Anda di halaman 1dari 61

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam
24 jam setelah persalinan berlangsung. Perdarahan postpartum dibagi
menjadi perdarahan postpartum primer dan sekunder. Perdarahan
post partum primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama
perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta,
sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Perdarahan postpartum
sekunder

terjadi

setelah

24

jam

pertama.

Penyebab

utama

perdarahan postpartum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa


plasenta atau membran. (Manuaba, 2010)
Perdarahan pada postpartum dapat mengakibatkan syok dan
menurunnya kesadaran ibu. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi
darah ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat.
Apabila hal ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan
menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan selanjutnya
merusak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila
hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan.
(Yulianti, 2015)
Berdasarkan World Health Organization (WHO) kematian ibu di
negara-negara berkembang pada tahun 2013 adalah 230 per 100.000
kelahiran hidup dibandingkan 16 per 100.000 kelahiran hidup di
1

negara maju. Ada perbedaan besar antara negara-negara, dengan


beberapa negara yang memiliki rasio kematian ibu yang sangat tinggi
sekitar 1000 per 100.000 kelahiran hidup. Perdarahan postpartum
merupakan penyebab utama kematian ibu di seluruh dunia dengan
tingkat prevalensi sekitar 6%; Afrika memiliki tingkat prevalensi
tertinggi sekitar 10,5%. Sebagian besar kematian ibu terjadi di Afrika
dan Asia, di mana perdarahan postpartum berjumlah lebih dari 30%
dari seluruh kematian ibu. (WHO, 2015)
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
Tahun 2012 AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam
kehamilan dan perdarahan post partum. Penyebab ini dapat
diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan
baik. (Kemenkes RI, 2015)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan jumlah kematian ibu Tahun 2014 sebanyak 175 orang dengan
penyebab perdarahan sebanyak 91 orang (52%), preeklampsia 30
orang (17,1%), infeksi 7 orang (4%), dan lain-lain 47 orang (26,9%).
(Profil Dinas Kesehatan prov. Sul- Sel)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Bone Tahun 2013, jumlah kematian ibu sebanyak 10 orang.
Adapun penyebab kematian ibu adalah: perdarahan post partum 3
orang, preeklampsia dan eklampsia 4 orang, partus lama 2 orang,

penyakit jantung 1 orang. Sedangkan pada Tahun 2014, jumlah


kematian ibu sebanyak 12 orang dengan penyebab: preeklampsia 6
orang, perdarahan 2 orang, partus lama (KPD) 2 orang, jantung 1
orang dan DM 1 orang. (Profil Dinas Kesehatan Kab. Bone)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Poskesdes Majang
Kecamatan Tanete Riattang Barat Kab. Bone, jumlah ibu melahirkan
pada Tahun 2013 sebanyak 147 orang dan yang mengalami
perdarahan postpartum yaitu 3 orang. Sedangkan pada Tahun 2014,
jumlah ibu melahirkan adalah 180 orang, dan yang mengalami
perdarahan yakni 6 orang.
Sehubungan dengan hal diatas, maka penulis termotivasi untuk
membahas lebih lanjut tentang perdarahan postpartum melalui Karya
Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Kebidanan Postpartum Pada Ny.
S dengan Perdarahan Postpartum di Poskesdes Majang Kec. Tanete
Riattang Barat Kab. Bone Tahun 2015.
B. Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Asuhan
Kebidanan Pada Ny. S dengan Perdarahan Postpartum di Poskesdes
Majang Kec. Tanete Riattang Barat Kab. Bone Tahun 2015.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan
Perdarahan Postpartum di Poskesdes Majang Kec. Tanete Riattang
Barat Kab. Bone Tahun 2015.
2. Tujuan khusus

a. Melaksanakan pengkajian data pada Ny. S dengan Perdarahan


Postpartum di Poskesdes Majang Kec. Tanete Riattang Barat
Kab. Bone Tahun 2015
b. Mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual pada Ny. S dengan
Perdarahan Postpartum di Poskesdes Majang Kec. Tanete
Riattang Barat Kab. Bone Tahun 2015.
c. Mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial pada Ny. S
dengan Perdarahan Postpartum di Poskesdes Majang Kec.
Tanete Riattang Barat Kab. Bone Tahun 2015.
d. Melaksanakan perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada
Ny. S dengan Perdarahan Postpartum di Poskesdes Majang
Kec. Tanete Riattang Barat Kab. Bone Tahun 2015.
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada Ny. S dengan
Perdarahan Postpartum di Poskesdes Majang Kec. Tanete
f.

Riattang Barat Kab. Bone Tahun 2015.


Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan
Perdarahan Postpartum di Poskesdes Majang Kec. Tanete

Riattang Barat Kab. Bone Tahun 2015.


g. Mengevaluasi asuhan tindakan yang telah dilaksanakan pada
Ny. S dengan Perdarahan Postpartum di Poskesdes Majang
Kec. Tanete Riattang Barat Kab. Bone Tahun 2015.
h. Dapat mendokumentasikan semua tindakan asuhan kebidanan
yang

telah diberikan pada

Ny. S dengan

Perdarahan

Postpartum di Poskesdes Majang Kec. Tanete Riattang Barat


Kab. Bone Tahun 2015.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Ilmiah

Diharapkan karya tulis ini dapat menjadi sumber informasi dan


memperkaya ilmu pengetahuan serta sebagai bahan acuan bagi
penyusun Karya Tulis Ilmiah berikutnya untuk memperkirakan
kejadian perdarahan postpartum di Kab. Bone khususnya di
Poskesdes Majang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Menambah wawasan
Asuhan

Kebidanan

dan

pengalaman

khususnya

dalam

penanganan

penerapan
perdarahan

postpartum.
b. Bagi Institusi pendidikan
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir
jenjang pendidikan Diploma III Kebidanan Bina Sehat Nusantara
dan sebagai bahan acuan / pedoman bagi institusi jurusan
kebidanan untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) selanjutnya.
c. Bagi Institusi Tempat pengambilan Kasus
Merupakan bahan untuk menambah wawasan, memberikan
masukan terhadap tenaga kesehatan khususnya di Poskesdes
Majang, dan meningkatkan asuhan kebidanan postpartum
d.

dengan perdarahan postpartum.


Bagi masyarakat
Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang
perdarahan postpartum dan apabila pasien atau masyarakat
menemukan kejadian yang serupa dapat melakukan tindakan
antisipasi agar melakukan pertolongan awal dengan membawa
pasien ke unit kesehatan terdekat.

E. Metode Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode :
1. Studi Kepustakaan

Mempelajari buku atau literature, mengambil data-data internet


yang berkaitan dengan masalah Perdarahan Postpartum sebagai
dasar teoritis yang digunakan pada pembahasan Karya Tulis Ilmiah
ini.
2. Studi Kasus
Dengan menggunakan pendekatan proses manajemen yang
meliputi pelaksanaan pengkajian dan analisa data, identifikasi
diagnosa / masalah aktual, antisipasi diagnosa/masalah potensial,
melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, menyusun rencana
asuhan kebidanan, melaksanakan tindakan asuhan kebidanan,
mengevaluasi

hasil

tindakan

asuhan

kebidanan

serta

mendokumentasikannya. Untuk menghimpun data/informasi dalam


pengkajian tersebut menggunakan teknik :
a. Anamnese
Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarga klien
guna mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan
asuhan kebidanan pada klien tersebut.
b. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien
meliputi pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi, juga ditunjang dengan pemeriksaan diagnostik
lainnya sesuai dengan kebutuhan dan indikasi.
3. Studi Dokumentasi
Membaca dan mempelajari status kesehatan yang berhubungan dengan keadaan klien yang bersumber dari catatan
dokter/bidan maupun dari sumber lain yang menunjang seperti hasil
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik lainnya.
4. Diskusi

Mengadakan tanya jawab dengan dokter atau bidan yang


menangani langsung klien, serta mengadakan diskusi dengan dosen
pengasuh atau pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan untuk menulis
Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari :
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Ruang Lingkup Penulisan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas
1. Definisi Masa Nifas
2. Tahapan Masa Nifas
3. Tujuan Asuhan Masa Nifas
4. Program dan kebijakan teknis dalam asuhan masa nifas
5. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas
6. Komplikasi dan Kelainan-kelainan Dalam Masa Nifas
B. Tinjauan Khusus Tentang Perdarahan Postpartum
1. Pengertian
2. Klasifikasi
3. Etiologi
4. Tanda Dan Gejala

5. Diagnosis
6. Komplikasi
7. Pencegahan
8. Penatalaksanaan
C. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
2. Langkah dalam Manajemen Asuhan Kebidanan
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
BAB III. STUDI KASUS
A. Langkah I Identifikasi Data Dasar
B. Langkah II Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual
C. Langkah III Mengantisipasi Diagnosa / Masalah Potensial
D. Langkah IV Tindakan Segera dan Kolaborasi
E. Langkah V Rencana Asuhan Kebidanan
F. Langkah VI Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
G.Langkah VII Evaluasi Asuhan Kebidanan
H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
BAB IV.PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada pada pelaksaan Manajemen Asuhan
Kebidanan pada klien dengan asfiksia sedang yang dibahas
secara

sistematis

kebidanan.

sesuai

dengan

manajemen

asuhan

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

10

A. Tinjauan Tentang Masa Nifas


1. Definisi Masa Nifas
a. Masa nifas (puerpurium) adalah dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. (Depkes RI, 2013)
b. Masa nifas (puerpurium) masa segera setelah kelahiran plasenta
sampai 6 minggu, selama masa ini saluran reproduksi
anatominya kembali kekeadaan dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan tidak hamil yang normal.
(Rukiyah, 2010)
c. Masa nifas (puerpurium) masa yang dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. (Pitriani R, 2014, 2009).
d. Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous yang berarti
melahirkan. (Wulanda, 2011)
e. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
pra hamil, lama masa nifas ini 6-8 minggu. (Ambarwati, 2008)
f.

Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari
setelah akhir persalinan. (Bahiyatun, 2009)
11

11

g. Masa

puerperium normal

adalah waktu

yang

diperlukan

agar organ genetalia interna ibu kembali menjadi normal


secara anatomis dan fungsional, yaitu sekitar 6 minggu.
(Manuaba, 2007)
2. Pembagian Masa Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Puerperium Dini. Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih
dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial. Yaitu kepulihan ibu secara menyeluruh
alat-alat genetalianya yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium. Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai kompilasi. (Wulanda, 2011; Bahiyatun,
2009)
3. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan Asuhan pada masa Nifas adalah:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya

baik fisik maupun

psikologis.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan
perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan KB.

12

e. Mempercepat involusi alat kandung.


f. Melancarkan
pengeluaran
lochea,

mengurangi

infeksi

puerperium.
g. Melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau perkemihan.
h. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat

fungsi

ASI

dan

pengeluaran

sisa

metabolisme.

(Pitriani R., 2014)


4. Program dan kebijakan teknis dalam asuhan masa nifas
Pada masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan, hal
ini dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk
mencegah mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang
terjadi.
a. Kunjungan pertama, dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan.
Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan :
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, dan
merujuk bila perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal,
5) Membantu melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
b. Kunjungan kedua, dilakukan pada 6 hari setelah persalinan.
Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan untuk:
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, yaitu uterus
berkontraksi dan fundus di bawah umbilikus.
2) Menilai adanya tanda-tanda infeksi atau

perdarahan

abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat.

13

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
c. Kunjungan ketiga dilakukan pada dua minggu setelah persalinan,
yang mana kunjungan ini tujuannya sama dengan kunjungan
yang kedua.
d. Setelah kunjungan ketiga maka dilakukanlah kunjungan pada 6
minggu setelah persalinan yang merupakan kujungan terakhir
selama masa nifas, yang mana kunjungan ini bertujuan untuk:
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau
bayi alami.
2) Memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB
secara dini (Saifuddin AB, 2009; Pitriani R, 2014).
5. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas
a. Gizi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang di perlukan oleh tubuh
untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa
nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25% karena
berguna proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan
untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan
bayi.
b. Ambulasi
Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah
kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari

14

tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.


Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48
jam post Partum. Keuntungan early ambulation adalah :
1) Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat.
2) Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
2) Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk
merawat atau memelihara anaknya, memandikan selama ibu
masih dalam perawatan.
c. Eliminasi
1) Miksi
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam.
Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila tidak di
lakukan dengan tindakan: Dirangsang dengan mengalirkan air
kran didekat klien, mengompres air hangat diatas simpisis.
2) Defekasi
Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika
klien pada hari ketiga belum juga buang air besar maka
diberikan laksan supositoria dan minum air hangat.
d. Kebersihan diri
Bila sudah buang air besar atau buang air kecil perineum
harus dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan
sabun yang lembut minimal sehari sekali. Biasaya ibu akan takut
akan jahitan yang lepas, juga merasa sakit sehingga perineum
tidak dibersihkan atau tidak dicuci. Cairan sabun yang hanya
atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah ibu buang air kecil
atau buang air besar. Sesudah atau sebelum mengganti ibu
harus cuci tangan dengan larutan desinfektan atau sabun. Ibu

15

perlu diberitahu cara mengganti pembalut yaitu bagian dalam


jangan sampai terkontaminasi oleh tangan. Cara memakaikan
pembalut yaitu dari depan ke belakang. Pakaian dalam yang
kotor harus segera diganti paling sedikit 4 hari sekali.
e. Istirahat
Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit istirahat.
Seorang ibu baru akan cemas apakah ia akan mampu merawat
anaknya atau tidak. Hal ini mengakibatkan sulit tidur. Juga akan
terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu
harus bangun malam untuk meneteki atau mengganti popok
yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Kurang istirahat akan
mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi
jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uteri
dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
(Ambarwati,2008)
f.

Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah
sembuh

maka

coitus

bisa

dilakukan

pada

3-4

minggu

postpartum. Hasrat seksual pada bulan pertama akan berkurang


baik kecepatannya maupun lamanya, juga orgasmepun akan
menurun. (Ambarwati, 2008)
g. Latihan senam nifas
Senam yang pertama paling baik paling aman untuk
memperkuat dasar panggul adalah senam kegel. Segera lakukan

16

senam kegel pada hari pertama postpartum bila memang


memungkinkan.

Caranya

dengan

berdiri

dengan

tungkai

dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan pinggul tahan


sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi lagi latiahan sebanyak
5 kali. (Ambarwati,2008)
h. Keluarga Berencana
1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali.
2) Biasanya ibu post partum tidak akan menghasilkan telur
(ovulasi) sebelum mendapatkan haidnya selama meneteki,
oleh karena itu Amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid
pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan.
3) Menggunakan metode KB
4) Jika pasangan memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk
bertemu lagi dalam dua minggu untuk mengetahui apakah ada
yang ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan dan untuk
melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik.
(Ambarwati, 2008)
6. Komplikasi dan Kelainan-kelainan Dalam Masa Nifas
a. Komplikasi Dalam Masa Nifas
1) Infeksi nifas
Infeksi masa nifas adalah

semua

peradangan

yang

disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat


genital pada waktu persalinan dan nifas. Demam nifas atau

17

morbiditas puerperalis meliputi demam dalam masa nifas oleh


sebab apapun. Menurut Joint Committee on Maternal Welfare,
morbiditas puerperalis ialah kenaikan suhu sampai 38 0 C atau
lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum,
dengan mengecualikan hari pertama. (Rukiyah, 2010)
2) Endometritis
Endometritis adalah radang pada endometrium, kuman-kuman
memasuki endometrium biasanya pada luka bekas insertion
plasenta dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak
seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium.
(Rukiyah, 2010)
3) Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum-lapisan membrane
serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan
penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut
maupun kronis atau kumpulan tanda dan gejala, diantaranya
nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular,
dan tanda-tanda umum inflamasi. (Rukiyah, 2010)
4) Bendungan ASI
Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga
menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai
kenaikan suhu badan. (Rukiyah, 2010)
5) Infeksi Payudara
Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2%
wanita yang menyusui. Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5
setelah melahirkan terutama pada primipara. Infeksi terjadi

18

melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui


peredaran darah. Mastitis ditandai dengan nyeri pada
payudara, kemerahan area payudara yang membengkak,
demam, menggigil dan penderita merasa lemah dan tidak
nafsu makan. (Rukiyah, 2010)
b. Kelainan-kelainan Pada Masa Nifas
1) Kelainan pada rahim
a) Sub involusi uteri
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi
rahim dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah
bersalin, menjadi 4060 gram 6 minggu kemudian. Pada
beberapa keadaan terjadinya proses involusi rahim tidak
berjalan

sebagaimana

mestinya,

sehingga

proses

pengecilannya terlambat. Keadaan demikian disebut sub


involusi uteri.
b) Perdarahan masa nifas
Perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir.
2) Kelainan lain dalam nifas
a) Flegmasia alba dolens
Suatu tromboflebitis yang

mengenai

satu atau kedua

vena vemoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis


atau embolus yang disebabkan karena adanya perubahan
atau kerusakan pada intima pembuluh darah, perubahan
pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena
pengaruh infeksi atau venaseksi.
b) Nekrosis hipofisis lobus anterior post partum
Sindroma sheehan atau nekrosis lobus depan dari
hipofisis karena syock akibat perdarahan persalinan.

19

Hipofisis ikut berinvolusi setelah persalinan karena syock


akibat perdarahan hebat pada hipofisis terjadilah nekrosis
pada pars anterior. Gejala timbul agalaksia, amenore,
dan

insufisiensi

hormon

pars

anterior

hipofisis.

