Anda di halaman 1dari 6

Zhafran Ramadhan Lumbantobing, Mukhlis Imanto | Hubungan Rinitis Alergi Dengan Rinosinusitis Kronik

Hubungan Rinitis Alergi Dengan Rinosinusitis Kronik


Zhafran Ramadhan Lumbantobing1, Mukhlis Imanto2
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian THT-KL, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Rinosinusitis kronik adalah suatu penyakit inflamasi dan infeksi dari sinus paranasal dengan karakteristik 5 gejala mayor
yang telah terjadi setidaknya selama 12 minggu: kongesti nasal, terasa sakit atau tertekan pada wajah, obstruksi nasal,
adanya sekret di hidung bagian anterior dan posterior, serta menghilanganya daya penciuman. Rinitis alergi menjadi faktor
predisposisi dari rinosinusitis kronik yang paling sering terjadi karena berhubungan dengan terjadinya obstruksi ostium
sinus akibat edema mukosa. Sebanyak 50% - 84% penderita rinosinusitis kronik memiliki riwayat atopi terhadap debu,
jamur dan alergi terhadap bulu hewan dan terjadi peningkatan serum antibodi IgE spesifik dan eosinofil perifer yang
berhubungan dengan timbulnya gejala rinosinusitis kronik. Pada pasien rinosinusitis kronik dengan rinitis alergi terjadi
reaksi hipersensitivitas dan ditemukan peningkatan jumlah mediator inflamasi seperti histamin, sitokin proinflamasi seperti
interleukin, TNF-α (tumor necrosis factor), GM-CSF (granulocyte-macrophage colony stimulating factor) lebih banyak pada
mukosa nasal dibandingkan dengan pasien rinosinusitis kronik tanpa rinitis alergi. Seluruh mediator inflamasi tersebut
kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular dan hipersekresi dari kelenjar mukus Proses inflamasi yang
disebabkan oleh rinitis alergi menyebabkan sumbatan pada kompleks ostiomeatal, gangguan mucocilliary clearance, dan
gangguan fungsi silia sehingga terjadi obstruksi sinus paranasal yang berlanjut menjadi rinosinusitis kronik. Sangat penting
bagi pasien dengan rinitis alergi untuk ditatalaksana dengan tepat baik secara farmakologi dan non farmakologi agar dapat
membantu mencegah terjadinya rinosinusitis kronik.

Kata kunci: Mediator inflamasi, rinosinusitis kronik, rinitis alergi.

Relationship of Allergic Rhinitis with Chronic Rhinosinusitis


Abstract
Chronic rhinosinusitis is an inflammatory and infectious disease of the paranasal sinuses with the characteristics of 5 major
symptoms that have occurred for at least 12 weeks: nasal congestion, pain or pressure on the face, nasal obstruction, the
presence of secretions in the nose anterior and posterior, and loss of smell. Allergic rhinitis is the most common
predisposing factor for chronic rhinosinusitis because it is associated with obstruction of sinus ostium due to mucosal
edema. As many as 50% - 84% of patients with chronic rhinosinusitis have a history of atopy to dust, fungi and allergies to
animal hair and an increase in serum specific IgE antibodies and peripheral eosinophils associated with the onset of
symptoms of chronic rhinosinusitis. In chronic rhinosinusitis patients with allergic rhinitis, hypersensitivity reaction occur
and an increase in the number of inflammatory mediators such as histamine, proinflammatory cytokines such as
interleukins, TNF-α (tumor necrosis factor), GM-CSF (granulocyte-macrophage colony stimulating factor) is more in the
nasal mucosa compared with chronic rhinosinusitis patients without allergic rhinitis. All these inflammatory mediators will
then lead to increased vascular permeability and hypersecretion of the mucus glands. The inflammatory process caused by
allergic rhinitis will cause blockage of the ostiomeatal complex, impaired mucocilliary clearance, and impaired ciliary
function resulting in paranasal sinus obstruction which will lead to chronic rhinosinusitis. It is very important for patients
with allergic rhinitis to be managed properly both pharmacologically and non-pharmacologically in order to help prevent
the occurrence of chronic rhinosinusitis.

