BLOK 4.C
ASUHAN KEBIDANAN PADA DISTOSIA AKIBAT FAKTOR
JANIN DAN SOAP
“KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN PRESENTASI KAKI”
Kelompok : 2
Nama : Raisa Fajriati
Nim : 1710333011
PRODI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done). Manajemen adalah
mengungkapkan apa yang hendak dikerjakan, kemudian menyelesaikannya. Manajemen
adalah menentukan tujuan dahulu secara pasti (yakni menyatakan dengan rinci apa yang
hendak dituju) dan mencapainya.
Prinsip-prinsip manajemen
a. Efisiensi
Efisiensi adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan
sarana yang perlu, atau dengan menggunakan sarana sesedikit mungkin. Efisiensi
adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil yang dicapai dan usaha yang telah
di keluarkan (misalnya oleh seorang tenaga kesehatan).
b. Efektivitas
Efektivitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah tercapai,
efektivitas merupakan sesuatu yang hendak ditingkatkan oleh manajemen.
c. Rasional dalam mengambil keputusan
Pengambilan keputusan yang rasional sangat diperlukan dalam proses
manajemen. Keputusan merupakan suatu pilihan dari dua atau lebih tindakan. Dalam
istilah manajemen, pengambilan keputusan merupakan jawaban atas pertanyaan
tentang perkembangan suatu kegiatan.
Manajemen Kebidanan
Buku 50 tahun IBI, 2007, Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan
oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Depkes RI, 2005, manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan
masalah ibu dan khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
pada individu, keluarga dan masyarakat.
Helen Varney, 1997, manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh ACNM
(1999) terdiri atas:
a. Mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan secara sistematis
melalui pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk
mengkaji riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik.
b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosis berdasar interpretasi data
dasar.
c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan
masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
d. Memberi informasi dan dukungan kepada klien sehingga mampu membuat
keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.
e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
f. Secara pribadi, bertanggungjawab terhadap implementasi rencana individual.
g. Melakukan konsultasi perencanaan, melaksanakan manajemen dengan
berkolaborasi, dan merujuk klien untuk mendapat asuhan selanjutnya.
h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi dalam situasi darurat jika
terdapat penyimpangan dari keadaan normal.
i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan
merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
Manajemen Varney
Langkah I: Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data
dasar untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan klien
secara lengkap. Data terdiri atas data subjektif dan data objektif. Data subjektif dapat diperoleh
melalui anamnesa langsung, maupun meninjau catatan dokumentasi asuhan sebelumnya, dan
data objektif didapatkan dari pemeriksaan langsung pada pasien. Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien.
Langkah II: Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini, data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan diagnosis yang sfesifik (sesuai dengan “nomenklatur
standar diagnosa”) dan atau masalah yang menyertai. Dapat juga dirumuskan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Masalah dan
diagnosis keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaiakan seperti
diagnosis, tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan
terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh
bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa
“kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini adalah
bahwa wanita tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya.
Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial Pada langkah ini kita
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan ragkaian masalah dan
diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan yang aman. Contoh: seorang wanita yang hamil pertama kali, tetapi letak janinnya tidak
normal (misalnya: bayi letak sungsang), yang harus diantisipasi adalah terhadap kemungkinan
kelahiran bayi tersebut apabila ingin dilahirkan pervaginam, maka bidan harus
dipertimbangkan besarnya janin dan ukuran panggul ibu, juga harus dapat mengantisipasi
terjadinya persalinan macet (aftercoming head) pada waktu melahirkan kepala.
Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh Pada langkah ini direncanakan asuhan
yang menyeluruh, ditentukan oleh langkahlangkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi / data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-
masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis. Dengan
perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan
dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksankan dengan efektif karena klien merupakan bagian
dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien,
kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksankannya.
Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diurakan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan
ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien,
atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-
langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan dalam manajemen
asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama
yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Langkah VII: Evaluasi Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang sesuai dengan masalah dan diagnosis
klien, juga benar dalam pelaksanaannya. Disamping melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan
yang telah diberikan, bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses asuhan yang telah
diberikan. Dengan harapan, hasil evaluasi proes sama dengan hasil evaluasi secara
keseluruhan.
1.Data Subjektif
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien. Ekspresi
klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien yang menderita
tuna wicara, dibagian data dibagian data dibelakang hruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau”X”.
Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna wicara. Data subjektif ini
nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
2.Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium Catatan medik dan informasi dari
keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang.
Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosis
3.Analysis
Langkah selanjutnya adalah analysis. Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil
analisis dan intrepretasi ( kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan klien
yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.
Saudara-saudara, di dalam analisis menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data
yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan klien. Analisis yang tepat dan
akurat mengikuti perkembangan data klien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan
pada klien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data
adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis, masalah
kebidanan, dan kebutuhan.
4.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah
dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraanya.
2.3.2 Epidemiologi
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak
sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi
pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi
pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3% persalinan
yang terjadi pada kehamilan aterm. (Prawirohardjo S,1992)
Pada studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Lamongan tahun 2014
didapatkan kunjungan ibu hamil sebanyak 198 orang. Dari 198 orang ibu hamil
didapatkan 26 orang(13,1%) letak sungsang. Sedangkan data yang diperoleh dari
register kunjungan di Poli Kandungan RSI Nashrul Ummah Lamongan pada bulan
Januari – Juni 2015 didapatkan kunjungan ibu hamil sebanyak 184 kasus.
2.3.3 Etiologi
Penyebab letak sungsang :
1. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada
panggul
sempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor-tumor pelvis dan lain-lain.
Bila janin mengalami kelainan seperti hydrocephalus - pembesaran pada bagian
kepala - maka kepala yang besar akanmencari tempat yang lebih luas di dalam
rahim sehingga posisi kepala bayi di atas sementara bokong di bawah
2. tidak ada tahanan kepala untuk pintu atas pinggul misalnya pada kasus CPD
3. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil (prematur).
Sungsang juga bisa terjadi akibat dari rahim yang kendur misalnya pada ibu yang
sering melahirkan sehingga tidak mampu menahan posisi janin pada postur
seharusnya.
Semua ibu hamil bisa mengalami hal ini dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas
si ibu.
Jadi, posisi bayi sungsang bukan disebabkan karena si ibu kurang bergerak, kurang
minum/makan, atau karena faktor psikologis tertentu.(Prawirihardjo,S 1992)
4. Gemeli (kehamilan ganda)
kehamilan kembar (bisa saja terjadi salah satu posisi kepala bayi di atas sementara
yang lain di bawah rahim, seperti angka 69)
5. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
6. Janin sudah lama mati.
7. Sebab yang tidak diketahui.
2.3.4 Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam
uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada
kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala,
maka
bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala
berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang
lebih tinggi,sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan
dalam presentasi kepala,beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada
dalam posisi sungsang
2.3.5 Klasifikasi
1. Letak bokong (Frank Breech)
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat keatas ( 75 % )
2. Letak sungsang sempurna (Complete Breech)
Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong (letak bokong kaki
sempurna / lipat kejang )
3. Letak Sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech)
Adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki dan
lutut, terdiri dari :
a) Kedua kaki : Letak kaki sempurna
b) Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna
c) Kedua lutut : Letak lutut sempurna
d) Satu lutut : Letak lutut tidak sempurna
2.3.6. Diagnosis
Dalam anamnesis mungkin dikemukakan bahwa terasa sesak pada abdomen
bagian atas akibat sering terdorongnya kepala dari gerakan kaki janin. Presentasi
bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen. Maneuver Leopold
perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal bila Usia kehamilan ≤34
minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguanpada pemeriksaan palpasi,
dapat dilakukan periksa dalam vagina atau pemeriksaan ultrasonografi (Prawirohardjo,
2013).
