Anda di halaman 1dari 13

Case Report Session

Rinosinusitis Kronik dengan Polip

Oleh:
Arif Bima Al Birru 1840312219
Yolanda Wulandari 1840312213

Preseptor :
Dr. dr. Bestari J Budiman, Sp. THT-KL (K) FICS

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL PADANG
2019
Dokter Muda THT-KL Periode April 2019 - Mei 2019 1
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session

Rinosinusitis Kronik dengan Polip

Oleh:
Arif Bima Al Birru 1840312219
Yolanda Wulandari 1840312213

Preseptor :
Dr. dr. Bestari J Budiman, Sp. THT-KL (K) FICS

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL PADANG
2019

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode April 2019 - Mei 2019 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session

Rinosinusitis Kronik dengan Polip


1, 1
Arif Bima Al Birru Yolanda Wulandari

Affiliasi penulis : 1. Profesi Dokter FK UNAND fungsi penciuman (72%), rinorea (47%), dan nyeri
(Fakultas Kedokteran Universitas Andalas); wajah (17%).

PENDAHULUAN Sejumlah pemeriksaan dibutuhkan oleh


penderita RSK dengan polip hidung. Pemeriksaan
Rinosinusitis kronis (RSK) merupakan rinoskopi anterior dapat memperlihatkan rongga
masalah kesehatan global karena berdampak pada hidung bagian dalam dan rutin dilakukan namun
penurunan kualitas hidup dan produktivitas kerja hasilnya terbatas serta tidak dapat mendeteksi
sehingga menyebabkan beban ekonomi yang tinggi.
1 perubahan polipoid awal pada mukosa hidung.
Rinoskopi posterior, salah satu temuannya yaitu post
Rinosinusitis kronis terbagi dua berdasarkan fenotipe
yaitu RSK dengan polip hidung dan RSK tanpa polip nasal drip yang merupakan kriteria diagnosis RSK
5
2
hidung. Prevalensi RSK dengan polip hidung pada dengan polip hidung. Nasoendoskopi memberi
populasi umum lebih sedikit, namun beban akibat informasi dan visualisasi yang lebih baik dibandingkan
gejala lebih besar dan polip mudah sekali rekuren dengan rinoskopi anterior untuk pemeriksaan meatus
3 media dan superior, nasofaring, serta jalur drainase
sehingga kesulitan dalam terapi. 2
mukosiliar. Pemeriksaan histopatologi pada RSK
Prevalensi RSK dengan polip hidung pada dengan polip hidung dilakukan untuk mengkonfirmasi
4 7
populasi umum diperkirakan berkisar 0,2 - 4 %. Hasil hasil pemeriksaan klinis.
penelitian di kota Skovde, Swedia didapatkan prevalensi
RSK dengan polip hidung 2,7% dari populasi orang Lini pertama terapi RSK dengan polip hidung
dewasa. Prevalensi RSK dengan polip hidung di Finlandia adalah kortikosteroid. Kortikosteroid intranasal
5 diberikan pada polip derajat 1 sedangkan derajat 2
sebesar 4,3%. Riana dkk (2016) melaporkan terdapat
dan 3 dilakukan polipektomi medikamentosa dengan
100 pasien RSK dengan polip hidung di RSU Dr. Hasan kortikosteroid dosis tinggi jangka pendek untuk
Sadikin Bandung selama Januari- Desember 2014, mengecilkan polip dan mengurangi inflamasi sebelum
dengan rasio laki-laki dan perempuan 1,2 : 1. 8
Rinosinusitis kronis dengan polip hidung lebih banyak dilakukan bedah sinus endoskopi fungsional. Bedah
pada laki-laki, dengan rasio 1,3 - 2,2 : 1, dan insiden sinus endoskopi fungsional pada umumnya memiliki
3 tingkat keberhasilan yang tinggi, namun kejadian
puncak antara usia 45 tahun dan 65 tahun.
rekurensi sering ditemukan pada pasien RSK dengan
Rinosinusitis kronis dengan polip hidung 9
polip hidung. Penelitian Philpott et al. (2014)
berkaitan erat dengan penyakit rinitis alergi dan asma. menunjukkan 57% pasien RSK dengan polip hidung
Rinitis alergi dan asma berperan dalam terjadinya memiliki riwayat operasi polip dan 46% dari pasien
peradangan kronis mukosa hidung dan sinus tersebut telah menjalani lebih dari satu kali operasi.
paranasal. Pasien dengan rhinitis alergi memiliki Audit nasional di Inggris menunjukkan 69% bedah
mukosa hidung yang edema, kerusakan silia hidung, sinus endoskopi fungsional dilakukan untuk mengatasi
dan kelebihan sekresi yang dapat menyebabkan 10
RSK dengan polip hidung.
penyumbatan drainase dari sinus. Prevalensi alergi
pada pasien dengan polip hidung dilaporkan bervariasi
dari 10% hingga 64%. Asma terdapat pada 26% TINJAUAN PUSTAKA
penderita RSK dengan polip hidung. Faktor risiko lain
yang berkaitan dengan terjadinya RSK dengan polip Anatomi Hidung dan Sinus Paranasal
hidung yaitu sensitivitas aspirin, defisiensi imun, defek
2 Anatomi Hidung
silia.
Penyakit RSK dengan polip hidung dan RSK Hidung secara anatomi terbagi atas hidung
tanpa polip hidung memiliki kesamaan gejala yaitu luar dan hidung dalam. Hidung luar berbentuk piramid
sumbatan hidung dan drainase mukopurulen. dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah yaitu
Rinosinusitis kronis dengan polip hidung sering pangkal hidung (bridge), batang hidung (dorsum nasi),
dikaitkan dengan hiposmia sedangkan RSK tanpa puncak hidung (tip), ala nasi, kolumela, dan lubang
polip hidung lebih sering dengan nyeri wajah. Polip 8
hidung. Hidung bagian dalam dibagi menjadi rongga
menghambat aliran udara ke celah penciuman dan
5 hidung atau kavum nasi kanan dan kavum nasi kiri
menyebabkan hilangnya indera penciuman. Hal ini yang dipisahkan oleh septum nasi. Setiap kavum nasi
didukung penelitian Guerrero et al. (2007) terhadap mempunyai vestibulum yaitu daerah pada bagian
6
110 pasien rinosinusitis kronis dengan polip hidung. anterior yang dilapisi kulit dan mengandung kelenjar
Sumbatan hidung merupakan gejala yang paling sebasea, folikel rambut, serta rambut bernama
banyak ditemukan (95%), diikuti dengan perubahan 11
vibrise.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode April 2019 - Mei 2019 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Kavum nasi kanan dan kiri memiliki 4 buah septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto
dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan rontgen menunjukkan adanya infeksi sinus. Sinus
superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi frontal dipisahkan oleh tulang dari orbita dan fosa
yang dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Dinding serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal
13
lateral rongga hidung memiliki tiga buah penonjolan mudah menjalar ke daerah ini. Infeksi pada sinus
bilateral dinding hidung yang disebut konka, kadang- frontal sering dikaitkan dengan infeksi sinus maksilaris
7 karena pintu masuk kedua sinus tersebut sangat dekat
kadang berjumlah empat.
11
Konka yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah satu sama lain.
konka inferior, kemudian yang lebih kecil adalah konka Sinus Etmoid
media, konka superior, sedangkan yang terkecil
disebut konka suprema. Konka suprema ini biasanya Sinus etmoid berisi sel etmoid, yang berperan
8
rudimenter. Meatus merupakan rongga sempit yang penting dalam sensasi penciuman, humidifikasi,
terletak diantara konka dan dinding lateral hidung. ventilasi, dan fonasi. Sinus etmoid berongga-rongga
Meatus terdiri dari meatus supe rior, media,dan dan berbentuk seperti piramid, dibagi menjadi sinus
inferior.
11 etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan
sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus
Sebuah kompartemen kecil terletak di antara posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm,
konka media dan dinding lateral rongga hidung dan tinggi 2,4 cm, lebarnya 0,5 cm di bagian anterior dan
disebut kompleks ostiomeatal (KOM). Kompleks 1,5 cm di bagian posterior. Bagian terdepan sinus
osteomeatal merupakan unit fungsional pada etmoid ethmoid anterior berhubungan dengan sinus frontal
anterior dan jalur akhir drainase sinus etmoid anterior, dan bagian belakang sinus etmoid posterior
maksila, dan sinus frontalis. Obstruksi KOM berbatasan dengan sinus sfenoid.
13
menyebabkan lingkaran peristiwa yang
mengakibatkan sinusitis, dimana terjadi stagnasi Sinus Sfenoid
mukosa yang menurunkan aliran udara dan
12 Sinus sfenoid terletak di dasar tengkorak
menyebabkan obstruksi lebih lanjut.
pada persimpangan fossa serebri media dan anterior.
Anatomi Sinus Paranasal Bagian superior sinus sfenoid berbatasan dengan
fossa serebri media dan kelenjar hipofisa, bagian
Sinus paranasal terdiri dari empat pasang inferior berbatasan dengan atap nasofaring, sebelah
sinus, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan arteri
sinus frontal, sinus etmoid, dan sinus sfenoid kanan karotis interna, dan sebelah posteriornya berbatasan
dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil dengan fossa serebri posterior di daerah pons.
13
pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk
rongga di dalam hidung dan terisi udara yang tersedot
13
dari kavitas nasi.
Sinus Maksila