Keywords: Allergic rhinitis, chronic rhinosinusitis, inflamattory mediator

Korespondensi: Zhafran Ramadhan Lumbantobing, alamat Perum BKP Blok I No 49 Kemiling Bandarlampung, HP
081263964636, e-mail: zhafran1601@gmail.com

Pendahuluan Secara objektif rinosinusitis kronik dapat


Rinosinusitis kronik adalah suatu disertai dengan polip nasi, produksi mukus
penyakit inflamasi dan infeksi dari sinus yang tidak berwarna, dan nanah atau
paranasal dengan karakteristik 5 gejala mayor inflamasi di meatus media.1
yang telah terjadi setidaknya selama 12 Rinosinusitis kronik memiliki angka
minggu: kongesti nasal, terasa sakit atau kejadian yang cukup tinggi pada masyarakat
tertekan pada wajah, obstruksi nasal, adanya dengan prevalensi sekitar 10 - 15%.2
sekret di hidung bagian anterior dan posterior, Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
serta menghilanganya daya penciuman. oleh The National Health Interview Survey di

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 | 685


Zhafran Ramadhan Lumbantobing, Mukhlis Imanto | Hubungan Rinitis Alergi Dengan Rinosinusitis Kronik

Amerika Serikat pada tahun 2012 dari 243.921 pada 60 juta populasi dan 1,4 milyar dari
responden dewasa didapatkan sebanyak populasi global7, dengan persentasi sekitar 10
12,1% didiagnosis sinusitis, 7% terjadi pada – 30% pada orang dewasa dan 40% pada anak-
orang Asia dan 13,8% terjadi pada orang kulit anak dan prevalensi tersebut cenderung
putih. Penelitian di Kanada dengan jumlah mengalami peningkatan.8 Pada tahun 2015
responden 73.364 dilaporkan sebanyak 4,5% prevelensi rinitis alergi di India berada di
terdiagnosis rinosinusitis kronik.2 Selain itu angka 20% - 30% dan pada tahun 2010 terjadi
berdasarkan penelitian yang dilakukan pada sekitar 3,39% di Korea.9 Sedangkan di
tahun 2017 rinosinusitis kronik adalah Indonesia sendiri prevalensi rinitis alergi
penyakit yang menyerang 11% orang dewasa bervariasi antara 1,5% - 12% dan mengalami
di Eropa dan sekitar 12% orang dewasa di peningkatan setiap tahunnya.10 Sementara itu,
Amerika Serikat.3 data menunjukkan bahwa pada tahun 2015
Menurut data dari Departemen sebanyak 64% dari pasien rinitis alergi yang
Kesehatan Republik Indonesia pada tahun mengunjungi departemen otolaringologi –
2003 menyatakan bahwa penyakit hidung dan kepala dan bedah leher di Rumah Sakit Hasan
sinus berada pada urutan ke 25 dari 50 pola Sadikin Bandung.11
penyakit utama atau sekitar 102.817 Berdasarkan penelitian yang dilakukan
penderita rawat jalan di rumah sakit. Data dari terhadap 4.044 orang anak dengan
Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung rinosinusitis kronik terdapat sekitar 2.086
dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher (THT- orang anak (51,5%) mempunyai riwayat
KL) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo penyakit rinitis alergi dengan usia rata-rata
menunjukkan angka kejadian rinosinusitis antara 0,7 - 18,9 tahun.12 Selain itu sebanyak
yang tinggi, yaitu 300 penderita (69%) dari 435 50% - 84% penderita rinosinusitis kronik juga
penderita rawat jalan poli rinologi yang datang memiliki adanya riwayat atopi terhadap debu,
selama periode Januari–Agustus 2005. Data di jamur dan alergi terhadap bulu hewan yang
bagian Rinologi-Alergi THT-KL Rumah Sakit meningkatkan gejala gejala rinosinusitis
Hasan Sadikin pada tahun 2011 tercatat 46% kronik.13 Penelitian cross setional yang juga
kasus rinosinusitis.4 Di poliklinik THT-KL RSUD dilakukan oleh National Heath and Nutrition
Dr. Moewardi Surakarta tercatat sepanjang Exaination Survey di Amerika Serikat
tahun 2014 angka kejadian rinosinusitis kronik menunjukkan prevalensi sebanyak 43,7%
sebanyak 204 kasus (13,01%) dari 1567 pasien penderita rinosinusitis kronik mempunyai
rawat jalan. riwayat atopi dengan peningkatan serum
Ada banyak faktor etiologi dan antibodi IgE spesifik dan eosinofil perifer yang
predisposisi yang dapat menyebabkan berhubungan dengan timbulnya gejala
terjadinya rinosinusitis kronik antara lain rinosinusitis kronik.14 Berdasarkan latar
adalah ISPA akibat virus, berbagai macam jenis belakang diatas, penulis ingin mengetahui
rinitis terutama rinitis alergi, polip hidung, hubungan antara rinitis alergi dengan kejadian
kelainan struktur anatomi seperti deviasi rinosinusitis kronik.
septum atau hipertrofi konka dan sumbatan
pada ostio-meatal kompleks (KOM).5 Hanya Isi
25% etiologi rinosinusitis kronik yang Rinosinusitis adalah suatu keadaan
disebabkan oleh infeksi dan 75% disebabkan inflamasi yang terjadi pada hidung dan sinus
oleh reaksi alergi dan ketidakseimbangan paranasal22, sedangkan rinosinusitis kronik
hormonal pada sistem saraf otonom yang adalah rinosinusitis yang telah berlangsung
menyebabkan perubahan pada mukosa sinus selama lebih dari 12 minggu dengan sudah
paranasal.6 atau tanpa ditatalaksana.23 Tidak seperti
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh rinosinusitis akut, rinosinusitis kronik
World Health Organization (WHO), pada tahun didefenisikan sebagai suatu kondisi heterogen
2011 diperkirakan sekitar 400 juta orang di dengan banyak karakteristik akibat inflamasi
dunia menderita rinitis alergi (Puwankar, yang menetap pada mukosa sinonasal.24
2011). Di Amerika Serikat rinitis alergi terjadi Berdasarkan konsensus tahun 2004

