PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu hadits adalah ilmu yang sangat rumit dan menyisakan
banyak problematika ditengah-tengah umat, juga merupakan
bagian dari ilmu yang harus diketahui dan dipelajari oleh
segenap kaum muslim, karena dewasa ini banyak kita temukan
sekelompok orang yang tidak bisa dikatakan kredibel dalam
bidang ilmu ini dengan sangat yakin melontarkan hadits demi
hadits
untuk
menjustifikasi
apa
yang
dia
lihat
tanpa
yang
tanpa
tedeng
aling-aling
melontarkan
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. Definisi Hadits Dhaif
Kata dhaif menurut bahasa berasal dari kata
yang berarti lemah lawan dari kata qawiy
dhuifun
, yaitu
yang mempunyai kesamaan makna dengan ,
sebaliknya kuat (lemah). Sedangkan menurut istilah, hadits
dhaif adalah hadits yang tidak terkumpul di dalamnya sifat-sifat
diterimanya hadits. Dapat dikatakan pula hadits dhaif termasuk
hadits yang mardud.4
2
Munzier Supra, ilmu hadis, PT Rja GrafindoPersada, Jakarta, 2002, hal 149150.
3 Muhyiddin al-Nawawi, At-taqrib wa al-taisir li marifati sunan al-basyir alnadzir, edisi Indonesia, Dasar-dasar Ilmu Hadis, Penerjemah Syarif Hade
Masyah, ((Jakarta: Pustaka Firdaus, Cet. I, 2001), hal 3.
satu syarat saja hilang, disebut Hadits Dha`if. Lalu bagaimana jika yang hilang itu
dua atau tiga syarat? Seperti perawinya tidak adil, tidak dhabit, atau dapat
kejanggalan dalam matannya. Maka hadits yang demikian, tentu dapat dinyatakan
sebagai Hadits Dha`if yang sangat lemah sekali.7
B. Kriteria-kriteria Hadits Dhaif
Kriteria hadits dhaif yaitu hadits yang kehilangan salah
satu syaratnya sebagai hadits shahih dan hasan. Dengan
demikian, hadits dhaif itu bukan tidak memenuhi syarat-syarat
hadits shahih, juga tidak memenuhi persyaratan hadits-hadits
hasan. Para hadits dhaif terdapat hal-hal yang menyebabkan
lebih besarnya dugaan untuk menetapkan hadits tersebut bukan
berasal dari Rasulullah SAW.
Kehati-hatian dari para ahli hadits dalam menerima hadits
sehingga mereka menjadikan tidak adanya petunjuk keaslian
hadits itu sebagai alasan yang cukup untuk menolak hadits dan
menghukuminya sebagai hadits dhaif. Padahal tidak adanya
petunjuk atas keaslian hadits itu bukan suatu bukti yang pasti
atas adanya kesalahan atau kedustaan dalam periwayatan
hadits, seperti kedhaifan hadits yang disebabkan rendahnya
daya hafal rawinya atau kesalahan yang dilakukan dalam
meriwayatkan suatu hadits. Padahal sebetulnya ia jujur dan
dapat dipercaya. Hal ini tidak memastikan bahwa rawi itu salah
pula
dalam
meriwayatkan
hadits
yang
dimaksud,
bahkan
7 Mohammad Nor Ichwan. Studi Ilmu Hadits. (Semarang Rasail, 2007), hlm: 133.
dalam
periwayatan
hadits
yang
dimaksud,
suatu
hadits
maka
mereka
karena
tidak
Oleh
karena
itu,
para
muhadditsin
Artinya :
Janganlah kamu melebihkan sebagian Nabi dan sebagian yang lain.
Berdasarkan riwayat Bukhari, ia sebenarnya tidak pernah bertemu dengan
Malik. Dengan demikian, Bukhari telah menggugurkan satu rawi diawal
sanad tersebut.
b. Hadits Munqathi ((
) , Menurut bahasa, hadits munqati
berarti hadits yang putus. Para ulama memberikan batasan
hadits munqati adalah hadits yang gugur satu atau dua
rawi tanpa beriringan menjelang akhir sanadnya. Bila rawi
diakhir
sanadnya
adalah
sahabat
Nabi,
maka
rawi
rawi
ditingkat
sahabat
yang
gugur,
tetapi
. ,
Artinya :
Rasulullah SAW, bila masuk kedalam masjid, membaca : dengan nama
Allah, dan sejahtera atas Rasulullah; Ya Allah, ampunilah segala dosaku
Artinya :
Budak itu harus diberi makanan dan pakaian secara baik
Imam Malik, dalam kitabnya itu, tidak menyebut dua orang rawi yang
beriringan antara dia dengan Abu Hurairah. Dua orang rawi yang gugur itu
diketahui malalui riwayat Imam Malik di luar kitab Al-Munawa. Malik
meriwayatkan: hadits yang sama , yaitu Dari Muhamad bin Ajlan, dari
ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah. Dua rawi yang gugur
secara beriringan adalah Muhamad bin Ajlan dan ayahnya.
d. Hadits mursal (
) , adalah hadits yang sanadnya gugur
setelah tabiin. Seperti ketika tabiin mengatakan:
10
Contoh hadits mursal :
Artinya :
mendengar
hadits
tersebut
darinya
agar
:
Dalam
matarantai
sanad
hadits
Ibnu
Umar
ini,
bin
Ishaq
dan
ia
telah
membuat
keragu-raguannya,
atau
suatu
hadits
hanya
: :
Artinya:
Dari Ali bin Abi Thalib ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW:
Barang siapa yang mmembaca Al-Quran maka baginya balasan 200
dinar. Jika dia tidak di dunia dia akan diberi di akhirat.