Sinus maksila berbentuk piramid dan


merupakan sinus pertama yang muncul (7-10 minggu
masa janin). Sinus ini adalah sinus paranasal yang
terbesar dan bervolume 6-8 ml saat lahir, lalu
berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai
13
ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa. Dinding
medial dari sinus maksila memisahkan sinus maksila
dari rongga hidung, dinding posterior menghadap
tuberositas maksila, dinding bagian atas merupakan
lantai orbital, dan pada bagian bawah terdapat
11
prosesus alveolaris.
Letak ostium sinus maksila yang lebih tinggi
dari dasar sinus menyebabkan drainase hanya
Gambar 2.1. Anatomi Hidung dan Sinus
tergantung dari gerak silia, ditambah drainase harus 12
melalui infundibulum yang sempit. Infundibulum Paranasal
adalah bagian dari sinus etmoid anterior dimana Histologi Hidung dan Sinus Paranasal
pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah
ini dapat menghalangi drainase maksila dan Permukaan dalam nares anterior memiliki
menyebabkan sinusitis. Sinusitis maksila dapat banyak kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan rambut
13
menyebakan komplikasi ke orbita. vibrise. Epitel nares kehilangan sifat tanduknya di dalam
vestibulum dan menjadi epitel respirasi sebelum masuk
Sinus Frontal
ke dalam fossa nasalis. Konka superior dilapisi oleh epitel
Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai olfaktori khusus, sedangkan konka media dan inferior
terbentuk sejak bulan keempat fetus dan mencapai dilapisi epitel respirasi. Meatus memperbaiki
ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun. Tinggi sinus pemeliharaan udara inspirasi dengan menambah luas
permukaan yang mengandung epitel respirasi dan
frontal adalah 2,8 cm, lebarnya 2,4 cm, dan dalamnya
menimbulkan turbulensi udara sehingga
2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi
sinus berlekuk-lekuk. Tidak adanya gambaran septum-

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode April 2019 - Mei 2019 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

kontak antara arus udara dan lapisan mukosa gerakan silia sama pentingnya dengan sifat biokimia,
bertambah. fisik dan kimia dari lender.
7