2. Pemeriksaan Ultrasonografi
2.3.7. Penatalaksanaan
1. Sewaktu Hamil
Yang terpenting ialah usaha untuk memperbaiki letak sebelum persalinan terjadi
dengen versi luar. Tehnik :
a. Sebagai persiapan :
1) Kandung kencing harus dikosongkan
2) Pasien ditidurkan terlentang
3) Bunyi jantung anak diperiksa dahulu
4) Kaki dibengkokan pada lutut dan pangkal paha supaya dinding perut kendor
a) Mobilisasi : bokong dibebaskan dahulu
b) Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satusama lain sehingga
badan anak membulat dengan demikian anak mudah diputar.
c) Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah. Arah pemutaran hendaknya
kearah yang lebih mudah yang paling sedikit tekanannya. Kalau ada pilihan putar kearah perut
anak supaya tidak terjadi defleksi. Setelah versi berhasil bunyi jantung anak diperiksa lagi dan
kalau tetap buruk anak diputar lagi ketempat semula.
d) Setelah berhasil pasang gurita, observasai tensi, DJJ, serta keluhan.
2. Pimpinan Persalinan
a. Cara berbaring :
1) Litotomi sewaktu inpartu
2) Trendelenburg
b. Melahirkan bokong :
1) Mengawasi sampai lahir spontan
2) Mengait dengan jari
3) Mengaik dengan pengait bokong
4) Mengait dengan tali sebesar kelingking
5) Ekstraksi kaki
Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat dilahirkan dengan cara
vaginal atau abdominal (seksio sesarea)
Teknik Ekstraksi Kaki
1 Setelah persiapan selesai, tangan yang searah dengan bagian-bagian kecil janin dimasukkan
secara obstetrik kedalam jalan lahir, sedang tangan yang lain membuka labia.
2 Kedua tangan penolong memegang betis janin.
3 Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari
dibelakang paha, sejajar sumbu panjang dan jari lain didepan paha.
4 Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trokhanter depan lahir.
5 Untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus curam ke bawah.
6 Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin dipakai teknik pegangan Femuro-
Pelviks,
sehingga badan janin ditarik kebawah sampai pusar lahir.
7 Untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada
manual aid.
3. Cara Melahirkan Pervaginam
Terdiri dari partus spontan ( pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan seluruhnya)
dan manual aid (manual hilfe). Waktu memimpin partus dengan letak sungsang harus diingat
bahwa ada 2 fase :
Fase I : fase menunggu
Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak
menjungkit ka atas (nuchee arm), persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan dilakukan
ekspresi kristeller,karena halini akan memudahkan terjadinya nuchee arm
Fase II : fase untuk bertindak cepat.
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul,
maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.Untuk mempercepatnya lahirnya janin dapat
dilakukan manual aid
7. Pegang di bagian pinggul dan biarkan dari tenaga ibu mengejan hingga skapula
terlihat. Jangan pegang di bagian perut hal ini dapat menyebabkan kerusakan
ginjal atau hati. Menjaga fleksi kepala dan menjaga tubuh bawah.
Gambar 2.3 Langkah 7
8. Putar badan bayi untuk melahirkan lengan hingga dada (Loveset Manoeuvre).
Gambar 2.4 Loveset Manoeuvre
9. Jaga kepala dalam posisi fleksi dengan memberi tekanan pada bagian
suprapubik ibu.
Gambar 2.5Langkah 9
10. Badan bayi didukung dalam posisi horizontal atau dibiarkan menggantung
hingga leher muncul di introitus vagina. Kemudian lahirkan kepala bayi
(Saxena, 2013).
Gambar 2.6 Langkah 10
2.3.8 Prognosis
1. Bagi ibu
Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar,juga karena dilakukan tindakan, selain itu
ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.
2. Bagi bayi :
Prognosa tidak begitu baik,karena adanya ganguan peredaran darah plasenta setelah bokong
lahir dan juga setelah perut lahir, talipusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa
menderita asfiksia.
