BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam
24 jam setelah persalinan berlangsung. Perdarahan postpartum dibagi
menjadi perdarahan postpartum primer dan sekunder. Perdarahan
post partum primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama
perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta,
sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Perdarahan postpartum
sekunder
terjadi
setelah
24
jam
pertama.
Penyebab
utama
Ny. S dengan
Perdarahan
Kebidanan
dan
pengalaman
khususnya
dalam
penanganan
penerapan
perdarahan
postpartum.
b. Bagi Institusi pendidikan
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir
jenjang pendidikan Diploma III Kebidanan Bina Sehat Nusantara
dan sebagai bahan acuan / pedoman bagi institusi jurusan
kebidanan untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) selanjutnya.
c. Bagi Institusi Tempat pengambilan Kasus
Merupakan bahan untuk menambah wawasan, memberikan
masukan terhadap tenaga kesehatan khususnya di Poskesdes
Majang, dan meningkatkan asuhan kebidanan postpartum
d.
E. Metode Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode :
1. Studi Kepustakaan
hasil
tindakan
asuhan
kebidanan
serta
5. Diagnosis
6. Komplikasi
7. Pencegahan
8. Penatalaksanaan
C. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
2. Langkah dalam Manajemen Asuhan Kebidanan
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
BAB III. STUDI KASUS
A. Langkah I Identifikasi Data Dasar
B. Langkah II Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual
C. Langkah III Mengantisipasi Diagnosa / Masalah Potensial
D. Langkah IV Tindakan Segera dan Kolaborasi
E. Langkah V Rencana Asuhan Kebidanan
F. Langkah VI Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
G.Langkah VII Evaluasi Asuhan Kebidanan
H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
BAB IV.PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada pada pelaksaan Manajemen Asuhan
Kebidanan pada klien dengan asfiksia sedang yang dibahas
secara
sistematis
kebidanan.
sesuai
dengan
manajemen
asuhan
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari
setelah akhir persalinan. (Bahiyatun, 2009)
11
11
g. Masa
puerperium normal
adalah waktu
yang
diperlukan
psikologis.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan
perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan KB.
12
mengurangi
infeksi
puerperium.
g. Melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau perkemihan.
h. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat
fungsi
ASI
dan
pengeluaran
sisa
metabolisme.
perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat.
13
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
c. Kunjungan ketiga dilakukan pada dua minggu setelah persalinan,
yang mana kunjungan ini tujuannya sama dengan kunjungan
yang kedua.
d. Setelah kunjungan ketiga maka dilakukanlah kunjungan pada 6
minggu setelah persalinan yang merupakan kujungan terakhir
selama masa nifas, yang mana kunjungan ini bertujuan untuk:
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau
bayi alami.
2) Memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB
secara dini (Saifuddin AB, 2009; Pitriani R, 2014).
5. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas
a. Gizi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang di perlukan oleh tubuh
untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa
nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25% karena
berguna proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan
untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan
bayi.
b. Ambulasi
Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah
kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari
14
15
Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah
sembuh
maka
coitus
bisa
dilakukan
pada
3-4
minggu
16
Caranya
dengan
berdiri
dengan
tungkai
semua
peradangan
yang
17
18
sebagaimana
mestinya,
sehingga
proses
mengenai
19
insufisiensi
hormon
pars
anterior
hipofisis.
(Ambarwati, 2008)
.
B. Tinjauan KhususTentang Perdarahan Post Partum
1. Pengertian
a. Perdarahan Post Partum adalah perdarahan yang banyak yang
sulit untuk dihentikan. (Heidi Mukroff, 2006)
b. Istilah perdarahan postpartum dalam arti luas mencakup semua
perdarahan yang terjadi setelah kelahiran bayi : sebelum, selama
dan sesudah keluarnya plasenta. (Oxorn Forte, 2010)
c. Perdarahan Postpartum adalah kehilangan darah melebihi 500
ml atau lebih pada saat pelahiran dan dalam waktu 24 jam
(Sinclair.C., 2009).
d. Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600
ml dalam 24 jam setelah anak lahir atau perdarahan dalam kala
(Rukiyah, 2010).
e. Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam
24 jam setelah persalinan berlangsung. (Manuaba, 2010)
f.
