Anda di halaman 1dari 39

MANAJEMEN KEBIDANAN

Dalam rangka mendukung visi Indonesia Sehat 2010 Departemen Kesehatan mempunyai
beberapa misi, antara lain : memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
masyarakat dan lingkungannya, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, terjangkau, serta mendorong kemandirian masyarakat. Untuk itu perlu adanya
kerjasama lintas program maupun lintas sektoral dalam mewujudkan tujuan diatas disesuaikan
dengan cara pandang dan kebijakan bidang kesehatan.

Salah satu unggulan dalam Indonesia Sehat 2010 adalah upaya percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) baru lahir, yang perlu
penyesuaian dan dijabarkan dalam beberapa kegiatan yang mempunyai tujuan untuk
meningkatkan kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi baru lahir dalam pelayanan kebidanan.
Dalam hal ini pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh tenaga bidan difokuskan pada pelayanan kesehatan perempuan pada siklus
reproduksi, bayi baru lahir dan balita.

Bidan sebagai salah satu tenaga utama dalam percepatan penurunan AKI & AKB baru lahir,
dituntut untuk mengantisipasi perubahan tersebut, sehingga pelayanan yang diberikan lebih
bermutu, optimal dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Seiring perkembangan dunia medis yang sedemikian pesatnya, maka pelayanan kebidanan
dituntut untuk bisa mengikuti dan pengimbangi perkembangan pelayanan medis dan kesehatan
lainnya. Di sebagian besar pelayanan kesehatan yang seharusnya melaksanakan pelayanan dan
asuhan kebidanan, masih terbatas pada pelaksanaan “kegiatan-kegiatan” yang belum memenuhi
kaidah asuhan secara profesional yang bertanggung gugat. Begitu rumitnya masalah yang
dihadapi sehingga sukar menentukan titik masuk untuk mengadakan perubahan yang strategis
dan bermakna. Kalaupun ada upaya untuk membenahi, pada umumnya masih bersifat insidentil,
kurang terarah, terfagmantasi dan berjangka pendek yang bahkan justru dapat merugikan
perkembangan pelayanan kebidanan itu sendiri.
Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan yang berdasarkan standar, dan kode
etik bidan serta hubungan interpersonal yang adekuat. Dalam memberikan pelayanan kebidanan
yang sesuai dengan standar, bidan menggunakan metoda atau pendekatan manejemen kebidanan.

Manajemen kebidanan adalah suatu metoda pengaturan, pengorganisasian pikiran dan


tindakan dalam urutan yang logis, efektif dan efisien baik bagi pasien maupun bidan sebagai
petugas kesehatan. Pada saat ini manejemen kebidanan belum diterapkan oleh komunitas bidan
yang ada di unit pelayanan kesehatan. Hanya dilaksanakan pada institusi pendidikan.

Pedoman manajemen asuhan kebidanan ini disusun untuk memberikan arahan bagaimana
bidan berfikir kritis, analisis dan sistimatis dalam menangani kliennya. Saat memberikan asuhan
kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir serta balita di setiap tatanan pelayanan
kesehatan. Sehingga pada saat memberikan pelayanan seorang bidan dapat memberikan tindakan
antisipatif, tindakan emergency dan tindakan komprehansif dengan cepat dan tepat. Pada
pedoman ini dijelaskan pula bagaimana cara mendokumentasikan asuhan kebidanan yang sudah
dilakukan bidan pada status pasien atau rekam medik.

B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Meningkatnya kemampuan bidan untuk berfikir kritis dan bertindak dengan logis, analisis dan
sistimatis dalam memberikan asuhan kebidanan ditiap jenjang pelayanan kesehatan sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan ibu, bayi/anak balita.

2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman dalam mengelola klien dengan memberikan asuhan kebidanan yang efektif
sesuai kebutuhan klien/masyarakat berdasarkan evidence based.
b. Sebagai pedoman cara pendokumentasian dari setiap asuhan kebidanan yang diberikan
disarana pelayanan kesehatan.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup manejemen asuhan kebidanan di Rumah Sakit dan Puskesmas meliputi :
Bagaimana mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan klinis seorang bidan dalam
mengelola klien dengan menggunakan proses Manajemen Kebidanan, dan mengembangkan
kemampuan bidan dalam mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan secara
efektif dan efisien. Contoh penerapannya meliputi penerapan manejemen asuhan ibu hamil,
asuhan ibu bersalin, asuhan paskasalin, dan asuhan bayi baru lahir.

D. Sasaran
Sasaran dari pedoman manajemen asuhan kebidanan ini adalah seluruh bidan yang bekerja pada
tatanan pelayanan kesehatan, baik di Rumah sakit, Puskesmas, Polindes, Rumah Bersalin, dan
Bidan Praktik Swasta (BPS) di seluruh Indonesia.
Proses Manajemen Kebidanan

Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metoda
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
keterampilan dan rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Varney, 1997).

Penatalaksanaan kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk
kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah
tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai
dengan kondisi klien.

Jadi manajemen kebidanan ini suatu pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh setiap
bidan dalam pengambilan keputusan klinik pada saat mengelola klien; ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, bayi baru lahir dan balita dimanapun tempatnya.

Proses ini akan membantu para Bidan dalam berpraktek memberikan asuhan yang aman dan
bermutu.
Langkah I : Pengkajian
Pada langkah pertama ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, baik dari hasil anamnesa dengan klien,
suami/keluarga, hasil pemeriksaan, dan dari dokumentasi pasien/catatan tenaga kesehatan yang
lain.

Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara :


1. Menanyakan riwayat kesehatan, haid, kehamilan, persalinan, nifas dan sosial
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
3. Pemeriksaan khusus
4. Pemeriksaan penunjang
5. Melihat catatan rekam medik pasien

Langkah ini merupakan langkah yang akan menentukan langkah pengambilan keputusan yang
akan diambil pada langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang
dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya,
oleh sebab itu dalam pendekatan ini harus yang komperehensif meliputi data subjektif, objektif,
dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi/menilai kondisi klien yang
sebenarnya dan pasti.