(Ambarwati, 2008)
.
B. Tinjauan KhususTentang Perdarahan Post Partum

1. Pengertian
a. Perdarahan Post Partum adalah perdarahan yang banyak yang
sulit untuk dihentikan. (Heidi Mukroff, 2006)
b. Istilah perdarahan postpartum dalam arti luas mencakup semua
perdarahan yang terjadi setelah kelahiran bayi : sebelum, selama
dan sesudah keluarnya plasenta. (Oxorn Forte, 2010)
c. Perdarahan Postpartum adalah kehilangan darah melebihi 500
ml atau lebih pada saat pelahiran dan dalam waktu 24 jam
(Sinclair.C., 2009).
d. Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600
ml dalam 24 jam setelah anak lahir atau perdarahan dalam kala
(Rukiyah, 2010).
e. Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam
24 jam setelah persalinan berlangsung. (Manuaba, 2010)
f.

Perdarahan

Postpartum

(perdarahan

masa

nifas)

adalah

perdarahan lebih dar i 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah


anak lahir. (Ambarwati, 2008)

20

g. Perdarahan pascasalin adalah perdarahan 500 ml setelah bayi


lahir atau yang berpotensi mempengaruhi hemodinamik ibu.
(Depkes RI, 2013)
2. Klasifikasi
Perdarahan terbagi menjadi dua yaitu
a. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage)
yang terjadi pada 24 jam pertama.
b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage)
yang terjadi setelah 24 jam setelah persalinan.(Ambarwati, 2008)
Menurut Departemen Kesehatan bahwa klasifikasi perdarahan
postpartum adalah perdarahan pascasalin primer terjadi dalam 24
jam pertama setelah persalinan, sementara perdarahan pascasalin
sekunder adalah perdarahan pervaginaan yang lebih banyak dari
normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan. (Depkes
RI, 2013)
3. Etiologi
Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer
maupun sekunder adalah grandemultipara, jarak persalinan pendek
kurang dari 2 tahun, persalinan yang dilakukan dengan tindakan,
pertolongan kala uri sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh
dukun, persalinan dengan tindakan paksa, persalinan dengan
narkoba. (Rukiyah, 2010; Manuaba, 2010)
Menurut Ambarwati (2008), penyebab perdarahan post partum
primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, laserasi
jalan lahir dan inversion plasenta. Sedangkan penyebab perdarahan

21

postpartum sekunder adalah sub involusi, retensi sisa plasenta,


infeksi nifas.
Sedangkan menurut Sinclair C. (2009), faktor predisposisi
perdarahan postpartum meliputi: Embolus cairan amnion, pemberian
MgSO4, anestesi konduksi, episiotomy, paritas tinggi, penggunaan
oksitosin, riwayat perdarahan pascapartum, gangguan koagulasi,
didtensi uterus yang berlebihan, abrupsio plasenta, persalinan
persipitatus, persalinan yang lama, kala III yang memanjang atau
salah penanganan.
4. Tanda dan Gejala
Gambaran klinisnya berupa perdarahan terus-menerus dan
keadaan pasien secara berangsur-angsur menjadi semakin jelek.
Denyut nadi menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun,
pasien berubah pucat dan dingin, dan napasnya menjadi sesak,
terengah-engah, berkeringat dan akhirnya koma serta meninggal
dunia. Situasi yang berbahaya adalah kalau denyut nadi dan tekanan
darah hanya memperlihatkan sedikit perubahan untuk beberapa saat
karena adanya mekanisme kompensasi vaskuler. Kemudian

fungsi

kompensasi ini tidak bisa dipertahankan lagi, denyut nadi meningkat


dengan

cepat,

tekanan

darah

tiba-tiba

turun,

dan

pasien

dalam keadaan shock. Uterus dapat terisi darah dalam jumlah yang
cukup

banyak

sekalipun

dari

luar

hanya

(Oxorn Forte, 2010)


5. Diagnosis
a. Terjadi perdarahan segera setelah bayi lahir:
1) Dapat terjadi sebelum plasenta lahir.

terlihat

sedikit.

22

2) Sesudah plasenta lahir.

b.
c.
d.
e.

Jumlahnya sekitar 400-500 cc.


Keluar pada umumnya mendadak.
Dapat diikuti dengan menurunnya kesadaran.
Dapat diikuti dengan perubahan sistem

kardiovaskuler.

(Manuaba, 2007)
6. Komplikasi
a. Sindrom Sheehan
Perdarahan banyak kadang-kadang diikuti dengan sindrom
Sheehan, yaitu kegagalan laktasi, amenorea, atrofi payudara,
rontok rambut pubis dan aksila, supernivolusi uterus, hipotiroidi,
dan insufisiensi korteks adrenal.
b. Diabetes inspidus
Perdarahan banyak pasca persalinan dapat mengakibatkan
diabetes

inspidus

tanpa

disertai

defisiensi

anterior.

(Sastrawinata S, 2005)
Menurut Oxorn Forte (2010), bahaya perdarahan postpartum ada
dua yakni :
a. Anemia yang diakibatkan perdarahan tersebut memperlemah
keadaan pasien, menurunkan daya tahannya dan menjadi factor
predisposisi terjadinya infeksi nifas.
b. Jika kehilangan darah ini tidak dihentikan, akibat akhir tentu saja
kematian.
7. Pencegahan
Pencegahan perdarahan postpartum dapat dilakukan dengan
mengenali resiko perdarahan postpartum (uterus distensi, partus
lama, partus dengan uatan), memberikan oksitosin setelah bayi lahir,
memastikan kontraksi uterus setelah bayi lahir, memastikan plasenta
lahir lengkap, menangani robekan jalan lahir. (Ambarwati, 2008)
8. Penatalaksanaan
Secara umum penanganan perdarahan postpartum adalah sebagai
berikut:

23

a. Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk).


b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan
aman

(termasuk

upaya

pencegahan

perdarahan

pasca-

persalinan).
c. Lakukan obeservasi melekat pada 2 jam pertama pascapersalinan (diruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan
terjadwal hingga 4 jam berikutnya (diruang rawat gabung).
d. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat.
e. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
dihadapkan dengan masalah dan komplikasi.
f. Atasi syok
g. Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah,
lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IU IM dilanjutkan
infuse 20 IU dalam 500 cc NS/RL dengan 40 tetesan per menit).
h. Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi
kemungkinan robekan jalan lahir.
i. Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
j. Pasang kateter menetap dan pantau masukan keluaran cairan.
k. Cari penyebab perdarahan dan lakukan tindakan spesifik.
(Saifuddin AB, 2009)
Menurut

Rukiyah

(2010),

langkah-langkah

penanganan

perdarahan primer maupun sekunder adalah:


a. Langkah penanganan perdarahan postpartum primer
1) Pijat uterus agara berkontraksi dan keluarkan bekuan darah.
2) Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna
kulit, kesadaran, kontraksi uterus) dan perkirakan banyaknya
darah yang keluar.
3) Berikan oksitosin (10 IU IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan
melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).

24

4) Siapkan donor untuk transfuse, ambil darah untuk kroscek,


berikan NaCl 11/15 menit.
5) apabila pasien mengalami syok (pemberian infuse sampai
sekitar 3 Lt untuk mengatasi syok).
6) Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.
7) Awasi agar uterus dapat terus berkontraksi dengan baik
8) Jika perdarahan persisten dan uterus tetap rileks, lakukan
kompresi bimanual.
9) Jika perdarahan persisten dan uterus berkontraksi dengan
baik, maka lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks
untuk menemukan laserasi yang menyebabkan perdarahan
tersebut.
10) Jika ada indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti
dengan demam, menggigil, lokhea yang berbau busuk,
segera berikan antibiotic berspektrum luas.
11) Lakukan pencatatan yang akurat.
b. Langkah penanganan perdarahan postpartum sekunder
1) Prioritas dalam penatalaksanaan HPP sekunder (sama
dengan HPP primer).
2) Masukkan pasien ke rumah sakit sebagai salah satu kasus
kedaruratan.
3) Percepatan kontraksi dengan cara melakukan massage
uterus, jika uterus masih teraba.
4) Kaji kondisi pasien, jika pasien di daerah terpencil mulailah
sebelum dilakukan rujukan.
5) Berikan oksitosin (oksitosin 10 IU IV dan ergometrin 0,5 IV.
6) Berikan melalui IM apabila, tidak bisa melalui IV)
7) Siapkan darah untuk transfuse, ambil darah untuk cross cek,
berikan NaCl 11/15 menit apabila pasien mengalami syok
(pemberian infuse sampai sekitar 3 Lt untuk mengatasi

25

syok), pada kasus syok yang parah gunakan plasma


ekspander.
8) Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik.
9) Tambahkan 40 IU oksitosin dalam 1 liter cairan infuse
dengan tetesan 40 tetes/menit.
10) Berikan antibiotic berspektrum luas.
11) Jika mungkin siapkan pasien untuk pemeriksaan segera di
bawah pengaruh anastesi.
C. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
a. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuanpenemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk
pengambilan

keputusan

yang

berfokus

pada

pasien.

