan mengalami banyak mengalami
perubahan fisik dan kimia yang sangat menentukan dalam pembentukan kualitas
buah tomat. Perubahan fisik dan kimia berkaitan dengan adanya peningkatan
respirasi klimakterik dan produksi etilen.
Warna berhubungan dengan indeks kematangan. Klorofil merupakan pigmen
berwarna hijau yang ada pada buah sampai fase hijau matang dan warna merah
yang ada pada buah sampai fase matang penuh didominasi oleh pigmen lycopen.
Buah memperlihatkan kehilangan warna hijau yang cepat saat pemasakan. Hal
tersebut dikarenakan klorofil mengalami degradasi struktur akibat kebocoran
asam organik dari vakuola, sistem oksidatif, dan enzim chlorophyllase. Hilangnya
klorofil berkaitan dengan pembentukan dan atau munculnya pigmen kuning
hingga merah. Aroma memainkan peranan penting dalam perkembangan kualitas
yang optimum pada bagian buah. Aroma terjadi karena adanya sintesis senyawa
organik volatil selama fase pemasakan.
Praktikum ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai
karakteristik fisik dan kimia buah nenas, pisang, melon dan tomat dan uji
organoleptik komoditas tersebut.
BAHAN Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah nenas, pisang dan tomat
komersial yang banyak dijual di pasar. Buah dipilih pada tingkat ketuaan komersial
(menurut petani), dengan ciri-ciri tidak cacat dan layak dijual. Selanjutnya
dilakukan analisis fisika dan kimia.
PROSEDUR A. Nenas: Analisis fisika meliputi berat buah keseluruhan, mahkota, tangkai dan
KERJA buah (dengan penimbangan), ukuran (panjang tangkai, diameter buah bagian
ujung, tengah, pangkal, diameter dan panjang mahkota), jumlah mata dan jumlah
daun. Pengamatan fisik buah nenas secara visual dilakukan dengan metoda skor
yaitu keadaan mata, skor 1 = menonjol, 3 = rata. Warna daging buah: skor 1 = putih,
5 = kuning orange. Warna hati: skor 1 = putih pucat, 5 = orange. Keadaan daging:
skor 1 = berserat, 3 = rasa lain. Sifat berair: skor 1 = sedikit, 4 = sangat banyak.
Organoleptik (rasa): skor 1 = sangat asam, 6 = sangat manis. Analisis kimia meliptui
total padatan terlarut (menggunakan hand-refraktometer: 0 - 32°Brix).
B. Pisang: Analisis fisika meliputi berat buah keseluruhan (dengan penimbangan),
ukuran (panjang, diameter buah bagian ujung, tengah, pangkal). Pengamatan fisik
buah pisang secara visual dilakukan dengan metoda skor yaitu: warna daging buah:
skor 1 = putih bersih, 5 = putih kecoklatan. Tekstur daging: skor 1 = lunak, 3 = keras.
Organoleptik (rasa): skor 1 = sangat pahit, 6 = sangat manis. Analisis kimia meliptui
total padatan terlarut (menggunakan hand-refraktometer: 0 - 32°Brix).
C. Tomat: Analisis fisika meliputi berat buah keseluruhan (dengan penimbangan),
ukuran (diameter buah bagian ujung, tengah, pangkal). Pengamatan fisik buah
nenas secara visual dilakukan dengan metoda skor yaitu: warna daging buah: skor

