Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN DISKUSI TOPIK

BLOK 3.B
MINGGU 5

“Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia”

Dosen Pembimbing :
Laila Rahmi, SST.,M.Keb

Oleh : Kelompok: 4

Windhy Lathifah Arief (1910333008)


Nur Avivah (1910331001)
Viorika Marsafa Putri (1910333011)
Nadia Riski Anisa (1910333013)
Lulisa Desrama Tasya (1910331010)
Nixy Claudia A (1910332003)
Etry Wanesti (1910333002)
Rike Mahdayanti (1910332004)
Dita Dwi Amanda (1910332007)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


UNIVERSITAS ANDALAS
2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia,
dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia di
bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal. Penyebab
kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%,
trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital.

Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab
utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas,
asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga
professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia,
persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan
keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan
keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong persalinan.

Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada


neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat
dalam penanganan bayi baru lahir.

1.2  Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud asfiksia?
2. Apa penyebab asfiksia?
3. Apa gejala dari asfiksia?
4. Bagaimana cara menilai asfiksia?
5. Bagaimana cara menilai penanganan asfiksia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian asfiksia
2. Mengetahui penyebab asfiksia
3. Mengetahui gejala asfiksia
4. Mengetahui cara menilai asfiksia
5. Mengetahui cara mengatasi asfiksia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka Varney


Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses
pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun
1970, proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian,
perkiraan, tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik
bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Dalam text book kebidanan yang
ditulisnya pada tahun 1981, proses manajemen kebidanan diselesaikan dalam lima
langkah. Namun setelah menggunakan Varney tahun 1997 melihat ada beberapa
hal penting yang harus disempurnakan sehingga ditambah dua langkah lagi untuk
menyempurnakan teori lima langkah tersebut. Proses manajemen kebidanan
terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara
periodik, proses dimulai dari pengumpulan data dan berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh kerangka tersebut Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen
merupakan proses pemecahan masalahyang ditemukan oleh perawat dan bidan
pada awal tahun 1970, proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan
pengorganisasian, perkiraan, tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan
menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan.
Dalam text book kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981, proses
manajemen kebidanan diselesaikan dalam lima langkah. Namun setelah
menggunakan Varney tahun 1997 melihat ada beberapa hal penting yang harus
disempurnakan sehingga ditambah dua langkah lagi untuk menyempurnakan teori
lima langkah tersebut. Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah
yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik, proses dimulai
dari pengumpulan data dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh kerangka tersebut
membentuk kerangka yang lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi
apapun. Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Langkah 1. Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data
yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu :
1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
3. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
4. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Langkah 2. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data dasar
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterprestasikan
sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik, diagnosis kebidanan
yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan yang memenuhi
standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur
tersebut adalah :
1. Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanan
4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi,
langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien, bidan diharapkan bersiap – siap bila diagnosis / masalah
potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk
penanganan segera dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh yang telah
ditentukan oleh langkah – langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa saja
yang sudah teridentifikasidari kondisi klien, tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap klien tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan konseling, merujuk klien bila ada masalah sosial
ekonomi kultural atau masalah psikologi, setiap rencana asuhan harus disetujui
olehkedua belah pihak (bidan dan klien) agar dapat dilaksanakan dengan efektif.
Langkah 6. Melaksanakan perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dari langkah kelima
harus dilaksanakan secara efesien dan aman, pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnyaoleh bidan atau sebahagian dilakukan oleh bidan dan sebahagian lagi
dilakukan oleh pasien.
Langkah 7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis, rencana
tersebut dapat dianggap efektif bila benar – benar efektif dalam pelaksanaannya.
2.2. Tinjauan pustaka SOAP/Dokumentasi
1. Defenisi dokumentasi Menurut Thomas (1994 cit. Mufdlillah, dkk, 2001)
Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan,
pasien, dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan
pengobatan pada pasien, pendidikan pasien dan respon pasien terhadap semua
asuhan yang telah diberikan (Muslihatun, 2009).Dokumentasi kebidanan adalah
bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan
lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan
berguna untuk kepentingan klien, tim kesehatan, serta kalangan bidan sendiri
(Hidayat, 2009).

2. Tujuan Dokumentasi
Adapun tujuan dari dokumentasi kebidanan adalah sebagai sarana
komunikasi,sarana tanggung jawab dan tanggung gugat, informasi statistik, sarana
pendidikan, sumber data penelitian, jaminan kualitas pelayanan kesehatan, sumber
data,perencanaan asuhan kebidanan berkelanjutan.