(Megasari M, 2015)
b. Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan
oleh bidan dalam menerapkan metode metode pemecahan
masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data,
diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
(Ambarwati, 2008; Muslihatun, 2009)
c. Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberi asuhan
kebidanan. (Hani Ummi, 2010)
d. Manajemen kebidanan memperkenalkan

sebuah

metode

dengan pengorganisasian, pemikiran, dan tindakan berurutan,


logis, dan menguntungkan, baik bagi pasien maupun bagi
tenaga kesehatan. (Purwandari, 2008; Saminem, 2009)

26

e. Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut


manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan
bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan
kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien
maupun pemberian asuhan. (Soepardan, 2008)
2. Langkah dalam Manajemen Asuhan Kebidanan
Proses manajemen kebidanan terdiri atas tujuh langkah yang
berurutan, yang setiap langkah disempurnakan secara periodik.
Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat
diaplikasikan dalam situasi apapun. Berikut ketujuh langkah
manajemen kebidanan menurut Varney (1997):
a. Langkah I. Pengumpulan dan Analisa Dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua infomasi
yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien Untuk memperoleh data dilakukan dengan
cara anamneses, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan
b.

pemeriksaan penunjang. (Purwandari, 2008)


Langkah II. Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual
Pada

langkah

ini

dilakukan

identifikasi

terhadap

diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas dasar


data

yang

telah

dikumpulkan.

Data

dasar yang

telah

dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan


diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan
masalah, keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
diidentifikasi seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan
penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang

27

sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai


dengan hasil pengkajian. (Purwandari, 2008)
c.

Langkah III. Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial


Pada langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi
masalah atau diagnosis potensial yang lain berdasarkan
beberapa masalah dan diagnosis sudah diidentifikasi. Langkah
ini

membutuhkan

antisipasi

yang

cukup

dan

apabila

memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau dalam


kondisi
d.

tertentu

pasien

membutuhkan

tindakan

segera.

(Wildan Hidayat, 2008)


Langkah IV. Melaksanakan tindakan segera/Kolaborasi
Mengidentifikasi perlu adanya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau/untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama oleh anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan
kesinambungan

dari

proses

penatalaksanan

kebidanan

sebelumnya. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan


primer priodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi selama
wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada
waktu wanita tersebut dalam persalinan (Muslihatun, 2009).
e.

Langkah V. Perencanaan Tindakan Asuhan Kebidanan


Pada langkah ini direncanakan asuhan

yang

menyuluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.


Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah diindentifiakasi atau

28

diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak


lengkap dapat dilengkapi. Pada langkah ini tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan dan membuat kesepakatan
dengan pasien sesuai d engan hasil pembahasan rencana
asuhan bersama pasien sebelum melaksanakannnya.
f.

(Purwandari, 2008)
Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh dilakukan
secara efisien dan aman. Rencana ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh pasien, atau anggota
tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia
tetap

memikul

tanggung

jawab

untuk

mengarahkan

pelaksanaannya memastikan langkah-langkah tersebut benarg.

benar terlaksana. (Muslihatun, 2009)


Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keaktifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan, apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagai mana telah diidentifikasi dalam masalah
dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang

benar

efektif

dalam

pelaksannaanya

Ada

kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif


sedangkan sebagian belum efektif. (Muslihatun, 2009)
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
a. Pengertian
1) Dokumentasi kebidanan merupakan bukti pencatatan dan
pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan

29

lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan


kebidanan. (Wildan Hidayat, 2008)
2) Dokumentasi kebidanan merupakan kemajuan informasi
sistematis

yang

mengorganisasi

temuan

dan

kesimpulan
menjadi suatu rencana asuhan. (Purwandari, 2008)
3) Dokumentasi kebidanan didalamnya tersirat proses berpikir
yang sistematis seorang bidan dalam menhadapi seorang
klien sesuai langkah-langkah dalam proses manajemen
kebidanan. (Hani Ummi, 2010)
4) Dokumentasi kebidanan adalah catatan tentang interaksi
antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim
kesehatan tentang hasil pemeriksisaan, prosedur tindakan,
pengobatan pada pasien, pendidikan, dan respon pasien
terhadap semua asuhan yang di berikan. (Muslihatun, 2009)
5) Dokumentasi kebidanan adalah catatan perkembangan yang
menggambarkan
pelayanan
b.

urutan

kebidanan

kejadian
sampai

pasien
pulang

dari

masuk

atau

pulih.

(Syafrudin, 2009)
SOAP
Metode empat langkah yang dinamakan SOAP (Subjektif,
Objektif, Assesment, Planning) disarikan dari proses pemikiran
penatalaksanaan kebidanan, dipakai untuk mendokumentasikan asuhan pasiendalam rekam medis sebagai catatan
kemajuan pasien. (Purwandari, 2008)
Menurut Helen Varney (1997),

alur

berpikir

saat

menghadapi klien meliputi 7 langkah. Untuk orang lain

30

mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan


melalui proses berpikir sistematis, didokumentasikan dalam
bentuk SOAP, yaitu :
1) Subyektif (S)
Menggambarkan

pendokumentasian

hasil

pengumpulan

data klien melalui anamnese sebagai langkah I Varney.


2) Obyektif (O)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan
sebagai langkah I Varney.
3) Assesment (A)
Menggambarkan

pendokumentasian

hasil

analisa

dan

interprestasi data subyaktif dan obyektif dalam suatu


identifikasi:
a) Diagnosa/masalah.
b) Antisipasi diagnosa/masalah potensial.
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi/ kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah
2, 3, dan 4 Varney.
4) Planning (P)

31

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (1) dan


Evaluasi perencanaan (E) berdasarkan analisa sebagai
langkah 5, 6, dan 7 Varney. (Dwienda R., 2014)

BAB III
STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. S DENGAN PERDARAHAN
POSTPARTUM DI POSKESDES MAJANG KAB. BONE
TANGGAL 20 MEI 2015

No. Register

:-

Tanggal partus

: 20-05-2015 jam 09.30 wita

Tanggal pengkajian : 20-05-2015 jam 13.00 wita


Nama Pengkaji

: HASRIANI

32

A. Langkah I. Pengumpulan dan Analisa Dasar

1. Identitas Ibu / Suami


Nama
: Ny. S / Tn. W
Umur
: 27 tahun / 32 tahun
Nikah / Lamanya : 1x / 1 tahun
Suku
: Bugis / Sunda
Agama
: Islam / Islam
Pendidikan
: SMP / SD
Pekerjaan
: IRT / Wiraswasta
Alamat
: Kelurahan Majang

1. Data Biologis
a. Keluhan utama :
36
ibu mengatakan merasa mual disertai pengeluaran darah yang
banyak dari jalan lahir.
b. Riwayat keluhan utama:
1) Pengeluaran darah yang banyak mulai dirasakan segera
setelah melahirkan tanggal 20-05-2015 jam : 13.00.
2) Sifat keluhan terus menerus.
3) Ibu merasa demam dan lemah.
c. Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
1) Tidak ada riwayat alergi.
2) Tidak ada riwayat penyakit DM, tumor, hipertensi, PMS, dan
TBC.
3) Tidak ada riwayat penyakit yang menyertai kehamilan seperti
nyeri perut hebat, sakit kepala hebat, dan kejang.
4) Tidak ada riwayat ketergantungan obat, alkohol, dan
merokok.
5) Ibu memiliki penyakit sindrom nefrotik.
d. Riwayat Reproduksi.
1) Riwayat haid :
a) Menarche : 14 tahun
b) Siklus haid : 28-30 hari
c) Lamanya : 5 7 hari
d) Perlangsungan : Normal.

33

e) Dismenore : tidak ada


2) Riwayat obstetric
a) Ibu mengatakan ini adalah kehamilannya yang pertama ,
b)
c)
d)
e)

dan Nifas.
ANC > 4 x di Poskesdes Majang.
HPHT : 11- 08 - 2014
HTP : 18 -05 -2015.
Selama hamil, ibu tidak pernah merasa sakit perut hebat

dan nyeri kepala.


3) Riwayat gynekologi
Ibu tidak pernah menderita penyakit kandungan.
4) Riwayat KB
Ibu belum pernah menjadi akseptor KB
5) Riwayat Persalinan
a) Kala I pembukaan :
Ibu masuk dengan pembukaan 3 cm tanggal 20-05-2015
jam 06.00 WITA
b) Kala II
(1) Pembukaan lengkap 10 cm pukul 08.00 WITA.
(2) Bayi lahir tanggal 20-05-2015 Jam:09.00 WITA.
(3) Bayi lahir dengan PBK dan segera menangis.
(4) Jenis kelamin Laki-laki, BBL :3.700 gram , PB :50 cm.
A/s ;8/10.
c) Kala III
(1) Penyuntikan oksitoksin dilakukan 2 kali karena
setelah 15 menit plasenta belum lahir..
(2) Plasenta lahir lengkap
d) Kala IV
Terjadi perdarahan postpartum karena atonia uteri.
e. Riwayat pemenuhan Kebutuhan Dasar
1) Pola nutrisi.
a) Kebiasaan
(1) Makan :2 x sehari dengan porsi 1 piring.