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 | 686


Zhafran Ramadhan Lumbantobing, Mukhlis Imanto | Hubungan Rinitis Alergi Dengan Rinosinusitis Kronik

rinosinusitis dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu dengan normal apabila ostium sinus dan aliran
rinosinusitis akut yang berlangsung dalam mucocilliary clearance juga bekerja secara
waktu 4 minggu, rinosinusitis subakut yang normal untuk mengalirkan mukus dari ostium
berlangsung antara 4 sampai dengan 12 sinus ke cavitas nasal.30 Alergi membuat
minggu serta rinosinusitis kronik yang mukosa nasal mengalami edema dan
berlangsung dalam waktu lebih dari 12 membuat ostium sinus menjadi tersumbat.
minggu.5 Inflamasi yang terjadi pada mukosa sinus
Rinosinusitis kronik dapat ditegakkan meningkatkan produksi dari mukus yang
bila ditemukan 2 atau lebih gejala mayor, atau mengganggu proses mucocilliary clearance.31
1 gejala mayor ditambah 2 atau lebih gejala Inflamasi kronik yang terjadi pada
minor.23 Untuk gejala mayor dari rinosinusitis rinosunusitis kronik bukan hanya memblokade
kronik antara lain: Sakit pada wajah/tertekan, dari kompleks ostiomeatal tetapi juga
hidung terasa penuh, hidung tersumbat, ingus menghalangi drainase sinus dan menyebabkan
purulent/post-nasal/berwarna, gangguan hipersekresi dari kelenjar mukus.32 Sinus
penciuman, dan ditemukannya sekret purulen adalah sebuah rongga udara di dalam tulang
di rongga hidung pada saat pemeriksaan fisik, wajah dan tengkorak yang ketika terjadi
sedangkan gejala minor antara lain: Sakit sumbatan menyebabkan perubahan tingkat
kepala, demam, halitosis, kelelahan, sakit gigi, keasaman dan oksigenasi yang menyebabkan
batuk, dan telinga terasa penuh/tertekan.25 peningkatan pertumbuhan bakteri dan infeksi.
Penelitian yang dilakukan terhadap 48 Oleh karena itu kombinasi dari sumbatan pada
pasien rinosinusitis kronik, terdapat sebanyak ostium sinus dan aliran mucocilliary clearance
57,4% pasien mengalami rinitis alergi dengan yang lambat menjadi tempat yang baik untuk
nilai signifikansi p < 0,0001 yang menunjukkan perkembangbiakan bakteri yang
31
adanya hubungan yang kuat antara rinitis menyebabkan sinusitis.
alergi dengan terjadinya rinosinusitis kronik.16 Beberapa faktor yang sangat berperan
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang penting sebagai predisposisi untuk terjadinya
pernah dilakukan terhadap 100 anak dengan rinosinusitis kronik adalah: (1)kelainan
sinusitis kronik, didapatkan sebanyak 53% anatomi, termasuk hipertrofi adenoid, deviasi
anak mengalami rinitis alergi yang dinilai septum, benda asing, immotile cilia, polip dan
dengan menggunakan kuisioner ISAAC, selain tumor; (2)trauma, termasuk barotrauma dan
itu para responden menunjukkan hasil positif trauma gigi; (3)penyakit, termasuk rinitis
terhadap skin prick test, profokasi alergen alergi, bronkiektasis, kistik fibrosis,
inhalan dan peningkatan Ig E dengan nilai imunodefisiensi, dan infeksi saluran
signifikasi p = 0,028 yang menunjukkan pernapasan; (4)penggunaan obat-obatan
adanya hubungan antara proses alergi dengan seperti dekongestan; (5) paparan iritan
terjadinya rinosinusitis kronik.17 termasuk asap rokok, klorin dan polusi udara.
Berdasarkan studi restrospective yang Namun faktor yang sangat berperan penting
pernah dilakukan terhadap 4044 anak dengan sejauh ini adalah infeksi saluran pernapasan
rinosinusitis kronik dengan usia rata-rata 8,9 dan rinitis alergi. Kedua kondisi ini
tahun terdapat sebanyak 1086 orang anak menyebabkan pembengkakan dari mukosa
(26,9%) mempunyai riwayat rinitis alergi, 10 hidung yang berakibat pada terganggunya
orang anak (0,2%) mengalami primary cilliary aliran mukosa dan fungsi silia pada sinus
dyskinesia, 165 orang anak (4,1%) mengalami paranasal.15
kistik fibrosis serta 496 orang anak (12,3%) Adanya riwayat atopi dapat menjadi
mengalami gangguan imonologi idiopatik. Dari faktor predisposisi dari perkembangan
penelitian ini didapatkan hasil nilai OR rinitis rinosinusitis kronik.26 Rinitis alergi menjadi
alergi terhadap rinosinusitis kronik adalah salah satu faktor predisposisi dari rinosinusitis
sebesar 6,24 dengan nilai p value (p < 0,001).12 kronik karena berhubungan dengan terjadinya
Hidung dan sinus paranasal mempunyai obstruksi ostium-ostium sinus akibat edema
struktur anatomi dan fungsional yang saling mukosa.27 Prevalensi dari alergi yang
berhubungan. Fungsi sinus dapat bekerja dimediasi oleh IgE akibat alergen yang berasal

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 | 687


Zhafran Ramadhan Lumbantobing, Mukhlis Imanto | Hubungan Rinitis Alergi Dengan Rinosinusitis Kronik