Lamina propria konka memiliki banyak Palut lendir terdiri dari lapisan mukosa yang
pleksus venosus yang dikenal sebagai badan-badan terletak superfisial dan lapisan serosa yang terletak
bergelembung. Setiap 20-30 menit, badan-badan lebih dalam. Sekret mukosa dan serosa tersebut
bergelembung pada salah satu fossa nasalis penuh dihasilkan oleh sel goblet dan kelenjar pada mukosa
dengan darah sehingga mukosa konka teregang dan hidung. Lembaran palut lendir tersebar pada mukosa
aliran udara menurun. Selama waktu ini, sebagian normal dan mengambang di atas silia yang
besar darah berjalan melalui fossa nasalis lainnya. membawanya menuju nasofaring. Cairan mukus lebih
Oklusi yang terjadi secara periodik ini mengurangi elastik dan banyak mengandung protein plasma
aliran udara, sehingga epitel respirasi dapat seperti albumin, IgG, IgM, dan faktor komplemen,
memperbaiki diri dari keausan. Reaksi-reaksi alergi sedangkan cairan serosa mengandung laktoferin,
dapat menyebabkan pembesaran abnormal badan lisozim, inhibitor lektoprotease sekretorik, dan IgA
bergelembung pada kedua fossa nasalis dan sekretorik. Ketinggian lapisan serosa sangat
12 11
mengakibatkan gangguan aliran udara yang berat. mempengaruhi efisiensi gerakan silia.
Sinus paranasal dilapisi epitel respirasi Glikoprotein pada mukus berperan dalam
bagian bawah yang mengandung sedikit sel goblet. pertahanan lokal yang bersifat antimikrobial. IgA
Lamina propria hanya mengandung sedikit kelenjar- berfungsi untuk mengeluarkan mikroorganisme dari
kelenjar kecil dan kontinyu dengan periosteum yang jaringan dengan mengikat antigen tersebut pada
berdekatan. Mukus yang dihasilkan dalam rongga ini lumen saluran napas, sedangkan IgG beraksi di dalam
dialirkan ke dalam rongga hidung dengan bantuan sel- mukosa dengan memicu reaksi inflamasi jika terpajan
11 13
sel bersilia. dengan antigen bakteri.
Transportasi mukosiliar normal penting untuk
pemeliharaan hidung dan sinus yang sehat. Bersihan
Fisiologi Hidung dan Sinus Paranasal mukosiliar yang baik akan mencegah terjadinya infeksi
di dalam hidung dan sinus paranasal. Hal ini jelas
Hidung merupakan saluran respirasi yang terlihat pada rinosinusitis kronik. Adanya suatu
pertama kali dilewati udara. Hidung berfungsi sebagai inflamasi dan infeksi yang menyebabkan dilepasnya
‘air-conditioner’ bagi paru-paru dengan menyaring, mediator seperti vasoaktif amin, protease, asam
memurnikan udara inspirasi, menyesuaikan suhu dan arakidonat metabolit, lipolisakarida, dan lain-lain
kelembaban sebelum masuk ke dalam paru-paru. mengakibatkan kerusakan mukosa hidung dan terjadi
Hidung berperan dalam proteksi saluran respirasi disfungsi mukosiliar. Disfungsi mukosiliar
11 menyebabkan terjadinya stagnasi mukus, akibatnya
bawah dengan berbagai mekanisme.
bakteri akan semakin mudah untuk berkolonisasi dan
Bakteri, virus, dan partikel debu yang infeksi akan kembali terjadi. Pasien dengan
terinspirasi akan terperangkap oleh mukus hidung dan rinosinusitis kronis telah ditemukan memiliki gangguan
dibawa ke nasofaring untuk ditelan. Sekret hidung 14
mengandung immunoglobulin A, E, dan interferon, pembersihan mukosiliar.
juga enzim lisozim yang dapat menghancurkan bakteri
dan virus. Refleks bersin pada hidung mencegah
masuknya partikel asing yang mengiritasi mukosa Rinosinusitis Kronis dengan Polip Hidung
hidung masuk ke dalam saluran respirasi bawah.
Peran hidung lainnya adalah sebagai indera Definisi Rinosinusitis Kronis dengan Polip Hidung
11
penciuman dan resonansi suara.
Rinosinusitis kronis (RSK) didefinisikan sebagai
Sinus paranasal dikaitkan dengan berbagai inflamasi hidung dan sinus paranasal selama ≥12 minggu
fungsi, yaitu sebagai pengatur kondisi udara, penahan yang ditandai dengan adanya dua atau lebih gejala dan
suhu, dan membantu resonansi suara namun teori salah satu dari temuan nasoendoskopi (polip hidung
tersebut dianggap tidak bermakna karena tidak terdapat dan/atau sekret mukopurulen dari meatus medius
bukti yang mendukung. Fungsi lain sinus paranasal dan/atau edema/obstruksi mukosa di meatus medius)
adalah memproduksi mukus dalam jumlah kecil, namun serta/atau gambaran tomografi komputer berupa
efektif untuk membersihkan partikel yang turut masuk perubahan mukosa di kompleks osteomeatal dan/atau
dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar dari sinus. Salah satu gejala termasuk hidung tersumbat atau
meatus medius, tempat yang paling strategis. Selain itu, pilek (sekret hidung anterior/ posterior). Gejala lainnya
umumnya diyakini bahwa sinus paranasal membentuk adalah nyeri wajah/rasa tertekan di wajah dan/atau
struktur kerangka untuk membantu melindungi otak dari penurunan/hilangnya penghidu.
2
13
trauma tumpul frontal.
Rinosinusitis kronis dibagi menjadi RSK
Sistem Transpor Mukosiliar dengan polip hidung dan RSK tanpa polip hidung.
Rinosinusitis kronis dengan polip hidung adalah
Sistem transpor mukosiliar merupakan sistem rinosinusitis kronis seperti dijelaskan pada kriteria di
pertahanan aktif rongga hidung terhadap virus, bakteri, atas dan terdapat polip bilateral yang divisualisasikan
jamur, atau partikel berbahaya lain yang terhirup bersama 2
dengan endoskopi dalam meatus tengah. tersebut
udara. Transpor mukosiliar atau bersihan mukosiliar terdiri berbeda dengan polip antrokoanal yang ditandai
dari gerakan silia dan palut lendir yang bekerja secara dengan polip soliter dan polip pada sindroma fibrosis
simultan. Jumlah, struktur dan dan kistik, dimana keduanya didominasi oleh infiltrat

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode April 2019 - Mei 2019 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