34

Menu :nasi ,sayur,lauk pauk, kadang buah .


(2) Minum : minum air putih 7-8 gelas perhari
b) Perubahan setelah partus,
Tidak ada.
2) Pola eliminasi.
a) Kebiasaaan :
(1) BAB : 1 x sehari, dengan konsistensi padat, warna
kuning kecoklatan.
(2) BAK : 3-4 x sehari, warna kuning, bau amoniak.
b) Perubahan setelah partus:
BAB dan BAK belum pernah selama melahirkan.
3) Personal hygine
a) Kebiasaan :
(1) Mandi : 2 x sehari.Pakai sabun mandi.
(2) Gosok gigi : tiap setelah mandi dan sebelum tidur,
pakai pasta gigi.
(3) Keramas :2x seminggu ,pakai shampoo.
(4) Pakaian diganti tiap kali sudah mandi.
b) Perubahan setelah partus:
Ibu belum mandi, gosok gigi, dan keramas
4) Istirahat :
a) Kebiasaan :
(1) Tidur siang : 1 2 jam sehari.
(2) Tidur malam : 7-8 jam sehari.
b) Perubahan setelah partus
Ibu belum pernah tidur.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum ibu tidak baik.
2) Kesadaram apatis.
3) TTV
a) Tekanan Darah : 100/70 mmHg
b) Nadi
: 86 x / menit.
c) Pernapasan
: 36 x/ menit
d) Suhu badan
: 360 C.
4) Kepala

35

a) Inspeksi :Rambut hitam lurus,tidak berketombe, tidak


rontok.
b) Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
5) Wajah
a) Inspeksi : Ekspresi wajah tampak meringis
b) Palpasi : tidak ada oedema pada wajah.
6) Mata
Inspeksi : Simetris ki/ka, sklera tampak putih dan konjungtiva
merah muda.
7) Hidung
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat polip dan
peradangan
8) Gigi dan mulut
Inspeksi : Tampak bersih, tidak ada caries dan gigi
berlubang,bibir tidak pecah pecah.
9) Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid, limfe
dan vena jugularis
10) Payudara
a) Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, puting menonjol,ASI
masih sedikit,tonus otot payudara longgar, putting susu
tidak lecet.
b) Palpasi : tidak ada massa dan nyeri tekan.
11) Abdomen
a) Inspeksi :Tidak ada luka bekas oprasi, Tampak strie
albicans bersama linea nigra,
b) Palpasi : kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar,
TFU 2 jari di bawah pusat.
12) Genitalia

36

Inspeksi :Nampak lokia rubra, varises tidak ada..


13) Tungkai bawah
a) Inspeksi :simetris kiri dan kana, tidak ada kelainan pada
jari kaki dan tanga
b) Palpasi : Tidak ada varises dan oedema.
c) Perkusi : refleks patella (+).
2. Data Psikologis.
a. Ibu dan keluarga sangat senang dengan kelahiran bayinya
b. Ibu tampak tersiksa dengan kondisi yang dialaminya.
c. Keluarga memberikan dukungan moril kepada ibu untuk tenang
dan tidak cemas.
3. Data Ekonomi
a. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami.
b. Dalam kehidupan sehari hari, ibu dan keluarga

hidup

sederhana.
4. Data Spiritual
a. Ibu selalu berdoa agar keadaan ibu, suami, bayinya, dan
keluarga senantiasa sehat.
b. Ibu menganggap bahwa bayinya merupakan anugerah Tuhan.
B. Langkah II : Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual
Diagnosa: Post Partum hari I, ibu dengan perdarahan post partum
karena atonia uteri dan kecemasan.
1. Post partum hari pertama.
Data Subjektif:
a. Ibu melahirkan tanggal 20-05- 2015, Jam 09.30 WITA.
b. Ibu mengatakan ada pengeluaran darah dari jalan lahir.
Data Objektif :
a.
b.
c.
d.
e.

Pengkajian tanggal 20-05-2015 Pukul :13.00 WITA.


Keadaan umum ibu jelek.
TFU 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus jelek (teraba lembek)
Pengeluaran lochia rubra

37

Analisa dan interpretasi data:


a. Ibu mengatakan melahirkan tanggal 20-05-2015, Jam 09.30
WITA dan pengkajian dilakukan tanggal 20-05-2015 Pukul 13.00
WITA. Jadi post partum telah berlangsung 1 hari.
b. Lochia adalah cairan secret yang bersal dari cavum uteri dan
vagina, pada hari 1 dan 2 pasca persalinan berisi darah segar
bercampur sisa sisa selaput ketuban, sel sel desidua, sisa sisa
verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium yang disebut Lochia
Rubra. (St. Saleha.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas,).
c. Setelah janin lahir, TFU 1jrbpst,segera setelah plasenta lahir
TFU 2 jr bpst. (Sarwono .Ilmu kebidanan .Edisi III,)
d. Pada proses involusi yang baik, uterus akan mengecil 1 cm/ hari
selama masa nifas sampai uterus kembali ke keadaan semula
sebelum hamil. (St. Saleha.Asuhan Kebidanan Pada Masa
Nifas,).
2. Ibu dengan perdarahan post partum karena atonia uteri..

Data Subjektif:
a. Ibu mengatakan ada pengeluaran darah dari jalan lahir.
b. Ibu merasa lemah dan demam.
Data Objektif :
a. Keadaan ibu lemah.
b. Wajah pucat, konjungtiva pucat.
c. TTV
1) TD : 110 / 60 mmHg
2) Nadi : 86 x / menit.
3) Pernapasan : 20 x / menit.
4) Suhu : 36C.
d. Ekstremitas dingin
e. Kontraksi uterus tidak baik.
f. Perdarahan 500 ml.

38

Analisa dan interpretasi data:


a. Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih
dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi.
(Williams, 1998)
b. Gejala klinis perdarahan post partum berdasarkan penyebab
atonia uteri yang selalu ada : uterus tidak berkontraksi dan
lembek , perdarahan segera setelah anak lahir.(post partum
primer)
c. Gejala yang kadang kadang timbul : syok (tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, mual
dan lain lain.(www.askep-askeb.com).
3. Kecemasan :
Data Subjektif :
ibu tampak cemas dan pucat.
Data Objektif :Analisa dan interpretasi data dasar :
Perdarahan yang terjadi pada ibu menyebabkan ibu lemah dan
tampak pucat sehingga menyebabkan ibu cemas dan bingung
dengan kondisinya.
C. Langkah Iii : Merumuskan Diagnosa / Masalah Potensial
Masalah potensial : potensial terjadi syok hemoragik / syok
hipovolemik.

Data Subjektif:

39

1. Ibu mengatakan ada pengeluaran darah dari jalan lahir.


2. Ibu merasa lemah dan demam.
Data Objektif :
1. Keadaan ibu lemah.
2. Wajah pucat, konjungtiva pucat.
3. TTV
a. TD
: 110 / 60 mmHg
b. Nadi
: 86 x / menit.
c. Pernapasan
: 20 x / menit.
d. Suhu
: 36 C.
4. Ekstremitas dingin
5. Kontraksi uterus tidak baik.
6. Perdarahan 500 ml.
Analisa dan interpretsai data:
1. Syok adalah kondisi akut yang mengancam kehidupan pasien yang
membutuhkan

penanganan

segera

dan

intensif

untuk

menyelamatkan jiwa pasien. Dalam kondisi syok sirkulasi darah


relative berkurangsecara akut sehingga terjadi penurunan perfusi
jaringan. Kondisi ini disebabkan karena kehilangan darah akibat
perdarahan atau akibat dilatasi pembuluh darah. (Pelayanan
kesehatan maternal dan Neonatal :2007, hal 63)
2. Tanda tanda syok yaitu : pasien tampak ketakutan, gelisah bingung,
atau kesadaran menurun sampai tidak sadar, berkeringat, pucat,
nafas cepat (frekuensi > 30 x / menit), nadi cepat dan lemah,
( frekuensi > 110 x / menit) dan tekanan darah rendah. (Pelayanan
kesehatan maternal dan Neonatal :2007, hal 64)
3. Perdarahan merupakan sebab utam dari syok yang terjadi dalam
praktek kebidanan .Peristiwa peristiwa dalam praktik kebidanan
yang dapat menimbulkan perdarahan sehingga menimbulkan syok

40

adalah abortus, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatiData


Objektifsa, pelepasan plasenta, atonia uteri potpartum, plasenta
previa, rupture dari rahim, dan sebagainya.( Ilmu kebidanan Edisi III
: 2005, hal 681-682)

D. Langkah IV : Melaksanakan Tindakan Segera / Kolaborasi


Pemberian cairan intravena untuk menghindari hipovolemia.
E. Langkah V : Perencanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Diagnosa: Post Partum Hari I, ibu dengan perdarahan post partum
karena atonia uteri.
Masalah aktual

: Kecemasan

Diagnosa potensial

: Antisipasi terjadinya syok hipovolemi

Tujuan

: PPH I berlangsung normal

Kriteria :
1. KU ibu baik
2. TTV ibu dalam batas normal :
a. TD = 110/80-140/90 mmHg.
b. N = 60-100 x /menit.
c. S = 36-37 C
d. P = 20-24 x /menit.
3. Lokhia dalam keadaan normal (lokhia rubra)
4. Involusi uterus berjalan normal (TFU 2 jb pst).
5. kontraksi uterus baik (teraba bundar dan keras).
6. Ibu dapat beradaptasi dengan kondisinya.
7. Syok tidak terjadi
Intervensi tanggal 25-05-2015
1. Pemasangan infuse

41

Rasional : Sebagai pertolongan pertama pada pasien perdarahan


postpartum.
2. Jelaskan pada ibu keadaanya
Rasional : Ibu dapat mengetahui dan memahami keadaanya
sehingga dapat merasa tenang.
3. Observasi TTV, TFU , kontraksi dan pengeluaran lochia setiap hari.
Rasional: Dengan memantau TFU, kontraksi dan lochia dapat
menggambarkan

keadaan

involusio

dan

dapat

menentukan tindakan selanjutnya.