3. Manfaat Dokumentasi
1. Ditinjau dari aspek administrasi, dokumentasi bermanfaat sebagai sebuah
catatan, karena berkas tersebut mengandung nilai identitas, tanggal masuk
dan keluar serta data askes.
2. Ditinjau dari aspek hukum, dokumentasi bermanfaat sebagai alat
pembuktian yang sah. Isi sebuah berkas menyangkut adanya jaminan
kepastian hukum atas dasar keadilan dalam rangka menegakkan hukum dan
menyediakan bahan bukti selama proses pengadilan berlangsung.
3. Ditinjau dari aspek pendidikan, suatu berkas catatan bermanfaat untuk
mendukung kegiatan pembelajaran. Isi dari berkas dokumentasi
menyangkut data / informasi tentang kronologis perkembangan pelayanan
yang telah diberikan kepada pasien.
4. Ditinjau dari aspek penelitian, dokumentasi bermanfaat sebagai penyedian
data untuk keperluan penelitian. Data / informasi yang tercantum dalam
sebuah berkas, dapat dipergunakan untuk keperluan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.
5. Ditinjau dari aspek ekonomi, suatu berkas bermanfaat untuk
mendokumentasikan besarnya dana yang harus dikeluarkan, sehingga
mengurangi terjadinya pemborosan. Isi dari sebuah berkas dapat dijadikan
bahan untuk menetapkan pembayaran pelayanan di sebuah institusi
pelayanan kesehatan. Tanpa adanya bukti pencatatan sebuah tindakan, maka
pembayaran atas tindakan tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan.
6. Ditinjau dari aspek manajemen, catatan yang lengkap dan disimpan dengan
baik menunjukkan adanya manajemen data yang baik juga.
4. Aspek – aspek penting dalam dokumentasi
Menurut Depkes (2011), ada beberapa aspek penting dalam
pendokumentasian yaitu :
a. Tanggal dan waktu pada asuhan yang diberikan .
b. Identifikasi penolong persalinan.
c. Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan.
d. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan jelas dan
dapat dibaca.
e. Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap tersedia
Kerahasiaan dokumen – dokumen medis.

5. Prinsip – prinsip dokumentasi


Dokumentasi yang efektif tergantung pada kegiatan pencatatan oleh
individu, peran, perilaku dan kemampuan individu serta hasil dari sebuah
pendokumentasian juga mempengaruhi keefektifan sebuah dokumentasi, asuhan
kebidanan merupakan suatu kegiatan yang saling berangkaian, setiap hari bidan
mengenal, menganalisis, merespon dan mencatatsecara bervariasi kebutuhan
pasien, catatan pasien dapat dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman praktik
bidan serta pengetahuan dan kemampuan bidan dalam mendokumentasikan
asuhan kebidanan (Muslihatun, 2009).
Menurut Carpenito (1991), ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam
sebuah dokumentasi yaitu, keakuratan data, keringkasan dan kemudahan untuk
dibaca. Ditinjau dari segi tehnik pencatatan, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam kegiatan pendokumentasian antara lain :
a. Menuliskan nama pasien pada setiap halaman catatan bidan.
b. Hendaknya tulisan mudah dibaca, sebaiknya tulisan menggunakan tinta
berwarna hitam atau biru, sehingga apabila hendak digandakan (difotokopi)
tulisan akan tampak jelas.
c. Dokumentasi segera dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian pertama dan
selesai melakukan setiap langkah asuhan kebidanan.
d. Apabila memungkinkan kutip semua kalimat atau kata yang diungkapkan
oleh pasien.
e. Pastikan kebenaran dari setiap data yang akan ditulis .
f. Bedakan antara informasi yang objektif dan penafsiran .
g. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi perubahan kondisi pasien atau
muncul masalah baru, respon pasien terhadap tindakan yang diberikan bidan
dan respon pasien terhadap kegiatan konseling oleh bidan .
h. Hindari dokumentasi yang bersifat baku, karena setiap pasien adalah unik
dan mempunyai permasalahan yang berbeda .
i. Hindari penggunaan istilah yang tidak jelas dan pergunakan singkatan yang
sudah biasa dipakai dan dapat diterima .
j. Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan maka tulisan yang salah tersebut
jangan dihapus, pada tulisan yang salah, coret satu kali kemudian tulis kata
“salah” diatasnya, serta bubuhkan paraf, selanjutnya tuliskan informasi yang
benar, validitasi data akan berkurang apabila dilakukan penghapusan
informasi
k. Setiap kegiatan dokumentasi cantumkan waktu, tanggal dan jam serta tanda
tangan dan nama terang.
l. Bila pencatatan bersambung pada halaman berikutnya, bubuhkan tanda
tangan dan cantumkan kembali waktu pada bagian halaman berikutnya.

2.3 Tinjauan Pustaka Kasus

Definisi Asfiksia Neonatorum

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan
Persalinan Normal, 2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
(Wiknjosastro, 1999).

