BLOK 3.B
MINGGU 5
Dosen Pembimbing :
Laila Rahmi, SST.,M.Keb
Oleh : Kelompok: 4
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab
utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas,
asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga
professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia,
persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan
keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan
keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong persalinan.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian asfiksia
2. Mengetahui penyebab asfiksia
3. Mengetahui gejala asfiksia
4. Mengetahui cara menilai asfiksia
5. Mengetahui cara mengatasi asfiksia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Tujuan Dokumentasi
Adapun tujuan dari dokumentasi kebidanan adalah sebagai sarana
komunikasi,sarana tanggung jawab dan tanggung gugat, informasi statistik, sarana
pendidikan, sumber data penelitian, jaminan kualitas pelayanan kesehatan, sumber
data,perencanaan asuhan kebidanan berkelanjutan.
3. Manfaat Dokumentasi
1. Ditinjau dari aspek administrasi, dokumentasi bermanfaat sebagai sebuah
catatan, karena berkas tersebut mengandung nilai identitas, tanggal masuk
dan keluar serta data askes.
2. Ditinjau dari aspek hukum, dokumentasi bermanfaat sebagai alat
pembuktian yang sah. Isi sebuah berkas menyangkut adanya jaminan
kepastian hukum atas dasar keadilan dalam rangka menegakkan hukum dan
menyediakan bahan bukti selama proses pengadilan berlangsung.
3. Ditinjau dari aspek pendidikan, suatu berkas catatan bermanfaat untuk
mendukung kegiatan pembelajaran. Isi dari berkas dokumentasi
menyangkut data / informasi tentang kronologis perkembangan pelayanan
yang telah diberikan kepada pasien.
4. Ditinjau dari aspek penelitian, dokumentasi bermanfaat sebagai penyedian
data untuk keperluan penelitian. Data / informasi yang tercantum dalam
sebuah berkas, dapat dipergunakan untuk keperluan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.
5. Ditinjau dari aspek ekonomi, suatu berkas bermanfaat untuk
mendokumentasikan besarnya dana yang harus dikeluarkan, sehingga
mengurangi terjadinya pemborosan. Isi dari sebuah berkas dapat dijadikan
bahan untuk menetapkan pembayaran pelayanan di sebuah institusi
pelayanan kesehatan. Tanpa adanya bukti pencatatan sebuah tindakan, maka
pembayaran atas tindakan tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan.
6. Ditinjau dari aspek manajemen, catatan yang lengkap dan disimpan dengan
baik menunjukkan adanya manajemen data yang baik juga.
4. Aspek – aspek penting dalam dokumentasi
Menurut Depkes (2011), ada beberapa aspek penting dalam
pendokumentasian yaitu :
a. Tanggal dan waktu pada asuhan yang diberikan .
b. Identifikasi penolong persalinan.
c. Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan.
d. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan jelas dan
dapat dibaca.
e. Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap tersedia
Kerahasiaan dokumen – dokumen medis.
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan
Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
(Wiknjosastro, 1999).
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang.
Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat
berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
1. Faktor ibu
a. Preeklampsia dan eklampsia
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
3. Faktor Bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Tanda Gejala Serta Diagnosa Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia
2. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /
hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan
dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu :
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan
resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui
rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda
penting, yaitu :
1. Penafasan
2. Denyut jantung
3. Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau
membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera
ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan
positif (VTP).
2. Memulai pernafasan
a. Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
b. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon
atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
a. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
b. Kompresi dada.
c. Pengobatan
C. Langkah-Langkah Resusitasi
Setiap melakukan tindakan atau langkah harus didahului dengan persetujuan
tindakan medic sebagai langkah klinik awal. Langkah klinik awal ini meliputi :
1. Siapa ayah atau wali pasien, sebutkan bahwa ada petugas yang diberi
wewenang untuk menjelaskan tindakan pada bayi.
2. Jelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi asfiksia
neonatal.
3. Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko.