Setelah mengumpulkan data, kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat,
lengkap dan akurat. Sebagai contoh informasi yang perlu digali ada pada Formulir pengkajian
(Formulir ini merupakan bagian yang tidak terpisah dari catatan rekam medik yang ada pada
rumah sakit, Puskesmas klinik bersalin ataupun tempat pelayanan kebidanan yang lain)

Langkah II : Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan

Pada langkah ini bidan menganalisa data dasar yang didapat pada langkah pertama,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis, sehingga dapat merumuskan diagnosa atau
masalah kebidanan.

Rumusan diagnosa merupakan kesimpulan dari kondisi klien, apakah klien dalam kondisi hamil,
inpartu, nifas, bayi baru lahir? Apakah kondisinya dalam keadaan normal? Diagnosa ini
dirumuskan menggunakan nomenklatur kebidanan. Sedangkan masalah dirumuskan apabila
bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap kehamilan, persalinan,
nifas dan bayi baru lahir. Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam rumusan
diagnosa yang ada, karena masalah tersebut membutuhkan penanganan/intervensi bidan, maka
dirumuskan setelah diagnosa. (Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah tersebut juga
sering menyertai diagnosa).

Contoh I :
Data : Ibu tidak haid selama 3 bulan, mual dan muntah, Plano Test +, anak ke II , anak pertama
berumur 1 tahun, ibu belum menginginkan kehamilan ke dua ini, ibu sering merasa pusing, susah
tidur dan malas makan.

Diagnosa : - Ibu kemungkinan hamil G II, P I AO, 12 mg


- Kehamilan tidak diinginkan

Contoh II :
Data : Ibu merasa hamil 8 bulan , anak pertama, hasil pemeriksaan , tinggi fundus uteri, 31 cm,
DJJ +, Puki, presentasi kepala , penurunan kepala 5/5 , nafsu makan baik, penambahan berat
badan ibu selama hamil 8 kg , ibu sering buang air kecil pada malam hari.

Diagnosa : - GI P0 A0, hamil 32 mg, presentasi kepala janin tunggal , hidup


dalam rahim
- Ibu mengalami gangguan yang lazim / fisiologis pada kehamilan tua

Dari contoh rumusan diagnosa diatas menunjukan, bahwa ketidak siapan ibu untuk menerima
kehamilan, kecemasan ibu terhadap sering kencing dimalam hari tidak termasuk dalam kategori
“nomenklatur standar diagnosa” sehingga tidak terkafer dalam diagnosa kebidanan yang dibuat.
Tetapi kondisi ini apabila dibiarkan, dapat menciptakan suatu masalah pada kehamilannya,
terutama masalah psikologi klien.
Oleh karena itu kesenjangan tersebut dirumuskan sebagai masalah kebidanan, yang
membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk diberikan
intervensi khusus, baik berupa dukungan/penjelasan/tindakan /follow up/rujukan.
Jadi Diagnosa yang dibuat oleh bidan adalah meliputi diagnosa kebidanan yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan, dan
masalah kebidanan.

Contoh III :
Setelah plasenta lahir ibu mengalami perdarahan pervaginaam, banyaknya kurang lebih 300 cc,
kontraksi uterus lembek, k/u kompos mentis, TD 100/70, N 100/mnt, pernafasan 16/mnt. Ibu
cemas melihat darah keluar dari vagina.
Dari data diatas diagnosa yang dapat dirumuskan adalah :
- Perdarahan post partum dengan atomia uteri, keadaan ibu baik
- Cemas

Contoh IV :
Ibu merasa hamil 7 bulan anak pertama, tinggi fundus uteri 28 cm, DJJ + presentasi kepala, V,
penambahan berat badan 15 kilo selama hamil, mengeluh pusing, TD 180/100, proteinuri ++,
oedem ++

Diagnosa : G1 PoAo, 28 mg pre eklampsia berat, janin tunggal hidup pres kep, intra uterin.

Diagnosa diatas menyajikan kesimpulan kehamilan dengan pre eklampis berat, tetapi masalah
kebidanan diluar diagnosa tidak ada. Sehingga dalam diagnosa kebidanan bisa muncul diagnosa
dan masalah, atau tanpa masalah tergantung kondisi klien.

Langkah III; Mengantisipasi Diagnosa/masalah potensial

Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan asuhan kebidanan bidan
dituntut untuk mengantisipasi permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang ada/sudah
terjadi. Dengan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial yang akan terjadi
berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah ada, dan merumuskan tindakan apa yang perlu
diberikan untuk mencegah atau menghindari masalah /diagnosa potensial yang akan terjadi.

Pada langkah antisipasif ini diharapkan Bidan selalu waspada dan bersiap-siap mencegah
diagnosa/masalah potensial ini menjadi benar-benar tidak terjadi. Langkah ini, penting sekali
dalam melakukan asuhan yang aman. Dan langkah ini perlu dilakukan secara cepat, karena
sering terjadi dalam kondisi emergensi

Contoh I :
seorang wanita inpartu dengan pembesaran uterus yang berlebihan (bisa karena polyhidramnion,
besar dari masa kehamilan, ibu dengan diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar).

Tindakan antisipasi yang harus dilakukan:


- Menyiapkan cairan infus, obat uterotonika untuk menghindari syok hypovolemik karena
perdarahan kala IV
- Menyiapkan alat resusitasi bayi untuk antisipasi aspixia pada bayi baru lahir
- Memberikan posisi Mc robert untuk antisipasi kesulitan melahirkan bahu

Pada langkah ke 3 ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya
merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi
agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar, merupakan
langkah yang bersifat antisipasi yang rasional/logis.

Contoh II :
Data : Ibu anak pertama, hamil 36 minggu, perdarahan berulang dan
banyak, tidak ada mules, DJJ + , tinggi fundus uteri 31 cm ,
presentasi kepala, TD 110/ 70 .