Perdarahan
Postpartum
(perdarahan
masa
nifas)
adalah
20
21
fungsi
cepat,
tekanan
darah
tiba-tiba
turun,
dan
pasien
dalam keadaan shock. Uterus dapat terisi darah dalam jumlah yang
cukup
banyak
sekalipun
dari
luar
hanya
terlihat
sedikit.
22
b.
c.
d.
e.
kardiovaskuler.
(Manuaba, 2007)
6. Komplikasi
a. Sindrom Sheehan
Perdarahan banyak kadang-kadang diikuti dengan sindrom
Sheehan, yaitu kegagalan laktasi, amenorea, atrofi payudara,
rontok rambut pubis dan aksila, supernivolusi uterus, hipotiroidi,
dan insufisiensi korteks adrenal.
b. Diabetes inspidus
Perdarahan banyak pasca persalinan dapat mengakibatkan
diabetes
inspidus
tanpa
disertai
defisiensi
anterior.
(Sastrawinata S, 2005)
Menurut Oxorn Forte (2010), bahaya perdarahan postpartum ada
dua yakni :
a. Anemia yang diakibatkan perdarahan tersebut memperlemah
keadaan pasien, menurunkan daya tahannya dan menjadi factor
predisposisi terjadinya infeksi nifas.
b. Jika kehilangan darah ini tidak dihentikan, akibat akhir tentu saja
kematian.
7. Pencegahan
Pencegahan perdarahan postpartum dapat dilakukan dengan
mengenali resiko perdarahan postpartum (uterus distensi, partus
lama, partus dengan uatan), memberikan oksitosin setelah bayi lahir,
memastikan kontraksi uterus setelah bayi lahir, memastikan plasenta
lahir lengkap, menangani robekan jalan lahir. (Ambarwati, 2008)
8. Penatalaksanaan
Secara umum penanganan perdarahan postpartum adalah sebagai
berikut:
23
(termasuk
upaya
pencegahan
perdarahan
pasca-
persalinan).
c. Lakukan obeservasi melekat pada 2 jam pertama pascapersalinan (diruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan
terjadwal hingga 4 jam berikutnya (diruang rawat gabung).
d. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat.
e. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
dihadapkan dengan masalah dan komplikasi.
f. Atasi syok
g. Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah,
lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IU IM dilanjutkan
infuse 20 IU dalam 500 cc NS/RL dengan 40 tetesan per menit).
h. Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi
kemungkinan robekan jalan lahir.
i. Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
j. Pasang kateter menetap dan pantau masukan keluaran cairan.
k. Cari penyebab perdarahan dan lakukan tindakan spesifik.
(Saifuddin AB, 2009)
Menurut
Rukiyah
(2010),
langkah-langkah
penanganan
24
25
keputusan
yang
berfokus
pada
pasien.
(Megasari M, 2015)
b. Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan
oleh bidan dalam menerapkan metode metode pemecahan
masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data,
diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
(Ambarwati, 2008; Muslihatun, 2009)
c. Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberi asuhan
kebidanan. (Hani Ummi, 2010)
d. Manajemen kebidanan memperkenalkan
sebuah
metode
26
langkah
ini
dilakukan
identifikasi
terhadap
yang
telah
dikumpulkan.