Penyebab Asfiksia Neonatorum

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang.
Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat
berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia


pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:

1. Faktor ibu
a. Preeklampsia dan eklampsia
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

2. Faktor Tali Pusat


a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat

3. Faktor Bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk


menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal
itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya
tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali
atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh
karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap
pertolongan persalinan.

Tanda Gejala Serta Diagnosa Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia

1. Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia


a. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
b. Warna kulit kebiruan
c. Kejang
d. Penurunan kesadaran

2. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /
hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan
dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu :

a. Denyut jantung janin


Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-
lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya

b. Mekonium dalam air ketuban


Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi
kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai.
Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan
indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

c. Pemeriksaan pH darah janin


Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan
kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa
pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai
di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai
asfiksia. (Wiknjosastro, 1999).

Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan
resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui
rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda
penting, yaitu :

1. Penafasan
2. Denyut jantung
3. Warna kulit

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau
membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera
ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan
positif (VTP).

Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

A. Persiapan Alat Resusitasi


Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi
dalam keadaan siap pakai, yaitu :

1. 2 helai kain / handuk.


2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,
handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk
mengatur posisi kepala bayi.
3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
5. Kotak alat resusitasi.
6. Jam atau pencatat waktu.

B. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir


Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal
sebagai ABC resusitasi, yaitu :

1. Memastikan saluran terbuka


a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
b. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
c. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan
saluran pernafasan terbuka.

2. Memulai pernafasan
a. Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
b. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon
atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).

3. Mempertahankan sirkulasi
a. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
b. Kompresi dada.
c. Pengobatan

C. Langkah-Langkah Resusitasi
Setiap melakukan tindakan atau langkah harus didahului dengan persetujuan
tindakan medic sebagai langkah klinik awal. Langkah klinik awal ini meliputi :

1. Siapa ayah atau wali pasien, sebutkan bahwa ada petugas yang diberi
wewenang untuk menjelaskan tindakan pada bayi.
2. Jelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi asfiksia
neonatal.
3. Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko.
4. Pastikan ayah pasien memahami berbagai aspek penjelasan diatas.
5. Buat persetujuan tindakan medic, simpan dalam catatan medic.

I. TAHAP I LANGKAH AWAL


Langkah awal diselesaikan dalam 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5
langkah awal dibawah ini cukup untuk merangsang bayi bernafas spontan dan
teratur. Langkah tersebut meliputi :

1. Jaga bayi tetap hangat


a. Letakkan bayi diatas kain diatas perut ibu
b. Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut terbuka, potong tali
pusat.
c. Pindahkan bayi diatas kain tempat resusitasi.

2. Atur posisi bayi


a. Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong.
b. Ganjal bahu agar kepala bayi sedikit ekstensi.

3. Isap lendir
a. Gunakan alat penghisap DeLee dengan cara :
b. Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
c. Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak pada waktu
memasukkan.
d. Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam ( jangan lebih dari 5 cm
kedalam mulut, dan jangan lebih dari 3 cm kedalam hidung). Hal itu dapat
menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat dan bayi tiba-tiba
barhenti bernafas.

4. Keringkan dan rangsang bayi.


a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya.dengan
sedikit tekanan. Rangsang ini dapat membantu bayi mulai bernafas.
b. Lakukan rangsang taktil dengan cara menepuk atau menyentil telapak
kaki atau menggosok punggung, perut,dada,tungkaibayi dan telapak
tangan.

5. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi.


a. Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya.
b. Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka,dan
dada agar bisa memantau pernafasan bayi.
c. Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

6. Lakukan penilaian bayi


a. Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau
megap-megap.
b. Bila bayi bernafas normal lakukan asuhan pasca resusitasi.
c. Bila bayi megap-megap atau tidak bernafas lakukan ventilasi bayi.
II. TAHAP II VENTILASI

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume


udara kedalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar
bayi bisa bernafas spontan dan teratur. Langkah-langkahnya :

a. Pasang sunkup
b. Pasang dan pegang sunkup agar menutupi mulut, hidung dan dagu bayi.
c. Ventilasi 2 kali
d. Lakukan tiupan atau pemompaan dengan tekanan 30 cm air. Tiupan awal
tabung dan sunkup atau pemompaan awal balon sunkup sangat penting
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji
apakah jalan nafas bayi terbuka.
e. Lihat apakah dada bayi mengembang. Saat melakukan pemompaan
perhatikan apakah dada bayi mengembang. Bila tidak mengembang,
periksa posisi sunkup pastikan tidak ada udara yang bocor, periksa posisi
kepala pastikan posisi sudah sedikit ekstensi, periksa cairan atau lender
dimulut bila masih terdapat lender lakukan penghisapan. Lakukan
pemompaan 2 kali, jika dada mengembang lakukan tahap berikutnya.
f. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik.
g. Lakukan tiupan dengan tabung dan sunkup sebanyak 20 kali dalam 30
detik dengan tekanan 20cm air
h. Pastikan dada mengembang saat dilakukan pemompaan, setelah 30 detik
lakukan penilaian ulang nafas.