Oleh karena itu setelah tali pusat lahir dan supaya janin hidup,janin harus dilakukan dalam
waktu 8 menit.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN (VARNEY DAN SOAP)
Ruang : VK
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
bercam
59
darah dari jalan lahir dan merasa seperti ada benda keras pada perut bagian atas.
2. Tanda-tanda persalinan :
3. Riwayat menstruasi
f. Sifat darah : Ibu mengatakan darah yang keluar merah dan encer
4. Riwayat Perkawinan
mengetahui kehamilannya
persalinan
capeng
8. Riwayat Penyakit
ringan
pinggang kanan dan kiri dan tidak pernah nyeri saat BAK
berwarna kuning
e. Riwayat Operasi
a. Nutrisi
pukul 12.30 WIB. Jenis makanan dan minuman nasi, sayur, lauk
b. Personal Hygiene
c. Eliminasi
13.30 WIB
d. Aktifitas
e. Istirahat/Tidur
malam 8 jam
f. Psikososial Budaya
penting sehat
6) Pantangan makanan
1. Status Generalis
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV
d) TB : 152 cm
e) BB sebelum hamil : 60 kg
f) BB sekarang : 70 kg
g) LILA : 26 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
ada benjolan
3) Mata
b) Leher
2) Mammae
3) Axilla
d) Ekstremitas
tangan kiri
2) Bawah
a) Abdomen
1) Inspeksi
umur kehamilannya
2) Palpasi
(ekstremitas)
3) Auskultasi
Teratur/tidak : Teratur
b) Pemeriksaan Panggul
2) Distansia Spinarum : 24 cm
3) Distansia Kristarum : 27 cm
5) Lingkar Panggul : 85 cm
69
c) Anogenital
1) Vulva vagina
2) Perineum
3) Anus
4) Inspekulo
5) Vaginal Toucher
(c) Pembukaan : 5 cm
4. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan darah
b) Pemeriksaan penunjang
A. Diagnosa Kebidanan
presentasi bokong
Data Subyektif :
bercampur darah dari jalan lahir dan merasa seperti ada benda
Data Obyektif
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV :
pengambilan darah
5. Palpasi
(ekstremitas)
bagian
6. Auskultasi
Teratur/tidak : Teratur
73
7. Vaginal Toucher
c) Pembukaan : 5 cm
e) Presentasi : Bokong
B. MASALAH
C. KEBUTUHAN
V. RENCANA TINDAKAN
kepada keluarga
f. Anjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada His untuk
g. Anjurkan keluarga ibu untuk menyiapkan ember, jarik dan pakaian ibu
dan bayi
i. Siapkan partus set ,obat – obatan esensial, tempat resusitaasi bayi dan
VI. PELAKSANAAN
a. Pukul 13.20 WIB : Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan jaga privasi ibu
c. Pukul 13.30 WIB : Mengobservasi TTV, DJJ, dan His tiap 30 menit
d. Pukul 13.32 WIB : Memberikan dukungan mental pada ibu agar ibu
tidak cemas
rasa nyeri
f. Pukul 13.36 WIB : Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat
belum keluar
VII. EVALUASI
e. Ibu bersedia untuk makan dan minum saat tidak kenceng – kenceng
sudah ada tanda gejala kala II. ( ada dorongan untuk meneran,
3. Pembukaan : 10 cm
5. Presentasi : Bokong
kesamaan maupun kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, yaitu
sebagai berikut:
A. Data subyektif
Terdapat kesenjangan pada data subyektif untuk riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu atau paritas ibu. Pada kasus, kehamilan letak sungsang pada Ny “S”
merupakan kehamilan yang pertama. Sedangkan pada teori diterangkan bahwa ibu dengan
grande multigravida dan riwayat kehamilan sungsang sebelumnya dapat mempengaruhi
terjadinya kehamilan letak sungsang.