Data
dasar yang
telah
27
membutuhkan
antisipasi
yang
cukup
dan
apabila
tertentu
pasien
membutuhkan
tindakan
segera.
dari
proses
penatalaksanan
kebidanan
yang
28
(Purwandari, 2008)
Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh dilakukan
secara efisien dan aman. Rencana ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh pasien, atau anggota
tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia
tetap
memikul
tanggung
jawab
untuk
mengarahkan
benar
efektif
dalam
pelaksannaanya
Ada
29
yang
mengorganisasi
temuan
dan
kesimpulan
menjadi suatu rencana asuhan. (Purwandari, 2008)
3) Dokumentasi kebidanan didalamnya tersirat proses berpikir
yang sistematis seorang bidan dalam menhadapi seorang
klien sesuai langkah-langkah dalam proses manajemen
kebidanan. (Hani Ummi, 2010)
4) Dokumentasi kebidanan adalah catatan tentang interaksi
antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim
kesehatan tentang hasil pemeriksisaan, prosedur tindakan,
pengobatan pada pasien, pendidikan, dan respon pasien
terhadap semua asuhan yang di berikan. (Muslihatun, 2009)
5) Dokumentasi kebidanan adalah catatan perkembangan yang
menggambarkan
pelayanan
b.
urutan
kebidanan
kejadian
sampai
pasien
pulang
dari
masuk
atau
pulih.
(Syafrudin, 2009)
SOAP
Metode empat langkah yang dinamakan SOAP (Subjektif,
Objektif, Assesment, Planning) disarikan dari proses pemikiran
penatalaksanaan kebidanan, dipakai untuk mendokumentasikan asuhan pasiendalam rekam medis sebagai catatan
kemajuan pasien. (Purwandari, 2008)
Menurut Helen Varney (1997),
alur
berpikir
saat
30
pendokumentasian
hasil
pengumpulan
pendokumentasian
hasil
analisa
dan
31
BAB III
STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. S DENGAN PERDARAHAN
POSTPARTUM DI POSKESDES MAJANG KAB. BONE
TANGGAL 20 MEI 2015
No. Register
:-
Tanggal partus
: HASRIANI
32
1. Data Biologis
a. Keluhan utama :
36
ibu mengatakan merasa mual disertai pengeluaran darah yang
banyak dari jalan lahir.
b. Riwayat keluhan utama:
1) Pengeluaran darah yang banyak mulai dirasakan segera
setelah melahirkan tanggal 20-05-2015 jam : 13.00.
2) Sifat keluhan terus menerus.
3) Ibu merasa demam dan lemah.
c. Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
1) Tidak ada riwayat alergi.
2) Tidak ada riwayat penyakit DM, tumor, hipertensi, PMS, dan
TBC.
3) Tidak ada riwayat penyakit yang menyertai kehamilan seperti
nyeri perut hebat, sakit kepala hebat, dan kejang.
4) Tidak ada riwayat ketergantungan obat, alkohol, dan
merokok.
5) Ibu memiliki penyakit sindrom nefrotik.
d. Riwayat Reproduksi.
1) Riwayat haid :
a) Menarche : 14 tahun
b) Siklus haid : 28-30 hari
c) Lamanya : 5 7 hari
d) Perlangsungan : Normal.
33
dan Nifas.
ANC > 4 x di Poskesdes Majang.
HPHT : 11- 08 - 2014
HTP : 18 -05 -2015.
Selama hamil, ibu tidak pernah merasa sakit perut hebat
34
35
36
hidup
sederhana.
4. Data Spiritual
a. Ibu selalu berdoa agar keadaan ibu, suami, bayinya, dan
keluarga senantiasa sehat.
b. Ibu menganggap bahwa bayinya merupakan anugerah Tuhan.
B. Langkah II : Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual
Diagnosa: Post Partum hari I, ibu dengan perdarahan post partum
karena atonia uteri dan kecemasan.
1. Post partum hari pertama.
Data Subjektif:
a. Ibu melahirkan tanggal 20-05- 2015, Jam 09.30 WITA.
b. Ibu mengatakan ada pengeluaran darah dari jalan lahir.
Data Objektif :
a.
b.
c.
d.
e.
37
Data Subjektif:
a. Ibu mengatakan ada pengeluaran darah dari jalan lahir.
b. Ibu merasa lemah dan demam.
Data Objektif :
a. Keadaan ibu lemah.
b. Wajah pucat, konjungtiva pucat.
c. TTV
1) TD : 110 / 60 mmHg
2) Nadi : 86 x / menit.
3) Pernapasan : 20 x / menit.