dari lingkungan adalah sekitar 60% dari protein toksik yang dihasilkan oleh eosinophil
polulasi. Pasien rinosinusitis kronis lebih peka cationic protein dapat menyebabkan inflamasi
terhadap jenis alergi perienal (alergi yang kronik pada mukosa nasal walaupun tidak ada
terjadi sepanjang tahun) daripada seaonal peran dari mikroorganisme.19 Seluruh
(alergi yang terjadi pada musim-musim mediator tersebut sangat berperan terhadap
tertentu). Alergen yang menginduksi terjadinya eksaserbasi rinosinusitis akut
terjadinya alergi perienal antara lain: debu maupun subakut menjadi rinosinusitis
tungau rumah, spora dari jamur yang berasal kronik.20
dari dalam ataupun luar rumah, bulu binatang, Histamin adalah salah satu mediator
dan kecoak. Sedangkan alergen yang inflamasi yang paling penting dalam terjadinya
menginduksi terjadinya alergi seasonal antara alergi di hidung. Histamin bekerja secara
lain: serbuk sari bunga, kayu dan rumput. langsung pada reseptor histamin selular, dan
Jenis-jenis alergen tersebut lebih sering secara tidak langsung melalui refleks yang
berhubungan dengan terjadinya rinosinusitis berperan pada bersin dan hipersekresi.
kronik daripada alergen yang berasal dari Melalui sistem saraf otonom, histamine
serbuk polen. Spora dari jamur seringkali menimbulkan gejala bersin dan gatal, serta
berkembang di dalam mukus dari sinus yang vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
meningkatkan stimulasi dari proses alergi.28 kapiler yang menimbulkan gejala beringus
Rinosinusitis kronik adalah suatu encer (watery rhinorrhoe) dan edema lokal.
penyakit kompleks yang disebabkan oleh Alergi yang terjadi di jalan nafas dan sinus
inflamasi mukosa yang kronik pada sinus menghasilkan edema dan inflamasi di
paranasal. Rinitis alergi adalah salah satu membran mukosa yang menyebabkan blokade
penyakit yang berkontribusi terhadap di muara sinus dan membuat daerah yang
perkembangan dari rinosinusitis kronik ideal untuk tempat perkembangan
dengan karena proses inflamasi pada mukosa mikroorgansme seperti jamur, bakteri, dan
cavitas nasi.12 Proses inflamasi yang terjadi virus.29
pada rinosinusitis kronik adalah hal yang Seluruh mediator inflamasi tersebut
sangat kompleks. Aktivitas dari sitokin dan kemudian menyebabkan peningkatan
kemokin sangat berperan terhadap permeabilitas vaskular dan hipersekresi dari
perkembangan dari gejala rinosinusitis baik kelenjar mukus. Inflamasi yang berlanjut pada
akut maupun kronik namun lebih signifikan mukosa nasal khususnya pada kompleks
jumlahnya pada rinosinusitis kronik. Sitokin osteomeatal dapat menyebabkan edema pada
pro inflamasi seperti IL-1 β, IL-3, IL-6, sinus dan cavitas nasal yang berlanjut
neutrophil-chemoattractant IL-8 berperan menyebabkan obstruksi sinus paranasal.
sangat dominan pada terjadinya rinosinusitis Ketika ostium sinus mengalami obstruksi
kronik yang disertai dengan adanya riwayat terjadi peningkatan tekanan negatif pada
alergi.18 rongga sinus, suplai oksigen ke dalam sinus
Pada pasien dengan rinitis alergi, terjadi menurun, terjadi stagnansi dari sekresi mukus
reaksi hipersensitivitas tipe 1. Alergen terikat yang membuat sinus semakin kental dan asam
dengan IgE dan menempel pada membrane yang selanjutnya merusak epitel dari mukosa
sel mast yang menyebabkan degranulasi dan hidung. Gangguan dari mucocilliary clearance
pelepasan mediator inflamasi.18 Pada pasien akibat proses ini juga menyebabkan
rinosinusitis kronik dengan rinitis alergi terganggunya fungsi silia. Keadaan ini adalah
ditemukan peningkatan jumlah mediator tempat yang sangat ideal bagi bakteri untuk
inflamasi seperti sitokin proinflamasi (IL-1, IL- berproliferasi yang menjadi inflamasi kronik
3, IL-4, IL-5, IL-6, IL-8), TNF-α, granulocyte- penyebab terjadinya rinosinusitis kronik.21
macrophage colony stimulating factor,
intracellular adhesion molecule 1, dan Ringkasan
eosinophil catonic protein pada mukosa nasal Rinosinusitis kronik adalah suatu penyakit
dibandingkan dengan pasien rinosinusitis kompleks yang disebabkan oleh inflamasi
kronik tanpa rinitis alergi. Degranulasi akibat mukosa yang kronik pada sinus paranasal.