Grande multigravida dan riwayat kehamilan sungsang sebelumnya tidak selalu
menjadi faktor penyebab terjadinya kehamilan sungsang karena faktor predisposisi
terjadinya letak sungsang tidak hanya ibu dengan grande multigravida. Dikuatkan dengan
teori bahwa faktor penyebab letak sungsang antara lain fiksasi kepala pada pintu atas
panggul tidak baik atau tidak ada, janin mudah bergerak, gemelli, janin sudah lama mati
dan kelainan uterus.
Pada pola aktivitas ibu atau versi luar alami terdapat kesenjangan, karena pada kasus
ibu sering melakukan gerakan sujud setiap hari mulai dari diketahuinya letak sungsang tapi
hasilnya sampai kehamilan aterm letak janin tetap letak sungsang. Sedangkan pada teori
disebutkan bahwa dengan melakukan gerakan yoga, bersujud dan merangkak dapat
membantu merubah posisi letak sungsang menjadi letak kepala. Gerakan yoga, bersujud
dan merangkak dilakukan pada ibu hamil dengan letak sungsang bertujuan untuk
mengusahakan kemungkinan merubah letak sungsang menjadi letak kepala, tapi
kemungkinan untuk berubah tergantung dari keadaan janin dan penyebab dari letak
sungsang sendiri.Dijelaskan dengan teori bahwa tingkat keberhasilan dilakukannya versi
luar sebesar 50 –70% (semakin meningkat pada multiparitas, presentasi selain bokong
murni, volume air ketuban normal, letak lintang, atau oblik).
B. Data obyektif
Terdapat kesenjangan untuk pemeriksaan tinggi badan ibu, pada tinjauan kasus
pemeriksaan tinggi badan ibu 152 cm tetapi kehamilan ibu merupakan letak sungsang.
Padahal pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa tinggi badan ibu <145 cm dapat menjadi
faktor penyebab letak sungsang karena kesempitan panggul menyebabkan gangguan fiksasi
kepala pada PAP. Sudah dijelaskan pada data subyektif bahwa faktor dari kehamilan letak
sungsang tidak hanya dari satu hal saja tapi dari beberapa faktor. Sedangkan untuk
kesempitan panggul sendiri juga tidak dapat disimpulkan hanya dari pengukuran tinggi
badan saja tetapi perlu pemeriksaan lainnya seperti pameriksaan panggul, pemeriksaan
78
dalam dan pemeriksaan pelvimetri radiologik. Ini diperkuat dengan teori bahwa CPD dapat
ditegakkan dari pemeriksaan pelvimetri radiologik.
Pada pemeriksaan panggul juga terdapat kesenjangan, disebutkan pada tinjauan
kasus hasil pemeriksaan panggul pada Ny “S” adalah distansia spinarum : 24 cm, distansia
cristarum : 27 cm, conjugata eksterna : 19 cm, lingkar panggul : 85 cm.
Tapi dari pemeriksaan Leopold III disebutkan bahwa bokong belum masuk PAP padahal
umur kehamilan ibu aterm,dari sini dapat dicurigai adanya kesempitan panggul ibu.
Sedangkan pada teori untuk ukuran pemeriksaan panggul distansia spinarum (23-26 cm),
distansia kristarum (26-29 cm), conjugata eksterna (18-20 cm) dan lingkar panggul (80-90
cm)
Adanya kesempitan panggul sudah harus di duga waktu pemeriksaan antenatal
khususnya pada primigravida dengan letak sungsang. Untuk itu harus dilakukan
pemeriksaan lebih teliti untuk menyingkirkan adanya kesempitan. Mengetahui Taksiran
Berat janin (TBJ) yang benar sangat dibutuhkan agar kita mengetahui ada tidaknya
kesesuaian antara ukuran panggul dengan berat janin. Teori menyebutkan bahwa janin yang
besar dapat menyebabkan disproporsi meskipun ukuran panggul normal.
C. Analisa
Pada analisa masalah potensial terdapat persamaan, pada tinjauan kasus masalah
potensial yang terjadi, persalinan dengan tindakan operasi sectio cessarea dan infeksi.