neutrofil sedangkan polip pada RSK umumnya 2


sinus berkisar antara 50% sampai 84%. Pasien
15 dengan rinitis alergi memiliki mukosa hidung yang
merupakan polip eosinofilik.
edema, kerusakan silia hidung, dan peningkatan
sekresi yang dapat menyebabkan penyumbatan
drainase dari sinus. Eosinofil yang meningkat pada
Epidemiologi Rinosinusitis Kronis dengan Polip rinitis alergi dapat menyebabkan peradangan kronis
20
Hidung pada mukosa, bahkan ketika bakteri tidak ada.
Rinitis alergi terbukti secara klinis berperan dalam
Rinosinusitis kronis dengan polip hidung adalah patogenesis polip hidung melalui proses peradangan
kondisi peradangan yang kompleks dan dapat mengenai 17
jangka panjang mukosa hidung.
semua kelompok umur, jenis kelamin, dan ras. Penyakit
4 Asma bronkial
ini diperkirakan berkisar 0,2-4 %. Survey pada 4300
wanita dan laki-laki berusia 18 hingga 65 tahun di
Finlandia Selatan didapatkan prevalensi RSK dengan Asma merupakan penyakit global dimana
5 diperkirakan 334 juta orang di dunia menderita asma,
polip hidung sebesar 4,3%. Hasil penelitian di Skovden, terutama di negara berpenghasilan menengah dan
Swedia menunjukkan prevalensi RSK dengan polip 15
rendah. Pasien RSK dengan polip hidung sering
hidung sekitar 2,7% dari orang dewasa, lebih banyak 16
pada laki-laki dengan rasio 1,3-2,2 : 1, dan insiden muncul dengan penyakit asma bronkial. Asma terdapat
3 pada 26% penderita RSK dengan polip hidung.
puncak antara usia 45 dan 65.
Penelitian lain yang
Hal ini didukung dengan hasil penelitian dilakukan oleh Staikūnienė et al. (2008) pada 121
retrospektif sejak 2003-2013 pada 492 pasien RSK pasien dengan diagnosa RSK didapatkan 48 dari
dengan polip hidung yang berobat ke pusat pelayanan pasien tersebut menderita asma (39,6%). Mayoritas
tersier di Northwestern dimana wanita lebih sedikit pasien yang memiliki riwayat asma tersebut juga
menderita RSK dengan polip hidung (38%) dan memiliki polip hidung. Asma bronkial dan RSK dengan
11
insiden puncak terjadi pada usia 46 tahun. polip hidung merupakan proses inflamasi kronis yang
Rinosinusitis kronis dengan polip hidung meningkat melibatkan mukosa saluran napas. Mukosa saluran
seiring dengan bertambahnya umur. Hal ini berkaitan napas pada pasien RSK dengan polip hidung dan
dengan penurunan imunitas, terutama barrier epitel 17
asma mengalami peningkatan infiltrat eosinophil.
16
mukosa hidung.
Defek silia
Penyakit ini sangat jarang pada anak. Polip
pada anak umumnya berkaitan dengan sindroma Silia memainkan peran penting dalam
17 pembersihan hidung dan sinus paranasal serta
fibrosis kistik yang berbeda dengan polip pada RSK.
Laki-laki lebih banyak menderita RSK dengan polip pencegahan peradangan kronis. Pasien dengan RSK
hidung dikaitkan dengan kebiasaan merokok yang telah ditemukan memiliki gangguan pembersihan
18 12
tinggi. Biaya perawatan kesehatan nasional RSK di mukosiliar. Rinosinusitis kronis dan polip hidung
US sangat tinggi yaitu diperkirakan sekitar 8.6 milyar umum ditemui pada pasien dengan defek silia seperti
1 2
dolar per tahun. Belum didapatkan studi yang diskinesia silia primer dan sekunder.
memberikan perkiraan biaya langsung yang terkait Sensitivitas aspirin
dengan manajemen RSK dengan polip hidung, namun
hasil studi menunjukkan bahwa dibandingkan dengan Pasien dengan sensitivitas aspirin, 36- 96%
RSK tanpa polip hidung, durasi RSK dengan polip
dari mereka memiliki RSK dengan polip hidung dan
hidung lebih lama, beban yang ditimbulkan akibat
hingga 96% memiliki perubahan radiografi pada sinus
gejala lebih besar, polip mudah sekali tumbuh kembali
(rekuren), penggunaan obat yang lebih besar, dan paranasal. Pasien dengan sensitivitas aspirin, asma,
1,3 dan polip hidung biasanya non-atopik serta meningkat
lebih sering menyebabkan manajemen bedah. 2
di atas usia 40 tahun. Kejadian RSK dengan polip
hidung yang meningkat pada pasien intoleransi aspirin
dikaitkan dengan regulasi yang abnomal pada
Etiologi dan Patogenesis Rinosinusitis Kronis biosintesis prostaglandin E2 (PGE2). PGE2
dengan Polip Hidung merupakan hasil metabolisme asam arakidonat (AA)
oleh enzim cyclooxygenase (COX) dan berperan
RSK dengan polip hidung berkaitan dengan penting dalam pemeliharaan homeostasis dan
berbagai faktor, baik faktor lokal maupun sistemik. 7
modulasi respon inflamasi saluran udara.
Kontrol faktor tersebut penting dalam manajemen RSK
dengan polip hidung. Setiap faktor yang menyebabkan Defisiensi Imun
obstruksi ostium sinus, disfungsi mukosiliar, dan
defisiensi imun merupakan faktor predisposisi Pada kondisi yang berhubungan dengan
19 disfungsi sistem kekebalan tubuh, defisiensi imun
terjadinya RSK dengan polip hidung. Faktor tersebut
antara lain: bawaan memperlihatkan gejala di awal kehidupan.
Namun, disfungsi sistem imun juga dapat terjadi di
2
Rinitis Alergi kemudian hari dan muncul dengan RSK. Prevalensi
rinosinusitis kronis pada penderita HIV didapatkan
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa RSK 10
sebanyak 12%. Keadaan defisiensi imun
dan rinitis alergi memiliki kesamaan dalam epidemiologi, 4
20 menyebabkan RSK menjadi refrakter.
patofisiologi, dan pengobatan. Penanda atopi banyak
didapatkan pada populasi dengan RSK, termasuk RSK Saat awal pembentukan polip ditemukan
dengan polip hidung. Jumlah skin prick test positif pada edema mukosa yang kebanyakan terjadi di daerah
pasien RSK yang menjalani operasi meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode April 2019 - Mei 2019 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

cairan interseluler, sehingga mukosa yang sembab dan nasofaring), polip etmoid, polip antrokoanal. Post
akan menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, nasal drip merupakan salah satu kriteria diagnostik pada
mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian RSK. Namun, rinoskopi posterior pada beberapa kasus
akan turun kedalam rongga hidung sambil membentuk tidak dapat dilakukan terutama pada anak-anak.
5
11
tangkai, sehingga terbentuk polip
Nasoendoskopi