4. Anjarkan ibu cara massase fundus uteri yang baik dan stimulasi
putting susu.
Rasional :Untuk merangsang kontraksi uterus sehingga masalah
atonia uteri dapat teratasi.
5. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini .
Rasional : membantu mengeluarkan lokhia serta mencegah
terjadinya thrombosis dan tromboemboli.
6. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sendiri sedini mungkin.
Rasional : Dengan menyusui bayi sendiri dapat mempercepat
proses involusi uteri.
7. Ajarkan ibu HE tentang :
a. Makanan bergizi : yang mengandung 4 sehat 5 sempurna.
b. Istirahat cukup : 7-8 jam sehari.
c. Personal hygine : ganti pembalut setiap hampir penuh.
Rasional : makanan bergizi dan istirahat yang cukup dapat
membantu pemulihan ibu dan meningkatkan produksi
ASI , personal hygine dapat mencegah infeksi.
8. Ajarkan ibu cara perawatan payudara.
Rasional : Dengan melakukan perawatan payudara

akan

membantu dalam pengeluaran ASI.


9. Observasi perdarahan
Rasional : untuk mengetahui apakah perdarahan postpartum masih
berlangsung atau telah teratasi.
10. Observasi tanda tanda infeksi

42

Rasional : Mendeteksi dini adanya infeksi dapat membantu dalam


menentukan tindakan selanjutnya.
11. Bekerja secara aseptic dan antiseptic.
Rasional : Aseptik mencegah terjadinya kontaminasi jaringan,
bahan dan alat steril oleh mikroorganisme.Sedangkan
antiseptic

mencegah

menghambat

terjadinya

tumbuhnya

infeksi

mikroorganisme

dengan
pathogen

dalam luka.
12. Anjurkan untuk ganti duk setiap kali selesai BAB atau BAK.
Rasional : Duk yang kotor dan basah merupakan tempat yang baik
untuk berkembang biaknya pathogen penyebab infeksi.

F. Langkah VI Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan


Tanggal 20-05-2015 Jam 13.30 WITA.
1.

3.

Memasang infuse
Hasil : Infus telah terpasang.
Menjelaskan pada ibu keadaanya
Hasil : ibu mengerti dan merasa tenang.
Mengobservasi TTV, TFU , kontraksi dan pengeluaran lochia

4.

setiap hari.
Hasil : Ibu telah diperiksa TTVnya.
a. TD : 100/ 70 mmHg
b. Nadi : 86 x / menit
c. Pernapasan : 20 x /menit
d. Suhu : 36 c
e. TFU : 2 jrb pst
f. Kontraksi jelek (teraba lembek)
g. Lokhia rubra (normal).
Mengajarkan ibu cara massase fundus uteri yang baik dan

5.

stimulasi putting susu.


Hasil : Ibu mengerti dan melakukan apa yang di ajarkan.
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini .

2.

43

Hasil : ibu belum dapat melakukan mobilisasi dini karena


6.

7.
8.
9.

kondisinya yang lemah.


Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sendiri sedini mungkin.
Hasil : ibu tidak mampu menyusui anaknya karena masih terbaring
lemah.
Observasi perdarahan
Hasil : perdarahan total 500 ml.
Observasi tanda tanda infeksi.
Hasil : Tidak ada tanda tanda infeksi saat ini.
Bekerja secara aseptic dan antiseptic.
Hasil : Semua pekerjaan telah dilakukan dengan memperhatikan
teknik aseptic dan antiseptic.

G. Langkah VII : Evaluasi Asuhan Kebidanan


Tanggal 22 Mei 2015, jam 14.15 WIB
1.
2.
3.
4.

Perdarahan post partum teratasi


Infus telah terpasang.
KU ibu lemah
TTV
a. Tekanan Darah : 100/70 mmHg
b. Nadi : 86 x / menit.
c. Pernapasan : 20 x/ menit
d. Suhu badan : 36O C.
2. Kontraksi uterus mulai membaik.( teraba bundar dan keras)

44

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. S


DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI POSKESDES
MAJANG KAB. BONE TANGGAL 20 MEI 2015

No. Register

:-

Tanggal partus

: 20-05-2015 jam 09.30 wita

Tanggal pengkajian : 20-05-2015 jam 13.00 wita


Nama Pengkaji

: HASRIANI

A. Data Subjektif (S)


Identitas Ibu / Suami
Nama
Umur
Nikah
/ Lamanya
Suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

: Ny. S / Tn. W
: 27 tahun / 32 tahun
: 1x / 1 tahun
: Bugis / Sunda
: Islam / Islam
: SMP / SD
: IRT / Wiraswasta
: Kelurahan Majang

1. Ibu mengatakan merasa mual disertai pengeluaran darah yang


banyak dari jalan lahir.
2. Pengeluaran darah yang banyak mulai dirasakan segera setelah
melahirkan tanggal 20-05-2015 jam : 09.15.
3. Sifat keluhan terus menerus.

45

4. Ibu merasa demam dan lemah.


B. Data Objektif (O)
1. Keadaan umum ibu tidak baik.
2. Kesadaram apatis.
3. TTV
Tekanan Darah

: 100/70 mmHg

Nadi

: 86 x / menit.

Pernapasan

: 36 x/ menit

Suhu badan

: 36O C.

4. Kepala
Inspeksi : Rambut hitam lurus,tidak berketombe, tidak rontok.
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
5. Wajah
Inspeksi : Ekspresi wajah tampak meringis
Palpasi : tidak ada oedema pada wajah.
6. Mata
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, sklera tampak putih dan
konjungtiva merah muda.
7. Hidung
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat polip dan
peradangan
8. Gigi dan mulut
Inspeksi : Tampak bersih, tidak ada caries dan gigi berlubang,bibir
tidak pecah pecah.
9. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid, limfe dan
vena jugularis
10. Payudara
Inspeksi : Simetris ki / ka, putting menonjol,ASI masih sedikit,tonus
otot payudara longgar, putting susu tidak lecet.
Palpasi : tidak ada massa dan nyeri tekan.
11. Abdomen
Inspeksi :Tidak ada luka bekas oprasi, Tampak striae albicans
bersama linea nigra,

46

Palpasi : kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar, TFU 2 jari
di bawah pusat.
12. Genitalia
Inspeksi :Nampak lokia rubra, varises tidak ada..
13. Tungkai bawah
Inspeksi :simetris ki/ka, tidak ada kelainan pada jari kaki dan tanga
Palpasi : Tidak ada varises dan oedema.
Perkusi : refleks patella (+)
C. Assesment (A)
Diagnosa: Post Partum Hari I, ibu dengan perdarahan post partum
karena atonia uteri.
Masalah aktual

: Kecemasan

Diagnosa potensial : Antisipasi terjadinya syok hipovolemi


D. PLANNING (P)
Tanggal 20-05-2015 Jam 09.10 WITA.
1. Memasang infuse
Hasil : Infus telah terpasang.
2. Menjelaskan pada ibu keadaanya
Hasil : ibu mengerti dan merasa tenang.
3. Mengobservasi TTV, TFU , kontraksi dan pengeluaran lochia setiap
hari.
Hasil : Ibu telah diperiksa TTVnya.
a. TD : 100/ 70 mmHg
b. Nadi : 86 x / menit
c. Pernapasan : 20 x /menit
d. Suhu : 36 c
e. TFU : 2 jrb pst
f. Kontraksi jelek (teraba lembek)
g. Lokhia rubra (normal).
4. Mengajarkan ibu cara massase fundus uteri yang baik dan
stimulasi puting susu.
Hasil : Ibu mengerti dan melakukan apa yang di ajarkan.
5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini .

47

Hasil : ibu belum dapat melakukan mobilisasi dini karena


kondisinya yang lemah.
6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sendiri sedini mungkin.
Hasil : ibu tidak mampu menyusui anaknya karena masih terbaring
lemah.
7. Observasi perdarahan
Hasil : perdarahan total 500 ml.
8. Observasi tanda tanda infeksi.
Hasil : Tidak ada tanda tanda infeksi saat ini.
9. Bekerja secara aseptic dan antiseptic.
Hasil : Semua pekerjaan telah dilakukan dengan memperhatikan
teknik aseptic dan antiseptic.