4) Suhu : 36C.
d. Ekstremitas dingin
e. Kontraksi uterus tidak baik.
f. Perdarahan 500 ml.
38
Data Subjektif:
39
penanganan
segera
dan
intensif
untuk
40
: Kecemasan
Diagnosa potensial
Tujuan
Kriteria :
1. KU ibu baik
2. TTV ibu dalam batas normal :
a. TD = 110/80-140/90 mmHg.
b. N = 60-100 x /menit.
c. S = 36-37 C
d. P = 20-24 x /menit.
3. Lokhia dalam keadaan normal (lokhia rubra)
4. Involusi uterus berjalan normal (TFU 2 jb pst).
5. kontraksi uterus baik (teraba bundar dan keras).
6. Ibu dapat beradaptasi dengan kondisinya.
7. Syok tidak terjadi
Intervensi tanggal 25-05-2015
1. Pemasangan infuse
41
keadaan
involusio
dan
dapat
akan
42
mencegah
menghambat
terjadinya
tumbuhnya
infeksi
mikroorganisme
dengan
pathogen
dalam luka.
12. Anjurkan untuk ganti duk setiap kali selesai BAB atau BAK.
Rasional : Duk yang kotor dan basah merupakan tempat yang baik
untuk berkembang biaknya pathogen penyebab infeksi.
3.
Memasang infuse
Hasil : Infus telah terpasang.
Menjelaskan pada ibu keadaanya
Hasil : ibu mengerti dan merasa tenang.
Mengobservasi TTV, TFU , kontraksi dan pengeluaran lochia
4.
setiap hari.
Hasil : Ibu telah diperiksa TTVnya.
a. TD : 100/ 70 mmHg
b. Nadi : 86 x / menit
c. Pernapasan : 20 x /menit
d. Suhu : 36 c
e. TFU : 2 jrb pst
f. Kontraksi jelek (teraba lembek)
g. Lokhia rubra (normal).
Mengajarkan ibu cara massase fundus uteri yang baik dan
5.
2.
43
7.
8.
9.
44
No. Register
:-
Tanggal partus
: HASRIANI
: Ny. S / Tn. W
: 27 tahun / 32 tahun
: 1x / 1 tahun
: Bugis / Sunda
: Islam / Islam
: SMP / SD
: IRT / Wiraswasta
: Kelurahan Majang
45
: 100/70 mmHg
Nadi
: 86 x / menit.
Pernapasan
: 36 x/ menit
Suhu badan
: 36O C.
4. Kepala
Inspeksi : Rambut hitam lurus,tidak berketombe, tidak rontok.
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
5. Wajah
Inspeksi : Ekspresi wajah tampak meringis
Palpasi : tidak ada oedema pada wajah.
6. Mata
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, sklera tampak putih dan
konjungtiva merah muda.
7. Hidung
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat polip dan
peradangan
8. Gigi dan mulut
Inspeksi : Tampak bersih, tidak ada caries dan gigi berlubang,bibir
tidak pecah pecah.
9. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid, limfe dan
vena jugularis
10. Payudara
Inspeksi : Simetris ki / ka, putting menonjol,ASI masih sedikit,tonus
otot payudara longgar, putting susu tidak lecet.
Palpasi : tidak ada massa dan nyeri tekan.
11. Abdomen
Inspeksi :Tidak ada luka bekas oprasi, Tampak striae albicans
bersama linea nigra,
46
Palpasi : kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar, TFU 2 jari
di bawah pusat.
12. Genitalia
Inspeksi :Nampak lokia rubra, varises tidak ada..
13. Tungkai bawah
Inspeksi :simetris ki/ka, tidak ada kelainan pada jari kaki dan tanga
Palpasi : Tidak ada varises dan oedema.
Perkusi : refleks patella (+)
C. Assesment (A)
Diagnosa: Post Partum Hari I, ibu dengan perdarahan post partum
karena atonia uteri.