Nasoendoskopi memberi informasi dan


Gejala Klinis Rinosinusitis Kronis dengan Polip visualisasi yang lebih baik dibandingkan dengan
Hidung rinoskopi anterior untuk pemeriksaan meatus media
dan superior, nasofaring, serta jalur drainase
Banerji et al. (2007) melaporkan hasil studi 2
mukosiliar. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan karena
pada 126 pasien RSK bahwa pasien RSK dengan dapat menunjukkan kelainan yang tidak dapat terlihat
polip hidung lebih sering mengalami tiga dari empat dengan rinoskopi anterior, misalnya sekret purulen
kriteria mayor RSK yaitu hiposmia/anosmia, sumbatan minimal di meatus medius atau superior, polip kecil,
hidung, dan sekret purulen/discharge hidung. dan lain-lain.
Sumbatan dan discharge hidung umum terjadi pada
pasien RSK dengan polip hidung dan RSK tanpa polip Nasoendoskopi lebih baik dalam mendeteksi
hidung, adapun hiposmia sering terjadi pada pasien perubahan polipoid mukosa di kompleks ostiomeatal.
RSK dengan polip hidung sedangkan nyeri wajah Hal ini dapat membantu dalam diagnosis dini dan
5
berkaitan dengan pasien RSK tanpa polip hidung. penatalaksanaan medis penyakit sinonasal sehingga
Gangguan penciuman sering terjadi, sebuah studi mencegah pasien dari paparan bedah yang tidak
epidemiologi berdasarkan populasi menemukan perlu. Nasoendoskopi cukup tersedia, murah, dan
bahwa riwayat polip hidung meningkatkan risiko gambar endoskopi dapat ditangkap dan direkam untuk
terjadinya gangguan penciuman. Polip hidung 9
dokumentasi.
mengganggu fungsi penciuman dengan menghalangi
saluran hidung dan mencegah rangsangan bau Pemeriksaan Histopatologi
17
mencapai neuroepitelium olfaktorius.
Diagnosis pasien RSK dengan polip hidung
Sumbatan hidung merupakan salah satu dari biasanya dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis dan
gejala RSK yang paling sering dilaporkan. Sumbatan jarang membutuhkan pemeriksaan histolopatogi.
hidung diakibatkan pelebaran sinusoid vena sebagai Namun, ketika pasien dipilih untuk terapi bedah polip,
akibat dari peradangan, edema, fibrosis, dan poliposis umumnya pemeriksaan histopatologi rutin dilakukan.
hidung, dimana hanya sebagian yang reversibel oleh Pemeriksaan dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil
dekongestan topikal. Keluhan lainnya adalah gangguan 7
pemeriksaan klinis.
tidur akibat obstruksi hidung. Kualitas tidur yang buruk
menyebabkan kelelahan, mengantuk di siang Biopsi pada RSK dengan polip hidung
hari sehingga produktivitas menurun, dan membagi penyakit ini menjadi tipe eosinofilik dan
2 neutrofilik berdasarkan jenis sel inflamasi dominan
berkurangnya kualitas hidup. 12
pada jaringan. Polip tipe eosinofilik memberikan
respons yang lebih baik terhadap pengobatan
kortikosteroid intranasal dibandingkan polip tipe
Pemeriksaan Rinosinusitis Kronis dengan Polip 13
neutrofilik.
Hidung
Pencitraan
Pasien RSK dengan polip hidung umumnya
datang dengan hidung tersumbat. Sumbatan hidung Foto polos sinus, meskipun biayanya lebih
dapat terjadi oleh beberapa faktor sehingga perlu murah dan cukup tersedia, kegunaannya terbatas
anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik THT, dan untuk diagnosis rinosinusitis dibandingkan CT-Scan
2,8 dan MRI. CT-Scan adalah pencitraan yang paling
pemeriksaan penunjang sesuai indikasi .
Pemeriksaan yang dibutuhkan adalah: umum digunakan untuk evaluasi penyakit inflamasi
mukosa sinus. CT-Scan memungkinkan evaluasi yang
Rinoskopi Anterior optimal dari anatomi tulang sinus paranasal, jalur
10
drainase, serta mukosa yang patologis. Namun, CT-
Rinoskopi anterior adalah pemeriksaan Scan tidak harus dianggap sebagai langkah utama
rongga hidung bagian dalam dari depan menggunakan dalam diagnosis, kecuali ada tanda- tanda unilateral
8
spekulum hidung. Pemeriksaan rinoskopi anterior dan gejala atau tanda-tanda mengancam lainnya,
memberikan hasil yang terbatas, namun tetap saja serta menunjang pemeriksaan endoskopi setelah
pemeriksaan rinoskopi anterior merupakan langkah kegagalan terapi medis. MRI tidak memiliki risiko
pertama dalam memeriksa pasien dengan penyakit radiasi seperti CT-Scan dan lebih baik dalam
2
ini. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior polip hidung menggambarkan jaringan lunak dibanding CT-Scan.
2
terlihat sebagai massa yang berwarna pucat, berasal
2
dari meatus media, dan mudah digerakkan.
Rinoskopi Posterior Diagnosis Rinosinusitis Kronis dengan
Polip Hidung
Rinoskopi posterior memperlihatkan bagian
belakang hidung dan nasofaring. Hasil yang dapat Diagnosis RSK dengan polip hidung
ditemukan pada rinoskopi posterior antara lain post nasal ditegakkan jika terdapat dua atau lebih gejala selama
drip (sekret purulen pada bagian belakang hidung lebih dari 12 minggu, salah satunya harus berupa

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode April 2019 - Mei 2019 7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