Jika bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan
asuhan pasca resusitasi. Jika bayi megap-megao atau tidak bernafas lakukan
ventilasi.

a. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas.


b. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik.
c. Hentikan ventilasi setiap 30 detik.
d. Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megap-
megap.

Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan
asuhan pasca resusitasi. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan
ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian ulang nafas setiap
30 detik.

a. Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas selama 2 menit resusitasi.


b. Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan.
c. Teruskan resusitasi sambil menyiapkan untuk rujukan.
d. Lakukan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi.
e. Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar lanjitkan ventilasi
selama 10 menit.
f. Hentikan resusitasi bila denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan
kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan.
g. Bayi yang mengalami asitol 10 menit kemungkinan besar mengalami
kerusakan otak yang permanen.

Prinsip-Prinsip Resusitasi Yang Efektif :

a. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal
harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
b. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa
yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan
efesien
c. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama
sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
d. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
e. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia
clan siap pakai.

2.4 Telaah Jurnal


1) Efektifitas Muscle Pumping Dalam Meningkatkan Score APGAR
Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia

Judul Efektifitas Muscle Pumping Dalam Meningkatkan


Score APGAR Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia

Penulis Wiwit Desi Intarti, Lina Puspitasari dan Restu Ika


Pradani
Publikasi Juni 2016

I. Deskripsi Jurnal
A. Komponen Deskripsi Jurnal
1. Tujuan utama penelitian
2. Metode penelitian
3. Hasil utama penelitian
4. Kesimpulan penelitian
B. Uraian Deskripsi Jurnal
1. Tujuan Utama Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efektivitas muscle pumping dalam
meningkatkan skor APGAR pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
2. Metode penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan RCT dan
pendekatan case control. Sempel yang diambil adalah bayi baru lahir
yang mengalami asfiksia dengan jumlah 40 pasien dengan teknik
randomas control trial. Teknik analisa data menggunakan uji Mann-
Whitney dengan program SPSS 20.
3. Hasil utama penelitian
Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukan bahwa setelah dilakukan
pengolahan data, didapatkan hasil p value = 0,001 dan nilai Z hitung
lebih besar dari Z table ( 4,508 > 2,021), maka Ho ditolak dan Ha
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa muscle pumping efektif
dalam meningkatkan skor APGAR pada 20 bayi baru lahir dengan
asfiksia. Tindakan awal penangan asfiksia bayi baru lahir adalah
resusitasi efektif yang ditambah dengan muscle pumping, hal ini
dilakukan agar tidak terjadi masalah dalam beberapa hari sesudah
kelahiran, yaitu kejang, apnu yang sering terjadi sesudah asfiksia berat.

4. Kesimpulan penelitian
Kesimpulan penelitian yaitu muscle pumping efektif dalam
meningkatkan skor APGAR pada 20 bayi baru lahir dengan asfiksia.

II. Telaah Jurnal


1. Judul
Pada judul jurnal sudah spesifik dan efektif.
2. Nama penulis
Penulis jurnal ini adalah Wiwit Desi Intarti, Lina Puspitasari dan Restu Ika
Pradani
3. Abstrak
Pada jurnal sudah mengikuti kaidah penulisan abstak yang baik dan benar.
Tetapi pada abstrak hanya mengandung sedikit informasi mengenai asuhan
pada bayi baru lahir dengan asfiksia
4. Isi
Pada jurnal sudah mencakup beberapa hal, yaitu :
a) Pengertian Asfiksia Neonatorum
b) Teknik Muscle Pumping
c) Klasifikasi klinik nilai APGAR
5. Daftar pustaka
Pada jurnal, daftar pustaka yang dipaparkan sangat lengkap dan jelas, jadi
jurnal ini bisa meyakinkan bagi pembacanya