4. Pastikan ayah pasien memahami berbagai aspek penjelasan diatas.
5. Buat persetujuan tindakan medic, simpan dalam catatan medic.
3. Isap lendir
a. Gunakan alat penghisap DeLee dengan cara :
b. Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
c. Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak pada waktu
memasukkan.
d. Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam ( jangan lebih dari 5 cm
kedalam mulut, dan jangan lebih dari 3 cm kedalam hidung). Hal itu dapat
menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat dan bayi tiba-tiba
barhenti bernafas.
a. Pasang sunkup
b. Pasang dan pegang sunkup agar menutupi mulut, hidung dan dagu bayi.
c. Ventilasi 2 kali
d. Lakukan tiupan atau pemompaan dengan tekanan 30 cm air. Tiupan awal
tabung dan sunkup atau pemompaan awal balon sunkup sangat penting
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji
apakah jalan nafas bayi terbuka.
e. Lihat apakah dada bayi mengembang. Saat melakukan pemompaan
perhatikan apakah dada bayi mengembang. Bila tidak mengembang,
periksa posisi sunkup pastikan tidak ada udara yang bocor, periksa posisi
kepala pastikan posisi sudah sedikit ekstensi, periksa cairan atau lender
dimulut bila masih terdapat lender lakukan penghisapan. Lakukan
pemompaan 2 kali, jika dada mengembang lakukan tahap berikutnya.
f. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik.
g. Lakukan tiupan dengan tabung dan sunkup sebanyak 20 kali dalam 30
detik dengan tekanan 20cm air
h. Pastikan dada mengembang saat dilakukan pemompaan, setelah 30 detik
lakukan penilaian ulang nafas.
Jika bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan
asuhan pasca resusitasi. Jika bayi megap-megao atau tidak bernafas lakukan
ventilasi.
Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan
asuhan pasca resusitasi. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan
ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian ulang nafas setiap
30 detik.
a. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal
harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
b. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa
yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan
efesien
c. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama
sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
d. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
e. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia
clan siap pakai.
I. Deskripsi Jurnal
A. Komponen Deskripsi Jurnal
1. Tujuan utama penelitian
2. Metode penelitian
3. Hasil utama penelitian
4. Kesimpulan penelitian
B. Uraian Deskripsi Jurnal
1. Tujuan Utama Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efektivitas muscle pumping dalam
meningkatkan skor APGAR pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
2. Metode penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan RCT dan
pendekatan case control. Sempel yang diambil adalah bayi baru lahir
yang mengalami asfiksia dengan jumlah 40 pasien dengan teknik
randomas control trial. Teknik analisa data menggunakan uji Mann-
Whitney dengan program SPSS 20.
3. Hasil utama penelitian
Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukan bahwa setelah dilakukan
pengolahan data, didapatkan hasil p value = 0,001 dan nilai Z hitung
lebih besar dari Z table ( 4,508 > 2,021), maka Ho ditolak dan Ha
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa muscle pumping efektif
dalam meningkatkan skor APGAR pada 20 bayi baru lahir dengan
asfiksia. Tindakan awal penangan asfiksia bayi baru lahir adalah
resusitasi efektif yang ditambah dengan muscle pumping, hal ini
dilakukan agar tidak terjadi masalah dalam beberapa hari sesudah
kelahiran, yaitu kejang, apnu yang sering terjadi sesudah asfiksia berat.
4. Kesimpulan penelitian
Kesimpulan penelitian yaitu muscle pumping efektif dalam
meningkatkan skor APGAR pada 20 bayi baru lahir dengan asfiksia.
I. Deskripsi Jurnal
1. Komponen Deskripsi Jurnal
a. Tujuan utama penelitian
b. Metode penelitian
c. Hasil utama penelitian
d. Kesimpulan penelitian
2. Uraian Deskripsi Jurnal
a. Tujuan Utama Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara penyakit
kehamilan dan jenis persalinan dengan kejadian asfiksia.
b. Metode penelitian
Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian ini yaitu bayi yang mengalami
asfiksia pada bulan Januari-Juni 2016 sebanyak 203 bayi dengan
menggunakan total sampling. Pengumpulan data menggunakan data
sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan data yang
sudah ada (Hidayat, 2011). Instrumen penelitian ini menggunakan lembar
check list mengenai penyakit kehamilan, jenis persalinan, serta tingkatan
asfiksia dengan melihat catatan register ruang VK dan ruang Perinatalogi
RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun 2016, dan analisis data
secara univariat dengan distribusi frekuensi dan analisa bivariat
menggunakan Chi square.
c. Hasil utama penelitian
Sebagian besar bayi dengan asfiksia dilahirkan di RSUD dr Dradjat
Prawiranegara tahun 2016 adalah bayi dengan ibu yang memiliki
penyakit preeklamsi berat (PEB), yaitu sebanyak 93 (45,8%).
sebagian besar bayi dengan asfiksia dilahirkan di RSUD dr Dradjat
Prawiranegara Serang tahun 2016 dilahirkan secara spontan yaitu
sebanyak 90 (44,3%).