1
1 = oranye, 5 = merah tua. Ketebalan pericarp buah: skor 1 = tipis, 3 = tebal. Sifat
berair: skor 1 = sedikit, 4 = sangat banyak. Organoleptik (rasa): skor 1 = sangat
asam, 6 = sangat manis. Analisis kimia meliptui total padatan terlarut
(menggunakan hand-refraktometer: 0 - 32°Brix).
D. Melon: Analisis fisika meliputi berat buah keseluruhan (dengan penimbangan),
ukuran (diameter buah bagian ujung, tengah, pangkal). Pengamatan fisik buah
nenas secara visual dilakukan dengan metoda skor yaitu: warna daging buah: skor
1 = kuning, 5 = oranye. Ketebalan pericarp buah (cm atau skor): skor 1 = tipis, 3 =
tebal. Sifat berair: skor 1 = sedikit, 4 = sangat banyak. Organoleptik (rasa): skor 1 =
sangat asam, 6 = sangat manis. Analisis kimia meliptui total padatan terlarut
(menggunakan hand-refraktometer: 0 - 32°Brix).
HASIL Tampilkan dalam bentuk tabel atau grafik
PEMBAHASAN Buat pembahasan atas dasar hasil pengamatan, secara ringkas dan padat
DOKUMENTASI Tampilkan foto hasil pengamatan
(FOTO-FOTO)
DAFTAR Cantumkan pustaka yang dipergunakan
PUSTAKA

2
PRAKTIKUM
I. II KAJIAN MUTU BERAS
DASAR TEORI Beras merupakan salah satu makanan pokok. Beras organik ditinjau dari segi
kesehatan sangat aman dan sehat untuk dikonsumsi. Beras organik merupakan
beras yang ditanam dengan menggunakan teknik pertanian organik, yaitu suatu
teknik pertanian yang tidak menggunakan pupuk dan obat-obatan yang
mengandung bahan kimia berbahaya. Kerusakan beras dapat terjadi selama
penanganan, pengolahan, dan penyimpanan. Maka dari itu dalam pelaksanaan
praktikum penanganan pascapanen pada beras organik dan nonorganik dapat
membandingkan beras dari hasil pertanian organik dan nonorganik.
Pertanian organik dan nonorganik memiliki perbedaan baik dari aspek input
maupun output produksinya. Pada pertanian organik olah tanah bersifat
minimum, sedangkan pertanian anorganik olah tanahnya bersifat intensif. Pupuk
yang digunakan pada pertanian organik merupakan sumber makanan untuk
tanaman dan tanah, sedangkan pupuk kimia merupakan bahan sintetis dan
bukan alami. Pestisida yang digunakan pada pertanian organik merupakan
pestisida hayati yang terbuat dari bahan alami, sedangkan pestisida kimia terdiri
dari insektisida, herbisida dan rodentsida. Pertanian organik berorientasi
ekonomi dan ekologi, serta jangka panjang, sedangkan pertanian anorganik
berorientasi produk dan jangka pendek.
Adapun tujuan pelaksanaan praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
budidaya organik dan non-organik pada hasil beras.
BAHAN Bahan yang digunakan yaitu: beras organic, beras non-organik tersedia di pasaran
dengan distributor resmi, dan beras curah
PROSEDUR 1) Timbanglah beras masing-masing 50 g
KERJA 2) Kemudian letakkan pada tempat terpisah
3) Masing-masing perlakuan diulang 3 kali
4) Pengamatan atau perhitungan :
i) Hitunglah beras utuh
ii) Hitunglah beras pecah (2/3 bagian)
iii) Hitunglah beras menir (kurang dari 1/3 bagian)
iv) Hitunglah gabah
v) Hitunglah benda lain yang terdapat pada beras sampel (contoh)
5) Buat dokumentasinya berupa foto, dan hitunglah presentasenya dengan
menimbang masing-masing hasil pengamatan dibandingkan dengan jumlah
beras sampel
HASIL Tampilkan dalam bentuk tabel atau grafik
PEMBAHASAN Buat pembahasan atas dasar hasil pengamatan, secara ringkas dan padat
DOKUMENTASI Tampilkan foto hasil pengamatan
(FOTO-FOTO)
DAFTAR Cantumkan pustaka yang dipergunakan
PUSTAKA