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 | 688


Zhafran Ramadhan Lumbantobing, Mukhlis Imanto | Hubungan Rinitis Alergi Dengan Rinosinusitis Kronik

Rinitis alergi adalah salah satu penyakit yang rhinosinusitis: epidemiology and burden
berkontribusi terhadap perkembangan dari of disease; 2016: 134–9.
rinosinusitis kronik dengan karena proses 3. Zhang Y, Gevaert E, Lou H, Wang X.
inflamasi pada mukosa cavitas nasi. Pada Current perspectives chronic
pasien dengan rinitis alergi, terjadi reaksi rhinosinusitis in Asia Journal of Allergy
hipersensitivitas tipe 1. Alergenterikat dengan and Clinical Immunology. 2017; 140(5):
IgE dan menempel pada membran sel mast 1230–9.
menyebabkan degranulasi dan pelepasan 4. Candra, et al. Penurunan IL-8 sekret
mediator inflamasi, peningkatan permeabilitas mukosa hidung pada rhinosinusitis tanpa
vaskular dan hipersekresi dari kelenjar mukus. polip non alergi oleh antibiotik makrolid
Keadaan ini akhirnya menyebabkan sumbatan meningkatkan fungsi penghidu. Bandung:
pada kompleks ostiomeatal, gangguan Fakultas Keokteran Universitas
mucocilliary clearance sehingga terjadi Padjajaran; 2013.
obstruksi sinus paranasal yang berlanjut 5. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Dalam
menjadi rinosinusitis kronik. Soepardi EA, Iskandar N, Basruddin J,
Tatalaksana yang dapat dapat dilakukan Restuti R.. Buku ajar ilmu kesehatan
untuk mencegah terjadinya rinosinusitis telinga hidung tenggorok kepala dan
kronik pada pasien rinitis alergi meliputi leher edisi ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit
tatalaksana farmakologi dan non farmakologi. FK UI. 2016; 106-11; 127-30.
Tatalaksana farmakologi antara lain: 6. Suprihati S. Faktor alergi pada sinusitis
(1)Antihistamin seperti chlorpheniramine dan kronik. Lab/UPF THT/FK UNDIP. RS Kariadi
loratadine; (2)Kortikosteroid intranasal seperti Semaran; 2006: 27–31.
beclomethasone, budesonide, dan fluticasone; 7. Settipane RA, Schwindi C. Allergic rhinitis:
(3)Dekongestan seperti Oxymetazoline dan Department of Medicine, Warren Alpert
Pseudoephedrine. Sedangkan tatalaksana non Medical School of Brown University.
farmakologi adalah edukasi kepada pasien 2016; 7(3): 52–5.
untuk meningkatkan kepuasan dan derajat 8. Tran NP, Vickery J, Blaiss MS.
kualitas hidup yakni dengan menghindari Management of rhinitis  allergic and non-
secara total faktor- faktor yang dapat allergic. 2011; 3(3): 148–56.
menyebabkan alergi seperti inhalasi serbuk 9. Min Y. The pathophysiology, diagnosis
sari tanaman, kontak dengan hewan atau bulu and treatment of allergic rhinitis. 2010;
dari hewan tersebut ataupun bahan bahan 2(2):5–76.
lainnya yang dapat memicu alergi.33 10. Nurcahyo H, Eko V. Rinitis alergi sebagai
salah satu faktor resiko rinosinusitis
Simpulan maksilaris kronik [tesis]. Yogyakarta:
Rinitis alergi merupakan faktor Universitas Gajah Mada; 2009.
predisposisi yang sangat sering menyebabkan 11. Fauzi, Sudiro M, Lestari BW. Prevalence
terjadinya rinosinusitis kronik. Sangat penting of allergic rhinitis based on world health
bagi pasien dengan rinitis alergi untuk organization (ARIA - WHO) questionnaire
ditatalaksana dnengan tepat baik secara among batch 2010 students of the faculty
farmakologi dan non farmakologi agar dapat of medicine universitas padjajaran.
membantu mencegah terjadinya rinosinusitis Althea Medical Journal. 2015; 2(4):620-
kronik. 25.
12. Sedaghat AR, Phipatanakul W,
Daftar Pustaka Cunningham MJ. Prevalence and
1. Habib AR, Buxton JA, Singer J, Wilcox PG, associations with allergic rhinitis in
Javer AR, Quon BS. Association between children with chronic rhinosinusitis:
chronic rhinosinusitis and health-related International Journal of Pediatric
quality of life in adults with cystic fibrosis; Otorhinolaryngology. 2014; 78(2): 343–7.
2015: 1163–9. 13. Lee S, Kundari S, Ferguson BJ. Practical
2. Deconde AS, Soler ZM. Chronic clinical management strategies for the