BAB IV
PEMBAHASAN

48

Pada bab ini diuraikan pembahasan kasus yang telah diambil oleh
penulis, sesuai dengan manajemen Kebidanan Varney mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi. Dalam hal ini juga akan diuraikan
tentang persamaan dan kesenjangan antara teori yang ada dengan
praktek yang penulis temukan dilapangan.
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan sisa plasenta
dilaksanankan mulai tanggal 22 23 Mei 2013 dengan pengkajian di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi, walaupun ada beberapa
kondisi yang tidak sesuai dengan teori yang penulis peroleh.
1. Pengkajian data
Pengkajian merupakan tahap awal yang digunakan sebagai landasan
dalam

proses

asuhan

kebidanan,

tahap

ini

mencakup

kegiatan

pengumpulan, pengolahan dan analisa data atau fakta yang dikumpulkan


dari beberapa data subyektif dan obyektif. Data tersebut diperoleh dengan
cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, dan
studi kepustakaan. Pengkajian ini dibuat teliti dan sistematis, sehingga
dapat diketahui diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan yang ada
dan akhirnya dapat diberikan asuhan kebidanan terhadap masalah
tersebut.
Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis peroleh pada Ny. S ini
terdapat tanda tanda sebagai berikut : darah menetes perlahan, sedikit
demi sedikit dan terus menerus, plasenta lahir spontan dan tidak lengkap,
keadaan umum ibu lemah, tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,9 C,

49

nadi 80 x/menit, respirasi 24 x/menit, tinggi fundus uteri 3 jari di bawah


pusat, kandung kemih kosong, vagina toucher : terdapat pembukaan
serviks 3 cm, Pada pemeriksaan inspekulo tampak sisa jaringan, pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb 7,6 gr%.
Perdarahan post partum sekunder merupakan perdarahan yang
hebat dan bisa juga berupa perdarahan yang menetes perlahan lahan.
Pada perdarahan yang hebat dalam waktu singkat pasien dapat jatuh ke
dalam keadaan syok, sedangkan pada perdarahan yang menetes
perlahan lahan tetapi terus menerus ibu dapat kehilangan darah yang
banyak dan akhirnya ibu jatuh ke dalam keadaan sub syok atau syok
(Mochtar, 2004; h. 121).
Pada kasus perdarahan post partum sekunder dengan sisa
plasenta yang pasien rasakan seperti keluarnya darah dari jalan lahir
menetes perlahan lahan, sedikit sedikit dan terus menerus dan pasien
merasakan seperti lemes, mata berkunang kunang, kepala pusing dan
pasien merasa ketakutan dan kecemasan.
Menurut Manuaba (2008; h. 148), pada pemeriksaan terdapat
pembukaan 3 cm dan pada pemeriksaan inspekulo terlihat jaringan sisa
plasenta, dan pada hasil pengkajian yang penulis lakukan didapatkan
pembukaan serviks dan pada pemeriksaan inspekulo terlihat jaringan sisa
plasenta.
Pada pemeriksaan dalam dengan spekulum dinding vagina tidak
ada benjolan, serviks utuh dan terbuka, tampak darah mengalir melalui

50

ostium uteri eksternum warna merah segar perdarahan -/+ 550 cc, tampak
sisa jaringan pada dinding uterus.
Berdasarkan teori saifuddin (2001; h. 78) pedarahan post partum
sekunder merupakan perdarahan setelah 24 jam melebihi 500 ml
sehingga menyebabkan perubahan pada tanda vital seperti badan terasa
lemas, berkeringat dingin, tekanan darah < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit
dan kadar Hb < 8 gr%.
Menurut Manuaba (2008; h. 67) pada pemeriksaan dijumpai
perpanjangan lochea, perdarahan terjadi setelah pengeluaran lochea
normal, sub involusio uteri karena inveksi dan perdarahan terlambat.
Semua tanda tanda di atas terjadi pada kasus yang penulis
temukan karena perdarahan segera diketahui dan segera mendapatkan
penanganan yang intensif sehingga keadaan ibu tetap baik dan stabil.
Walaupun pada pengkajian data tidak terdapat kesenjangan tetapi data
data yang penulis peroleh masih menunjukkan diagnosa sisa plasenta.
2. Interpretasi Data
Interpretasi pada terdiri dari penentuan diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan. Menurut Muchtar (2008; h. 125) untuk
menentukan diagnosa perdarahan post partum sekunder pada setiap
kejadian harus dicari penyebab terlebih dahulu melalui :
a. Palpasi uterus untuk menentukan kontraksi uterus dan TFU.
b.

Memeriksa uri dan selaput ketuban untuk menentukan kelengkapan


plasenta dan selaput ketuban.

51

c.

Melakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari sisa plasenta atau


selaput plasenta.

d.

Inspekulo untuk melihat adakah robekan pada serviks, vagina dan


varices pecah.

e.

Pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa kadar Hb dan Clot


Observation Test (COT) untuk menentukan kelainan pembekuan darah
dan lain lain.
Selain itu menurut Cunningham (2005; h. 128) pemeriksaan USG
juga dibutuhkan untuk melihat adanya jaringan sisa plasenta yang
tertahan. Pada kasus ini untuk melihat adanya jaringan sisa plasenta yang
tertahan, kontraksi uterus baik, tidak ditemukan laserasi jalan lahir yang
dapat mengakibatkan perdarahan.
Diagnosa kebidanan yang penulis tegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan tersebut adalah ibu nifas dengan sisa plasenta.
Pada masalah yang timbul tidak diketemukan adanya kesenjangan.
Tetapi penulis menemukan masalah pada Ny. S dengan sisa plasenta
yaitu ada gangguan psikologis ibu merasa cemas. Hal ini sesuai dengan
(Manuaba, 2011; h. 132) yang menyebutkan bahwa perdarahan post
partum sekunder dapat menyebabkan perasaan takut dan cemas
sehingga memperberat perasa ketidak nyamanan. Kebutuhan pada kasus
ini sesuai dengan teori Doenges (2006; h. 89) yaitu memberi dorongan
moril

dan

menganjurkan

ibu

melakukan

teknik

relaksasi,

serta

52

memberikan informasi tentang keadaannya. Pada implementasi data


semua masalah teratasi.
3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial yang diambil pada kasus tersebut adalah :
a.

Potensial terjadinya syok hipovolemik


Menurut (Muchtar, 2008; h. 186) perdarahan postpartum sekunder bisa
perdarahan yang hebat dan bisa juga berupa perdarahan yang menetes
perlahan lahan. Pada perdarahan yang hebat dalam waktu singkat
pasien dapat jatuh ke dalam keadaan syok, sedangnkan pada perdarahan
yang menetes perlahan lahan tetapi terus menerus ibu dapat kehilangan
darah yang banyak dan akhirnya ibu jatuh ke dalam keadaan sub syok
atau syok. Maka bila terjadi perdarahan postpartum, segera ditangani agar
tidak terjadi syok.

b.

Potensial terjadi infeksi


Mernurut Manuaba (2008, h. 160) sis plasenta dapat mengakibatkan
infeksi sebagai akibat dari mekrose sisa plasenta atau selaput ketuban.
Agar tidak terjadi infeksi berkelanjutan maka dilakukan pencegahan
segera.

c.

Kegagalan ginjal
Menurut Cunningham (2005, h. 159) perdarahan postpartum sekunder
dapat menyebabkan gagal ginjal karena hipotesi yang lama, sehingga
perfigi renal tidak terjadi. Pada kasus yang penulis temukan kegagalan

53

ginjal tidak diangkat karena tidak ada tanda tanda yang mengarah pada
kegagalan ginjal.
d.