Diagnosa : GI P 0 A 0 hamil 36 minggu, perdarahan antepartum, kondisi janin


dan ibu baik.

Tindakan antisipasi :
• Pasang infus , untuk mengantisipasi syok hypovolemik
• Menyiapkan darah untuk antisipasi syok hypovolumik
• Tidak melakukan periksa dalam untuk menghindari perdarahan hebat.
Kaji ulang apakah tindakan antisipasi untuk mengatasi masalah /diagnosa potensial yang
diidentifikasi sudah tepat.

Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera.

Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik tindakan intervensi ,
tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter lain, atau rujukan berdasarkan Kondisi Klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan yang


terjadi dalam kondisi emergensi. Dapat terjadi pada saat mengelola ibu hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data, ternyata kondisi klien membutuhkan tindakan
segera untuk menangani/mengatasi diagnosa/masalah yang terjadi.

Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih spesifik sehingga mengetahui
penyebab langsung masalah yang ada, sehingga diperlukan tindakan segera untuk mengetahui
penyebab masalah. Jadi tindakan segera bisa juga berupa observasi/pemeriksaan.

Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya menghentikan perdarahan
kala III, atau mengatasi distosia bahu pada kala II).

Pada tahap ini mungkin juga klien memerlukan tindakan dari seorang dokter, misalnya terjadi
prolaps tali pusat, sehingga perlu tindakan rujukan dengan segera.

Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklamsi, kelainan panggul, adanya
penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, maka bidan perlu melakukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi. Dalam hal ini
bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang tepat dalam penatalaksanaan asuhan klien.

Pada penjelasan diatas menunjukan bahwa dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan
prioritas masalah / kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang
perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa / masalah potensial pada step sebelumnya, bidan
juga harus merumuskan tindakan emergency / segera yang harus dirumuskan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini tindakan segera meliputi tindakan yang
dilakukan secara mandiri , kolaborasi atau rujukan.

Contoh I : Tindakan segera


Dari kasus perdarahan antepartum tindakan segera yang harus dilakukan adalah :
• Observasi perdarahan, tanda-tanda vital
• Periksa / chek kadar hb
• Observasi DJA
• Rujuk ke RS ( bila di masyarakat ) atau kolaborasi dengan dokter ( bila di Rumah Sakit )

Contoh II
Tindakan segera yang dilakukan pada kasus perdarahan karena atonia uteri:
- Cari penyebab perdarahan
- Masase uterus untuk merangsang kontraksi
- Berikan uterotonika
- Lakukan kompresi bimanual interna (KBI)
Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.

Langkah V :
Menyusun Rencana Asuhan Secara Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, baik yang sifatnya segera ataupun rutin.
Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi dengan merumuskan
tindakan yang sifatnya mengevaluasi/memeriksa kembali. Atau perlu tindakan yang sifatnya
follow up.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi penanganan masalah yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga tindakan
yang bentuknya antisipasi (dibutuhkan penyuluhan, konseling).

Begitu pula tindakan rujukan yang dibutuhkan klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan
dengan social ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan lain asuhan terhadap
wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan
kesehatan.

Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar
dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut
(Informed Consent). Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana
asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya, baik lisan ataupun tertulis contoh format
inform conversal tertulis .

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-
benar nyata berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta telah dibuktikan bahwa
tindakan tersebut bermanfaat/efektif berdasarkan penelitian (Evidence Based).

Contoh : Rencana komprehensif pada kasus dengan peradarahan ante partum diatas :
• Beri tahu kondisi klien dan hasil pemeriksaan
• Berikan dukungan bagi ibu dan keluarga
• Berikan infus RL
• Observasi tanda-tanda vital , perdarahan, DJA dan tanda-tanda syok
• Chek kadar HB
• Siapkan darah
• Rujuk klien ke RS / kolaborasi dengan dokter
• Follow up ke rumah ( kunjungan rumah )
Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap klien.

Langkah VI : IMPLEMENTASI

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
ke 5 dilaksanakan secara efisien,efektif dan aman. Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau bersama-sama dengan klien, atau anggota tim kesehatan lainnya kalau diperlukan.

Apabila ada tindakan yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi dilakukan oleh dokter atau tim
kesehatan yang lain, bidan tetap memegang tanggung jawab untuk mengarahkan kesinambungan
asuhan berikutnya.(misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana, dan
sesuai dengan kebutuhan klien).

Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah
tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh tersebut.
Penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan
asuhan klien.
Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.

Langkah VII : Mengevaluasi

Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan,
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses penatalaksanaan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan
maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui pengkajian
ulang (memeriksa kondisi klien). Proses avaluasi ini dilaksanakan untuk menilai mengapa proses
penatalaksanaan efektif/tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.

Contoh : Evaluasi
• Evaluasi perdarahan ; berhenti atau tidak, jika belum berhenti jumlahnya berapa banyak ?
• Kondisi janin dan ibu ?
• Kadar Hb ?
A. PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIK
Sesuai anjuran WHO yang menyarankan, untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
setiap tenaga kesehatan harus menggunakan pendekatan proses pengambilan keputusan klinis
berdasarkan evidance based dalam praktiknya.

1. Pengertian dan Kegunaan


Pengambilan keputusan klinis yang dibuat oleh seorang tenaga kesehatan sangat menentukan
kualitas pelayanan kesehatan. Pengambilan keputusan klinis dapat terjadi mengikuti suatu proses
yang sistemetis, logis dan jelas. Proses pengambilan keputusan klinis dapat dijelaskan, diajarkan
dan dipraktikkan secara gamblang. Kemampuan ini tidak hanya tergantung pada pengumpulan
informasi, tetapi tergantung juga pada kemampuan untuk menyusun, menafsirkan dan
mengambil tindakan atas dasar informasi yang didapat saat pengkajian. Kemampuan dalam
pengambilan keputusan klinis sangat tergantung pada pengalaman, pengetahuan dan latihan
praktik. Ketiga faktor ini sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan klinis yang dibuat
sehingga menentukan tepat tidaknya tindakan yang petugas kesehatan berikan pada klien.