hidung tersumbat/obstruksi/kongesti/discharge (sekret yang terjadi pada RSK dengan polip hidung lebih
hidung anterior/posterior): ± nyeri wajah /rasa tertekan 2
parah daripada RSK tanpa polip hidung.
di wajah dan ± penurunan/ hilangnya penghidu serta
pada hasil pemeriksaan nasoendoskopi didapatkan
2
polip bilateral yang terlihat dari meatus media.
ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN
Penatalaksanaan Rinosinusitis Kronis dengan
Polip Hidung Nama : Ny. Y
Unur : 53 tahun
Terapi RSK dengan polip hidung terbagi atas Jenis Kelamin : Perempuan
terapi medikamentosa dan bedah. Terapi awal untuk Pekerjaan : Guru
RSK dengan polip hidung derajat 1 adalah No. MR : 01039422
kortikosteroid intranasal. Kortikosteroid intranasal telah Tanggal Pemeriksaan: 22 Januari 2019
terbukti mengecilkan polip hidung dan mengurangi Alamat : Padang, Sumatera Barat
gejala. Kortikosteroid sistemik diberikan pada pasien Status : Sudah Menikah
derajat 2 dan 3 sebelum dilakukan terapi operatif, Nageri Asal : Indonesia
namun pemberian harus dengan dosis dan durasi Nama Ibu Kandung : Rusyidah
pengobatan yang minimum untuk meminimalisir efek Agama : Islam
2,8
samping Suku : Minangkabau
Nomor HP : 082229292****
Tatalaksana operatif diindikasikan pada
pasien yang tidak memberikan respon yang adekuat
terhadap pengobatan medikamentosa sebab pada
sebagian besar kasus, pengobatan medikamentosa ANAMNESIS
yang adekuat sama efektifnya dengan operasi Bedah
Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF) merupakan Seorang pasien perempuan, Ny.Y berusia 53
prosedur invasif minimal yang dilakukan untuk tahun datang ke RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada
memulihkan aliran mukosiliar dengan cara tanggal 22 Januari 2019, dengan:
mengangkat jaringan-jaringan yang mengobstruksi
kompleks ostiomeatal (KOM). Pasien yang menjalani Keluhan Utama :
14
BSEF memerlukan perawatan pasca operasi.
Lubang hidung kiri dan kanan rasa tersumbat yang
semakin memberat sejak 3 tahun sebelum masuk
rumah sakit
Rekurensi Rinosinusitis Kronis dengan Polip
Hidung Riwayat Penyakit Sekarang :
Rinosinusitis kronis dengan polip hidung - Lubang hidung kiri dan kanan rasa tersumbat
20
sering mengalami kekambuhan. Penelitian Philpott yang semakin memberat sejak 3 tahun
et al. (2014) menunjukkan 57% pasien RSK dengan sebelum masuk rumah sakit
polip hidung memiliki riwayat operasi polip dan 46% - Keluhan sudah dirasakan sejak tahun 1983
dari pasien tersebut telah menjalani lebih dari satu kali (36 tahun sebelum masuk rumah sakit)
10
operasi. Hasil penelitian Akhtar et al. (2010) - Pada awalnya hidung yang tersumbat adalah
menunjukkan 36 pasien (19%) dari 192 pasien yang hidung sebelah kiri kemudian diikuti hidung
menjalani operasi polip hidung mengalami rekurensi. sebelah kanan
Adanya penyakit penyerta seperti asma, riwayat alergi, - Keluhan hidung tersumbat dikeluhkan secara
dan intoleransi terhadap aspirin meningkatkan bergantian
kejadian rekurensi penyakit RSK dengan polip hidung. - Terdapat riwayat bersin-bersin di pagi hari
Faktor lainnya adalah teknik bedah, riwayat operasi lebih dari 5 kali serangan dan disertai rasa
11
polip sebelumnya, dan derajat polip. Fokkens et al. gatal pada hidung dan mata semenjak kecil
(2012) merekomendasikan kortikosteroid intranasal - Keluhan keluar cairan dari hidung ada, hilang
2
pasca bedah untuk mencegah rekurensi. Hasil studi timbul, berwarna bening, encer, dan hijau
Wright and Agrawal (2007) menunjukkan bahwa - Terdapat keluhan penurunan penciuman
pemberian kortikosteroid setelah operasi dapat semenjak 5 tahun sebelum masuk rumah
mengurangi insiden rekurensi polip dan meningkatkan sakit, makin lama makin menghilang
19
efikasi terapi bedah. - Keluhan rasa ingus yang tertelan ada
- Sakit kepala hilang timbul semenjak 10 tahun
sebelum masuk rumah sakit
- Nyeri pada wajah kiri dan kanan ada
Komplikasi Rinosinusitis Kronis dengan Polip
- Keluhan nyeri tekan pada hidung tidak ada
Hidung - Keluhan penurunan pendengaran tidak ada
- Nyeri pada telinga tidak ada
Komplikasi RSK dengan polip hidung jarang dan
- Terasa penuh pada telinga ada sejak 3 tahun
sebagian besar disebabkan efek pada tulang sekitarnya.
yang lalu
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu erosi dan ekspansi - Riwayat demam, batuk, pilek hilang timbul ada
tulang akibat polip, osteitis, pembentukan tulang sejak 5 tahun sebelum masuk rumah sakit
metaplastik, dan neuropati optik. Erosi tulang - Riwayat telinga berdenging tidak ada
- Mual muntah tidak ada

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode April 2019 - Mei 2019 8
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

- Pasien alergi cuaca dingin, debu, dan Massa - -


makanan laut
Bau - -
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sekret(-)/ Warna - -
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini
Serumen
sebelumnya. Jumlah - -

Riwayat Penyakit Keluarga : Jenis - -

Ibu kandung pasien menderita keluhan yang Membran Timpani


sama seperti pasien
Warna Putih Putih
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan keabuan keabuan
Kebiasaan:
Refleks + +
Pasien seorang guru SMP, kebiasaan merokok tidak Utuh cahaya
ada, kebiasaan minum alkohol tidak ada
Bulging - -
PEMERIKSAAN FISIK
Retraksi - -
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Atrofi - -
Kesadaran Umum : Komposmentis Kooperatif
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Jumlah - -
Nadi : 88 kali/menit perforasi
Nafas :19 kali/menit
0
Suhu : 37,5 C Perforasi Jenis - -
Berat badan : 61 kg
Tinggi badan : 170 cm Kwadran - -
IMT : 20,98
Status Gizi : Baik Pinggir - -

Pemeriksaan sistemik Tanda - -


radang
Kepala : normocephal
Mata :Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Fistel - -
ikterik Mastoid
Leher : Tidak ada pembesaran KGB Sikatrik - -
Toraks : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan Nyeri tekan - -
Eksremitas : Akral Hangat, CRT <2 detik
Nyeri ketok - -

STATUS LOKALIS THT Rinne + +

Schwabach Sama Sama


Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
dengan dengan
Tes Garpu tala pemeriksa pemeriksa
Kel. - -
Kongenital
Weber Tidak adalateralisasi
Trauma - -
Kesimpulan Normal
Daun Telinga Radang - - -
Audiometri -
Kel. - -
Metabolik Timpanometri -

Nyeri tarik - - Hidung

Nyeri tekan - -
Pemeriksaan Kelainan
Cukup Cukup Cukup Deformitas -
lapang (N) lapang lapang Kelainan -
DindingLiang Hidung luar congenital
Sempit - - Trauma -
Telinga Radang -
Hiperemi - - Massa -

Edema - -

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode April 2019 - Mei 2019 9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Sinus paranasal Konkha Ukuran - -