Sindrom sheehan tidak siangkat karena sindrom ini merupakan efek


jangka panjang sehingga gejala gejala belum dapat terlihat. Hal ini
sesuai dengan teori Depkes, 2009.
4. Antisipasi
Pada antisipasi, untuk mencegah terjadinya syok dilakukan rehidrasi.
Hal ini dengan teori Sarwono (2006; h. 250) rehidrasi cairan bertujuan
untuk pemulihan segera perfusi jaringan dan kapasitas angkut oksigen
yang adekuat. Untuk antisipasi agar tidak terjadi anemia pasien diberikan
viliron 2 x 1, karena kadar Hb pasien tersebut adalah 7,6 gr% sesuai
dengan teori Saifussin (2008; h. 147) bila kadar Hb < 8 gr% diberikan
sulfat ferros 600 mg perhari selama 10 hari. Sedangkan untuk mencegah
terjadinya infeksi dilakukan pemberian antibiotik dan kuretase.
Menurut Saifuddin (2008; h. 203) dengan pemberian antibiotik
dilakukan eksplorasi digital (bila serviks masih terbuka dan mengeluarkan
bekuan darah serta sisa jaringan), bila serviks hanya bisa dilakukan
instrumen dilakukan evakuasi dengan dilatasi dan kuretase.
5. Intervensi
Pada langkah ini penulis menemukan kesenjangan antara teori dan
praktek di lapangan, karena mengikuti langkah yang ada di BPS.
Kesenjangan tersebut adalah tentang pemerikasaan Hb, yang menurut
Sarwono (2006; h. 328) menilai banyaknya perdarahan lebih didasarkan

54

pada Hb secara berkala, daripada memperkirakan jumlah darah yang


hilang pervaginam. Sedangkan pada kasus yang penulis temukan
pemeriksaan Hb hanya dilakukan 1 kali yaitu pada waktu pasien datang
saja.
Kesenjangan yang ke dua pada kasus sisa plasenta menurut
Saifuddin (2008; h. 203) dengan pemberian antibiotik dilakukan eksplorasi
digital (bila serviks masih terbuka dan mengeluarkan bekuan darah serta
sisa jaringan), bila serviks hanya bisa dilakukan instrumen dilakukan
evakuasi dengan dilatasi dan kuretase. Tetapi pada kasus yang penulis
temukan masih ada pembukaan servik tetapi langsung dilakukan dengan
menggunakan instrumen yaitu kuretase.
6. Pelaksanaan
Pada langkah ini hal hal yang dilakukan sesuai dengan perencanaan
yaitu mengatasi perdarahan akibat sisa plasenta dengan melakukan
kuretase, melakukan pemeriksaan Hb pada pasien Ny. S. Setelah
dilakukan pemeriksaan hasilnya 7,6 gr% dan tidak terdapat tanda tanda
infeksi dan anemia.
7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada setiap tindakan dan selama pelaksanaan
asuhan, secara umum semua tindakan yang dilakukan dapat berhasil
dengan baik. Masalah yang dihadapi ibu yaitu gangguan psikolog rasa
cemas dapat teratasi dengan baik dan jaringan sisa plasenta dapat
dikeluarkan. Keadaan umum ibu baik, tekanan darah 100/70 mmHg, suhu

55

36,9 C, nadi 80 x/menit, respirasi 24 x/menit. Tinggi fundus uteri 3 jari di


bawah pusat, kontraksi uterus keras, lochea rubra dan telah dilakukan
kuretase tanggal 22 Mei 2013 dengan hasil : keluar stosel, Hb 7,6 gr%,
pemberian tranfusi darah 2 kolf golngan darah A dan hari kedua post
kuretase digital apsien sudah diperbolehkan pulang.
Selain itu pasien tetap diberikan sulfat ferros 2 x 1 tablet dan hal ini
sesuai dengan teori Saifuddin (2008; h. 135) pemberian sulfat ferros 600
mg per hari selama 10 hari bila kadar Hb < 8 gr%. Pada bab pembahasan
ini mulai dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi,
perencanaan,

pelaksanaan

sampai

dengan

evaluasi

tidak

ada

kesenjangan dan semua permasalahan teratasi.

BAB V
PENUTUP

Dengan selesainya pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul


Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi Pada Ny. S P1A0 Umur 19 Tahun

56

Dengan Sisa Plasenta Di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi Tahun


2013 maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Sisa plasenta adalah salah satu penyebab perdarahan post
partum sekunder yaitu dengan tanda gejala perdarahan terus
menerus dan banyak darah setelah 24 jam serta perdarahan yang
berkepanjangan, Tinggi fundus uteri tidak berkurang.
2. Salah satu penyebab utama pada kasus perdarahan postpartum
oleh sebab sisa plasenta dan selaput ketuban yaitu perlekatan
yang abnormal, plasenta akreta dan perkreta dan tidak ada
kelainan perlekatan seperti plasenta suksenturiata.
3. Upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan ibu
nifas patologi dengan perdarahan post partum oleh sebab sisa
plasenta langkah pertama yaitu memasang infus RL, bertujuan
untuk mengganti cairan yang telah hilang akibat perdarahan dan
menghindari terjadinya syok hipovolemik. Melakukan masase
uterus untuk merangsang kontraksi dan mengeluarkan gumpalan
darah dalam uterus, melakukan kuretase upaya ini dapat
dilakukan dengan baik dan berhasil dalam praktek dilapangan.
4. Dalam pengawasan 2 jam postpartum tindakan setiap 15 menit
pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua sangat
penting dilakukan untuk menilai dari keadaan ibu meliputi tekanan
darah, nadi, suhu, pernafasan, TFU, kontraksi, vesika urinaria dan

57

perdarahan. Hal ini sangat membantu dalam mengidentifikasi


perdarahan postpartum sekunder terjadi kembali, sehingga dapat
diberikan penanganan yang tepat sesuai dengan masalah yang
terjadi. Melakukan pengkajian pada Ny. S P1A0 umur 19 tahun
12 jam postpartum dengan sisa plasenta.
B. Saran
1. Bagi Akademik
Dengan adanya Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Patologi Pada Ny. S P1A0 Umur 19 Tahun
Dengan Sisa Plasenta Di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
Tahun 2013 Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini :
a. Dapat digunakan sebagai sumber keputusan menambah
referensi

terhadap

teori

yang

telah

diberikan

selama

perkuliahan dipustakaan.
b. Diharapkan

para

pembaca

terutama

mahasiswa

dapat

menambah wawasan dan pengetahuan khususnya tentang


masalah ibu nifas patologi dengan perdarahan postpartum
sekunder

oleh

sebab

sisa

plsaenta

sehingga

dapat

memberikan penanganan yang sesuai dengan masalah yang


terjadi.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dalam memberikan Asuhan Kebidanan dapat :

58

a. Mengidentifikasi suatu keadaan yang akan mengarah pada


perdarahan postpartum untuk dapat melakukan persiapan
apabila hal tersebut benar benar terjadi.
b. Mengidentifikasi masalah yang terjadi khususnya pada
perdarahan

postpartum

sehingga

dapat

memberikan

pengamanan secara cepat dan tepat.


c. Pengawasan 2 jam post tindakan dilakukan lebih secara ketat
untuk

mengidentifikasi

dengan

cepat

apabila

terjadi

perdarahan kembali.
3. Bagi Masyarakat
a. Ibu sebaiknya segera menyusui bayinya sedini mungkin
setelah bayi lahir untuk merangsang kontraksi dari pengaruh
isapan puting susu oleh bayi yang dapat mencegah terjadinya
perdarahan postpartum.
b. Untuk memulihkan kondisi ibu postpartum dengan perdarahan
postpartum sekunder dan setelah dilakukan kuretase agar
mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang dan tidak
berpantang makanan apapun seperti adat yang berlaku
dimasyarakat, karena pantangan makanan yang berlaku di
masyarakat adlah bahan makanan yng sangat dibutuhkan
oleh tubuh dalam proses pengambilan sel sel yang telah
rusak akibat sisa plasenta.

59

b. Ibu Postpartum juga harus cukup istirahat untuk pemulihan


dan pengaruh terhadap produksi ASI, menjaga personal
hygiene terutama pada daerah genetalia karena rawan terjadi
infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta. Cendekia Press.


Bahiyatun., 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta:
EGC.

60

Data Poskesdes Majang


Depkes RI, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
kesehatan Dasar dan Rujukan. Penerbitan edisi didukung oleh
:UNFPA-Unicef-USAID.
Hani Ummi, 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisioogi.Jakarta:
Salemba Medika
Heidi Murkoff, 2006. Kehamilan Apa yang Anda Hadapi Bulan Per Bulan.
Edisi 3. Jakarta: Arcan.
Kemenkes RI, 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Manuaba, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta:
EGC
Megasari M, 2015. Panduan Belajar Asuhan Kebidanan 1. Edisi 1, Cet-2.
Yogyakarta : Deepublish.
Muslihatun, 2009. Dokumentasi Kebidanan. Fitramaya: Yogyakarta.
Oxorn Forte, 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: C.V Andi Offset
Profil Dinas Kesehatan prov. Sul- Sel.
Profil Dinas Kesehatan Kab. Bone
Pitriani R, 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal
(Askeb III). Ed.1, Cet.1. Yogyakarta : Deepublish
Purwandari, 2008. Konsep Kebidanan Sejarah dan Profesionalisme. EGC:
Jakarta
Rukiyah, 2010.Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans
Info Media
Saifuddin, 2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saminem. 2009. Kehamilan Normal Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

61

Sastrawinata, S. 2005. Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta : EGC


Sinclair, 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta:EGC
Soepardan, 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Syafrudin, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta, EGC.
WHO, 2015. WHO Recommendations For The Prevention Of Postpartum
Haemorrhage. (online) http://apps.who.int. Diunggah 31 Mei 2015.
Wildan Moh, 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Wulanda, 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika
Yulianti, 2015. Perdarahan Postpartum. (online)
blogspot.com Diunggah 31 Mei 2015.

http://dephyulianti.

Anda mungkin juga menyukai