3
4
PRAKTIKUM
II. III PENYAKIT PASCAPANEN PADA BUAH DAN SAYURAN
DASAR TEORI Indonesia merupakan negara penghasil buah-buahan tropis dunia. Tetapi sampai
saat ini sebagian besar hasil pertanian tersebut masih dikonsumsi sendiri untuk
tujuan pasar domestik walaupun produksi buah-buahan tersebut terkategori
tinggi. Indonesia memiliki potensi yang cukup tinggi sebagai pengekspor buah-
buahan tropis oleh karena kemampuan menghasilkan karena memiliki keuntungan
agroklimat yang sesuai dalam pembudidayaannya. Tetapi sekarang ekspor itu
mendapatkan kendala karena terbentur oleh karena kualitasnya yang menurun.
Penyebab turunnya kualitas buah-buahan tersebut salah satunya disebabkan
karena buah-buahan tersebut dipetik tidak tepat waktu, kurangnya perawatan
tanaman dan kebersihan baik waktu masih di kebun maupun selama waktu
penyimpanan dan pemasaran, sehingga mudah terserang peyakit pascapanen.
Penyakit pascapanen yang banyak menyerang buah-buahan tropis selama
penyimpanan.
Buah yang terserang penyakit daya simpannya menurun sehingga sulit untuk
pemasaran jarak jauh. Infeksi penyakit merupakan salah satu penyebab rendahnya
kualitas dan susut berat yang besar. Jika penyakit pascapanen dapat diatasi, maka
kualitas akan terjaga, susut berat berkurang dan daya simpannya lebih lama.
Dengan demikian pemasaran dapat diperluas antarpulau tetapi juga kemungkinan
pemasaran keluar negeri lebih besar.
Praktikum ini bertujuan mempelajari jenis penyakit pascapanen pada buah-
buahan dan cara penanggulangan yang tepat.
BAHAN
PROSEDUR a) Bahan percobaan adalah buah pisang dan pepaya yang terdiri dari tiga
KERJA varietas. Buah dipetik poda tingkat ketuaan komersial menurut petani
setempat.
b) Perlakuan yang dicobakan untuk menanggulangi penyakit pascapanen
tersebut:
(1) Dicelup ke dalam larutan 500 ppm Benomyl selama 30 detik.
(2) Dicelup ke dalam larutan 250 ppm Benomyl selama 30 detik
(3) Dicelup ke dalam air, hanya dicuci
(4) Kontrol (tanpa perlakuan apapun)
c) Pengamatan dlakukan terhadap:
(1) Gejala serangan cendawan penyebab penyakit diamati secara
visual.
(2) Tingkat serangan penyakit.
(3) Tingkat kematangan buah, sebagai parameter diamati perubahan
warna kulit dan tingkat kekerasannya.
HASIL Tampilkan dalam bentuk tabel atau grafik
PEMBAHASAN Buat pembahasan atas dasar hasil pengamatan, secara ringkas dan padat
DOKUMENTASI Tampilkan foto hasil pengamatan
(FOTO-FOTO)