Sedangkan pada teori disebutkan dapat terjadinya persalinan dengan tindakan atau
patologi, distosia saat persalinan, perdarahan pasca persalinan, robekan jalan lahir dan
infeksi. Sedangkan Kebutuhan kehamilan letak sungsang pada analisa terdapat
kesamaan antara konsep dasar asuhan kebidanan dan kasus. Pada kasus sendiri
kebutuhan Ny “S” antara lain nutrisi, eliminasi, personal hygiene, aktivitas dan
istirahat. Kolaborasi P4K dan persalinan per abdominal. Sedangkan pada konsep
asuhan kebidanan kebutuhannya meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygiene, aktivitas,
dan istirahat. USG, foto rontgen, kolaborasi P4K. PerencanaanPerencanaan persalinan
normal, persalinan patologis, SC.
Tindakan operasi sectio cessarea ini menjadi masalah potensial dan kebutuhan
bagi Ny “S” karena pada data obyektif diatas panggul ibu diduga sempit. Tindakan ini
dikuatkan dengan teori dari buku buku acuan nasional pelayanan kesehatan meternal
neonatal menjelaskan bahwa indikasi dilakukannya sectio cessarea pada ibu yaitu CPD,
disfungsi uterus, distosia jaringan lunak, plasenta previa, rupture uteri mengancam dan
partus lama.
79
D. Penatalaksanaan
Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus ditemukan persamaan.
Penatalaksanaan yang dilakukan meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Penatalaksanaan kehamilan letaksungsang pada trimester III diantaranya
menjelaskan tentang hasil pemeriksaan, menjelaskan tentang tanda – tanda bahaya
kehamilan trimester III, menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga pola nutrisi, pola
istiraha dan aktivitas tanda – tanda persalinan, memberitahu ibu agar mempersiapkan
persalinan dengan letak sungsan baik secara normal maupun per abdominal,
memberitahukemungkinan yang dapat terjadi pada persalinan normal maupun per
abdominal, serta memberikan dukungan psikososial pada ibu dalam menghadapi
persalinan.
Pada tinjauan kasus untuk catatan perkembangan I disebutkan bahwa ibu bersalin
dengan persalinan per abdominal karena ibu primigravida, ibu suspect CPD, dari
observasi his ibu tidak adekuat, dan dari pembukaan serviks yang tidak
bertambah.Didukung dengan teori bahwa kehamilan letak sungsang pada umur
kehamilan lebih dari 32 minggu sudah tidak dapat lagi mengubah menjadi presentasi
kepala.
Serta faktor kehamilan letak sungsang yang terjadi pada primigravida sampai
umur kehamilan aterm maka kehamilan harus segera diakhiri dengan jalan operasi
sectio cessarea karena panggul ibu belum pernah melahirkan, tidak bisa dicoba – coba
untuk melahirkan dengan cara normal karena dapat mengakibatkan cedera pada bayi.
Diperkuat lagi dengan teori bahwa pengambilan keputusan cara persalinan yang hendak
dipilih pada kehamilan letak sungsang dinilai dari TBJ, jenis presentasi bokong,
keadaan selaput ketuban, ukuran dan struktur tulang panggul ibu, keadaan hiperekstensi
kepala janin, kemajuan persalinan dan pengalaman penolong.
80
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada pengkajian subjektif terdapat kesenjangan dalam hal paritas ibu dan
versi luar alami dengan gerakan sujud. Pada pengkajian objektif terdapat kesenjangan
dalam hal pemeriksaan tinggi badan dan pemeriksaan panggul luar. Pada analisa tidak
ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus dalam hal masalah potensial
dan kebutuhan. Pada penatalaksanaan tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus dalam hal penatalaksanaan kehamilan dengan letak sungsang pada
trimester III dan catatan perkembangan.
3.2 Saran
Menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat, khususnya ibu hamil tentang
pentingnya memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan dengan
letak sungsang.
81
Daftar Pustaka