Masalah aktual
: Kecemasan
47
BAB IV
PEMBAHASAN
48
Pada bab ini diuraikan pembahasan kasus yang telah diambil oleh
penulis, sesuai dengan manajemen Kebidanan Varney mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi. Dalam hal ini juga akan diuraikan
tentang persamaan dan kesenjangan antara teori yang ada dengan
praktek yang penulis temukan dilapangan.
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan sisa plasenta
dilaksanankan mulai tanggal 22 23 Mei 2013 dengan pengkajian di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi, walaupun ada beberapa
kondisi yang tidak sesuai dengan teori yang penulis peroleh.
1. Pengkajian data
Pengkajian merupakan tahap awal yang digunakan sebagai landasan
dalam
proses
asuhan
kebidanan,
tahap
ini
mencakup
kegiatan
49
50
ostium uteri eksternum warna merah segar perdarahan -/+ 550 cc, tampak
sisa jaringan pada dinding uterus.
Berdasarkan teori saifuddin (2001; h. 78) pedarahan post partum
sekunder merupakan perdarahan setelah 24 jam melebihi 500 ml
sehingga menyebabkan perubahan pada tanda vital seperti badan terasa
lemas, berkeringat dingin, tekanan darah < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit
dan kadar Hb < 8 gr%.
Menurut Manuaba (2008; h. 67) pada pemeriksaan dijumpai
perpanjangan lochea, perdarahan terjadi setelah pengeluaran lochea
normal, sub involusio uteri karena inveksi dan perdarahan terlambat.
Semua tanda tanda di atas terjadi pada kasus yang penulis
temukan karena perdarahan segera diketahui dan segera mendapatkan
penanganan yang intensif sehingga keadaan ibu tetap baik dan stabil.
Walaupun pada pengkajian data tidak terdapat kesenjangan tetapi data
data yang penulis peroleh masih menunjukkan diagnosa sisa plasenta.
2. Interpretasi Data
Interpretasi pada terdiri dari penentuan diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan. Menurut Muchtar (2008; h. 125) untuk
menentukan diagnosa perdarahan post partum sekunder pada setiap
kejadian harus dicari penyebab terlebih dahulu melalui :
a. Palpasi uterus untuk menentukan kontraksi uterus dan TFU.
b.
51
c.
d.
e.
dan
menganjurkan
ibu
melakukan
teknik
relaksasi,
serta
52
b.
c.
Kegagalan ginjal
Menurut Cunningham (2005, h. 159) perdarahan postpartum sekunder
dapat menyebabkan gagal ginjal karena hipotesi yang lama, sehingga
perfigi renal tidak terjadi. Pada kasus yang penulis temukan kegagalan
53
ginjal tidak diangkat karena tidak ada tanda tanda yang mengarah pada
kegagalan ginjal.
d.
54
55
pelaksanaan
sampai
dengan
evaluasi
tidak
ada
BAB V
PENUTUP
56
57
terhadap
teori
yang
telah
diberikan
selama
perkuliahan dipustakaan.
b. Diharapkan
para
pembaca
terutama
mahasiswa
dapat
oleh
sebab
sisa
plsaenta
sehingga
dapat
58
postpartum
sehingga
dapat
memberikan
mengidentifikasi
dengan
cepat
apabila
terjadi
perdarahan kembali.
3. Bagi Masyarakat
a. Ibu sebaiknya segera menyusui bayinya sedini mungkin
setelah bayi lahir untuk merangsang kontraksi dari pengaruh
isapan puting susu oleh bayi yang dapat mencegah terjadinya
perdarahan postpartum.
b. Untuk memulihkan kondisi ibu postpartum dengan perdarahan
postpartum sekunder dan setelah dilakukan kuretase agar
mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang dan tidak
berpantang makanan apapun seperti adat yang berlaku
dimasyarakat, karena pantangan makanan yang berlaku di
masyarakat adlah bahan makanan yng sangat dibutuhkan
oleh tubuh dalam proses pengambilan sel sel yang telah
rusak akibat sisa plasenta.
59
DAFTAR PUSTAKA
60
61
http://dephyulianti.