5
DAFTAR Cantumkan pustaka yang dipergunakan
PUSTAKA

6
PRAKTIKUM
III. IV GOOD HANDLING PRAKTICES JERUK
DASAR TEORI Selain dipengaruhi oleh manajemen kebun terutama pasokan nutrisi, mutu buah
jeruk juga dipengaruhi oleh kegiatan panen dan penanganan pascapanen.
Beberapa kesalahan yang sering dilakukan pada saat panen adalah panen pada
saat buah belum masak atau membiarkan buah di pohon melampaui batas masak
fisiologis demi mengejar harga tinggi atau karena terjerat sitem ijon, penggunaan
alat panen yang tidak tepat, dan cara panen yang belum benar. Kondisi ini biasanya
diperparah oleh penanganan pascapanen yang kurang memadai seperti
penggunaan wadah (packing) yang tidak tepat, pengangkutan dari kebun ke
gudang yang sembarangan, belum dilakukan sortasi dan grading (pemutuan) dan
lain sebagainya.
Buah jeruk setelah dipetik masih melakukan proses fisiologis yaitu respirasi dan
transpirasi yang menyebabkan perubahan kandungan zat-zat dalam buah.
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa
organik (substrat) menjadi CO2, H2O dan energi. Sedangkan transpirasi adalah
proses kehilangan air melalui penguapan. Substrat yang penting dalam respirasi
meliputi karbohidrat, beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa;
asam organik; dan protein. Adanya respirasi menyebabkan buah menjadi masak
dan tua yang ditandai dengan proses perubahan fisik, kimia, dan biologi antara lain
proses pematangan, perubahan warna, pembentukan aroma dan kemanisan,
pengurangan keasaman, pelunakan daging buah dan pengurangan bobot.
Aktivitas panen dan penanganan seperti teknik pemanenan yang kurang tepat,
sortasi yang tidak baik, pengemasan dan pengepakan, pengangkutan dan
penyimpanan yang kurang diperhatikan serta adanya serangan hama dan penyakit
dapat menyebabkan kerusakan buah jeruk hingga sekitar 25%. Untuk
menghasilkan jeruk bermutu tinggi, alur penanganan panen hingga pemasaran
yang perlu diterapkan adalah: panen, sortasi dan pencucian, pengkelasan,
pelilinan, labeling, dan pengemasan, serta penyimpanan.
BAHAN Buah jeruk lemon (lokal dan import)
PROSEDUR 1) Panen buah jeruk dilakukan pada kebun koleksi jeruk KPFP
KERJA 2) Segera setelah panen semua buah dikumpulkan pada tempat yang teduh
3) Sortasi buah jeruk dilakukan sekalian pada saat pelaksanaan pembersihan
buah (pencucian)
4) Pelaksanaan grading (pengkelasan/pengelompokan) berdasarkan variabel
mutu:
a) Varietas
b) Warna
c) Ukuran
d) Kekerasan
e) Lainnya…
5) Selanjutnya dilakukan proses penyimpanan,
a) Pada ruangan dengan suhu kamar
b) Pada ruangan bertemparatur rendah (lemari pendingin)

7
HASIL Tampilkan dalam bentuk tabel atau grafik
PEMBAHASAN Buat pembahasan atas dasar hasil pengamatan, secara ringkas dan padat
DOKUMENTASI Tampilkan foto hasil pengamatan
(FOTO-FOTO)
DAFTAR Cantumkan pustaka yang dipergunakan
PUSTAKA

8
PRAKTIKUM
IV. V KAJIAN MUTU KACANG TANAH (GELONDONG/POLONG DAN KUPAS)
DASAR TEORI Sekitar 85% kacang tanah yang tersedia di Indonesia digunakan untuk bahan
pangan dengan tingkat konsumsi 2,4 kg/kapita/tahun (FAOSTAT 2009). Kacang
tanah biasanya dikonsumsi dalam bentuk bumbu kacang untuk pecel, gado-gado,
dan sate, makanan selingan (direbus, digoreng, disangrai/dioven) bahan pengisi
atau campuran beragam produk roti, kue basah maupun kering, tempe
kacang/oncom, selai, minyak dan tepung kacang. Oleh karena itu, ketersediaan
bahan baku polong dan biji kacang tanah yang mutunya baik menjadi sangat
penting dalam kaitannya dengan pemenuhan gizi masyarakat dan keamanan
pangan. Dalam konteks ini, standar mutu yang menjadi acuan, baik secara nasional
maupun internasional perlu dipahami oleh semua stakeholders, yakni
orang/instansi yang terlibat dalam kegiatan produksi, pemasaran/perdagangan
dan pengolahan kacang tanah.
Dewan Standarisasi Nasional (DSN) telah menetapkan standar mutu fisik untuk
polong dan biji (ose) kacang tanah dalam tiga kategori mutu, yakni mutu I, II, dan
III yang masing-masing kriteria dan persyaratan khususnya disajikan pada Tabel 1
dan 2. Sedangkan persyaratan yang berlaku umum untuk ketiga kategori mutu
tersebut adalah bebas hama penyakit (kutu, ulat, telur, kepompong hama dan
mycelia atau spora jamur), bebas bau busuk, asam, apek dan bau asing lainnya,
bebas dari bahan kimia (insektisida dan fungisida) yang semuanya dilakukan secara
organoleptik (penglihatan, penciuman) dan suhu ruang.
1. Butir rusak, adalah biji kacang tanah yang berlubang bekas serangan hama,
pecah/luka karena mekanis, biologis, fisis dan enzimatis, seperti berkecambah,
busuk, berbau, berubah warna dan bentuk.
2. Butir belah, adalah biji kacang tanah yang kulit ari bijinya terlepas dan keping-
keping bijinya terlepas atau tergeser.
3. Butir warna lain, adalah biji kacang tanah yang berwarna selain dari warna
aslinya, disebabkan perbedaan varietas.
4. Butir keriput, adalah biji kacang tanah yang berubah bentuknya menjadi keriput,
termasuk biji muda atau yang tidak sempurna pertumbuhannya.
5. Kotoran, adalah benda-benda asing, seperti kerikil, pasir, tanah, potongan/sisa
batang, daun, kulit polong, biji-bijian lain yang bukan kacang tanah, kotoran
lainnya.
6. Diameter biji, adalah ukuran garis tengah terpendek dari biji kacang tanah,
diukur dengan Dial caliper atau jangka sorong.
7. Polong keriput, polong kacang tanah yang berubah bentuknya dan menjadi
keriput (polong muda dan/atau yang tidak sempurna pertumbuhannya).
8. Polong rusak, adalah polong kacang tanah yang kulitnya rusak/pecah, terserang
hama, dan terserang penyakit/berjamur.
9. Polong berbiji satu, adalah polong yang berisi satu biji kacang tanah.