Seorang tenaga klinis apabila dihadapkan pada situasi dimana terdapat suatu keadaan panik,
membingungkan dan memerlukan keputusan cepat (biasanya dalam kasus emergency ) maka 2
hal yang dilakukan :
a. Mempertimbangkan satu solusi berdasarkan pengalaman dimasa lampau.
b. Meninjau simpanan pengetahuan yang relevan dengan keadaan ini dalam upaya mencari suatu
solusi.

Apabila tidak ada pengalaman yang dimiliki dengan situasi ini dan simpanan pengetahuan belum
memadai , maka tenaga klinis tersebut akan mengalami kebingungan dan tidak mampu
memecahkan masalah yang ada. Oleh karena itu tenaga kesehatan harus terus menerus
memperbaharui pengetahuannya, sambil melatih terus keterampilannya dengan memberikan jasa
pelayanan klinisnya. Pengambilan keputusan klinis ini sangat erat kaitannya dengan proses
manajemen kebidanan karena dalam proses manajemen kebidanan seorang Bidan dituntut untuk
mampu membuat keputusan yang segera secara tepat dan cepat agar masalah yang dihadapi klien
cepat teratasi.

Dalam pengambilan keputusan klinis langkah-langkah yang ditempuh sama dengan langkah-
langkah manajemen kebidanan karena keduanya menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

2. Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan klinis


a. Penilaian ( Pengumpulan Informasi )
Langkah pertama dalam pengambilan keputusan klinis adalah menilai / menggali keluhan utama
klien , keluhan utama ini mengarah kepada masalah yang lebih penting atau merupakan dasar
dari masalahnya.

contohnya :
a. Seorang ibu hamil usia kehamilan 9 bulan datang dengan keluhan : susah tidur dan mata
berkunang-kunang
b. Ibu datang hamil 9 bulan mengeluh mules dan keluar lendir sejak 6 jam yang lalu.

Dalam kasus-kasus lain misalnya dalam pemeriksaan kesehatan reproduksi , tenaga kesehatan
menemukan masalah, sedangkan kliennya tidak menyadarinya.
contohnya :
Ibu datang hamil 8 bulan dengan keluhan pusing-pusing, nafsu makan biasa, keluhan diatas
tidak menggambarkan masalah, namun keluhan ini belum tentu menggambarkan keluhan yang
sebenarnya agar petugas dapat menemukan keluhan utama yang ada perlu menggali informasi
dan melakukan pemeriksaan langsung contoh : anamnesa ; pusingnya dirasakan sejak kapan ?
dalam kondisi yang bagaimana ? apakah sebelum hamil mendapat tekanan darah tinggi,
dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan darah ? Hb? edema ? setelah menemukan data-data
diatas secara lengkap petugas dapat menemukan keluhan yang sebenarnya

Oleh karena itu untuk mengidentifikasi masalah secara tepat, tenaga kesehatan perlu
mengumpulkan informasi dan proses mengenai keadaan kesehatannya . Hal ini akan membantu
pembuatan diagnose yang tepat untuk menangani masalah yang ada. Informasi dapat diperoleh
dari riwayat, pemeriksaan fisik, pengujian diagnosis dengan pemeriksaan laboratorium dan
sebagainya, seperti contoh kasus diatas. Pada pengunpulan informasi ini sering terjadi terlalu
banyak pengumpulan informasi yang tidak relevant atau tidak dapat membedakan antara
informasi yang relevan dan mana yang tidak, sehingga waktu yang dibutuhkan terlalu banyak
dan mengganggu pelayanan, menimbulkan ketidakpuasan atau dapat membahayakan jiwa klien
apabila dalam kondisi kegawatdaruratan

misalnya :
pada saat ibu hamil 8 bulan mengeluh pusing, ditanyakan mengenai HPHT, riwayat penyakit
keluarga, penyakit keturunan, contoh pengkajian ini sangat tidak relevan, karena tidak ada
hubungan antara pusing dengan penyakit keluarga (penyakit keturunan).

Agar tenaga kesehatan dapat melakukan proses pengumpulan data dengan efektif, maka harus
menggunakan format pengumpulan informasi yang standar. Tenaga yang berpengalaman akan
menggunakan standar ini dengan mengajukan pertanyaan yang lebih sedikit, lebih terarah dan
pemeriksaan yang terfokus pada bagian yang paling relevan.

b. Diagnosis ( Menafsirkan Informasi / menyimpulkan hasil pemeriksaan)


Setelah mengumpulkan beberapa informasi , tenaga kesehatan mulai merumuskan suatu
diagnosis defferensial (diagnosa banding). Diagnosis defferensial ini merupakan kemungkinan –
kemungkinan diagnosa yang akan ditetapkan.

contohnya:
diagnosa banding pada kasus diatas, pada saat ibu mengeluh pusing diagnosa banding yang
muncul kemungkinan ibu kurang tidur, kurang makan, stress, anemi atau pre eklamsi.

Dari diagnosa differensial ini tenaga kesehatan mungkin perlu data tambahan atau hasil
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya. Untuk membantu menentukan
diagnosis kerja dari kemungkinan diagnose yang ada/

contoh :
bila ditemukan hB < 8 gr, tensi 100/60, protein - , maka diagnosa yang dapat diambil : anemia,
(diagnosa ini sudah merupakan diagnosa kerja).

Untuk ketepatan merumuskan diagnose ini perlu pengalaman klinis sehingga tenaga kesehatan
bisa melakukan dengan cepat dan tepat.

Salah satu contoh ;


seorang ibu yang mengalami perdarahan hebat paska persalinan. Dengan hanya mengetahui
beberapa rincian tentang ibu ( misalnya graviditas , modus kelahiran serta lamanya persalinan
), anda bisa membentuk segera satu diagnosis differensial. Daftar diagnosis ini akan berisi:
atonia uteri , laserasi vaginal atau sisa placenta .