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 | 689


Zhafran Ramadhan Lumbantobing, Mukhlis Imanto | Hubungan Rinitis Alergi Dengan Rinosinusitis Kronik

allergic patient with chronic head and neck surgery adult


rhinosinusitis. Current Opinion in rhinosinusitis defined; 2010: 1–7.
Otolaryngology and Head and Neck 24. Lee S, Lane A. Chronic rhinosinusitis as a
Surgery. 2012; 20(3): 179–87. multifactorial inflammatory disorder;
14. Rosati MG, Peter AT. Relationships 2011: 159–68.
among allergic rhinitis, asthma, and 25. Marple BF, Ferguson BJ. Diagnosis and
chronic rhinosinusitis. 2016; 30(1): 44–7. management of chronic rhinosinusitis in
15. Furukawa M, Clifton T. The role of allergy adults. 2009; 121(6): 121–39.
in sinusitis in children. Northwest Asthma 26. Daines SM, Orlandi RR. Chronic
and Allergy Center. 2010; 9(3): 515–17 rhinosinusitis. Division of otolaryngology–
16. Bakhshaee M, Jabari F, Ghassemi MM, head & neck surgery. University of Utah
Hourzad S, Deutscher R, & Nahid, K. The School of Medicine; 2012: 1–10.
prevalence of allergic rhinitis in patients 27. Wood AJ, Douglas RG. Pathogenesis and
with chronic rhinosinusitis. Iranian treatment of chronic rhinosinusitis. New
Journal of Otorhinolaryngology. 2014; Zealand: Department of Surgery, The
26(77): 245–9. University of Auckland; 2010: 359-64.
17. Leo G, Piacentini E, Incorvaia C, Consonni 28. Hamilos DL. Chronic sinusitis: current
D, Frati F. Chronic rhinosinusitis and reviews of allergy and clinical
allergy. Pediatric Allergy and immunology; 2009: 1-15.
Immunology. 2007; 18(18): 19–21. 29. Zuliani G, Carron M, Gurrola J, Coleman C,
18. Steinke JW, Borish L. The role of allergy in Haupert M, Berk R, Coticchia J.
chronic rhinosinusitis. Immunology and Identification of adenoid biofilms in
Allergy Clinics of North America. 2013; chronic rhinosinusitis. International
24(1): 45–57. Journal of Pediatric Otorhinolaryngology.
19. Feng CH, Miller MD, Simon RA. The 2006; 70(9): 1613–17.
united allergic airway: connections 30. Tan RA, Corren J. The relationship of
between allergic rhinitis, asthma, rhinitis and asthma, sinusitis, food
andchronic sinusitis. American Journal of allergy, and eczema. Immunology and
Rhinology and Allergy. 2012; 26(3): 187– Allergy Clinics of NA. 2011; 31(3): 481–91.
90. 31. Raymond G, Slavin M. Sinustis in adults
20. Gelincik A, et al. Allergic vs nonallergic and realtion to allergic rhinitis, asthma,
rhinitis: which is more predisposing to and nasal polyps. Journal of Allergy and
chronic rhinosinusitis? Annals of Allergy, Clinical Immunology: St Louis University
Asthma and Immunology. 2008; 101(1): School of Medicine and Cardinal Glennon
18–22. Children Hospital; 2008: 950–6.
21. Georgalas C, Vlastos I, Picavet V, Van DC, 32. Sheldon L, Spector M. Overview of
Garas G, Prokopakis E. Is chronic comorbid associations of allergic rhinitis.
rhinosinusitis related to allergic rhinitis in Journal of Allergy and Clinical
adults and children? applying Immunology; 2007: 773–80.
epidemiological guidelines for causation 33. Keswani A. Complications of rhinitis.
allergy: European Journal of Allergy and Immunology and Allergy Clinics of NA;
Clinical Immunology. 2014; 69(7): 828– 2016: 359–66.
33.
22. Dykewicz MS, Hamilos DL. Rhinitis and
sinusitis. Journal of Allergy and Clinical
Immunology; 2009: 103-15.
23. Lanza DC, Kennedy DW. Otolaryngology

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 | 690

Anda mungkin juga menyukai