Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN MANAJEMEN KEBIDANAN DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

21 November 2023

A. Manajemen Kebidanan Teknik dan Model Pendokukementasian Asuhan


Kebidanan
1. Konsep dan Prinsip Manajemen Secara Umum
Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done).
Manajemen
adalah mengungkapkan apa yang hendak dikerjakan, kemudian
menyelesaikannya. Manajemen adalah menentukan tujuan dahulu secara
pasti
(yakni menyatakan dengan rinci apa yang hendak dituju) dan
mencapainya.
Prinsip – prinsip Manajemen:
a. Efisiensi
Efisiensi adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya
menggunakan
sarana yang perlu, atau dengan menggunakan sarana sesedikit
mungkin.
Efisiensi adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil yang dicapai
dan
usaha yang telah di keluarkan (misalnya oleh seorang tenaga
kesehatan).
b. Efektivitas
Efektivitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah
tercapai,
efektivitas merupakan sesuatu yang hendak ditingkatkan oleh
manajemen.
c. Rasional dalam mengambil keputusan
Pengambilan keputusan yang rasional sangat diperlukan dalam proses
manajemen. Keputusan merupakan suatu pilihan dari dua atau lebih
tindakan.
Dalam istilah manajemen, pengambilan keputusan merupakan
jawaban atas
pertanyaan tentang perkembangan suatu kegiatan
2. Manajemen Kebidanan
Buku 50 tahun IBI, 2007, Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah
secara
sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan,
perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.

Depkes RI, 2005, manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan


pemecahan masalah ibu dan khusus dilakukan oleh bidan dalam
memberikan
asuhan kebidanan pada individu, keluarga dan masyarakat.

Helen Varney, 1997, manajemen kebidanan adalah proses pemecahan


masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam
rangkaian atau
tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus
pada klien.

3. Langkah – Langkah Manajemen Kebidanan

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar


Data yang dibutuhkan dalam pengumpulan data dasar :
• Riwayat kesehatan
• Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
• Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
• Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi

Langkah II : Interpretasi Data Dasar


Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :
Diakui dan telah disahkan oleh profesi
Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
Memiliki ciri khas kebidanan
Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan
Dpt diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensi


Dalam langkah ini bidan dituntut untuk dapat mengidentifikasi masalah dan
diagnosa potensial terlebih dahulu baru setelah itu menentukan antisipasi yang
dapat dilakukan.
Langkah IV
Dari data yang ada mnegidentifikasi keadaan yang ada perlu atau tidak
tindakan segera ditangani sendiri/dikonsultasikan (dokter, tim kesehatan, pekerja
sosial, ahli gizi)/kolaborasi V
Dari data yang ada mnegidentifikasi keadaan yang ada perlu atau tidak
tindakan segera ditangani sendiri/dikonsultasikan (dokter, tim kesehatan, pekerja
sosial, ahli gizi)/kolaborasi

Langkah V
tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien, tapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien (apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang
berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural/masalah psikologis. Dalam
perencanaan ini apa yang direncanakan harus disepakati klien, harus rasional,
benar-benar valid berdasar pengetahuan dan teori yang up to date.

Langkah VI
 Bisa dilakukan oleh bidan, klien, keluarga klien, maupun tenaga kesehatan
yang lain.
 Bidan bertanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaan asuhan bersama
yang menyeluruh.

B. Lingkup Praktik Kebidanan


1. Ruang Lingkup dan Sasaran
Dalam melaksanakan praktik, bidan memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan
terhadap perempuan pada masa prakonsepsi, masa hamil, melahirkan dan
postpartum, maupun masa interval, melaksanakan pertolongan persalinan dibawah
tanggungjawabnya sendiri, memberi asuhan Bayi Baru Lahir, bayi dan anak
balita.
Meliputi tindakan pemeliharaan, pencegahan, deteksi, serta intervensi, dan
rujukan
pada keadaan risiko tinggi, termasuk kegawatan pada ibu dan anak.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang
meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan.
Menurut Kepmenkes no 900/Menkes/SK/VII/2002 :
Pelayanan kebidanan : asuhan bagi perempuan mulai dari :
• pranikah,
• pra kehamilan,
• selama kehamilan,
• persalinan,
• nifas,
• menyusui,
• Interval antara masa kehamilan
• menopause,
• termasuk asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita
Pelayanan KB :
• konseling KB,
• penyediaan berbagai jenis alat kontrasepsi,
• nasehat dan tindakan bila terjadi efek samping
Pelayanan kesehatan masyarakat :
• Asuhan untuk keluarga yang mengasuh anak
• Pembinaan kesehatan keluarga
• Kebidanan komunitas
• Persalinan di rumah
• Kunjungan rumah
• Deteksi dini kelainan pada ibu dan anak
Sasaran pelayanan kebidanan
• Individu
• Keluarga
• Masyarakat

2. LAHAN PRAKTIK PELAYANAN KEBIDANAN


• BPS/ di rumah
• Masyarakat
• Puskesmas
• Polindes/PKD
• RS/RB
• Klinik dan unit kesehatan lainny

C. Pengorganisasian Praktik Kebidana


1. PELAYANAN MANDIRI
Layanan kebidanan primer yang dilakukan oleh seorang bidan yang sepenuhnya
menjadi tangungjawab bidan.
2. KOLABORASI
Layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya
dilakukan secara bersamaan atau sebaai salah satu urutan dari sebuah proses
kegiatan pelayanan. misalnya: merawat ibu hamil dengan komplikasi medik atau
obstetrik
Tujuan pelayanan: berbagi otoritas dalam pemberian pelayanan berkualitas sesuai
ruang lingkup masing-masing. Kemampuan untuk berbagi tanggung jawab antara
bidan dan dokter sangat penting agar bisa saling menghormati, saling
mempercayai dan menciptakan komunikasi efektif antara kedua profesi.
3. RUJUKAN
Layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem layanan yang
lebih tinggi atau sebaliknya, yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan
yang dilakukan oleh bidan ketempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain secara
horizontal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lain. Layanan bidan yang
tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya
4. KONSULTASI
Pada kondisi tertentu bidan membutuhkan nasehat atau pendapat dari dokter atau
anggota tim perawatan klien yang lain tapi tanggung jawab utama terhadap klien
tetap ditangan bidan.
D. Model Asuhan Pelayanan Kebidanan di Indonesia
Indonesia hingga saat ini masih memiliki prevalensi Angka Kematian Ibu (AKI)
yag tinggi. Pada Tahun 2015 AKI Indonesia adalah 305/100.000 Kelahiran Hidup
dan berhasil menurun pada tahun 2017 menjadi 177/100.000 KH. Capaian tersebut
tidak bertahan terlalu lama dan Kembali meningkat karena adanya pandemic Covid
19. Selain itu, permasalahan Kesehatan maternal di Indonesia adalah masih
ditemukan nya 3 terlambat (3T) yaitu terlambat mencari pertolongan, terlambat
mencapai fasilitas Kesehatan yang adekuat dan terlambat mendapatkan pelayanan
yang adekuat di fasilitas Kesehatan (Rizkianti et al., 2020). Oleh karena itu untuk
membantu menurunkan adanya 3T tersebut, maka Ikatan Bidan Indonesia ( IBI) ,
mengacu pada International Confederation of Midwives (ICM) melakukan pelayanan
asuhan kebidanan dengan berlandaskan women center care. Dimana klien sebagai
seorang Wanita menjadi focus utama dalam asuhan kebidanan (Nur et al.,2020).
Indoenesia hingga saat ini menerapkan 4 jenis model asuhan pelayanan
kebidanan. Adapun model asuhan pelayanan kebidanan yang dimaksud antara lain :
1) primary care , 2) continuity of care , 3) collaborative care, 4) partnership.
1. Primary Care
Primary care merupakan model asuhan kebidanan yang memiliki kemampuan
untuk memberdayakan klien atau Masyarakat agar mampu secara mandiri
meningkatkan kesehatannya.Model ini dberikan dengam cara pemebrian edukasi
dan promosi Kesehatan. Selain itu, kunci model ini adalah keluarga , menimbang
keluarga meruapakan pengambil keputs=usan yang dominan disbanding ibu.
Primary care meruapakan model yang diterapkan di instansi pemerintahan
seperti puskesmas dan juga instansi swasta seperti bidan praktik mandiri
maupun klinik dan rumah bersalin (Shields & Hartati, 2006).

2. Continuity of Care
Contuinuity of Care merupakan model pelayanan asuhan kebidanan yang
emamstikan ibu dan bayi mendapatkan pelayanan yang optimal oleh bidan
selama persalinan yang kontinu. Contiinuity of Care dalam sebuah jurnal juga
disebutkan merupakan model pelayanan asuhan kebidanan untuk deteksi dini
sehingga meminimalisir persalinan dengan dokter spesialis (Yanti et al., 2015).
Model ini juga dikenalkan melalui Pendidikan bidan di Indonesia. Mahasiswa
dilibatkan dalam pelaksanaan continuity of care untuk tugas akhir. Mahasiswa
melakukan pelayanan di lapangan dengan mendampingi sejak ibu hamil hingga
nifas serta memberikan asuhan neonatuS (Hardiningsih et al.,2020).

3. Collaborative Care
Collaborative care merupakan model pelayanan asuhan kebidanan yang
melibatkan lebih dari satu profesi Kesehatan. Bidan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatannya melakukan kolaborasi dalam hal pelayanan Kesehatan
yang bukan wewenang bidan seperti pemeriksaan laboratrium berkolaborasi
dengan analis Kesehatan, adanya komplikasi pada klien berkolaborasi dengan
dokter spesialis , dsb (Afrizal et al.,2020).
Model ini sangat penting dalam sisten pelayanan Kesehatan untuk mendapatkan
outcome yang optimal di era pelayanan Kesehatan modern. Model ini tidak hanya
dilakukan diafsilitas Kesehatan pertama. Berdasarkan hasil penelitian , model ini
sangat efektif dalam menekan angka morbiditas dan mortalitas (Ernawati, 2020)
4. Model Partisipasi
Partnership atau kemitraan merupakan salah satu model yang digunakan dengan
memberdayalan Masyarakat. Model ini dalam praktiknya ditunjukkan dari
adanya kemitraan dengan dukum dan juga kader. Kemitraan dukun dilakukan
untuk menekan praktik persalinan oelh dukun dan mengarahkannya untuk
melakukan pelayanan pada periode nifas dan neonatus. Model ini terbukti
mampu menekan angka persalinan dengan dukun di Indonesia (Prastiwi et al.,
2016;Magrath, 2022). Kemitraan juga dilakukan dengan kader dimana kader
dilatih dan diberdayakan untuk melakukan Upaya promotive dan preventif di
wilayahnya (Buana et al.,2022)

E. Menerapkan Manajemen Kebidanan dalam Pelayanan Kebidanan


1. Menggunakan 7 langkah vanery

2. Data perkembangan melalui metode SOAP

Anda mungkin juga menyukai