9
10. Rendemen, adalah hasil persentase bobot biji kacang tanah keseluruhan yang
diperoleh dari hasil pengupasan kacang tanah polong.

BAHAN Kacang tanah gelondong/polong dan kacang tanah kupas


PROSEDUR Sampel telah ditentukan beratnya masing-masing 250 g. Sampel tersebut
KERJA masing-masing untuk contoh analisis kimia dan fisik. Untuk butir/polong rusak,
butir warna lain, butir/polong keriput, kotoran, butir belah, diamati secara visual
dan dipisahkan dengan menggunakan pinset, lalu ditimbang. Persentase
ditetapkan berdasarkan bobot masing-masing kriteria dibandingkan dengan
bobot sampel, lalu dikalikan 100%.
Jenis uji kacang tanah polong adalah kotoran, polong keriput, polong rusak,
polong berbiji satu, dan rendemen.
Jenis uji kacang tanah kupas dengan memperhatikan butir rusak, butir belah,
butir warna lain, butir keriput, kotoran dan diamteter. Khusus untuk diameter
biji dapat dikelompokkan 3 jenis saja tanpa memperhatikan dimensinya.
HASIL Tampilkan dalam bentuk tabel
1. Tabel hasil pengamatan
2. Pisahkan antara kelopok kacang tanah polong dan kupas
PEMBAHASAN Buat pembahasan atas dasar hasil pengamatan, secara ringkas dan padat
DOKUMENTAS Tampilkan foto hasil pengamatan
I
(FOTO-FOTO)