Sebagai seorang tenaga kesehatan yang berpengalaman, akan mengarahkan pemeriksaan riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik kearah pengumpulan informasi yang terfokus untuk
mengenyampingkan kemungkinan-kemungkinan diagnosis-diagnosis di dalam daftar tersebut.

Jika ditemukan bahwa ibu tersebut adalah seorang multipara yang tidak mengalami komplikasi
dalam persalinannya, maka kemungkinan atonia uteri sebagai penyebabnya akan menjadi lebih
besar. Pemeriksaaan fisik bisa dibuktikan adanya uterus yang lembek, data ini memperkuat
kemungkinan bahwa perdarahan tersebut disebabkan atonia uteri. Akan tetapi , diagnosis kerja
belum ditetapkan dan penilaian lebih lanjut masih diperlukan . Pemeriksaan placenta atau
mencari tahu dari penolong persalinan mengenai placenta nya menjadi sangat penting untuk
menentukan satu diagnosis kerja. Jika anda menyimpulkan bahwa si ibu mengalami atonia uteri ,
maka pilihan pengobatan yang didasarkan pada kondisi ibu, ketersediaan sumber daya dan
faktor-faktor lain harus dipertimbangkan dalam langkah berikutnya.

c. Perencanaan ( Pengembangan Rencana )


Setelah memutuskan diagnose kerja , maka tenaga kesehatan akan memilih perencanaan
pengobatan atau asuhan. Dalam perencanaan ini bisa ditemukan beberapa pilihan yang perlu
dipertimbangkan risiko dan keuntungannya.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan prioritas perencanaan adalah :


• Pengalaman tenaga kesehatan
• Penelitian dan bukti-bukti klinis (evidence based)
• Nilai-nilai yang dianut tenaga kesehatan bersangkutan
• Ketidak jelasan yang disebabkan tidak adanya atau tidak lengkapnya data.

Contoh :
Sebagai contoh, untuk ibu yang sedang mengalami perdarahan paska persalinan , anda akan
memutuskan apakah langkah terbaik untuk pengobatannya adalah memberikan oxytocin, atau
melakukan kompresi bimanual. Keputusannya akan didasarkan pada jumlah perdarahan , obat-
obat yang tersedia, keberhasilan pengobatan terdahulu yang menggunakan cara yang sama
serta informasi – informasi lainnya. Anda akan mempertimbangkan konsekuensinya yang positif,
yang bisa timbul dari masing-masing alternatif pengobatan.

d. Intervensi ( Melaksanakan Rencana )


Langkah berikutnya dalam pengambilan keputusan klinis setelah merencanakan pilihan tindakan
yang akan dilakukan adalah melaksanakan pengobatan atau asuhan yang telah ditentukan. Dalam
melaksanakan langkah ini perlu mengacu pada protokol atau prosedur yang telah dibuat dan di
standarisasi. Dalam melaksanalkan tindakan pada klien, perlu memperhatikan reaksi / respon
klien terhadap tindakan yang diberikan. Tindakan pemantauan tersebut akan menghasilkan data
untuk langkah berikutnya.

e. Evaluasi ( Mengevaluasi Rencana Asuhan )


Dalam langkah evaluasi pengambilan keputusan klinis, rencana tindakan/pengobatan yang
dipilih untuk diagnosisnya harus dievaluasi untuk mengetahui apakah sudah efektif atau tidak

METODE PENDEKOMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


Teknik pendokumentasian ada 2, yaitu :

I. Naratif
Bentuk naratif merupakan pencatatan tradisional dan bertahan paling lama serta merupakan
sistem pencatatan yang fleksibel. Karena suatu catatan naratif dibentuk oleh sumber asal dari
dokumentasi maka sering dirujuk sebagai dokumentasi berorientasi pada sumber. Sumber atau
asal dokumentasi dapat siapa saja dari petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk
memberikan informasi. Setiap narasumber memberikan, hasil observasinya, menggambarkan
aktifitas dan evaluasinya yang unik.

Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan kejadian/kronologis. Biasanya kebijakan
institusi menggariskan siapa mencatat/melaporkan apa, bagaimana sesuatu akan dicatat dan
harus dicatat dimana. Ada lembaga yang menetapkan bahwa setiap jenis petugas kesehatan harus
mencatat di formulir yang telah dirancang khusus, misalnya catatan dokter, catatan perawat atau
fisioterapi atau petugas gizi. Ada juga institusi yang membuat rancangan format yang dapat
dipakai untuk semua jenis petugas kesehatan dan semua catatan terintegrasi dalam suatu catatan.
Berhubung sifat terbukanya catatan naratif (orientasi pada sumber data) sehingga dapat
digunakan pada setiap kondisi klinis. Tidak adanya struktur yang harus diakui memungkinkan
bidan/perawat mendokumentasikan hasil observasinya yang relevan dan kejadian secara
kronologis.

Keuntungan catatan naratif


1) Pencatatan secara kronologis memudahkan penafsiran secara berurutan dari kejadian dari
asuhan/tindakan yang dilakukan
2) Memberi kebebasan kepada bidan untuk mencatat menurut gaya yang disukainya
3) Format menyederhanakan proses dalam mencatat masalah, kejadian perubahan, intervensi,
rekasi pasien dan outcomes

Kelemahan catatan naratif


1) Cenderung untuk menjadi kumpulan data yang terputus-putus, tumpang tindih dan sebenarnya
catatannya kurang berarti
2) Kadang-kadang sulit mencari informasi tanpa membaca seluruh catatan atau sebagian besar
catatan tersebut
3) Mengabdikan sistem menguburkan pesanan dimana mencatat masalah pasien secara
suferpisial/dangkal daripada mengupasnya secara mendalam
4) Perlu meninjau catatan dari seluruh sumber untuk mengetahui gambaran klinis pasien secara
menyeluruh
5) Dapat membuang banyak waktu karena format yang polos menuntun pertimbangan hati-hati
untuk menentukan informasi yang perlu dicatat setiap pasien
6) Kronologis urutan peristiwa dapat mempersulit interpretasi karena informasi yang
bersangkutan mungkin tidak tercatat pada tempat yang sama
7) Mengikuti perkembangan pasien bisa menyita banyak waktu