Warna - -
Pemeriksaan Dextra Sinistra superior Permukaan - -
Nyeri tekan + + Edema - -
Nyeri ketok + + Adenoid Ada/tidak Ada Ada
Rinoskopi Anterior Tertutup - -
Muara tuba secret
eustachius Edema - -
mukosa
Vestibulum Vibrise + +
Lokasi - -
Radang - -
Kavum Cukup lapang + + Massa Ukuran - -
nasi (N) Bentuk - -
Sempit - - Permukaan - -
Lapang - - Post Nasal Ada/tidak Ada Ada
Sekret Lokasi - - Drip Jenis Mukoid Mukoid
Jenis Mukoid Mukoid Orofaring dan mulut
Jumlah - -
Bau - -
Konka Ukuran Sulit Sulit Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
inferior dinilai dinilai Trismus -
Warna Sulit Sulit Uvula Edema -
dinilai dinilai Bifida -
Permukaan Sulit Sulit Palatum mole Simetris/t Simetris Simetris
dinilai dinilai + Arkus faring idak
Edema Sulit Sulit Warna Merah Merah
dinilai dinilai muda muda
Konka Ukuran Sulit Sulit
Edema - -
media dinilai dinilai
Bercak/e - -
Warna Sulit Sulit
ksudat
dinilai dinilai
Dinding Faring Warna Merah Merah
Permukaan Sulit Sulit
muda muda
dinilai dinilai Permuka Licin Licin
an
Edema Sulit Sulit Tonsil Ukuran T2 T2
dinilai dinilai Warna Merah Merah
Septum Cukup Sulit dinilai muda muda
lurus/deviasi Permuka Licin Licin
Permukaan - - an
Warna - - Muara Tidak Melebar
Spina - - kripti
Krista - - Detritus - -
Abses - - Eksudat - -
Perforasi - - Perlengk - -
Massa Lokasi - - etan
Bentuk Polipoid Polipoid dengan
Ukuran - - pilar
Permukaan Licin Licin Peritonsil Warna Merah muda
Mengkilat Mengkilat
Edema - -
Warna Putih Putih
Pucat Pucat Abses - -
Konsistensi - - Tumor Lokasi - -
Mudah + + Bentuk - -
digoyang Ukuran - -
Pengaruh + + Permuka - -
vasokonstriktor an
Rinoskopi Posterior Konsiste - -
nsi
Karies/ra - -
Gigi diks
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Kesan Hygiene Hygiene
Cukup Cukup Cukup baik baik
Koana lapang (N) Lapang Lapang Warna Merah Merah
Sempit - - Lidah muda muda
Lapang - - Bentuk Normal Normal
Warna - - Deviasi - -
Mukosa Edema - - Massa - -
Jaringan - -
granulasi Laringoskopi Indirek : Tidak dilakukan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode April 2019 - Mei 2019 10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Pemeriksaan fisik :


Bentuk - - Keadaan umum sakit sedang, telinga dan tenggorok
Warna - - tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan rinoskopi
Epiglottis Edema - - anterior terlihat massa pada kedua kavum nasi yang
Pinggir - - berwarna putih pucat, mengkilat, licin, mudah
rata/tidak digoyangkan/digerakkan, dan tidak menyebabkan
Massa - - nyeri jika disentuh.
Warna - -
Diagnosis Utama :
Aritenoid Edema - -
Massa - - - Rinosinusitis kronik dengan
Gerakan - -
polip Terapi Anjuran :
Ventrikular Band Warna - -
Edema - - - Polipektomi + BSEF
Massa - -
Warna - - Prognosis:
Plika Vokalis Gerakan - -
Pinggir - - - Quo ad Vitam : dubia et bonam
medial - Quo ad Sanam : dubia et bonam
Massa - - - Quo ad Fungsionam : dubia et bonam
Subglotis/trachea Massa - -
Sekret - -
ada/tidak DISKUSI
Sinus piriformis Massa - - Pasien seorang perempuan usia 53 tahun
Sekret - - datang ke Poliklinik THT-KL RSUP Dr.Mjamil dengan
Valekule Massa - - diagnosis kerja rhinosinusitis kronik dengan polip.
Sekret - - Diagnosis kerja ditegakkan berdasarkan anamnesis
(jenisnya) dan pemeriksaan fisik.
Pasien ini menderita rinitis alergi semenjak
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher kecil hal ini menyebabkan mukosa hidung dapat
edema, kerusakan silia hidung, dan peningkatan
• Pada inspeksi tidak terlihat pembesaran kelenjar sekresi yang dapat menyebabkan penyumbatan
drainase dari sinus. Kemudian eosinofil yang
getah bening leher.
meningkat pada rinitis alergi dapat menyebabkan
• Pada palpasi tidak teraba pembesaran kelenjar peradangan kronis pada mukosa, walaupun ketika
getah bening leher. bakteri tidak ada. Rinitis alergi terbukti secara klinis
berperan dalam patogenesis polip hidung melalui
proses peradangan jangka panjang mukosa hidung.