2) Hubungan Penyakit Kehamilan Dan Jenis Persalinan Dengan Kejadian


Asfiksia Neonatorum DI RSUD dr DRADJAT PRAWIRANEGARA Serang

Judul Hubungan Penyakit Kehamilan Dan Jenis Persalinan Dengan


Kejadian Asfiksia Neonatorum DI RSUD dr DRADJAT
PRAWIRANEGARA Serang

Penulis Nila Marwiyah


Publikasi 02 November 2016

I. Deskripsi Jurnal
1. Komponen Deskripsi Jurnal
a. Tujuan utama penelitian
b. Metode penelitian
c. Hasil utama penelitian
d. Kesimpulan penelitian
2. Uraian Deskripsi Jurnal
a. Tujuan Utama Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara penyakit
kehamilan dan jenis persalinan dengan kejadian asfiksia.
b. Metode penelitian
Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian ini yaitu bayi yang mengalami
asfiksia pada bulan Januari-Juni 2016 sebanyak 203 bayi dengan
menggunakan total sampling. Pengumpulan data menggunakan data
sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan data yang
sudah ada (Hidayat, 2011). Instrumen penelitian ini menggunakan lembar
check list mengenai penyakit kehamilan, jenis persalinan, serta tingkatan
asfiksia dengan melihat catatan register ruang VK dan ruang Perinatalogi
RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun 2016, dan analisis data
secara univariat dengan distribusi frekuensi dan analisa bivariat
menggunakan Chi square.
c. Hasil utama penelitian
Sebagian besar bayi dengan asfiksia dilahirkan di RSUD dr Dradjat
Prawiranegara tahun 2016 adalah bayi dengan ibu yang memiliki
penyakit preeklamsi berat (PEB), yaitu sebanyak 93 (45,8%).
sebagian besar bayi dengan asfiksia dilahirkan di RSUD dr Dradjat
Prawiranegara Serang tahun 2016 dilahirkan secara spontan yaitu
sebanyak 90 (44,3%).
Sebagian besar bayi dengan asfiksia dilahirkan di RSUD dr Dradjat
Prawiranegara Serang tahun 2016 mayoritas mengalami asfiksia sedang
yaitu sebanyak 168 atau sebesar (82,8%).
Terdapat 93 bayi mengalami asfiksia dari ibu dengan preeklamsi berat
yaitu sebanyak 11 bayi yang mengalami asfiksia ringan, 77 bayi yang
mengalami asfiksia sedang, dan sebanyak 5 bayi yang mengalami asfiksia
berat. Nilai p adalah 0,025.
Terdapat 90 bayi yang mengalami afiksia neonatorum dengan lahir
spontan, di antaranya 8 bayi yang mengalami asfiksia ringan, 73 bayi
yang mengalami asfiksia sedang dan 9 bayi yang mengalami asfiksia
berat. Nilai p adalah 0,945.

d. Kesimpulan penelitian
Asfiksia neonatorum di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun
2016 masih mengalami peningkatan dimana sebagian besar bayi dengan
asfiksia dilahirkan dengan ibu yang mengalami preeklamsi berat dan
berdasarkan hasil analisis terdapat hubungan antara penyakit kehamilan
dengan kejadian asfiksia neonatorum namun tidak terdapat hubungan
antara jenis persalinan dengan kejadian asfiksia.

II. Telaah Jurnal


1. Judul
Pada judul jurnal sudah spesifik dan efektif.
2. Nama penulis
Penulis jurnal ini adalah Nila Marwiyah
3. Abstrak
Pada jurnal sudah mengikuti kaidah penulisan abstak yang baik dan benar.
Pada abstrak juga memaparkan dengan jelas Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
4. Isi
Pada jurnal sudah mencakup beberapa hal, yaitu :
a) Pengertian Asfiksia Neonatorum
b) Gambaran Penyakit Kehamilan
c) Hubungan Penyakit Kehamilan dengan Kejadian Asfiksia
5. Daftar pustaka
Pada jurnal, daftar pustaka yang dipaparkan sangat lengkap dan jelas, jadi
jurnal ini bisa meyakinkan bagi pembacanya
BAB III
Asuhan Manajemen Varney dan Pendokumentasian SOAP
Pada PMB Mandiri

3.1 Manajemen Varney

I. Pengkajian Data
Data Subjektif
Tanggal Pengkajian : 20 November 2020
Pukul : 10.00 WIB
No. Registrasi :

Identitas bayi
Nama : By.S
Uur : 0 hari
Tempat tanggal lahir : Padang, 20 November 2020
Jenis kelamin : laki-laki
Anak ke : satu (I)

Identitas orang tua


Nama Ibu : Ny “ M “ Nama Suami : Tn. “ N “
Umur : 23 th Umur : 25 th
Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia Suku / Bangsa : Minang/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Sukamaju Alamat : Jl. Sukamaju
No.17e Rt.2/ Rw.6 No.17eRt.2/Rw.6

KELUHAN UTAMA : ibu datang ke bidan dalam keadaan in partu dan ketuban
sudah pecah. Saat dilakukan vaginal toucher ditemukan air ketuban berwarna
hijau serta terdapat lilitan tali pusat satu kali. Saat diperiksa pembukaan jalan lahir
lengkap dan bidan segera melakukan pertolongan persalinan. 30 menit kemudian
bayi lahir, namun bayi tidak menangis dan bidan menemukan adanya kebiruan
pada sebagian ekstremitas bayi.

I. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
 Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
b. Riwayat penyakit menular/keturunan
 Diabetes gestasional : ada
 Tipoid : tidak ada
 Hepatitis : tidak ada
 Hipertensi : tidak ada
 Penyakit jantung koroner : tidak ada
 TBC : tidak ada
 Lain-lain : tidak ada
c. Riwayat kesehatan sekarang
 Penyakit yang diderita saat ini : tidak ada
d. Riwayat kesehatan keluarga
 Keturunan kembar : tidak ada
e. Riwayat operasi : tidak ada

II. Riwayat Menstruasi


Menarche : 14 th Teratur / tidak teratur : Teratur
Siklus : 28 hari Sifat darah : Encer
Lamanya : 7 hari Disminorhoe :-
Banyaknya : 3 kali ganti pembalut

III. Riwayat Perkawinan


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Berapa kali menikah : 1x Lamanya 2 Tahun

IV. Riwayat Kehamilan


a. HPHT : 20 Februari 2020
b. HPL : 27 November 2020
c. Keluhan : mual dan muntah pada awal kehamilan
d. ANC : sebanyak 4 kali di Praktek Bidan Angel
e. Imunisasi TT : sebanyak 2 kali

V. Riwayat Persalinan Sekarang


a. Bayi lahir tanggal 20 November 2020, pukul 09.30 WIB secara
pervaginam .
b. Bayi lahir dengan penilaian
1) Pernafasan : tidak bernafas secara spontan
2) Denyut jantung : lemah, tidak teratur dengan frekuensi 40 kali /
menit
3) Warna kulit : badan ekstremitas biru ( sianosis )

VI. Riwayat KB
Ibu belum pernah menjadi akseptor KB apapun.

VII. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


a. Nutrisi
Sebelum hamil :Ibu mengatakan makan 2-3 kali sehari, porsi sedang
dengan nasi, sayur, lauk-pauk, buah, dan minum 5-6 gelas air putih/hari.
Selama hamil : Ibu mengatakan makan 2-3 kali sehari, porsi sedikit
dengan jenis nasi, sayur, lauk-pauk, buah, dan minum 7-8 gelas air
putih/hari.
b. Eliminasi
Sebelum hamil: Ibu mengatakan BAK ± 2-6 kali/hari warna kuning
jernih dan BAB ± 1-2 kali/hari, konsistensi lunak, warna feses kuning..
Selama hamil : Ibu mengatakan BAK ± 6-7 kali/hari warna kuning
jernih dan BAB ± 1-2 kali/hari, konsistensi lunak, warna feses kuning.
c. Personal Hygiene
Sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti baju
sehari 2 kali, gosok gigi sehari 2 kali.
Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti baju
sehari 2 kali, gosok gigi sehari 2 kali.
d. Istirahat/tidur
Sebelum hamil : tidur malam ± 5-6 jam
Selama hamil : tidur siang ± 1 jam dan tidur malam ± 8 jam

VIII. Kehidupan sosial budaya


a. Data Psikososial
 Respons ibu dan keluarga terhadap kehamilan: baik
 Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah ada yang
membantu mengurus pekerjaan rumah
b. Pembuatan keputusan dirumah : Suami
 Kebiasaan minum alkohol : Tidak ada
 Kebiasaan merokok : tidak merokok
 Hubungan ibu dan keluarga : baik
 Keadaan spritual dan ekonomi: cukup baik

Data Objektif
I. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum bayi buruk, bayi belum bernafas spontan, tonus otot lemah
b. Tinggi badan : 47 cm
c. Panjang bada : 2600g
d. Suhu : 35,50C ( normalnya 36,5-37,50C )
e. Frekuensi jantung : 60 kali/ menit ( normalnya 120-160 kali/menit )
f. Pernafasan :belum bernafas spontan (normalnya40-60kali/menit
)
g. APGAR score dinilai segera setelah lahir pada jam 09.37 WIB dan 5 menit
setelahnya pada jam 09.42 WIB dengan penilaian APGAR score:

Nilai 0 1 2 Score
Appereance Seluruh tubuh Badan merah Seluruh tubuh 1 1
membiru atau ekstremitas kemerahan
putih biru
Pulse Tidak ada <100 kali / >100 kali / 1 1
menit menit
Greemace Tidak ada Perubahan Bersin / 0 1
mimic menangis
Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif 0 1
sedikit fleksi
respiratory Tidak ada Lemah / tidak Menangis 1 1
teratur kuat
Jumlah 3 4