10
DAFTAR Cantumkan pustaka yang dipergunakan
PUSTAKA

11
PRAKTIKUM
V. VI GOOD HANDLING PRACTICES KENTANG
DASAR TEORI Penanganan pasca panen yang baik akan berpengaruh terhadap potensi nilai jual
umbi kentang. Selain itu penanganan pasca panen juga dapat memperlama daya
simpan, sehingga bisa mempertahankan nilai ekonomis dari umbi kentang.
Pasca panen tanaman kentang meliputi pembersihan, penyortiran, pengkelasan,
penyimpanan, dan pengemasan. Berikut ini adalah cara penanganan pasca panen
tanaman kentang.
Pembersihan, umbi yang telah selesai dipanen biasanya masih dalam kondisi yang
kotor. Dari umbi tersebut terdapat sisa-sisa tanah yang masih menempel dan juga
sisa-sisa akar kecil yang belum dipotong. Kotoran-kotoran yang menempel pada
umbi kentang dapat mengakibatkan munculnya patogen penyebab penyakit.
Untuk menjaga umbi kentang supaya bebas dari serangan patogen perlu dilakukan
pembersihan pada umbi tersebut. Selain bertujuan untuk menghindari dari
serangan patogen penyebab penyakit, pembersihan pada umbi kentang juga dapat
membuat konsumen atau tengkulak lebih tertarik untuk membelinya.
Pembersihan dapat dilakukan dengan cara mencuci umbi pada air yang mengalir.
Selain itu juga dapat dilakukan dengan mengelapnya menggunakan kain bekas
yang dibasahi air. Bagi umbi yang terdapat sisa-sisa akar kecil lakukan
pemangkasan menggunakan pisau atau gunting yang tajam.
Penyortiran/Sortasi, dilakukan dengan cara memisahkan umbi kentang yang baik
dan sehat. Umbi kentang yang baik dan sehat, yaitu umbi yang bentuknya bagus,
tidak cacat, serta bebas penyakit.
Pengkelasan, setalah umbi selesai disortir langkah selanjutnya yaitu pengkelasan.
Pada dasarnya pngkelasan merupakan bagian dari tahapan sortasi. Pengkelasan
(grading) adalah sortasi produk menjadi bermacam-macam fraksi mutu sesuai
dengan standart klasifikasi yang telah diakui atas dasar nilai komersial dan
keguanaanya.
Klasifikasi/penggolongan menurut ukuran berat, kentang segar digolongkan dalam
Kecil (50 gram kebawah); Sedang (51 - 100 gram); Besar (101 - 300 gram); Sangat
besar (301 gram ke atas)
Menurut jenis mutunya, kentang segar digolongkan dalam 2 jenis mutu yaitu Mutu
I dan Mutu II.

12
Kentang cacat ialah kentang yang berpenyakit, berhama, bertunas, pecah,
berubah warna, bermata dalam atau kerusakan lain, kecuali bila cacat tersebut
dapat dihilangkan dengan pengupasan biasa yang beratnya tidak lebih dari
10% dari berat kentang. Toleransi yang berpenyakit % (bobot/bobot) maks. 1
% untuk mutu I dan 2 % untuk mutu II.
BAHAN Kentang hasil budidaya petani
PROSEDUR Sampel umbi kentang yang telah disiapkan ditangani dengan kegiatan
KERJA penanganan pascapanen yang meliputi pembersihan, penyortiran, dan
pengkelasan.
Pengkelasan umbi segar kentang ini dilakukan berdasarkan ukuran berat dan juga
menurut kelas mutunya mengikuti SNI 01-3175-1992.
HASIL Tampilkan dalam bentuk tabel atau grafik
PEMBAHASAN Buat pembahasan atas dasar hasil pengamatan, secara ringkas dan padat
DOKUMENTASI Tampilkan foto hasil pengamatan
(FOTO-FOTO)
DAFTAR Cantumkan pustaka yang dipergunakan
PUSTAKA

13
PRAKTIKUM
VI.VII KUNJUNGAN LAPANG (OPTIONAL, TIDAK WAJIB)
DASAR TEORI Pengetahuan tentang pascapanen tidak cukup diperoleh dari bangku kuliah, dari
laboratorium atau dari penelusuran pustaka. Mahasiswa juga perlu
mempelajarinya langsung dari lapangan. Oleh karena itu, sesuai tradisi mata
kuliah ini, kita akan mengunjungi sebuah perusahaan di sekitar Denpasar.
PROSEDUR Prosedur Kerja:
KERJA (1) Tim pengampu akan mengurus semua teknis tentang kunjungan lapang.
(2) Selesai praktikum, setiap kelompok harus membuat laporan.
(3) Presentasi laporan dilakukan pada akhir masa perkuliahan.
HASIL Tampilkan dalam bentuk tabel atau grafik
PEMBAHASAN Buat pembahasan atas dasar hasil pengamatan, secara ringkas dan padat
DOKUMENTASI Tampilkan foto hasil pengamatan
(FOTO-FOTO)
DAFTAR Cantumkan pustaka yang dipergunakan
PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai