Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA

Disusun oleh :

Arikha Luthfiana Dewi

NIM. P17310201012

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN MALANG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

Mahasiswa,

Arikha Luthfiana Dewi

NIM. P17310201012

Dan disetujui serta disahkan oleh :

Pembimbing Institusi,

Duhita Dyah Apsari, S.Keb., Bd., M.Kes


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu capaian pembelajaran Kebidanan adalah mewujudkan
kompetensi bidan sebagai Care Provider (Pemberi Asuhan pada ibu hamil),
yaitu kemampuan memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dalam
kondisi normal maupun kemampuan mendeteksi kehamilan sesuai dengan
kewenangan secara profesional (efektif, aman dan holistik serta bermutu
tinggi) berdasarkan kode etik, standar praktek profesi, standar asuhan kebid
ktek profesi, standar asuhan kebidanan, mampu beradaptasi dengan berbagai
situasi dan mampu beradaptasi dengan berbagai situasi dan
mendokumentasikannya secara tepat.

Sesuai anjuran WHO yang menyarankan untuk meningkatkan kualitas


pelayanan kesehatan setiap tenaga kesehatan harus menggunakan pendekatan
proses pengambilan keputusan klinis berdasarkan evidence based dalam
praktiknya. Kemampuan dalam pengambilan keputusan klinis sangat
tergantung pada pengalaman, pengetahuan, dan latihan praktik, ketiga faktor
ini sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan klinis yang dibuat
sehingga menentukan tepat tidaknya tindakan petugas kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pengambilan keputusan klinis sangat erat kaitannya
dengan proses manajemen kebidanan.

Pengambilan keputusan klinis yang benar dan tepat merupakan salah


satu langkah pencegahan dalam menurunkan kasus AKI dan AKB, keputusan
klinis yang diambil dalam manajemen asuhan kebidanan, berdasarkan
diagnosis atau masalah yang dihadapi harus selalu dipikirkan masalah yang
perlu diantisipasi dan tindakan yang harus segera dilakukan untuk mengatasi
masalah yang mengancam ibu dan bayi. Tindakan bidan harus berdasarkan
prioritas dan bersifat antisipasi segera. Pengambilan keputusan klinis dengan
menggunakan manajemen asuhan kebidanan akan membantu bidan dalam
menangani segala kasus yang bersifat emergency.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan dan manajemen kebidanan
2. Untuk mengetahui konsep dasar teori asuhan kebidanan persalinan
3. Untuk mengetahui standar asuhan kebidanan dan model dokumentasi
C. Manfaat

Manfaat penulisan laporan ini untuk menjadikan pedoman dalam


asuhan kebidanan yang yang berkualitas tidak melanggar kode etik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asuhan dan Manajemen Kebidanan


Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang
dilaksanakan oleh bidan kepada klien, yang mempunyai kebutuhan atau
permasalahan, khususnya dalam KIA atau KB. Asuhan kebidanan adalah
penerapan fungsi, kegiatan dan tanggungjawab bidan dalam memberikan
pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan dan/atau masalah
kebidanan meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan keluarga
berencana termasuk kesehatan reproduksi perempuan serta pelayanan
kesehatan masyarakat (Asrinah, dkk, 2017). Persalinan dan kelahiran
merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan. Kelahiran
seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga.
Menurut Varney, proses penyelesaian masalah merupakan salah
satu upaya yang dapat digunakan dalam manajemen kebidanan. Dalam
melakukan manajemen kebidanan, bidan harus memiliki kemampuan
berpikir kritis untuk menegakkan diagnosa atau masalah potensial
kebidanan. Selain itu, juga diperlukan kemampuan kolaborasi atau kerja
sama. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan kebidanan
selanjutnya. Tujuh langkah manajemen asuhan kebidanan menurut
Varney, 2007:
● Langkah I: Pengumpulan data dasar
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses
pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan
pasien secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik
sesuai dengan kebutuhan, peninjauan catatan terbaru atau catatan
sebelumnya, data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil
studi. Semua data dikumpulkan dari sumber yang berhubungan
dengan kondisi pasien. Data diklasifikasi menjadi dua, yaitu data
subjektif dan data objektif.
● Langkah II: Interpretasi data dasar
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar
terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan pasien. Data dasar yang
sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditentukan masalah
atau diagnosa yang spesifik.
● Langkah III: Identifikasi diagnosa atau masalah potensial
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosa yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi yang cukup
dan apabila memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau dalam
kondisi tertentu pasien membutuhkan tindakan segera.
● Langkah IV: Identifikasi dan penetapan kebutuhan yang
membutuhkan penanganan segera
Tahap ini dilakukan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan
beberapa kebutuhan setelah diagnosa dan masalah ditegakkan.
Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan
melakukan rujukan.
● Langkah V: Perencanaan asuhan secara menyeluruh
Setelah beberapa keluhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan
menyeluruh terhadap masalah dan diagnosa yang ada. Dalam proses
perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi
beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh
dapat teratasi.
● Langkah VI: Pelaksanaan perencanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien maupun diagnosa yang
ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri
maupun kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
● Langkah VII: Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang
dilakukan oleh bidan. Evaluasi sebagai bagian dari pelayanan secara
komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien.
B. Konsep Dasar Teori Persalinan

● Pengertian Persalinan

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan


janin turun ke jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu belum bisa melakukan persalinan jika kontraksi uterus
tidak mengakibatkan perubahan serviks (Marmi, 2012. Dalam buku
Asuhan Kebidanan pada Persalinan, 2020).

● Jenis-Jenis Persalinan Menurut Lama Kehamilan dan Berat Janin

Jenis persalinan dibagi dalam 2 kategori, yang pertama yaitu jenis


persalinan berdasarkan bentuk terjadinya dan yang kedua yaitu jenis
persalinan menurut lama kehamilan dan berat janin (Eka Puspita Sari
dan Kurnia Dwi Rimandini, 2014). Jenis persalinan berdasarkan
bentuk terjadinya dapat dikelompokkan ke dalam 4 cara, yaitu :
1. Persalinan spontan
Proses persalinan melalui vagina yang berlangsung tanpa
menggunakan alat maupun obat tertentu (induksi maupun vakum).
Persalinan spontan hanya mengandalkan tenaga dan usaha ibu
untuk mendorong bayinya keluar. Persalinan spontan dapat
dilakukan dengan presentasi belakang kepala.
2. Persalinan normal (eutocia)
Proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42
minggu) pada janin presentasi belakang yang disusul dengan
pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran berakhir dalam
waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan pertolongan buatan dan
tanpa komplikasi.
3. Persalinan anjuran (induksi)
Persalinan yang baru dapat berlangsung setelah permulaannya
dianjurkan dengan suatu perbuatan atau tindakan, misalnya dengan
pemecahan ketuban atau dengan memberi suntikan oksitosin.
4. Persalinan tindakan
Persalinan yang tidak dapat berjalan normal secara spontan atau
tidak berjalan sendiri, oleh karena terdapat indikasi adanya
penyulit persalinan sehingga persalinan dilakukan dengan
memberikan tindakan menggunakan alat bantu (Eka, 2019).
Jenis persalinan menurut lama kehamilan dan berat janin :
1. Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan, berat janin kurang dari 500 gram dan umur kehamilan
kurang dari 20 minggu.
2. Persalinan immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu hingga 28 minggu
dan berat bayi antara 500-999 gram.
3. Persalinan prematuritas
Persalinan dengan umur kehamilan antara 28 minggu sampai 36
minggu dan berat bayi antara 1000-2499 gram.
4. Persalinan aterm
Persalinan yang terjadi pada umur kehamilan antara 27 minggu
sampai 42 minggu dengan berat bayi di atas 2500 gram.
5. Persalinan serotinus atau postmaturus atau post date
Persalinan yang melampaui umur kehamilan 42 minggu.
6. Persalinan presipitatus
Persalinan yang berlangsung cepat yaitu kurang dari 3 jam.

● Tahapan Persalinan
Menurut Prawirohardjo, 1999 (Dalam buku ) menjelaskan bahwa
tahapan persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu :
1. Kala I persalinan
Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat (frekuensi
dan kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan, sampai serviks
membuka lengkap. Kala I terdiri dari 2 fase.
a. Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan pembukaan
sampai pembukaan 3.
b. Fase aktif
Dimulai dari pembukaan 4 hingga pembukaan lengkap.
Pada primipara berlangsung 12 jam dan pada multipara sekitar 8
jam.
2. Kala II persalinan
Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Tanda pasti kala II ditentukan
melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah:
a. Pembukaan serviks telah lengkap
b. Terlihatnya bagian kepala bayi
Proses kala II berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada
multipara. Dalam kondisi yang normal pada kala II kepala janin
sudah masuk dalam dasar panggul, maka pada saat his dirasakan
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek
menimbulkan rasa mengejan.
Kemudian perineum mulai menonjol dan melebar dengan
membukanya anus. Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak di vulva saat ada his. Dengan
kekuatan his dan mengejan maksimal kepala dilahirkan. Setelah his
istirahat sebentar, dan his akan mulai lagi untuk mengeluarkan
anggota badan bayi.
3. Kala III persalinan
Dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya
plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah
bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan dari fundus
uteri.
4. Kala IV persalinan
Dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum.

● Tanda Persalinan

1. Terjadinya his persalinan


His yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan
tertentu disebut his efektif. His efektif mempunyai sifat adanya
dominan kontraksi uterus pada fundus uteri, kondisi berlangsung
secara sinkron dan harmonis, adanya intensitas kontraksi yang
maksimal diantara dua kontraksi, irama teratur dan frekuensi yang
sering, serta lama his berkisar 45-60 detik. His persalinan memiliki
sifat sebagai berikut:
a. Pinggang terasa sakit dan mulai menjalar ke depan
b. Teratur dengan interval yang semakin sering dan semakin kuat
c. Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d. Penambahan aktivitas seperti berjalan akan membuat his
tersebut semakin meningkat.
2. Keluarnya lendir bercampur darah
Lendir ini berasal dari pembukaan kanalis servikalis. Sedangkan
pengeluaran darahnya disebabkan oleh robeknya pembuluh darah
waktu serviks membuka.
3. Terkadang disertai ketuban pecah
Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya
selaput ketuban menjelang persalinan. Jika ketuban sudah pecah,
maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam.
Namun, apabila persalinan tidak tercapai maka persalinan harus
diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau
sectio caesarea.
4. Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-
angsur akibat pengaruh his. Sedangkan effacement adalah
pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula
panjang 1-2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya
ostium yang tipis seperti kertas (Sari & Rimandini, 2014).
C. Standar Asuhan Kebidanan dan Model Dokumentasi

Standar asuhan kebidanan adalah acuan proses pengambilan


keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan,
implementasi, evaluasi, dan pencatatan asuhan kebidanan. Standar Asuhan
Kebidanan Menurut Kepmenkes RI No 938/Menkes/2007 :
● Standar I : Pengkajian
Mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Kriteria pengkajian:
1. Data tepat, akurat, dan lengkap
2. Terdiri dari data subjektif (hasil anamnese; biodata, keluhan utama,
riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial
budaya).
3. Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologi, dan pemeriksaan
penunjang).
● Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan:
1. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
● Standar III : Perencanaan
Merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah
yang ditegakkan.
Kriteria perencanaan
1. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan
secara komprehensif.
2. Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga
3. Mempertimbangkan kondisi psikologis sosial budaya klien/
keluarga
4. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien
5. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber
daya serta fasilitas yang ada
● Standar IV : Implementasi
Melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien,
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. Kriteria
evaluasi:
1. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-
spiritual kultural
2. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien
atau keluarganya (informed consent)
3. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4. Melibatkan klien atau pasien dalam setiap tindakan
5. Menjaga privasi klien/pasien
6. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan
sesuai
9. Melakukan tindakan sesuai standar j. Mencatat semua tindakan
yang telah dilakukan
● Standar V :
Melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
Kriteria hasil
1. Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien
2. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan kepada keluarga
3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4. Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/ pasien
● Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
Melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas
mengenai keadaan/ kejadian yang ditemukan
Kriteria pencatatan asuhan kebidanan:
1. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia rekam medis/ KMS (Kartu Menuju Sehat/
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)/status pasien)
2. Ditulis dalam bentuk catatan pengembangan SOAP
a. S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
b. O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
c. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah
kebidanan
d. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
pelaksanan yang sudah dilakukan
Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang
menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa
penyederhanaan penyederhanaan atau idealisasi. Model asuhan
kebidanan adalah suatu bentuk pedoman pedoman / acuan yang
merupakan merupakan kerangka kerangka kerja seorang seorang bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan dipengaruhi oleh filosofi yang
dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan), meliputi unsur-unsur yang
terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan
dan pelayanan kesehatan). (Astuti dkk 2016)
Model asuhan kebidanan yang digunakan adalah menurut
keputusan menteri kesehatan RI nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007
kerangka pikirnya pikirnya mengacu mengacu pada manajemen
manajemen asuhan kebidanan kebidanan menurut menurut Helen
Varney, Varney, 1997. Dimana manajemen asuhan yang digunakan
melalui pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai
dari pengkajian, perumusan diagnosa atau masalah kebidanan,
perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.
(Wakhidah 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Sulfianti., dkk. 2020. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Medan: Yayasan Kita
Menulis

Astuti, Kh Endah Widhi, Atit Tajmiati dan Emy Suryani. 2016. “Buku
Kebidanan dan Etikolegal dalam Praktik Kebidanan”. Modul Ajaran

Anda mungkin juga menyukai