Yahya bin Maiin mengatakan dalam hadits ini ada rawi yang bernama
Amar bin Jumai yang termasuk salah seorang pendusta. Ibnu Hibban
juga mengatakan perawi tersebut sering meriwayatkan hadits-hsdits
palsu.13
b. Hadits Munkar (
) , adalah hadits yang diriwayatkan oleh
perawi yang lemah yang bertentangan dengan rawi yang
lebih
kuat
darinya
dari
sisi
ketsiqahannya.
12[8Muhammad Alawi al-Maliki, al-Minhal al-Lathif, (Daar al-Rahmah alIslamiyah), Hlm. 114-116
10
yang
diriwayatkan
oleh
perawi
tsiqah
yang
,
Artinya:
barang siapa mendirikan shalat, menunaikan zakat,
melakukan haji, berpuasa, dan menjamu tamu, maka dia
masuk surga.
Ibnu Abi Hatim berkata: Hadits ini munkar, karena terdapat
rawi yang kredibel yaitu Abi Ishaq dan rawi yang kurang
kredibel yaitu Hubaib.14
c. Hadits Mudraj ( (
) ,adalah hadits yang dimasuki sisipan,
yang sebenarnya bukan bagian hadits itu. Contoh:
:
( )
Artinya:
Rasulullah Saw bersabda: saya itu adalah Zaim dan Zaim
itu adalah penanggungjawab dari orang yang beriman
kepadaku, taat danberjuang di jalan Allah, dia bertempat
tinggal di dalam surge. (HR. Nasai)
Dalam meriwayatkan hadits ini, Washil al-Ahdab tidak
menyebutkan Umar bin Surahbil, tetapi dia meriwayatkan
dari Abi Wail yang menerima langsung dari Ibnu Masud.
14[Muhammad Alawi al-Maliki, al-Minhal al-Lathif, (Dar ar-Rahmah), Hlm. 93-94
11
terdapat
perubahan,
baik
dalam
sanad
Artinya:
Apabila salah seorang kamu sujud, jangan menderum
seperti menderumnya seekor unta, melinkan hendaknya
meletakkan kedua tanggannya sebelum meletakan kedua
lututnya, (HR. Al- Turmudji, dan mengatakakannya hadits
ini gharib)
Hadits ini maqlub, karena Hammad mengganti Suhail bin
Abi Shalih dengan al-Amasy.16
(
) , adalah hadits yang
diriwayatkan oleh orang yang berbeda-beda, akan tetapi
e. Hadits
Mudltharib
12
Menurut
Daru
Quthniy,
hadits
ini
termasuk
hadits
saja
dianggap
tidak
beralasan
(madzur).18
18 M. Mashum Zein, Ulumul Hadits & Musthalah Hadits, Cet. I, (Jombang: Darul
Hikmah, 2008), Hlm. 154-155.
13
f. Hadits Mushahhaf (
) , hadits yang terjadi perubahan
huruf
atau
makna
di
dalamnya
atau
di
dalam
menjadi 22
( ,
Artinya:
hari-hari tasyrik adalah hari-hari makan dan minum
14
Artinya:
Rasulullah bersabda: penjual dan pembeli
berikhtiar, selama mereka masih belum berpisah
Ada dua jalur periwayatan, yaitu:
boleh
23 M. Mashum Zein, Ulumul Hadits & Musthalah Hadits, Cet. I, (Jombang: Darul
Hikmah, 2008), Hlm. 161-162
15
:
Hadits riwayat Bukhari tersebut adalah hadits mauquf,
sebab matannya berasal dari perkataan Ibnu Umar dan
tidak ada petunjuk yang mengatakan adalah Nabi SAW.25
b. Hadits Maqthu ((
) , adalah perkataan, perbuatan atau
taqrir yang dimauqufkan kepada tabiin, baik sanadnya
bersambung atau tidak, seperti perkataan Haram bin Jubair
(seorang tabiin besar) yaitu:
26
D. Kehujjahan Hadits Dhaif
Hadits dhaif termasuk hadits yang dihukumi mardud
(ditolaknya hujjah darinya) memandang hukum aslinya. 27 Setelah
24 M. Mashum Zein, Ulumul Hadits & Musthalah Hadits, Hlm. 45
25 M. Mashum Zein, Ulumul Hadits & Musthalah Hadits, Cet. I, (Jombang: Darul
Hikmah, 2008), Hlm. 168-169
16
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hadis dhoif merupakan hadis yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat
hadis shohih dan syarat-syarat hadis hasan. Hadis dhoif ini memilki penyebeb
mengapa bisa tertolak di antaranya dengan sebab-sebab dari segi sanad dan
juga dari segi matan.
2. Kriteria
hadis
dhoif
adalah
karena
sanadnya
ada
yang
tidak
18
DAFTAR PUSTAKA
19
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
Makalah Ulumul Hadits tentang HADITS DHAIF. Dengan adanya makalah ini kita
sebagai umat muslim diharapkan mengetahui bagaimana cara kita bersikap dalam
menghadapi hadits dhaif tersebut karena hal ini akan langsung berkaitan dengan
aqidah dan ibadah-ibadah kita kepada Allah SWT.
Penulisan makalah ini adalah salah satu tugas mata Kuliah Ulumul Hadits di
STAIN Watampone. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang
dimiliki kami. Serta kami mengucapkan banyak terima kasih untuk pihak-pihak yang
telah membantu kami. Semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal kepada
mereka yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Amin Yaa Rabbal Alamiin.
20
DAFTAR ISI
i
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................
.....................................................................................................i
DAFTAR ISI ..............................................................................................
.....................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................
...............................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................
...............................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
21
B. Saran...............................................................................
........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
22
Mariana
Wahdania
Yuliana
23