II. Pemeriksaan Obstetri


A. Inspeksi
1. Kepala : rambut hitam, tipis, ubun-ubun belum tertutup, tidak ada benjolan
2. Leher : tidak ada pembengkaan atau benjolan
3. Mata : simetris kanan kiri, sclera putih, konjugtiva merah muda dan
kelopak mata tidak edema dan tidak ada tanda tanda infeksi.
4. Hidung : simetris kanan dan kiri, gerakan cuping hidung tidak ada
5. Mulut dan bibir: bibr tampak kering dan pucat, terdapat banyak lender,
tidak ada kelaian bawaan dan pallatum, serta reflex hisap tidak ada.
6. Telinga : simetris kanan dan kiri, tampak bersih, tidak ada secret dan daun
telinga elastis
7. Dada dan perut : simetris kanan dan kiri, gerakan dada tidak ada, keadaan
tali pusat tampak basah
8. Punggung dan bokong : tonjolan punggung tidak ada
9. Genitalia ; testis sudah turun
10. Anus : tampak ada lubang anus
11. Kulit : verniks kering, warna tubuh kebiruan dan tidak tanda lahir
12. Ekstremitas ; simetris kanan dan kiri, jumlah jari-jari tangan dan kaki
lengkap, tidak ada pergerakan yang aktif, warna biru dan teraba kuning

II. Pemeriksaan Neurologis


1. Reflex morro : tidak ada
2. Reflex hisap : tidak ada
3. Reflex rooting : tidak ada

II. Interprestasi Data


Tanggal : 20 November 2020 Pukul : 10.00 WIB
Diagnosa : bayi baru lahir dengan asfiksia
Data Dasar :
Data Subjektif :
- Ibu mengatakan bayinya lahir tidak langsung menangis
Data Objektif :
a. Keadaan umum bayi buruk, bayi belum bernafas spontan, tonus otot
lemah
b. Tinggi badan : 47 cm
c. Panjang badan : 2600g
d. Suhu : 35,50C
e. Frekuensi jantung : 60 kali/ menit
f. Pernafasan : belum bernafas spontan

Masalah : - bayi lahir tidak segera menagis


- frekuensi jantung saat lahir 40 kali / menit
- tonus otot lemah bahkan tidak ada

Kebutuhan : - Informasi tentang keadaan bayi saat ini.


- Informasi tentang perlunya tindakan segera berupa resusitasi
- Infromasi tentang dampak apabila tindakan segera tidak
dilakukan

III. Identifikasi Diagnosa Potensial


Bayi baru lahir dengan asfiksia

IV. Identifikasi Tindakan Segera


Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta
melakukan resusitasi secepatnya dan mengusahakan bantuan tenaga medis lainnya
dengan kolaborasi ataupun rujukan.
1. Nilai usaha nafas, warna kulit, dan frekuensi denyut jantung, untuk menentukan
apakah tindakan resusitasi diperlukan.

2. Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan


hangat untuk melakukan pertolongan.

3. Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/sedikit


ekstensi
atau mengganjal bahu bayi dengan kain).
Tujuannya untuk membuka jalan nafas bayi dan agar cairan tidak terinspirasi
masuk ke dalam paru-paru sehingga bayi dapat segera bernafas spontan.

4. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia seperti deele.
5. Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, setelah itu gunakan
kain kering dan hangat yang baru untuk bayi sambil melakukan rangsangan taktil.
Dengan rangsangan taktil bayi dapaat segera menangis karena rangsangan taktil
dapat merangsang pernafasan dan meningkatkan aspirasi O2.

6. Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai: usaha nafas,
frekuensi denyut jantung dan warna kulit.
Tujuannya untuk mengetahui kondisi bayi untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi diperlukan.

7. Lakukan ventilasi dengan tekanan positif (VTP) dengan menggunakan


ambubag
sebanyak 20 kali dalam 30 detik sampai bayi dapat bernafas spontan dan frekuensi
jantung >100 kali/menit. Tindakan memasukkan sejumlah udara kedalam paru
dengan tekanan positif, membuka alveoli untuk bernafas secara spontan dan
teratur.

8. Apabila bayi sudah bernafas spontan dan frekuensi jantung sudah normal tetapi
masih biru maka dilakukan pemberian oksigen 1 liter/menit lewat nasal kanul.
Oksigen diberikan untuk memperbaiki keadaan umum bayi dan mencegah
asidosis yang berkelanjutan. Hal ini dapat dihentikan setelah warna kulit bayi
sudah
normal yaitu kemerah-merahan.