Sebagian besar bayi dengan asfiksia dilahirkan di RSUD dr Dradjat
Prawiranegara Serang tahun 2016 mayoritas mengalami asfiksia sedang
yaitu sebanyak 168 atau sebesar (82,8%).
Terdapat 93 bayi mengalami asfiksia dari ibu dengan preeklamsi berat
yaitu sebanyak 11 bayi yang mengalami asfiksia ringan, 77 bayi yang
mengalami asfiksia sedang, dan sebanyak 5 bayi yang mengalami asfiksia
berat. Nilai p adalah 0,025.
Terdapat 90 bayi yang mengalami afiksia neonatorum dengan lahir
spontan, di antaranya 8 bayi yang mengalami asfiksia ringan, 73 bayi
yang mengalami asfiksia sedang dan 9 bayi yang mengalami asfiksia
berat. Nilai p adalah 0,945.
d. Kesimpulan penelitian
Asfiksia neonatorum di RSUD dr Dradjat Prawiranegara Serang tahun
2016 masih mengalami peningkatan dimana sebagian besar bayi dengan
asfiksia dilahirkan dengan ibu yang mengalami preeklamsi berat dan
berdasarkan hasil analisis terdapat hubungan antara penyakit kehamilan
dengan kejadian asfiksia neonatorum namun tidak terdapat hubungan
antara jenis persalinan dengan kejadian asfiksia.
I. Pengkajian Data
Data Subjektif
Tanggal Pengkajian : 20 November 2020
Pukul : 10.00 WIB
No. Registrasi :
Identitas bayi
Nama : By.S
Uur : 0 hari
Tempat tanggal lahir : Padang, 20 November 2020
Jenis kelamin : laki-laki
Anak ke : satu (I)
KELUHAN UTAMA : ibu datang ke bidan dalam keadaan in partu dan ketuban
sudah pecah. Saat dilakukan vaginal toucher ditemukan air ketuban berwarna
hijau serta terdapat lilitan tali pusat satu kali. Saat diperiksa pembukaan jalan lahir
lengkap dan bidan segera melakukan pertolongan persalinan. 30 menit kemudian
bayi lahir, namun bayi tidak menangis dan bidan menemukan adanya kebiruan
pada sebagian ekstremitas bayi.
I. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
b. Riwayat penyakit menular/keturunan
Diabetes gestasional : ada
Tipoid : tidak ada
Hepatitis : tidak ada
Hipertensi : tidak ada
Penyakit jantung koroner : tidak ada
TBC : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
c. Riwayat kesehatan sekarang
Penyakit yang diderita saat ini : tidak ada
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keturunan kembar : tidak ada
e. Riwayat operasi : tidak ada
VI. Riwayat KB
Ibu belum pernah menjadi akseptor KB apapun.
Data Objektif
I. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum bayi buruk, bayi belum bernafas spontan, tonus otot lemah
b. Tinggi badan : 47 cm
c. Panjang bada : 2600g
d. Suhu : 35,50C ( normalnya 36,5-37,50C )
e. Frekuensi jantung : 60 kali/ menit ( normalnya 120-160 kali/menit )
f. Pernafasan :belum bernafas spontan (normalnya40-60kali/menit
)
g. APGAR score dinilai segera setelah lahir pada jam 09.37 WIB dan 5 menit
setelahnya pada jam 09.42 WIB dengan penilaian APGAR score:
Nilai 0 1 2 Score
Appereance Seluruh tubuh Badan merah Seluruh tubuh 1 1
membiru atau ekstremitas kemerahan
putih biru
Pulse Tidak ada <100 kali / >100 kali / 1 1
menit menit
Greemace Tidak ada Perubahan Bersin / 0 1
mimic menangis
Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif 0 1
sedikit fleksi
respiratory Tidak ada Lemah / tidak Menangis 1 1
teratur kuat
Jumlah 3 4
4. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia seperti deele.
5. Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, setelah itu gunakan
kain kering dan hangat yang baru untuk bayi sambil melakukan rangsangan taktil.
Dengan rangsangan taktil bayi dapaat segera menangis karena rangsangan taktil
dapat merangsang pernafasan dan meningkatkan aspirasi O2.
6. Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai: usaha nafas,
frekuensi denyut jantung dan warna kulit.
Tujuannya untuk mengetahui kondisi bayi untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi diperlukan.
8. Apabila bayi sudah bernafas spontan dan frekuensi jantung sudah normal tetapi
masih biru maka dilakukan pemberian oksigen 1 liter/menit lewat nasal kanul.