Kalau di tempat institusi tempat anda bekerja secara tradisi menggunakan metoda pencatatan
naratif dan anda belum sempat mengembangkan format dengan metode pencatatan yang baru
untuk dokumentasi asuhan kebidanan dengan pendekatan Manajemen Kebidanan yang
berdasarkan pendekatan pemecahan masalah,
ada baiknya anda memperhatikan beberapa hal dalam pencatatan naratif ini, yaitu :
1) Pakai terminologi yang sudah lazim dipakai, misalnya : pengkajian, perencanaan, diagnosa,
prognosa, evaluasi dan lain-lain
2) Dalam pencatatan perhatikan langkah-langkah : kumpulkan data subjektif, data objektif, kaji
kebutuhan pasien dan tentukan diagnosa, prognosa, kemudian buat perencanaan asuhan/tindakan
dengan memberi batasan waktu untuk pencapaian hasil yang diprediksi/perkembangan yang
diharapkan atau waktu untuk evaluasi, laksanakan rencana itu dan perhatikan perkembangan
pasien atau responnya terhadap tindakan kebidanan/keperwatan kemudian evaluasi sesuai
rencana yang ditetapkan, kaji ulang seluruh proses dan revisi rencana kalau dinilai perlu
3) Tulis, perbaiki/sempurnakan dan pertahankan rencana asuhan sebagai bagian dari catatan anda
4) Buat penilaian anda secara periodik dan monitor kondisi fisik dan psikologis pasien dan
tindakan perawatan misalnya melaksanakan rencana medik/dokter, penyuluhan pasien dan
perkembangan pasien
5) Catat semua pernyataan evaluasi pada saat tertentu misalnya waktu masuk, pindah pulang atau
pada saat adanya perubahan situasi/kondisi

II. Flow sheet /checklist


Flow sheet memungkinkan perawat untuk mencatat hasil observasi atau pengukuran yang
dilakukan secara berulang yang tidak perlu ditulis secara naratif, termasuk data klinik klien
tentang tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu), berat badan, jumlah masukan
dan keluaran cairan dalam 24 jam dan pemberian obat. Flow sheet yang biasanya dipakai adalah
catatan klinik, catatan keseimbangan cairan dalam 24 jam, catatan pengobatan catatan harian
tentang asuhan keperawatan. Flow sheet merupakan cara tercepat dan paling efisien untuk
mencatat informasi. Selain itu tenaga kesehatan akan dengan mudah mengetahui keadaan klien
hanya dengan melihat grafik yang terdapat pada flow sheet. Oleh karena itu flow sheet lebih
sering digunakan di unit gawat darurat, terutama data fisiologis.

Lembar alur yang unik, berupa kesimpulan penemuan , termasuk flowsheet instruksi
dokter/perawat, grafik, catatan pendidikan dan catatan pemulangan klien. Rangkaian informasi
dalam sistem pendekatan orientasi masalah. Catatan ini dirancang dengan format khusus
pendokumentasian informasi mengenai setiap nomor dan judul masalah yang sudah terdaftar.
Flow sheet sendiri berisi hasil observasi dan tindakan tertentu. Beragam format mungkin
digunakan dalam pencatatan walau demikian daftar masalah, flowsheet dan catatan
perkembangan adalah syarat minimal untuk dokumentasi pasien yang adekuat/memadai.
Diposkan oleh bidan yenni farida di 06.59
Dian Husada-Organisasi Dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan
 Beranda

Management Pelayanan Kebidanan
 Definisi Operasional
 Langkah-langkah Dalam manajemen Kebidanan
 Perencanaan Dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan
 INPUT
 PROSES
 OUTPUT
 Pemantauan Dalam Pelayanan Kebidanan
 VIDEO

Langkah-langkah Dalam manajemen Kebidanan

0 komentar

Langkah Langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan.

Manajemen pelayanan kebidanan tentu saja mengambil sistem manajemen pada umumnya.Dalam
pelayanannya juga melaksanakan aktifitas manajemen yaitu perencanaan,pengorganisasian ,
pengarahan ,kordinasi ,dan pengawasan (supervisi dan evaluasi).
Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :


1.Anamnesa
Biodata
Riwayat Menstruasi
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas
Biopsikospiritual
Pengetahuan Klien
2.Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
3.Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
4.Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Catatan terbaru dan sebelumnya
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi
bidan akan melakukan konsultasi
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat
terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah
tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk
mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
1.Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2.Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3.Memiliki cirri khas kebidanan
4.Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5.Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti
diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosa.
Sebagai contoh :
Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”
Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya
Contoh lain :
Wanita hamil Trimester III
Merasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa kebidanan tetapi tentu
akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
Masalah
Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai
Contoh perumusan masalah :
Masalah Dasar
Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin hamil
Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan
Kebutuhan
Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisa data
Contoh kebutuhan :
Kebutuhan Dasar
Ibu menyenangi Binatang
Kebutuhan :
Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan
Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang
Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan
yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan
kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut, misalnya:
o Besar dari masa kehamilan
oIbu dengan diabetes kehamilan, atau
oKehamilan kembar
Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap
terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri
karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap
kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya
waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya
kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil.
Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap
kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera
memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.
Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen
bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan
situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau
anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR
yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera
sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi
lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter
.Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit
jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan
klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk
menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.
Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien
atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-
ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan
semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan
dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan
rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan
sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama
sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan benar-
benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa
yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori
yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid
sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.
Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika
bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
(misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana
bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka
keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
Beranda
Langganan: Entri (Atom)

Langkah-langkah Dalam manajemen Kebidanan

Langkah Langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan.