V. Perencanaan

1) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi bayi saat ini
2) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang prosedur tindakan segera
yang akan dilakukan. Berupa:
1. Nilai usaha nafas, warna kulit, dan frekuensi denyut jantung, untuk menentukan
apakah tindakan resusitasi diperlukan.
2. Mencegah kehilangan panas.
3. Memposisikan bayi dengan baik.
4. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap.
5. Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, setelah itu gunakan
kain kering dan hangat yang baru untuk bayi sambil melakukan rangsangan taktil.
6. Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai: usaha nafas,
frekuensi denyut jantung dan warna kulit, untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi diperlukan.
7. Lakukan ventilasi dengan tekanan positif (VTP) dengan menggunakan
ambubag
sebanyak 20 kali dalam 30 detik sampai bayi dapat bernafas spontan dan frekuensi
jantung >100 kali/menit.
8. Apabila bayi sudah bernafas spontan dan frekuensi jantung sudah normal tetapi
masih biru maka dilakukan pemberian oksigen 1 liter/menit lewat nasal kanul.

VI. Pelaksanaan

1) Ibu dan keluarga mengerti tentang kondisi bayi saat ini


2) Sudah menilai usaha nafas, warna kulit dan frekuensi jantung bayi
3) Bayi sudah dibersihkan dan dikeringkan
4) Posisi bayi sudah diatur
5) Jalan nafas sudah dibersihkan
6) Rangsangan taktil sudah dilakukan
7) Tindakan VTP sudah dilakukan
8) Bayi sudah bernafas spontan dengan frekuensi jantung 120 kali / menit
9) Bayi sudah bisa menangis
10) Tonus otot mulai membaik
11) Reflex bayi sudah ada

VII. Evaluasi
1. Ibu dan keluarga mengerti mengenai kondisi bayi
saat ini
2. Bayi sudah bernafas spontas dengan frekuensi
jantung 120 kali / menit
3. Tanda – tanda vital pada bayi membaik
4. Bayi sudah bisa menangis
5. Bayi sudah bergerak dan sudah ada reflex
3.2 Pendokumentasian SOAP
Tanggal Pengkajian : 20 November 2020 Pukul: 10.00 WIB

Subjektif
1. Ibu mengatakan bayinya bernama by. S
2. Ibu mengatakan bayinya lahir tidak langsung menangis

Objektive
1. Keadaan umum bayi buruk, bayi belum bernafas spontan, tonus otot lemah
2. Tinggi badan : 47 cm
3. Panjang badan : 2600g
4. Frekuensi jantung : 60 kali / menit
5. Pernafasan : belum bernafas spontan

Assesment
Bayi baru lahir dengan asfiksia

Planning

1) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi bayi saat ini
2) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang prosedur tindakan segera
yang akan dilakukan. Berupa:
1. Nilai usaha nafas, warna kulit, dan frekuensi denyut jantung, untuk menentukan
apakah tindakan resusitasi diperlukan.
2. Mencegah kehilangan panas.
3. Memposisikan bayi dengan baik.
4. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap.
5. Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, setelah itu gunakan
kain kering dan hangat yang baru untuk bayi sambil melakukan rangsangan taktil.
6. Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai: usaha nafas,
frekuensi denyut jantung dan warna kulit, untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi diperlukan.
7. Lakukan ventilasi dengan tekanan positif (VTP) dengan menggunakan
ambubag
sebanyak 20 kali dalam 30 detik sampai bayi dapat bernafas spontan dan frekuensi
jantung >100 kali/menit.
8. Apabila bayi sudah bernafas spontan dan frekuensi jantung sudah normal tetapi
masih biru maka dilakukan pemberian oksigen 1 liter/menit lewat nasal kanul.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hiperemesis Gravidarum merupakan komplikasi kehamilan yang harus
segera ditangani dengan baik melalui asuhan yang sistematis adan evidence
based. Asuhan kebidanan dengan pendekatan manajemen varney merupakan
bentuk asuhan yang sistematis. Klien dapat merasakan manfaat dari asuhan yang
diberikan karena setiap langkah asuhan berdasarkan kebutuhan bukan rutinitas
semata
B. Saran
1. Bagi profesi
Melakukan up date ilmu dan ketrampilan dalam memberikan asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan kasus asfiksia pada bayi baru lahir .Bagi tenaga kesehatan
(bidan) diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan untuk lebih
mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan praktek layanan asuhan
kebidanan khususnya pada kasus asfiksia pada bayi baru lahir

2. Bagi Institusi
a. Bagi institusi
Bagi institusi pendidikan diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai
sumber wawasan atau pengembangan ilmu kebidanan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada kasus asfiksia pada bayi baru lahir

b. Bagi peneliti
Menambah referensi bagi pembaca di perputakaan dan informasi mengenai
asuhan kebidanan pada kasus asfiksia pada bayi baru lahir

DAFTAR PUSTAKA

Sunarti manjemen asuhan Kebidanan pada bayi asfiksia, 2017


Febra novrianti . Tita Restu Safora. Asuhan bayi dengan afsiksia sedang di RSUD
Sekarawang, Volume 2, 2018
Suryaningrat, Eka. Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Kasusasfiksia , 2016

Anda mungkin juga menyukai