Oksigen diberikan untuk memperbaiki keadaan umum bayi dan mencegah
asidosis yang berkelanjutan. Hal ini dapat dihentikan setelah warna kulit bayi
sudah
normal yaitu kemerah-merahan.
V. Perencanaan
1) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi bayi saat ini
2) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang prosedur tindakan segera
yang akan dilakukan. Berupa:
1. Nilai usaha nafas, warna kulit, dan frekuensi denyut jantung, untuk menentukan
apakah tindakan resusitasi diperlukan.
2. Mencegah kehilangan panas.
3. Memposisikan bayi dengan baik.
4. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap.
5. Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, setelah itu gunakan
kain kering dan hangat yang baru untuk bayi sambil melakukan rangsangan taktil.
6. Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai: usaha nafas,
frekuensi denyut jantung dan warna kulit, untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi diperlukan.
7. Lakukan ventilasi dengan tekanan positif (VTP) dengan menggunakan
ambubag
sebanyak 20 kali dalam 30 detik sampai bayi dapat bernafas spontan dan frekuensi
jantung >100 kali/menit.
8. Apabila bayi sudah bernafas spontan dan frekuensi jantung sudah normal tetapi
masih biru maka dilakukan pemberian oksigen 1 liter/menit lewat nasal kanul.
VI. Pelaksanaan
VII. Evaluasi
1. Ibu dan keluarga mengerti mengenai kondisi bayi
saat ini
2. Bayi sudah bernafas spontas dengan frekuensi
jantung 120 kali / menit
3. Tanda – tanda vital pada bayi membaik
4. Bayi sudah bisa menangis
5. Bayi sudah bergerak dan sudah ada reflex
3.2 Pendokumentasian SOAP
Tanggal Pengkajian : 20 November 2020 Pukul: 10.00 WIB
Subjektif
1. Ibu mengatakan bayinya bernama by. S
2. Ibu mengatakan bayinya lahir tidak langsung menangis
Objektive
1. Keadaan umum bayi buruk, bayi belum bernafas spontan, tonus otot lemah
2. Tinggi badan : 47 cm
3. Panjang badan : 2600g
4. Frekuensi jantung : 60 kali / menit
5. Pernafasan : belum bernafas spontan
Assesment
Bayi baru lahir dengan asfiksia
Planning
1) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi bayi saat ini
2) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang prosedur tindakan segera
yang akan dilakukan. Berupa:
1. Nilai usaha nafas, warna kulit, dan frekuensi denyut jantung, untuk menentukan
apakah tindakan resusitasi diperlukan.
2. Mencegah kehilangan panas.
3. Memposisikan bayi dengan baik.
4. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap.
5. Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, setelah itu gunakan
kain kering dan hangat yang baru untuk bayi sambil melakukan rangsangan taktil.
6. Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai: usaha nafas,
frekuensi denyut jantung dan warna kulit, untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi diperlukan.
7. Lakukan ventilasi dengan tekanan positif (VTP) dengan menggunakan
ambubag
sebanyak 20 kali dalam 30 detik sampai bayi dapat bernafas spontan dan frekuensi
jantung >100 kali/menit.
8. Apabila bayi sudah bernafas spontan dan frekuensi jantung sudah normal tetapi
masih biru maka dilakukan pemberian oksigen 1 liter/menit lewat nasal kanul.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hiperemesis Gravidarum merupakan komplikasi kehamilan yang harus
segera ditangani dengan baik melalui asuhan yang sistematis adan evidence
based. Asuhan kebidanan dengan pendekatan manajemen varney merupakan
bentuk asuhan yang sistematis. Klien dapat merasakan manfaat dari asuhan yang
diberikan karena setiap langkah asuhan berdasarkan kebutuhan bukan rutinitas
semata
B. Saran
1. Bagi profesi
Melakukan up date ilmu dan ketrampilan dalam memberikan asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan kasus asfiksia pada bayi baru lahir .Bagi tenaga kesehatan
(bidan) diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan untuk lebih
mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan praktek layanan asuhan
kebidanan khususnya pada kasus asfiksia pada bayi baru lahir
2. Bagi Institusi
a. Bagi institusi
Bagi institusi pendidikan diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai
sumber wawasan atau pengembangan ilmu kebidanan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada kasus asfiksia pada bayi baru lahir
b. Bagi peneliti
Menambah referensi bagi pembaca di perputakaan dan informasi mengenai
asuhan kebidanan pada kasus asfiksia pada bayi baru lahir
DAFTAR PUSTAKA