Manajemen pelayanan kebidanan tentu saja mengambil sistem manajemen pada umumnya.Dalam
pelayanannya juga melaksanakan aktifitas manajemen yaitu perencanaan,pengorganisasian ,
pengarahan ,kordinasi ,dan pengawasan (supervisi dan evaluasi).
Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :


1.Anamnesa
Biodata
Riwayat Menstruasi
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas
Biopsikospiritual
Pengetahuan Klien
2.Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
3.Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
4.Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Catatan terbaru dan sebelumnya
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi
bidan akan melakukan konsultasi
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat
terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah
tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk
mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
1.Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2.Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3.Memiliki cirri khas kebidanan
4.Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5.Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti
diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosa.
Sebagai contoh :
Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”
Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya
Contoh lain :
Wanita hamil Trimester III
Merasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa kebidanan tetapi tentu
akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
Masalah
Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai
Contoh perumusan masalah :
Masalah Dasar
Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin hamil
Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan
Kebutuhan
Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisa data
Contoh kebutuhan :
Kebutuhan Dasar
Ibu menyenangi Binatang
Kebutuhan :
Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan
Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang
Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan
yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan
kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut, misalnya:
o Besar dari masa kehamilan
oIbu dengan diabetes kehamilan, atau
oKehamilan kembar
Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap
terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri
karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap
kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya
waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya
kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil.
Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap
kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera
memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.
Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen
bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan
situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau
anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR
yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera
sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi
lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter
.Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit
jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan
klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk
menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.
Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien
atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-
ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan
semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan
dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan
rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan
sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama
sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan benar-
benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa
yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori
yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid
sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.
Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika
bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
(misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana
bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka
keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
Read more...
| 0 komentar

0 komentar:

Poskan Komentar

Langganan: Entri (Atom)

Visit My Wordpress
Search This Blog

About me

riia yaya
Lihat profil lengkapku

Followers
Time
Clock Widgets

Welcome
About
Cuteki birthday wishes

Archive
 ▼ 2012 (1)
o ▼ Juli (1)
 Management Pelayanan Kebidanan

Blogger news
Pixie Hollow

Buat Lencana Anda


Diberdayakan oleh Blogger.

My Blog List

Dian Husada-Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Copyright © 2009 Paper Girl is
Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal
CONTOH ASKEB KEHAMILAN SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. A USIA 25 TAHUN G1 P0 A0


USIA KEHAMILAN 12 MINGGU DENGAN KEHAMILAN NORMAL
PADA TRIMESTER PERTAMA DI BPM ENY NURYANTI
TEMANGGUNG
Pengkajian
Tanggal : 20 April 2014
Jam : 15.00
Tempat : BPM Eny Nuryanti
Nama Mahasiswa : Eny Nuryanti

A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. A Nama Suami : Tn. S
Umur : 25 th Umur : 26 TH
Agama : islam Agama : islam
Suku/ bangsa : jawa/ Indonesia Suku/ bangsa : jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Mungseng 01/04 Alamat : Mungseng 01/04

2. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sedang merasa sehat tidak ada masalah
4. Riwayat Perkawinan
a. Status Perkawinan : Sah
b. Usia Kawin : 24 tahun
c. Kawin ke : Pertama
d. Lama Kawin : 1 tahun
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan yang Lalu
1.) Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, Campak,
HV/AIDS
2.) Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti asma, jantung, diabetes,
hipertensi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1.) Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti TBC, HEPATITIS, Campak,
HIV/AIDS
2.) Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit keturunan seperti asma, jantung, diabetes,
hipertensi
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis,
Campak, HIV/AIDS dan penyakit keturunan seperti asma, jantung diabetes, maupun hipertensi

6. Riwayat Obstetri Ginekologi


a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Jumlah : 3-4 kali ganti pembalut
Keluhan : Tak ada
HPHT : 25 Januari 2014

b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu


Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertamanya

c. Riwayat Kehamilan Sekarang


Hamil ke : 1
Umur Kehamilan : 12 minggu
HPL : 2 November 2014
Rencana Persalinan : Di bidan

7. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakam KB apapun
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola Sebelum hamil Selama hamil Keluhan
kebiasaan
a. Nutrisi Makan 3 kali/ hari, Makan 3-4 kali/ hari, Tak ada masalah
Makan dan : nasi, lauk pauk, sayur. nasi, lauk pauk, sayur,
minum Minum 8 gelas air sedikit ngemil. Minum 8
putih, teh manis gelas air putih, teh
manis, dan susu
b. Eliminasi
BAB : 2-3 kali, padat, 1 kali, agak lembek, Tak ada masalah
berwarna kecoklatan kuning kecoklatan
7-8 kali, banyak,warna 6-7 kali, banyak, warna
BAK : jernih jernih kadang agak
kuning
c. Aktivitas : Melakukan pekerjaan Melakukan pekerjaan Tak ada masalah
rumah tangga rumah tangga seperti
biasa, namun
mengurangi kerja berat
d. personal : Mandi 2 kali/hari, Mandi 2 kali/hari, gosok Tak ada masalah
hygiene gosok gigi 2 kali, gigi 2 kali, keramas 3
keramas 3 kali kali seminggu, ganti baju
seminggu, ganti baju 2 2-3 kali
kali
e. istirahat : Tidur siang kadang- Tidur siang 1-2 jam tidur Tak ada masalah
kadang, tidur malam 7- malam 7-8 jam
8 jam
f. pola : 3-4 kali dalam 1-2 kali dalam seminggu Tak ada masalah
seksual seminggu

9. Data Psikososial, Kultural dan Spritual


a. Psikososial
Ibu mengatakan kehamilan ini sudah direncanakan dan dinantikan
b. Kultural
Ibu mengatakan pengambilan ke[utusan dilakukan secara musyawarah
c. Spititual
Ibu mengatakan taat dalam menjalankan ibadah sholat 5 waktu
10. Data Pengetahuan Klien
11. Ibu mengatakan belum begitu paham dengan kehamilan karena baru pertama kali
12. Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal : Bersih dan rapi, jauh dari keramaian
Tinggal bersama : Suami
Jenis tempat tinggal : Bangunan permanen

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mantis/ sadar penuh
Tekanan Darah : 110/80
Nadi : 82 kali/ menit
Suhu : 36,5 ‘C
Pernafasan : 20 kali/ menit
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Lingkar Lengan Atas ( lila) : 24 cm

2. Status Present
a. Kepala
1. Rambut : warna hitam mengkilat, tidak ada ketombe, tida rontok
2. Muka : simetris, tidak odema, tidak pucat
3. Mata : simetris, sclera bening, konjungtiva merah muda, tidak ada kelainan
mata
4. Mulut : simetris, bersih, tidak pecah-pecah, tidak sariawan, gigi rapi dan
bersih dan tidak berlubang
5. Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak keluar lender/ cairan
6. telinga : simetris, bersih, tidak ada OMA/OMP, tidak ada kelainan
b. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada limfadenitis
c. Dada : Simetris, kulit normal tidak kering
d. Payudara : Simetris, tidak ada benjolan, areola kehitaman, belum ada
pengeluaran ASI
e. Perut : Normal, tidak ada bekas luka operasi/ jahitan
f. Punggung : Normal, tidak ada kelainan bentuk tulang
g. Genetalia : Tidak oedema, tidak ada varises, tidak ada pembengkakan kelenjar
bartholini
h. Anus : Tidak ada haemoroid
i. Ekstremitas
1. Atas : Simetris, jari tanagn normal, tidak oedema, telapak tangan tidak
2. Bawah : pucat
Simetris, jari kaki normal, tidak oedema, tidak ada kelainan bentuk,
reflek patela +

3. Status Obstetri
a. Inspeksi
1. Muka : Tidak ada cloasma gravidarum
2. Mamae : Payudara membesar, putting menonjol, areola kehitaman
3. Perut : Ada linea nigra, tidak ada striae gravidarum
b. Palpasi
TFU : 3 jari diatas simpisis
c. Auskultasi
1. DJJ : Belum terdengar

4. Pemeriksaan Penunjang
PP Test : positif, tanggal
5. Pemeriksaan Panggul Luar
Tidak dilakukan
C. ASSESSMENT
Ny. A G1P0A0 Usia 25 tahun Umur Kehamilan 12 Minggu dengan Kehamilan Normal pada
Trimester Pertama
Dasar
a. Subyektif
1. Ibu mengatakan bernama Ny A, usia 25 tahun
2. Ibu mengatakan hamil pertama kali
3. Ibu mengatakan menstruasi terakhir pada tanggal 25 Januari 2014
b. Obyektif
1. Inspeksi
1.) Muka : tidak ada cloasma gravidarum
2.) Mamae : payudara membesar, puting menonjol, areola menghitam
3.) Perut : ada linea nigra
2. Palpasi
1.) TFU : 3 jari diatas simpisis

c. Pemeriksaan penunjang
PP Test positif tanggal 5 Februari 2014

D. PLANNING
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa kondisis kesehatan ibu dan janinnya dalam keadaaan
sehat. Tekanan darah ibu 110/80 termasuk normal, berat badan 50 kg, dan denyut jantung belum
terdeteksi bukanlah hal yang membahayakan karena memang belum jelas dan ibu tidak perlu
khawatir.
Evaluasi : ibu tahu kondisi kesehatannya dan merasa senang
2. Memberikan KIE pada ibu tentang tanda bahaya pada kehamilan yaitu perdarahan tiba-tiba dari
jalan lahir, rasa pusing yang hebat disertai nyeri, nyeri perut yang hebat, muntah-muntah
sehingga ibu tidak mau makan. Memberitahu ibu untuk segera menghubungi bidan dan
memeriksakan diri jika mengalami hal di atas.
Evaluasi : ibu mengerti tentang tanda bahay pada kehamilan dakan akan periksa jika
mengalaminya
3. Memberikan KIE tentang makanan bergizi pada ibu, seperti nasi, lauk pauk tahu, tempe, ikan,
telur, daging, keju, sayur mayur dan serat serta buah.
Evaluasi : ibu sudah mengerti dan akan memperbanyak variasi menu makannya
4. Memberitahu pada ibu pantangan selama hamil yaitu :
a. Tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang pahit, membuat perut mulas atau panas,
seperti sawi pahit, kopi, petai, durian, tape, nanas, daun singkong, jengkol, minuman soda, dll
b. Tidak boleh minum jamu, minuman berakohol, dan merokok
c. Tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang berpengawet seperti mi instan dan minuman
kaleng
d. Kurangi konsumsi gula dan garam
e. Tidak boleh memijat bagian perut/ ,kandungan
f. Hindari kegiatan yang menyakitkan seperti perawatn wajah dan kurangi kerja berat
g. Tidak boleh sembarangan minum obat, harus dengan pengawasan bidan atau dokter
Evaluasi : ibu sudah tahu dan mengerti tentang pantanagn yang tidak boleh dilakukan selama
hamil
5. Menganjurkan ibu dan suami untuk membaca dan mempelajari buku KIA yang diberikan supaya
pengetahuan ibu tentang kehamilan bertambah
Evaluasi : ibu akan sering membaca buku KIA dirumah
6. Memberikan vitamin pada ibu berupa asam folat untuk kecerdasan janin dan tablet besi Fe untuk
memenuhi kebutuhan zat besi harian ibu untuk mencegah anemia selama hamil, dengan aturan
minum sehari 1 kali minum..
Evaluasi : ibu mengerti dan tahu aturan minum vitaminnya
7. Memberitahu ibu untuk kontrol kehamilan 1 bulan lagi atau sebelum 1 bulan jika ibu mengalami
masalah kesehatan / keluhan segera periksa.
Evaluasi : ibu tahu kapan harus kontrol ke bidan

Anda mungkin juga menyukai