RESUME (DASAR DIAGNOSIS) Pada pasien ini terjadi inflamasi pada hidung
dan sinus paranasal selama ≥12 minggu dan
Anamnesis: ditemukannya polip hidung pada pemeriksaan
rinoskopi anterior serta postnasal drip pada
Seorang pasien perempuan usia 53 tahun dengan pemeriksaan rinoskopi posterior. Selain itu, pada
nomor MR 01039422 datang ke poliklinik THT RSUP pasien ini ditemukan hidung tersumbat atau pilek dan
Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 22 April 2019 terdapat sekret yang mukoid. Gejala lainnya pada
dengan keluhan utama lubang hidung kiri dan kanan pasien ini adalah nyeri wajah/rasa tertekan di wajah
rasa tersumbat yang semakin memberat sejak 3 tahun dan/atau penurunan/hilangnya penghidu. Gejala-
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan sudah dirasakan gejala ini sesuai dengan kriteria diagnosis pada
sejak tahun 1983 (36 tahun sebelum masuk rumah rhinosinusitis kronik dengan polip.
sakit). Pada awalnya hidung yang tersumbat adalah
hidung sebelah kiri kemudian diikuti hidung sebelah Pemeriksaan penunjang seperti
kanan. Keluhan hidung tersumbat dikeluhkan secara nasoendoskopi dan CT Scan sinus paranasal juga
bergantian. Terdapat riwayat bersin-bersin di pagi hari dibutuhkan untuk melakukan evaluasi terhadap
lebih dari 5 kali serangan dan disertai rasa gatal pada penyakit pasien ini, dengan pemeriksaan ini kita dapat
hidung dan mata semenjak kecil. Keluhan keluar menentukan asal tumbuhnya polip dan mengetahui
cairan dari hidung ada, hilang timbul, berwarna apakah telah ada komplikasi-komplikasi yang dapat
bening, encer, dan hijau. Terdapat keluhan penurunan mempersulit tindakan nanti. Selain itu kita juga dapat
penciuman semenjak 5 tahun sebelum masuk rumah melakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk
sakit, makin lama makin menghilang. Keluhan rasa menentukan jenis polip pasien, apakah jenis polip
ingus yang tertelan ada. Sakit kepala hilang timbul eosinofilik atau jenis polik netrofilik.
semenjak 10 tahun sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
Terapi polip dapat berupa medikamentosa dan
pada wajah kiri dan kanan ada. Terasa penuh pada
operatif, namun berdasarkan beberapa kepustakaan
telinga ada sejak 3 tahun yang lalu . Riwayat demam,
tindakan operatif dilakukan jika gagal dengan terapi
batuk, pilek hilang timbul ada sejak 5 tahun sebelum
medikamentosa yaitu terapi kortikosteroid lokal atau
masuk rumah sakit. Pasien alergi cuaca dingin, debu,
dan makanan laut. Ibu kandung pasie juga menderita topikal. Pada pasien ini kemungkinan akan terjadi
keluhan yang sama dengan pasien rekurensi karena diperkirakan disebabkan oleh alergi,
sehingga perlu edukasi pada pasien agar menghindari

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode April 2019 - Mei 2019 11
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

allergen yang dapat mencetuskan serangan alergi S, Kumar N, Robertson S,


pada pasien. Farboud A. (2014). The burden
of revision sinonasal surgery in
DAFTAR PUSTAKA the UK-data from Chronic
Rhinosinusitis Epidemiology
1. Bhattacharyya N. (2011). Study (CRES): A cross-
Incremental health care sectional study. BMJ Open
utilization and expenditures for 5(4):1-8
chronic rhinosinusitis in the
United States. Ann Otol Rhinol 11. Dhingra PL. (2007). Disease of
Laryngol 120(7):423-7. th
ear nose and throat. 4 ed.
2. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, New Delhi: Elsevier, Inc, pp
129-34.
Bachert C, Baroody F, Thomas
12. Aramani A, Karadi RN, Kumar
M, Kowalski M, et al. (2012).
European position paper on S. (2014). A study of anatomical
rhinosinusitis and nasal polyps. variations of osteomeatal
complex in chronic rhinosinusitis
Rhinology 50(23):1-298.
patients-CT findings. J Clin Diagn
3. Hulse KE, Stevens WW, Tan Res 8(10):KC01-4.
BK, Schleimer RP. (2015). 13. Wardani RS, Mangunkusumo E.
Pathogenesis of nasal (2007). Rinorea, infeksi hidung
polyposis. Clin Exp Allergy dan sinus. Dalam: Soepardi EA,
45(2):328–46. Iskandar N, Bashiruddin J,
4. Dessouky O, Hopkins C. (2015). Restuti RD (eds).Buku ajar ilmu
Surgical versus medical kesehatan telinga hidung
interventions in CRS and nasal tenggorok kepala dan leher. Ed
polyps: Comparative evidence 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
between medical and surgical pp 145-9
efficacy. Curr Allergy Asthma 14. Munir, D. (2010). Waktu
Rep 15(11):66. bersihan mukosiliar pada
5. Bachert C, Calus L, Gevaert P. pasien rinosinusitis kronis. J
(2013). Rhinosinusitis and Indon Med Assoc 60( 11):517-
20.
nasal polyps. In: Adkinson NF,
15. Kennedy DW, Hwang PH.
Bochner SB, Busse WW, (2012). Rhinology: Diseases of
Holgate ST (eds). Middleton’s the nose, sinuses, and skull
allergy: Principles and practice. st
Philadelphia: Elsevier Health base. 1 ed. New York: Thieme
Sciences, Inc, pp: 686-99. Medical Publishers, Inc. pp
6. Guerrero J, Molina B, Echeverria 182-93.
L, Arribas I, Rivera. (2007). 16. Chojnowska S, Kępka A,
Endoscopic sinonasal surgery: Waszkiewicz N, Kołodziejczyk
Study of 110 patients with nasal ZP, Konarzewska- Duchnowska
polyposis and chronic E. (2013). Etiopathogenesis
rhinosinusitis. Acta nasal polyps. Prog Health Sci
Otorrinolaringol Esp 58(6):252- 3(2):151-9.
6. 17. Pearlman AN, Chandra RK,
7. Irfan M, Shamim AK. (2009). Chang D, Conley DB, Tripathi-
Routine histological Peters A, Grammer LC,et al.
examination for nasal polyp (2009). Relationships between
specimens: Is it necessary?. severity of chronic rhinosinusitis
Med J Malaysia 64(1): 59-60. and nasal polyposis, asthma,
8. Soetjipto D, Mangunkusumo E, and atopy. Am J Rhinol Allergy
Wardani RS. (2007). Sumbatan 23(2):145- 8.
hidung. Dalam: Soepardi EA, 18. CapitanescuAN.(2014).
Iskandar N, Bashiruddin J, Clinical, histological, and
Restuti RD (eds). Buku ajar ilmu immunohistochemical updates
kesehatan telinga hidung on chronis rhinosinusitis.
tenggorok kepala dan leher. Ed University of Medicine and
6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, Pharmacy Craiova Doctoral
pp 118-22 School. Doctoral Thessis.
9. Koskinen A, Salo R, Huhtala H, 19. Mellor JF. (2008). Brazilian
Myller J, Rautiainen M, guidelines on rhinosinusitis.
Renkonen R. (2016). Factors Rev Bras Otorrinolaringol
affecting revision rate of chronic 74(2):6-59.
rhinosinusitis . Laryngoscope
Investig Otolaryngol 1(4):96- 20. Feng CH. Miller MD, Simon RA.
105 (2012). The united allergic
10. Philpott C, Hopkins C, Erskine airway: Connections between

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode April 2019 - Mei 2019 12
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

allergic rhinitis, asthma, and


chronic sinusitis. Am J Rhinol
Allergy 26(3):187–90.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 1(1)

Anda mungkin juga menyukai